Bisnis Syariah SGB Pekerjaan Mulia
Bisnis Syariah SGB Pekerjaan Mulia
Bisnis Syariah SGB Pekerjaan Mulia
Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Pengantar Bisnis Syariah
Disusun Oleh :
1. Abdul Rozak (
2. Muhammad Sofyan (19.02.0987)
3. Siti Khoiriyah (19.02.1001)
Latar Belakang
Dunia usaha atau yang lebih dikenal dengan kata bisnis, merupakan dunia yang
paling ramai dibicarakan. Mengapa demikian? Beberapa orang terkaya yang kita sering
dengar seperti Bill Gates, Warren Buffet, Carlos Slim, dan lain sebagainya datang dari
kalangan pebisnis. Begitu juga di Indonesia, kekayaan dikuasai oleh para pebisnis seperti
Abu Rizal Bakry, Antoni Salim, Chairul Tandjung, dan lain-lain. Sesuai dengan hadits
Nabi SAW, fakta ini menunjukkan bahwa berbisnis merupakan pintu utama rezeki.
Selain itu, merujuk pada sejarah, profesi bisnis adalah profesi yang mulia, sebagian besar
Nabi Allah merupakan pebisnis, termasuk Nabi Muhammad SAW.
Dalam Islam, secara etimologi kata bisnis berarti identik dengan al-tijarah, al-bai’,
tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam
bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang
bermakna berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan,
perniagaan. Menurut ar-Raghib al-Asfahan at-tijarah bermakna pengelolaan harta benda
untuk mencari keuntungan. Secara terminologi, menurut Yusanto & Wijaya Kusuma
bisnis Islami adalah serangkaian aktivitas bisnis dalam berbagai bentuknya yang tidak
dibatasi jumlah kepemilikan hartanya (barang/jasa) termasuk profitnya, namun dibatasi
dalam cara memperolehnya dan pendayagunaan hartanya disebabkan aturan halal dan
haram.
Pandangan lain adalah paradigma bisnis dalam Islam bahwa Allah SWT adalah
pemilik segala sumber daya yang ada di dunia, sedangkan manusia (sebagai pelaku
bisnis) berkedudukan sebagai pemegang amanah yang diberikan oleh Allah SWT untuk
mengelola sumber daya. Tugas pengembanan amanah ini termasuk tugas ibadah kepada
Allah dalam bentuk pelaksanaan kegiatan bisnis. Oleh karena itu, tujuan yang dikandung
di dalam menjalankan bisnis di dunia adalah dalam rangka mencapai tujuan jangka
panjang yaitu kehidupan yang abadi di akherat. Artinya, bahwa hal yang
melatarbelakangi berjalannya suatu bisnis adalah karena niat beribadah muamalah,
berlandaskan tauhid dan pengabdian kepada allah melalui usaha memberikan manfaat
positif bagi kemaslahatan manusia.
1. Rumusan Masalah
a) Berdagang
b) Perdagangan dalam Islam
c) Perilaku Terpuji dalam Perdagangan
d) Konsep Nabi-Nabi dalam Berdagang
2. Tujuan
a) Untuk tentang Berdagang
b) Untuk mengetahui Perdagangan Dalam Islam
c) Untuk mengetahui Perilaku Terpuji Dlam Perdagangan
d) Untuk mengetahui Konsep Nabi-Nabi dalam Berdagang
PEMBAHASAN
1. Berdagang
Islam pada prinsipnya tidak melarang perdagangan, kecuali ada unsur-unsur kezaliman,
penipuan, penindasan dan mengarah kepada sesuatu yang dilarang oleh Islam. Misalnya
memperdagangkan arak, babi, narkotik, berhala, patung dan sebagainya yang sudah jelas
oleh Islam diharamkan, baik memakannya, mengerjakannya atau memanfaatkannya.
Semua pekerjaan yang diperoleh dengan jalan haram adalah suatu dosa. Dan setiap daging
yang tumbuh dari dosa (haram), maka nerakalah tempatnya. Orang yang memperdagangkan
barang-barang haram ini tidak dapat diselamatkan karena kebenaran dan kejujurannya. Sebab
pokok perdagangannya itu sendiri sudah mungkar yang ditentang dan tidak dibenarkan oleh
Islam dengan jalan apapun. Ini tidak termasuk orang yang memperdagangkan emas dan
sutera, karena kedua bahan tersebut halal buat orang-orang perempuan. Justru itu mereka ini
kelak di hari kiamat tidak akan dibangkitkan dalam golongan pendurhaka yang ditempatkan
di neraka Jahim.
Di samping itu si pedagang harus menjauhi penipuan, sebab orang yang menipu itu dapat
keluar dari lingkungan umat Islam.
Hindari pula pengurangan timbangan dan takaran, sebab mengurangi timbangan dan takaran
itu membawa celaka, seperti firman Allah: Wailul lil muthaffifin (celakalah orang-orang
yang mengurangi takaran).
