Pertemuan Ke-6 Menelaah Ukhuwah Dalam Bingkai Hukum Islam PDF

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 15

0

PERTEMUAN KE-6

MENELAAH UKHUWAH DALAM BINGKAI HUKUM ISLAM

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut:

1. Memahami pengertian ukhuwah dalam bingkai hukum Islam di masyarakat


plural Indonesia
2. Memahami penyebab disintegerasi dalam ukhuwah

B. URAIAN MATERI

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT sebagai
rahmat bagi seluruh alam,kerahmatan tersebut harus mampu
dirasakan oleh seluruh manusia dan semua mahluk yang hidup di atas
muka bumi ini.Indonsesia sebagai Negara yang mayoritas
penduduknya beragama islam harus mampu memberikan kontribusi
yang ideal dalam memelihara kehidupan berbangsa dan
bernegara.Suatu masyarakat yang ideal bukanla masyarakat yang
dihuni oleh satu golongan, atau satu agama saja karena alam sejarah
ketika Rasulullah saw hijrah ke madinah dan berhasil menegakkan
kekuasaan islam di Madina faktanya masyarakat madina dihuni oleh
beberapa golongan/suku yang paling terkenal adalah suku aus dan
suku khazraj, disana juga hidup berbagai pemeluk agama yang
berbeda. Agama Yahudi,Nasrani bahkan masih ada majusi inilah agama
atau kepercayaan yang ada di dalam masyarakat madina dan mereka
hidup berdampingan secara damai dengan kaum muslimin bahka hak-
haka mereka sebagai warga Negara dipelihara dan dilindungi oleh
Negara.
1

Kehidupan ini selalu menunjukkan kondisi yang beragam.


Keberagaman dalam kehidupan menunjukkan bahwa dunia dan
kehidupan di dalamnya masih pada kondisi normal. Keberagaman
dalam wadah kehidupan bagaikan taman indah yang ditumbuhi
beraneka macam tumbuhan dan bunga-bunga. Keberagaman menjadi
indah apabila bisa tertata dengan baik sebagaimana juga keberagaman
akan memperlihatkan keindahan yang eksotik jika bisa dihargai oleh
setiap kelompok yang ada. Keberagaman atau pluralitas dalam
dialektika kehidupan beragama tentu sedikit menumbuhkan fenomena
yang menarik untuk diteropong lebih dekat lagi. Terdapat sejumlah
persoalan yang perlu dicermati manakala agama bersinggugan dengan
pluralitas sosial, dari mulai politik, adat, ekonomi serta fenomena yang
relative paling sensitive manakala suatu agama menjumpai kelompok
kepercayaan atau agama yang lain. Persoalan yang cukup rumit dalam
konteks pergaulan agama-agama adalah pada persoalan cara
bagaimana beragama atau berteologi di tengah-tengah adanya agama-
agama yang lain.

Islam sebagai agama juga tidak lepas dari konteks pluralitas yang
tersuguhkan tersebut. Perjumpaannya dengan sejumlah kepercayaan
yang muncul terutama dalam konteks ke-Indonesiaan, Islam harus
menunjukkan identitasnya sebagai agama yang rah}matan li
al’a>lami>n. Agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai perdamaian dan
persaudaraan. Identitas tersebut berbanding lurus dengan makna
harfiah Islam itu sendiri yang berarti selamat, damai, berserah diri yang
kemudian bisa dimplikasikan dalam kehidupan konkret berupa
penghargaan terhadap pluralitas serta keberadaan agama atau
kepercayaan yang lain. Dengan demikian diharapkan Islam menjadi
perekat dan pelopor pemersatu bangsa serta menghindari dari
berbagai konflik-konflik SARA yang memungkinkan terjadnya
disintegrasi kehidupan berbangsa.Perlu kiranya memikirkan ulang
2

