CJR Tekstil
CJR Tekstil
CJR Tekstil
TEKSTIL
Dosen Pengampu :
Dr. Dina Ampera, M.Si.
Yudistira Anggraini, M.Pd
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Allah tuhan yang maha pengasih lagi maha
penyayang karena rahmat dan karunia-nya , penulis dapat menyelesaikan laporan
buku ini dengan baik dan tepat waktu . Saya mengucapkan terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Tekstil yang telah membimbing dalam membuat
laporan ini.
DAFTAR ISI...........................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................
B. Tujuan penulisan.......................................................................................
C. Manfaat Penulisan.....................................................................................
A. Identitas Jurnal..........................................................................................
B. Review jurnal.............................................................................................
B Review jurnal..............................................................................................
A.Kelebihan jurnal........................................................................................
B. Kekurangan..............................................................................................
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN..............................................................................................
SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang
cukup melimpah, Indonesia merupakan negara yang sangat potensial dalam
penyediaan bahan baku bersumber dari alam. Namun pada kenyataannya sumber
daya alam yang dimiliki belum dikelola dengan maksimal kendati secara
tradisional pengelolaannya telah dilakukan oleh nenek moyang kita.
Tumbuhan pewarna alam merupakan salah satu sumber daya alam yang
mempunyai potensi untuk digunakan sebagai zat pewarna tekstil di Indonesia,
khususnya dalam pengembangan produk yang bernuansa naturalis, imitive,
kulturis dan eksklusif serta dapat menjadi bahan baku industri tekstil yang
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
B.TUJUAN PENULISAN
A. Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah perkembangan peserta didik
B. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang pertumbuhan dan
perkembangan
C. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan.
C.MANFAAT PENULISAN
Manfaat dan tujuan yang ingin dicapai penyusun dalam penulisan critical jurnal
review ini adalah untunk mengajak pembaca lebih memahami secara mendalam
mengenai kedua jurnal tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
a. Identitas Jurnal
Jurnal 1
Judul jurnal :Pewarnaan bahan tekstil dengan menggunakan
ekstrak kayu nangka
Volume penerbit :7 no 9
Tahun terbit :2013
Edisi :2013
b. Review jurnal
Penggunaan zat warna sintetis yang digunakan dalam proses pewarnaan bahan
tekstil telah banyak menimbulkan masalah lingkungan karena beberapa zat warna
sintetis mengandung polutan berupa logam berat yang berbahaya. Logam berat
tersebut antara lain adalah Cu, Ni, Cr, Hg dan Co (Sugiyana, 2003). Polutan
tersebut pada akhirnya akan terbuang dalam perairan umum dan mencemari
lingkungan, khususnya lingkungan perairan (Wagner, 2003).
Sejak 1 Agustus 1996, negara-negara maju seperti Jerman dan Belanda telah
melarang penggunaan zat pewarna berbahan kimia. Larangan ini mengacu pada
CBI (Centre for the promotion of imports from developing countries) Ref,
CBI/NB-3032 tanggal 13 juni 1996 tentang zat pewarna untuk bahan
pakaian/clothing, alas kaki/footwear, sprei/bedlinen tidak boleh menggunakan zat
warna yang mengandung bahan kimia, tetapi zat warna yang tidak mempunyai
efek samping terhadap lingkungan dan kesehatan yakni zat warna alam
(Kwartiningsih, 2009).
Polutan zat warna yang mempunyai dampak serius terhadap lingkungan antara
lain adalah logam-logam berat dan “intermediate dyes” yang bersifat mutagenik.
Kandungan logam tersebut, diantaranya: Cu, Ni, Cr, Hg dan Co (Tanziz, 2009).
Untuk itu sudah saatnya penggunaan zat warna sintetis digantikan oleh zat warna
yang aman dan ramah lingkungan.
