TPTM

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman padi merupakan tanaman yang termasuk genus Oryza L. yang

meliputi kurang lebih 25 spesies dan tersebar di daerah tropis dan subtropis seperti

di Asia, Afrika, Amerika, dan Australia. Padi yang sekarang ini merupakan

persilangan antara Oryza officianalis dan Oryza sativa F Spontane. Di Indonesia

pada awalnya tanaman padi diusahakan di lahan kering dengan sistem lading

tanpa pengairan dan hal ini dilakukan juga di beberapa negara dan pada akhirnya

orang berusaha memantapkan hasil usahanya dengan mangandalkan pengairan di

daerah yang airnya kurang (Hasanah, 2007).

Padi merupakan salah satu tanaman pangan yang sangat penting dan dalam

pengadaannya harus tercukupi karena padi merupakan makanan pokok setengah

dari penduduk dunia. Luas lahan padi sawah di Indonesia pada tahun 1996 adalah

8.519.051 ha yang terdiri dari sawah irigasi 1.689.594 ha. lahan sawah tadah

hujan 2.088.385 ha. Lahan sawah pasang surut 577.654 ha dan sawah lainnya

1.092.859 ha. Dari luasan tersebut 40% terletak di pulau Jawa (Darwinah, 1999).

Kenaikan pertumbuhan penduduk mendorong meningkatnya kebutuhan

manusia yang beraneka ragam karena itu perlu digalakkannya produksi beras

sebagai bahan makanan pokok. Usaha dalam peningkatan produksi beras ini telah

dirintis sejak pelita I sampai saat ini dan hasilnya cukup menggembirakan pada

tahun 1984 Indonesia berhasil swasembada beras (Sudirman dan Iwan, 1994).

Sosialisasi teknik budidaya padi yang baik dan terbaru harus dilakukan kepada

petani agar petani memperoleh hasil padi yang berkualitas tinggi dan berbagai 2

1
teknologi tentang budidaya padi harus selalu dikembangkan guna mendapatkan

hasil yang maksimal (Herawati, 2012).

Pada tahun 2011 produksi padi Indonesia 65.76 juta ton Gabah Kering

Giling (GKG) atau turun sebanyak 0.71 juta ton dibandingkan tahun 2010.

Penurunan padi ini terjadi di pulau Jawa 1.97 juta ton sedangkan di luar Jawa

mengalami peningkatan hasil panen sebesar 1.26 juta ton (Badan Pusat Statistik,

2012). Oleh karena itu untuk mencukupi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia

bahan pokok beras yang berasal dari padi ini harus mengimpor beras dari luar

negeri.

Produksi padi di Riau pada tahun 2011 adalah sebesar 535.788 ton padi

Gabah Kering Giling (GKG) atau mengalami penurunan 39.076 ton (6.80 persen)

dibandingkan dengan produksi gabah tahun 2010. Penurunan ini terjadi akibat

menurunnya luas panen 10.846 hektar atau 6.95 persen. Tetapi dalam

produktivitas per hektarnya mengalami kenaikan sebesar 0.06 kuintal/hektar atau

0.16 persen dibandingkan tahun 2010. Berdasarkan periode produksi padi

menurun pada bulan Januari-April sebesar 2.045 ton (0.75 persen). Mei-Agustus

sebesar 18.680 hektar (10.73 persen). dan September-Desember yaitu sebesar

18.351 ton (14.17 persen) dibandingkan dengan produksi yang sama pada tahun

2010 (Badan Pusat Statistik, 2012).

Umur bibit pada tanaman padi sawah sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan maupun hasil padi sawah, sehingga umur bibit yang optimum dalam

budi daya padi sawah sampai saat ini masih belum diketahui dengan tepat. Umur

bibit yang baik dalam budi daya tanaman padi secara keseluruhan adalah berumur

10-21 hari dan 25 hari setelah bibit disebar di persemaian. Umur bibit yang lebih

2
tua mempunyai pengaruh nyata dalam tinggi tanaman yaitu semakin tua umur

bibit yang ditanam maka semakin sedikit jumlah anakan yang tumbuh. Umur bibit

25 hari setelah semai mempunyai perbedaan yang paling nyata dalam tinggi

tanaman dibandingkan dengan umur bibit yang lainnya. Hal ini dipengaruhi

karena umur bibit yang lebih muda lebih lambat dalam pertumbuhannya

(Muliasari, 2009). Menurut Supriadi, (2008) lama persemaian tanaman padi

sawah sebelum di tanam ke areal lahan yaitu tanaman perumur 18-22 hari atau

dengan tinggi tanaman sudah mencapai 20-25 cm. Sedangkan pada penelitian

Rochmah (2009) umur bibit padi di tanam pada umur 21-25 setelah semai.