Dan hindari pulalah dari penimbunan, sehingga Allah dan RasulNya tidak akan membiarkan
dia begitu saja.
Menurut Imam Al-Ghozali ada enam sifat perilaku yang terpuji dalam perdagangan, yaitu:
1. Tidak mengambil laba lebih banyak, seperti yang lazim dalam dunia dagang. Jika
dipikirkan perilaku demikian ini, maka dapat dipetik hikmahnya, yaitu menjual barang
lebih murah dari saingan atau sama dengan pedagang lain yang sejenis, membuat
konsumen akan lebih senang dengan pedagang seperti ini, apalagi diimbangi dengan
pelayanan yang memuaskan.
2. Membayar harga agak lebih mahal kepada pedagang miskin, ini adalah amal yang
lebih baik daripada sedekah biasa.
3. Memurahkan harga atau memberi potongan kepada pembeli yang miskin, hal ini
dapat mendapatkan pahala yang berlipat ganda.1
4. Bila membayar hutang, pembayaran dipercepat dari waktu yang telah ditentukan.
Jika yang dihutang berupa barang, maka usahakan dibayar dengan barang yang lebih
baik, dan yang berhutang datang sendiri kepada yang berpiutang pada waku
pembayaranya. Bila hutang berupa uang, maka lebihkanlah pembayarannya sebagai tanda
terimakasih, walaupun tidak diminta oleh orang yang berpiutang. Demikian yang
dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
5. Membatalkan jual beli, jika pihak pembeli menginginkannya. Ini sejalan dengan
“Customer is King” dalam ilmu marketing. Pembeli itu adalah raja, jadi apa kemauanya
perlu diikuti sebab penjual harus tetap menjaga hati langganan, sampai langganan merasa
puas. Kepuasan konsumen adalah merupakan target yang harus mendapatkan prioritas
dari penjual. Dengan adanya kepuasan, maka langganan akan tetap terpelihara, bahkan
akan meningkat karena langganan lama menarik langganan baru. Ingatlah promosi dari
suatu produk yang berbunyi: “Kepuasan Anda dambaan kami”, Kami Ingin Memberi
Kepuasan yang Istimewa”, “Jika Anda Merasa Puas Beritahu Teman-teman Anda, Jika
Anda Tidak Puas Beritahu Kami”.
6. Bila menjual bahan pangan kepada orang miskin secara cicilan, maka jangan
ditagih bila orang miskin itu tidak mampu untuk membayarnya, dan membebaskan
mereka dari utang jika meninggal dunia.2
4. Konsep Nabi-Nabi dalam Berdagang
a) Prinsip esensial, dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam ajaran islam kejujuran
merupakan syarat paling mendasar dalam kegiatan jual-beli Rasulullah SAW
sangat menganjurkan kejujuran dalam segala bentuk aktivitas jual --
beli. Rasulullah SAW melarang segala bentuk aktivitas jual -- beli yang di
1
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan. Alfabeta: Bandung
2
Alma, Buchari. 2008. Kewirausahaan. Alfabeta: Bandung
lakukan dengan penipuan, karena penipuan dapat merugikan orang lain dan
melanggar hak asasi manusia dalam berdagang yaitu suka sama suka. Rasulullah
SAW sendiri selalu bersikap jujur dalam berdagang.3
b) Amanah dan profesional dalam berdagang, dalam berdagang kita harus bersikap
amanah, agar selalu dipercaya oleh orang yang akan membeli barang dagangan
kita. Kejujuran dan amanah mempunyai hubungan yang sangat erat karena orang
yang selalu jujur pastilah amanah (terpercaya). Allah SWT memerintahkan agar
umat Islam menunaikan amanat kepada orang yang berhak menerimanya dan jika
memutuskan perkara agar dilakukan secara adil.
c) Kesadaran tentang signifikansi sosial, dalam berdagang kita tidak hanya mengejar
keuntungan sebanyak-banyaknya sebagaimana yang diajarkan
dalam ekonomi kapitalis, tetapi didasari kesadaran memberi kemudahan bagi
orang lain dalam membeli barang yang kita jual. Disamping itu, sebagian harta
yang diperoleh dari berdagang hendaklah beberapa diberikan kepada orang lain
terutama orang - orang yang lemah secara ekonomi.
d) Tidak melakukan sumpah palsu, jika memang barang yang kita jual ada
kekurangan, kita harus menjelaskan yang sebenarnya pada pembeli. Tidak
bersumpah bahwa barang yang kita jual semuanya bagus. Orang yang melakukan
sumpah palsu pada dasarnya telah berbuat dosa besar seperti menyekutukan Allah
SWT,durhaka kepada kedua orang tua.
e) Bersikap ramah tamah, dalam melakukan aktivitas jual-beli sebaiknya bersikap
ramah tamah, agar pembeli terkesan dan merasa nyaman saat membeli pada kita.
f) Tidak menjelek-jelekkan dagangan orang lain, agar orang membeli barang hanya
kepadanya. Seorang pedagang tidak diperbolehkan mencari-cari kejelekan barang
dagangan orang lain, tidak boleh buruk sangka, memata-matai dan mendengki, iri
hati, dan bermusuhan dengan pedagang yang lain.4
3
Pusat Pengkajian Dan pengembangan Ekonomi Islam (UII). 2008. EKONOMI ISLAM.