mengenai tatanan kehidupan berbangsa dan bergenara yang bisa


menjadi perekat semua elemen bangsa. Konsep Bhineka tunggal ika
saatnya untuk ditelaah lebih dalam apakah masih relevan atau
tidak..Saat ini diakaui atau tidak Indonesia senantiasa dihantui oleh
perpecahan hal ini bisa dilihat benih-benih itu ada. Di Aceh ada GAM, di
Maluku ada RMS dan di papua ada OPM yang semua menuntut untuk
keluar dari NKRI.Hal ini diperparah dengan munculnya berbagai komflik
di tana air mulai dari komflik dengan latar belakang
SARA,POLITIK,maupun karena persoalan kecemburuan social. Masih
segar dalam ingatan semua orang di negeri ini komflik Ambon,poso
atau persoalan sunni – syi’ah di sampan Madura, persoalan Ahmadiyah
dsb. Artinya konsep Bhinika Tunggal ika dan Pancasila sebagai perekat
persatuan ternyata sudah mulai kehilangan kesaktiannya, dan kalau hal
ini dibiarkan maka NKRI akan tinggal nama. Disinilah pentingnya
makalh ini dibahas bagaimana sesungguhnya islam dengan konsep
ukhuwah bisa menyelesaikan persoalan yang saat ini sdang
berlangsung, karena kalao tidak NKRI akan tinggal nama.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, akan dirumuskan masalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana Memaknai Ukhuwah di Indonesia dengan pluralitas


yang ada pada masyarakat?
2. Apakah yang menjadi penyebab rapuhnya Ukhuwah?
3. Bagaimana Hukum Islam mencegah disintigrasi/perpecahan di
indonesi?
3

BAB II
PEMBAHASAN

A. Memaknai Konsep Ukhuwah Dalam Masyarakat Pluralis di


Indonesia
Dewasa ini, pembahasan pluralitas (kemajemukan) 1 maknanya
telah dikaburka kaum liberal menjadi pluralisme. Salah satu yang
membingungkan adalah pendefinisian Pluralisme yang dimaknai
sebagai bentuk sikap dari pluralitas.2 Padahal pluralitas adalah sebuah
keniscayaan bahwa di negara atau daerah tertentu terdapat berbagai
pemeluk agama yang hidup secara berdampingan, sehingga
kehadirannya tidak dapat dihindari dan sudah menjadi sunatullah.
Pluralisme agama diartikan sebagai paham yang mentoleransi adanya
keragaman pemikiran keagamaan. Sehingga diharapkan seluruh
pemeluk agama bersifat inklusif (terbuka) terhadap pemeluk agama
lain, sebab Tanpa pandangan pluralis, kerukunan umat beragama tidak
mungkin terjadi.3 Pluralisme bukan hanya menoleransi adanya
keragaman agama, tetapi mengakui kebenaran masing-masing
pemahaman serta menghilangkan klaim kebenaran dalam agamanya,
setidaknya menurut logika para pengikutnya. Maka pluralisme dijadikan
sebagai bentuk konkrit dalam menjalankan kerukunan beragama.4
Kaum liberal menyamakan pluralisme dengan pluralitas,
sehingga pluralisme pun dianggap sebagai sunatullah. Padahal
pluralisme adalah keragamaan sedangkan pluralisme adalah
penyeragaman agama-agama.

1
Perbedaan-perbedaan aspek inilah yang mendorong manusia untuk saling
kenal (lita‘a>rafu) dengan yang lainnya. Qs. al-Hujuraat: 13.
2
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Paramadina: Jakarta, 2000),
h. lxxv.
3
M. Dawam Raharjo, Kala MUI Mengharamkan Pluralisme, (Koran Tempo, Senin,
01 agustus 2005).
4
Imam Subkhan, Hiruk Pikuk Wacana Pluralisme Di Yogya, (Yogyakarta:
Kanisius 2007), h. 29.
4

Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa


semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama
adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh
mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama
yang lain salah. Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua
pemeluk agama akan masuk dan hidup berdampingan di surga.
Pluralisme Inilah yang akan menimbulkan relativisme agama dan
nihilisme kebenaran agama. Paham ini menjadi tema penting dalam
disiplin ilmu sosiologi, teologi dan filsafat keagamaan yang
berkembang di Barat serta agenda penting globalisasi.5
Pemahaman tentang pluralisme agama di Indonesia, merujuk
pada dua aliran yang berkembang, yaitu pertama teology global
(global theology) John Hick yang terpengaruhi oleh Wilfred Cantwell
Smith dengan world theology. Dan kedua aliran kesatuan transenden
agama-agama (Transendent Unity of Religions) yang digagas oleh
Fritjhof Shuon yang terpengauh oleh Ananda Kentish Coomaraswamy
dan Rene Guenon yang memiliki konsep serupa (philosophia perennis
milik Coomaraswamy dan primodial tradition milik Guenon).6
Kedua aliran pluralisme ini berkembang dan membangun konsep
yang berbeda. Perbedaan konsep di antara dua aliran ini dipicu oleh
latar belakang yang berbeda. Meskipun kedua aliran pluralisme
tersebut sama-sama muncul dari dunia Barat. Barat yang trauma
dengan agama, sebab jika berbicara tentang agama, yang muncul
dipikiran orang Barat adalah kekerasan, ingkuisisi, siksaan, kekakuan,
merasa benar sendiri. Selain itu, agama dianggap semakin tidak bisa
menjawab tantangan kehidupan yang semakin rumit. Sehingga agama
dan kepercayaan perlu di modernisasikan serta disesuaikan
perkembangan zaman untuk menjawab perubahan-perubahan yang
5
Hamid Fahmy Zarkasyi, Pengantar, Islam dan Paham Pluralisme Agama,
(Majalah Islamia, Tahun I Nomor 3, terbit Septembar-Oktober 2004), h. 5-6.
6
Anis Malik Thoha, Konsep World Theology dan Global Theology, (Majaalah
Islamia, Tahun I Nomor 4/Januari-Maret 2005), h. 52-53.
5

terjadi. Maka lahir pluralisme agama pada masa pencerahan


(enlightenment) di Eropa. Tepatnya pada abad 18 Masehi yang terdapat
bangkitnya gerakan pemikiran modern.7
Pluralisme lahir juga dari problem teologi agama Kristen. Sebab
agama di Barat (Kristen), masalah teologi didominasi oleh filosof.
Sehingga teolog tidak memiliki otoritas. Dari masalah ini terlahir
pemikiran yang hanya mengandalkan akal (filosof). Akal Barat modern
tidak bisa menerima dengan teologi Kristen yang ada. Akhirnya para
filosof berusaha mengakalkan teologi yang dimiliki Kristen. Dan dari
sini masalah teologi di kuasai oleh para filosof. Kemudian lahir produk
filsafat atheisme yang muncul pada masa pencerahan.8
Cara berfikir filosof Barat terhadap teologi ini akhirnya mulai
memasuki pemikiran agama Islam setelah perang dunia ke dua, yaitu
mulai terbukannya kesempatan generasi muda muslim untuk
mengenyam pendidikan di Universitas-universitas Barat sehingga
bersentuhan langsung dengan cara berfikir dan budaya Barat. Dari
sarjana-sarjana alumni Barat yang belajar studi Agama ini pluralisme di
pasarkan di Indonesia, dan kemudian masuk dalam wacana-wacana
keagamaan. Kondisi Barat yang sudah merasuk dalam pikiran pelajar
Indonesia baik dari cara berfikir ataupun berbudaya akhirnya diadopsi,
modifikasi dan justifikasi kemudian diwacanakan di masyarakat dengan
jalan pengkaburan makna pluralitas dengan pluralisme, akhirnya
menimbulkan anggapan bahwa pluralisme adalah sunatullah. Dari
kondisi ini pemahaman pluralisme masuk kewilayah Indonesia. 9
Pluralisme agama dimunculkan (oleh kaum pluralis diharapkan) untuk
menangani konflik antar umat beragama dan problem sosial
masyarakat khususnya masalah kerukunan antar umat beragama.
7
Anis Malik Thoha, Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis., (Jakarta: Perspektif,
2005), h. 16-17.
8
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke Dominasi
Sekuler-Liberal, (Jakarta: Gema Insani , 2005), h. 339.
9
Nurcholish Madjid, Islam Doktrin dan Peradaban, (Jakarta: Paramadina, 1995),
h. lxxii.
6