Dahono et al (2007) pemindahan bibit setelah semai yaitu ketika bibit berumur 28

hari setelah semai.

Umur bibit semai yang baik untuk dipindahkan ke areal lahan yaitu bibit

berumur 10 hari setelah semai. Umur bibit 10 hari setelah semai mampu

menghasilkan produksi gabah tertinggi dibandingkan dengan penggunaan umur

bibit 5 hari dan 15 hari setelah semai (Wangiyana et al., 2009).

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi tanaman padi

2. Untuk mengetahui morfologi tanaman padi

3. Untuk mengetahui fase – fase pertumbuhan tanaman padi

3
II. PEMBAHASAN

A. Tanaman Padi (Oryza sativa. L)

Padi (bahasa latin: Oryza sativa L.) adalah salah satu tanaman budidaya

terpenting dalam peradaban. Meskipun terutama mengacu pada jenis tanaman

budidaya, padi juga digunakan untuk mengacu pada beberapa jenis dari marga

(genus) yang sama, yang biasa disebut sebagai padi liar. Padi merupakan tanaman

pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua

yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan

bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM.

Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar

100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah,

Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam.

Padi banyak varietasnya yang ditanam di sawah dan di ladang, sampai

ketinggian 1.200 m dpl. Tanaman semak semusim ini berbatang basah, tingginya

50 cm – 1,5 m. Batang tegak, lunak, beruas, berongga, kasar, warna hijau. Daun

tunggal berbentuk pita yang panjangnya 15-30 cm, lebar mencapai 2 ern, perabaan

kasar, ujung runcing, tepi rata, berpelepah, pertulangan sejajar, hijau. Bunga

rnajemuk berbentuk malai. Buahnya buah batu, terjurai pada tangkai, warna hijau,

setelah tua menjadi kuning. Biji keras, bulat telur, putih atau merah. Butir-butir

padi yang sudah lepas dari tangkainya disebut gabah, dan yang sudah dibuang

kulit luarnya disebut beras. Bila beras ini dimasak, maka namanya menjadi nasi,

yang merupakan bahan makanan utama bagi sebagian besar penduduk Indonesia.

Umumnya beras berwarna putih, walaupun ada beras yang berwarna merah.

Tangkai butir 9 padi setelah dirontokkan gabahnya dan dijemur sampai kering,

4
disebut merang. Padi yang termasuk keluarga rumput-rumputan ini ditanam dari

bijinya secara langsung atau melalui persemaian dahulu.

B. Klasifikasi Tanaman Padi (Oryza sativa. L)

Berdasarkan data United States Department of Agriculture (2012),

tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Superdivision : Spermatophyta

Division : Magnoliophyta

Class : Liliopsida – Monocotyledons

Subclass : Commelinidae

Order : Cyperales

Family : Poaceae

Genus : Oryza L.

Species : Oryza sativa L.

C. Morfologi Tanaman Padi (Oryza sativa. L)

Morfologi atau bagian-bagian tanaman padi, terdiri dari: akar, daun, tajuk,

batang, bunga, malai dan gabah.

a. Akar

Akar tanaman padi memiliki sistem perakaran serabut. Akar tanaman padi

terdiri dari dua macam akar yaitu: akar seminal dan akar adventif sekunder. Akar

seminal yaitu akar primer (radikula) yang tumbuh sewaktu berkecambah bersama

5
akar-akar lain yang muncul dekat bagian buku skutellum, yang jumlahnya 1-7.

Akar-akar seminal selanjutnya digantikan oleh akar-akar sekunder yang tumbuh

dari buku terbawah batang (Gambar 1). Akar-akar sekunder disebut adventif atau

akar-akar buku (Makarim dan Suhartatik, 2010).