Banyaknya jenis tumbuhan pewarna alam yang mempunyai potensi sebagai bahan
baku pembuatan zat warna alam perlu diteliti. Ketersediaannya yang melimpah,
mudah terbaharukan, murah dan mudah penggunaannya menjadi satu pemikiran
untuk memanfaatkan tumbuhan pewarna alam sebagai zat warna tekstil yang tidak
hanya diminati oleh industri/ pengrajin tekstil lokal tetapi juga yang ada diseluruh
Indonesia, bahkan di luar negeri.
Sampai saat ini ada beberapa kendala dalam penggunaan zat warna alam,
diantaranya adalah proses pewarnaannya membutuhkan waktu yang lama karena
sebelum pewarnaan, kain harus diproses mordanting selama 2-24 jam, setelah itu
baru dilakukan proses pewarnaan selama 30 menit dan pengeringan yang harus
diulang sebanyak 2-3 kali. Selain itu warna yang dihasilkan monoton, yaitu hanya
biru dan coklat.
Untuk itu perlu adanya penelitian lebih lanjut guna memperoleh jenis tumbuhan
baru yang dapat digunakan sebagai zat warna tekstil, khususnya yang mempunyai
warna berbeda agar dapat memenuhi kebutuhan pilihan warna yang diinginkan
oleh pengerajin/industri tekstil. Selain itu untuk mendapatkan teknik/cara
pewarnaan yang lebih baik, guna memperoleh hasil pewarnaan yang lebih optimal
dengan waktu yang lebih singkat sehingga penggunaan zat warna alam lebih
diminati.
Zat warna alam untuk bahan tesktil pada umumnya diperoleh dari hasil ekstrak
berbagai bagian tumbuhan seperti akar, kayu, daun, biji ataupun bunga. Pengrajin-
pengrajin batik telah banyak mengenal tumbuh-tumbuhan yang dapat mewarnai
bahan tekstil, beberapa diantaranya adalah : daun pohon nila (indofera), kulit
pohon soga tingi (Ceriops candolleana arn), kayu tegeran (Cudraina javanensis),
kunyit (Curcuma), teh (Tea), akar mengkudu (Morinda citrifelia), Kulit soga
jambal (Pelthophorum feruginum) dan kesumba (Bixa orelana). Pengolahan atau
pengambilan zat warna alam dari tumbuh - tumbuhan dilakukan melalui 2 cara
yaitu ekstraksi dan fermentasi.
Golongan fenol alam (Hartati, 2005). Flavonoid, saponin, tanin dan antosianin
merupakan golongan zat warna ekstraktif kayu. Flavonoid merupakan senyawa
yang menyebabkan kayu berwarna merah, kuning, coklat atau biru. Tanin
merupakan senyawa organik komplek dan kristalnya berbentuk amorf, dapat larut
dalam air dengan membentuk cairan berwarna. Warna dan tingkatnya dapat
dipengaruhi oleh perlakuan asam, alkali atau garam-garam logam. Tanin yang
terdapat dalam kayu nangka adalah jenis morin dengan struktur molekul pada
Gambar 1. Tanin ini yang memberikan warna kuning sitrun pada kayu nangka.
Warna kuning dari morin dapat digunakan untuk mewarnai bahan tekstil dari serat
kapas.
Molekul zat warna merupakan gabungan dari zat organik yang tidak jenuh
(golongan aromatik, seperti : benzena, toluena, fenol, piridina, dll), mempunyai
gugus kromofor sebagai pembawa warna, seperti : azo, nitro, nitroso dan karbonil
dan gugus auksokrom sebagai pengikat.
BAB III
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN JURNAL
A.KELEBIHAN JURNAL 1
JURNAL 2
Kelebihan di jurnal 2 ini tidak terlalu beda kelebihanya dengan jurnal 1 ,karena
masing-masing dari jurnal mempunyai sisi yang berbeda, pemilihan katanya
masih bisa dipahami dan juga disertai gambar.
B.KELEMAHAN JURNAL 1
Beberapa kata ada yang menggunakan bahasa inggris ,yang mana akan membuat
sedikit pembaca kebingungan karena tidak semua pembaca dapat berbahasa
inggris.
JURNAL 2