Apa yang disampaikan oleh kalangan pluralism sesungguhnya


tidaklah sepenuhnya benar kalau tidak bisa dikatakan salah. Karena
sesungguhnya agama bukan merupakan sumber komplik,kompli yang
terjadi yang sering mengatas namakan agama semat-mata karena
agama adalah persoalan yang sangat sensitive dalam mengobarkan
kemarahan rakyat apa lag kalau kita mengkaji al quran tidak satupun
ayat maupun hadis yang membolehkan umat islam menebar
permusuhan.
Al Quran menggaris bawahi bahwa perbedaan adalah hukum
yang berlaku dalam kehidupan ini. Selain perbedaan tersebut
merupakan kehndak ilahi. Oleh karena itu dalam memelihara ukhuwah
islam memperkenalkan konsep khali>fah . Manusia diangkat oleh Allah
sebagai khalifah, kekhalifahan menuntut manusia untuk memelihara,
membimbing, dan mengarahkan segala sesuatu agar mencapai
maksud dan tujuan penciptaannya. Oleh karena itu islam melarang
memetik buah sebelum siapa dimamfaatkan, memetik kembang
sebelum mekar, meyembelih binatang yang terlalu kecil juga
mengajarkan agar selalu bersikap brsahabat, dengan segala sesuatu
sekalipun terhadap benda tak bernyawa inilah persaudaraan atau
konsep ukhuwah dalam arti yang lebih umum.10 Konsep islam untuk
mewujudkan ukhuwah antar umat beragama diperkenalkan tentang
toleransi sebagaimana dalam al quran surat al kafirun:
    
Ternemahnya:
Uuntukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Perlu kiranya digarisbawahi bahwa jaminan persaudaraan antara
muslim dengan non muslim tidak dilarang oleh islam selama pihak lain
senantiasa menghormati hak-hak kaum muslimin

10
Quraisy Sihab,Wawasan Al Quraan (Cet.VI; Bandung: Mizan, 1998), h.492.
7

Untuk menetapkan persaudaraan antara sesamu muslim maka


islam menetapkan perlunya menghindari segala macam sikap lahir dan
bathin yang dapat mengeruhkan hubungan anatar sesama, setlah
menyatakan bahwa orang muslim bersaudara dan memerintahkan
untuk melakukan islah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi
kesalah pahaman diantara kelompok kaum muslimin,Islam menetapkan
untuk menghindara prasangka buruk,tidak mencari-cari kesalahan
orang lain serta larangan menggunjing.11
Berdasarkan penjelasan di atas jelas bahwa anggapan kaum
pluralisme yang menganggap agama sebagai sumber komplik tidaklah
berdasar karena islam khususnya tidak ada satupun ayat al quran atau
hadis nabi yang mendukung hal tersebut.

B. Faktor-Faktor Penyebab Rapuhnya Ukhuwah di Indonesia


Terdapat ragam jawaban terkait dengan factor penyebab
rapuhnya ukhuwah, tegantung dari sudut mana sesorang
memandangnya,namum secara garis besar dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Banyaknya partai politik, implikasi sosio plotok dengan
banyaknya partai politik pasti akan terjadi persaingan
representasi antar partai politik. Akibatnya persaingan
memperebutkan suara rakyat (umat) menjadi sebuah
keniscayaan, perebutan ini bisa dipastikan akan diwarnai
persaingan yang sangat tajam.Umat islam yang menempati
posisi terbesar di Indonesia akan menjadi ajang rebutan antar
partai politik bukan hanya partai politik islam tapi juga oleh
semua kontestan yang ada.Persaingan merupakan sebuah
keniscayaan dalam politik apa lagi dalam suatu real politics,
yang bersifat majemuk seperti sekarang ini.