Akar berfungsi sebagai penguat atau penunjang tanaman untuk dapat

tumbuh tegak, menyerap hara dan air dari dalam tanah untuk diteruskan ke organ

lain di atas tanah yang memerlukan (Makarim dan Suhartatik, 2010).

b. Daun dan Tajuk

Daun tanaman padi tumbuh pada batang dalam susunan yang berselang

seling dan terdapat satu daun pada tiap buku. Daun teratas pada tanaman padi

disebut daun bendera yang posisi dan ukurannya tampak berbeda dari daun yang

lain. Makarim dan Suhartatik (2010) menyebutkan, bagian-bagian daun terdiri

atas :

a. helaian daun yang menempel pada buku melalui pelepah daun,

b. pelepah daun yang membungkus ruas di atasnya dan kadang-kadang

pelepah daun dan helaian daun ruas berikutnya,

c. telinga daun (auricle) pada dua sisi pangkal helaian daun,

d. lidah daun (ligula) yaitu struktur segitiga tipis tepat di atas telinga daun.

Tajuk merupakan kumpulan daun yang tersusun rapi dengan bentuk,

orientasi, dan besar (dalam jumlah dan bobot) tertentu. Varietas-varietas padi

memiliki tajuk yang sangat beragam (Makarim dan Suhartatik, 2010).

6
c. Batang

Batang terdiri atas beberapa ruas yang dibatasi oleh buku, dan tunas

(anakan) yang tumbuh pada buku. Jumlah buku sama dengan jumlah daun

ditambah dua yaitu satu buku untuk tumbuhnya koleoptil dan yang satu lagi

menjadi dasar malai. Ruas yang terpanjang adalah ruas yang teratas dan

panjangnya berangsur menurun sampai ke ruas yang terbawah dekat permukaan

tanah (Yoshida, 1981 dalam Makarim dan suhartatik, 2010).

Anakan padi tumbuh pada batang utama dalam urutan yang bergantian.

Anakan primer tumbuh dari buku terbawah dan memunculkan anakan sekunder.

Anakan sekunder akan menghasilkan anakan tersier (Makarim dan Suhartatik,

2010).

d. Bunga

Bunga padi secara keseluruhan disebut malai. Malai terdiri dari 8–10 buku

yang menghasilkan cabang–cabang primer selanjutnya menghasilkan cabang–

cabang sekunder. Buku pangkal malai umumnya hanya menghasilkan satu cabang

primer, tetapi dalam keadaan tertentu buku tersebut dapat menghasilkan 2–3

cabang primer (Makarim dan Suhartatik, 2010).

Lemma yaitu bagian bunga floret yang berurat lima dan keras yang

sebagian menutupi palea. Lemma memiliki suatu ekor. Palea yaitu bagian floret

yang berurat tiga yang keras dan sangat pas dengan lemma. Bunga terdiri dari

enam benang sari dan sebuah putik. Enam benang sari tersusun dari dua kelompok

kepala sari yang tumbuh pada tangkai benang sari (Makarim dan Suhartatik,

2010).

7
 

Gambar 1. Bunga tanaman padi

e. Biji

Butir biji adalah bakal buah yang matang, dengan lemma, palea, lemma

steril, dan ekor gabah (kalau ada) yang menempel sangat kuat (Gambar 3). Butir

biji padi tanpa sekam (kariopsis) disebut beras. Buah padi adalah sebuah

kariopsis, yaitu biji tunggal yang bersatu dengan kulit bakal buah yang matang

(kulit ari), yang membentuk sebuah butir seperti biji. Komponen utama butir biji

adalah sekam, kulit beras, endosperm, dan embrio (Makarim dan Suhartatik,

2010).

Gambar 2. Struktur gabah tanaman padi

8
D. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi (Oryza sativa.L)

Pertumbuhan adalah proses pembelahan sel (peningkatan jumlah) dan

pembesaran sel (peningkatan ukuran) secara irreversible yaitu menuju satu titik

dan tidak dapat kembali lagi (Gardner, Pearce dan Mitchell, 1991). Fase

pertumbuhan atau fase vegetatif yaitu ditandai dengan pertumbuhan organ-organ

vegetatif, seperti pertambahan jumlah anakan, tinggi tanaman, jumlah, bobot dan

luas daun.

Perkembangan adalah pertumbuhan menuju kedewasaan sutau organisme.