Depok. PT RajaGrafindoPersada.
g) Tidak melakukan ihtikar, ihtikar adalah menumpuk dan menyimpan barang dalam
masa tertentu dengan tujuan agar harganya suatu saat menjadi naik dan
mendapata keuntungan yang lebih besar. Rasulullah SAW melarang umat Islam
menimbun barang dan tidak mendistribusikannya ke pasar. Penimbunan termasuk
aktivitas dagang yang mengandung kezhaliman.
h) Melakukan takaran, ukuran, dan timbangan secara benar dan tidak
menguranginya. Dalam perdagangan, timbangan yang benar dan tepat harus benar
-benar diutamakan . Allah SWT mengancam kecelakaan (neraka wail) bagi orang
yang curang dalam takaran dan timbangannya.
i) Kegiatan berdagang tidak mengganggu kegiatan ibadah. Jadi kita harus bisa
membagi waktu antara ibadah dan berdagang. Seorang pedagang harus menyadari
bahwa tujuan manusia diciptakan di muka bumi untuk beribadah kepada Allah
SWT.
j) Barang yang dijual adalah barang yang baik dan halal. Allah SWT dan Rasulullah
SAW mealarang jual -beli barang - barang yang haram.
k) Aktivitas jual beli yang dilakukan harus bersih dari unsur riba, karena Rasulullah
SAW mengutuk orang - orang yang terlibat dalam riba. Riba dalam jual - beli
adalah barang yang diperjual belikan diberi harga atau nilai yang tidak sesuai
dengan seharusnya, biasanya dengan harga atau nilai yang lebih besar sehingga
ada nilai tambahan yang tidak halal.
l) Membayar upah kepada pekerja atau karyawan sesegera mungkin dan harus
sesuai jumlahnya dengan kontrak kerja. Rasulullah SAW mengharuskan agar
upah segera dibayar setelah pekerjaan selesai. Penundaan pembayaran termasuk
kategori kezhaliman yang sangat dilarang dalam Islam.
m) Tidak melakukan monopoli contohnya tidak melakukan eksploitasi (penguasaan)
individu tertentu atas hak milik sosial seperti air, udara, tanah dan kandungannya
4
Pusat Pengkajian Dan pengembangan Ekonomi Islam (UII). 2008. EKONOMI ISLAM.
Depok. PT RajaGrafindoPersada.
seperti barang tambang dan mineral. Individu tersebut mengeruk keuntungan
secara pribadi, tanpa memberi kesempatan kepada orang lain.5
n) Tidak boleh ada unsur paksaan dalam aktivitas berdagang. Seperti penjual
memaksa pembeli agar membeli barang dagangannya. Pada dasarnya segala
aktivitas berdagang harus dilakukan dengan kerelaan pihak - pihak yang terlibat
didalamnya. Tidak boleh ada pihak tertentu yang memaksa pihak lain untuk
melakuka aktivitas bisnis. Orang yang melakukan aktivitas berdagang dengan
memaksa orang lain termasuk kategori kebatilan yang sangat dilarang Islam.
o) Tidak bersikap tamak terhadap harta. Dalam ekonomi Islam, mencari keuntungan
sebanyak - banyaknya tidak dilarang, tetapi bersikap tamak terhadap harta
sehingga menghalalkan segala cara dalam memperoleh harta tersebut itu dilarang
oleh Islam.
p) Menggunakan harta yang dimilikinya untuk sesuatu yang benar bukan untuk
maksiat. Harta dikelola dengan baik dan benar sehingga dapat memberikan
manfaat merupakan hal yang penting dan perlu terus - menerus diupayakan.
Itulah beberapa prinsip - prinsip Rasulullah SAW tentang etika berjual - beli. Sudah seharusnya
kita sebagai umat Nabi Muhammad SAW mengikuti perilaku --perilaku beliau, karena
Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlaq manusia.6
5
Pusat Pengkajian Dan pengembangan Ekonomi Islam (UII). 2008. EKONOMI ISLAM.
Depok. PT RajaGrafindoPersada.
6
Pusat Pengkajian Dan pengembangan Ekonomi Islam (UII). 2008. EKONOMI ISLAM.
Depok. PT RajaGrafindoPersada.
PENUTUP
Kesimpulan
Jika kita dapat menjalankan bisnis yang denagn cara yang dijelaskan pada bisnis syariah maka
insyaAllah akan menjadi bibit yang besar untuk bisnis yang dijalankannya dan dapat menjadi
brand yang besar dan pembisnis yang berkarisma karena pekerjaan bisnis syariah ini merupakan
pekerjaan yang mulia.
Daftar Pustaka