11
Ibid., h 495
8

2. Ketimpangan social,dalam keadaan masyarakat dimana


masyarakat hidup dalam kelas-kelas sosial ekonomi yang
mencerminkan adanya tingkat perbedaan mencolok, maka sudah
bisa dipastikan kecemburuan sosial akan menjadi gejala
psikologis yang akan memeunculkan kompflik dalam masyarkat,
contoh ketimpangan pembangunan antara pusat dengan daerah
seprti irian jaya,di papua saat ini muncul OPM di aceh ada GAM
3. Pengabaian hukum,pengabaian hukum sering memunculkan
komplik antar warga masyarakat atau antar kelompok agama di
Indonesia contoh dalam kasus Ahmadiyah maupun kasus si’ah di
Madura yang terkesan dibiarkan oleh aparat keamanan.
Sebagaimana juga yang dikemukakan oleh Yusuf Qardawi yang dikutif
oleh Irwan Masduqi dalam “Berislam Secara Toleran” salah satu hal
yang saat ini banya meperngaruhi corak pemikiran umat adalah istilah
radikalisme. Kelompok radikal yang fanatic dicirikan oleh beberapa
karakter yaitu:
a. Acap kali mengklaim kebenaran tunggal dan menyesatkan
kelompok lain yang tidak sependapat dengan mereka.
b. Radikalisme seakan-akan mempersulit agama ini bisa dilihta dari
pemeikiran mereka yang menganggap ibadah sunnah itu seakan-
akan wajib dan makruh seakan-akan haram.
c. Kelompo ini kebanyakan mengalami overdosis agama yang tidak
pada tempatnya
d. Terkesan dalam berinterksi keras dalam berbicara dan emosional
dalam berdakwah.
e. Kelompok ini mudah berburuk sangkan kepada orang lain yang
bukan menjadi bagian dari keompunya.
9

f. Mudah mengkafirkan orang lain yang berbeda pendapat dengan


kelompoknya.Pada masa kalsik sikap seperti ini identik dengan
sikap golongan khawarij.12
C. Solusi Islam mencegah Perpecahan atau Separatisme di
Indonesia
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa islam telah
menempatkan manusia sebagai khalifah, untuk mengatur sarta
memperbaiki kehidupan agar berjalan sebagaimana tujuannya maka
sudah bisa dipastikan bahwa islam pasti punya seperangkap aturan
untuk mewujudkan tujuan itu. Untuk mencegah terjadinya hubungan
yang tidak harmonis antara masyarakat terutama saat ini dibeberapa
tempat di Indonesia dalam beberapa kasus komplik terjadi antara umat
beragama maka perlu kiranya untuk mensosialisasikan dengan baik
kerukunan antara umat beragma. Kerukunan antar umat beragama
harus dimaknai sebagai suatu tata hubungan antara sesama pemeluk
agama selama tidak menyangkut tentang persoalan aqidah dan
Ibadah.
Ukhuwah di masyarakai Indonesia belum begitu kokoh dan
bahkan sangat rapuh hal ini terjadi karena dua hal:
1. Wacana kerukunan terutama yang terbingkai dalam teologi
yang selama ini telah ditegaskan oleh para elit agama
belum tersosialisasikan dengan baik sampai pada
masyarakat akar rumput. Alih-alih dikalangan masyarakat
seperti itu dikalangan elitnya pun masih dijumpai
pencitraan yang negative tentag agama lain. Sehingga
kerukunan agama di Indonesia dipermukaan terlihat rukun
tetapi kalau didalami lebih jauh dari masing-masing
pemeluk agama beserta elitnya akan segera Nampak citra
negative itu sewaktu-waktu dapat menjadi pemicu
pertentangan antara umata beragama. Kerukunan yang

12
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, Teologi Kerukunan Umat Beragama, (Cet. I; Bandung:
PT Mizan Pustaka,2011), 117 – 119.
10

terjadi seperti api dalam sekam sessungguhnya tinggal


menunggu pemicu,maka tidak heran hamper semua
komplik di tana air ujung-ujungnya berakhir pada komplik
SARA,pelajaran yang terjadi di Ambon,Poso dan Sampit
Kalimantan Tengah.
2. Fragmentasi sosial ekonomi masyarakat Indonesia yang
sudah sedemikian parah sebagai akbibat dari pelaksanaan
pembangunan yang timpang,yakni lebih mengutmakan
golomgan tertentu terutama pemilik modal karena
terobsesi oleh pertumbuhan ekonomi, semetara aspek
pemerataan diabaikan. Sebagai akibatnya struktur
kepemilikan sumber-sumber ekonomi produktif terjadi
ketimpangan yang luar biasa tajam yakni hanya dikuasai
oleh segelintir orang yang dekat dengan kekuasaan itupun
sering dilakukan dengan praktek yang tidak benaedangkan
masyarakat yang seharusnya mendapatkan prioritas
utama sebagaimana yang diamanhkan oleh konstitusi
justru semakin teralienasi.
Tentu saja apabila dua hal ini dibiarkan berlarut tampa perhatian dan
penyelesaian dari semua pihak terutama pemerintah meurut teori
deprivasi relative akan melahirkan kekecewaan dan kecemburuan yang
jika tidak dilokalisir akan memicu masyarkat melakuan perlawanan.
11