Fase perkembangan atau fase generatif atau reproduktif ditandai dengan

memanjangnya beberapa ruas teratas batang tanaman, berkurangnya jumlah

anakan (matinya anakan tidak produktif), munculnya daun bendera, bunting, dan

pembungaan (Makarim dan Suhartatik, 2010).

Fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi (Oryza sativa.L)

secara umum terbagi dalam beberapa tahap (Gambar 4) dan berlangsung dalam

rentang waktu yang berbeda pada setiap varietasnya.

Gambar 3. Fase Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi

a. Fase Pertumbuhan (Vegetatif)

Fase pertumbuhan (vegetatif) adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai

dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai). Fase

9
Vegetatif meliputi tahap perkecambahan (germination), pertunasan (seedling

stage) dan pembentukan anakan (tillering stage) (Gambar 5) (Gigih Bertani,

2011).

Gambar 4. Fase Pertumbuhan Tanaman Padi

1. Tahap Perkecambahan benih (Germination)

Benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air

antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan

kemunculan radicula dan plumule. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan

benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Tahap perkecambahan benih berakhir

sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari (Gigih Bertani, 2011).

2. Tahap Pertunasan (Seedling Stage)

Tahap pertunasan dimulai saat benih berkecambah hingga menjelang

anakan pertama muncul. Tahap pertumbuhan ini terjadi di persemaian. Pada awal

di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder

(adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat

menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus

10
tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun

setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun

sempurna yang menandai akhir fase ini. Dengan demikian pada umur 15–20 hari

setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang

berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan (Gigih

Bertani, 2011).

3. Tahap Pembentukan Anakan (Tillering Stage)

Tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya

tunas baru, setelah kemunculan daun kelima. Anakan muncul dari tunas aksial

(axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan Ada

dua tahapan penting pada fase ini yaitu pembentukan anakan aktif kemudian

dilanjutkan dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini

bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan

mengalami perpanjangan batang, buku kelima dari batang di bawah kedudukan

malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara

tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat

perkembangan kanopi sangat cepat. Secara umum, fase pembentukan anakan

berlangsung selama kurang lebih 30 hari. Pada tanaman yang menggunakan

sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30

hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin

yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam

(Gigih Bertani, 2011).

11
b. Fase Perkembangan (Generatif)

Fase perkembangan (generatif) tanaman padi dapat dibagi menjadi dua

fase, yaitu fase reproduktif dan fase pematangan atau pemasakan.

1. Fase Reproduktif

Fase reproduktif tanaman padi dibagi menjadi 4 tahap, yaitu tahap inisiasi

bunga (panicle initiation), tahap bunting (booting stage), tahap keluar malai

(heading stage), dan tahap pembungaan (flowering stage).

 Tahap Inisiasi Bunga atau Primordia (Panicle Initiation)

Bakal malai terlihat berupa kerucut berbulu putih (white feathery

cone) panjang 1,0-1,5 mm. Pertama kali muncul pada ruas buku utama (main

culm) kemudian pada anakan dengan pola tidak teratur. Ini akan berkembang

hingga bentuk malai terlihat jelas sehingga bulir (spikelets) terlihat dan dapat

dibedakan. Malai muda meningkat dalam ukuran dan berkembang ke atas di

dalam pelepah daun bendera menyebabkan pelepah daun menggembung

(bulge) (Gigih Bertani, 2011).

 Tahap Bunting (Booting Stage)

Tahap bunting yaitu penggembungan daun bendera. Bunting terlihat

pertama kali pada ruas batang utama. Pada tahap bunting, ujung daun layu

(menjadi tua dan mati) dan anakan non-produktif terlihat pada bagian dasar

tanaman (Gigih Bertani, 2011).

 Tahap Keluar Malai (Heading Stage)

Heading ditandai dengan kemunculan ujung malai dari pelepah daun

bendera. Malai terus berkembang sampai keluar seutuhnya dari pelepah daun

(Gigih Bertani, 2011).

12
 Tahap Pembungaan (Flowering Stage)

Pada pembungaan, kelopak bunga terbuka, antera menyembul keluar

dari kelopak bunga (flower glumes) karena pemanjangan stamen dan

serbuksari tumpah (shed). Kelopak bunga kemudian menutup. Serbuk sari

atau tepung sari (pollen) jatuh ke putik, sehingga terjadi pembuahan. Struktur

pistil berbulu dimana tube tepung sari dari serbuk sari yang muncul akan

mengembang ke ovary. Proses pembungaan berlanjut sampai hampir semua

spikelet pada malai mekar. Pembungaan terjadi sehari setelah heading. Pada

umumnya, floret (kelopak bunga) membuka pada pagi hari. Semua spikelet

pada malai membuka dalam 7 hari. Pada pembungaan, 3-5 daun masih aktif.

Anakan pada tanaman padi ini telah dipisahkan pada saat dimulainya

pembungaan dan dikelompokkan ke dalam anakan produktif dan

nonproduktif (Gigih Bertani, 2011).

Fase reproduktif yang diawali dari inisiasi bunga sampai pembungaan

(setelah putik dibuahi oleh serbuk sari) berlangsung sekitar 35 hari.

Ketersediaan air pada fase ini sangat diperlukan, terutama pada tahap terakhir

diharapkan bisa tergenang 5 – 7 cm (Gigih Bertani, 2011).

2. Fase Pemasakan atau Pematangan

Fase pemasakan atau pematangan tanaman padi dibagi menjadi tiga tahap,

yaitu tahap matang susu ( milk grain stage ), tahap gabah ½ matang (dough grain

stage), dan tahap gabah matang penuh (mature grain stage).

 Tahap Matang Susu (Milk Grain Stage)

Pada tahap ini, gabah mulai terisi dengan bahan serupa susu. Gabah

mulai terisi dengan larutan putih susu, dapat dikeluarkan dengan menekan

13
atau menjepit gabah di antara dua jari. Malai hijau dan mulai merunduk.

Pelayuan (senescense) pada dasar anakan berlanjut. Daun bendera dan dua

daun di bawahnya tetap hijau. Tahap ini paling disukai oleh walang sangit.

Pada saat pengisian, ketersediaan air juga sangat diperlukan. Seperti halnya

pada fase sebelumnya, pada fase ini diharapkan kondisi pertanaman

tergenang 5 – 7 cm (Gigih Bertani, 2011).

 Tahap Gabah Setengah Matang (Dough Grain Stage)

Pada tahap ini, isi gabah yang menyerupai susu berubah menjadi

gumpalan lunak dan akhirnya mengeras. Gabah pada malai mulai menguning.

Pelayuan (senescense) dari anakan dan daun di bagian dasar tanaman nampak

semakin jelas. Pertanaman terlihat menguning. Seiring menguningnya malai,

ujung dua daun terakhir pada setiap anakan mulai mengering (Gigih Bertani,

2011).

 Tahap Gabah Matang Penuh (Mature Grain Stage)

Setiap gabah matang, berkembang penuh, keras dan berwarna kuning.

Tanaman padi pada tahap matang 90 – 100 % dari gabah isi berubah menjadi

kuning dan keras. Daun bagian atas mengering dengan cepat (daun dari

sebagian varietas ada yang tetap hijau). Sejumlah daun yang mati

terakumulasi pada bagian dasar tanaman. Berbeda dengan tahap awal

pemasakan, pada tahap ini air tidak diperlukan lagi, tanah dibiarkan pada

kondisi kering. Periode pematangan, dari tahap masak susu hingga gabah

matang penuh atau masak fisiologis berlangsung selama sekitar 35 hari

(Gigih Bertani, 2011).

14
E. Syarat Tumbuh Tanaman Padi

Tanaman padi dapat hidup baik didaerah yang berhawa panas dan banyak

mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau

lebih, dengan distribusi selama 4 bulan, curah hujan yang dikehendaki per tahun

sekitar 1500 -2000 mm. Suhu yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi 23 °C.

Tinggi tempat yang cocok untuk tanaman padi berkisar antara 0 -1500 m dpl.

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman padi adalah tanah sawah yang

kandungan fraksi pasir, debu dan lempung dalam perbandingan tertentu dengan

diperlukan air dalam jurnlah yang cukup. Padi dapat tumbuh dengan baik pada

tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara 18 -22 cm dengan pH antara 4 -7

(Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, 2008)

15

Anda mungkin juga menyukai