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pluralisme agama telah menjadi salah satu wacana kontemporer
yang sering dibicarakan akhir-akhir abad 20, khususnya di Indonesia.
Wacana ini sebenarnya ingin menjembatani hubungan antaragama
yang seringkali terjadi disharmonis dengan mengatasnamakan agama,
diantaranya kekerasan sesama umat beragama, maupun kekerasan
antarumat beragama.
Dalam konsep Islam mengakui perbedaan dan identitas agama-
agama, tetapi tidak sampai pada tingkat pembenaran terhadap
teologinya. Islam tetap mengakui kesalahan teologi agama yang lain
bahkan sampai tingkat mengoreksi, tetapi Islam juga tidak
memaksakan mereka untuk untuk masuk Islam. Islam juga
membiarkan agama selain Islam untuk melaksanakan ritual agamanya,
selama tidak mengganggu agama Islam. Ini berarti Islam tidak
mentolerir persamaan agama (lakum dinukum wa liyadin).Berbeda
istilah pluralitas dengan pluralisme Islam tidak dikenal pluralisme
agama, yang ada hanyalah toleransi dalam hubungan sosial di antara
sesama umat manusia.

Wacana kerukunan terutama yang terbingkai dalam teologi yang


selama ini telah ditegaskan oleh para elit agama belum
tersosialisasikan dengan baik sampai pada masyarakat akar rumput.
Alih-alih dikalangan masyarakat seperti itu dikalangan elitnya pun
masih dijumpai pencitraan yang negative tentag agama lain. Sehingga
kerukunan agama di Indonesia dipermukaan terlihat rukun tetapi kalau
didalami lebih jauh dari masing-masing pemeluk agama beserta elitnya
akan segera Nampak citra negative itu sewaktu-waktu dapat menjadi
pemicu pertentangan antara umata beragama. Kerukunan yang terjadi
seperti api dalam sekam sessungguhnya tinggal menunggu
12

pemicu,maka tidak heran hamper semua komplik di tana air ujung-


ujungnya berakhir pada komplik SARA,pelajaran yang terjadi di
Ambon,Poso dan Sampit Kalimantan Tengah.
Fragmentasi sosial ekonomi masyarakat Indonesia yang sudah
sedemikian parah sebagai akbibat dari pelaksanaan pembangunan
yang timpang,yakni lebih mengutmakan golomgan tertentu terutama
pemilik modal karena terobsesi oleh pertumbuhan ekonomi, semetara
aspek pemerataan diabaikan. Sebagai akibatnya struktur kepemilikan
sumber-sumber ekonomi produktif terjadi ketimpangan yang luar biasa
tajam yakni hanya dikuasai oleh segelintir orang yang dekat dengan
kekuasaan itupun sering dilakukan dengan praktek yang tidak
benaedangkan masyarakat yang seharusnya mendapatkan prioritas
utama sebagaimana yang diamanhkan oleh konstitusi justru semakin
teralienasi.

Daftar Pustaka

Abdurrahman Wahid, Muslim di Tengah Pergumulan. Jakarta: Lappenas,


1981.
13

Ali, Mukti. Dialog between Muslims and Christians in Indonesia and its
Problems, dalam al-Jami’ah, No. 4 Th. XI Djuli 1970.
Andito (ed.), Atas Nama Agama: Wacana Agama dalam Dialog “Bebas”
Konflik. Bandung: Pustaka Hidayah, 1998.
Barton, Greg. Gagasan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neo-
Modernisme Nurcholish Madjid, Djohan Effeni, Ahmad Wahib dan
Abdurrahman Wahid, pent. Nanang Tahqiq. Jakarta: Paramadina,
1999.
Daja, Burhanuddin. dan Herman Leonard Beck, Ilmu Perbandingan
agama di Indonesia dan Belanda. Jakarta : INIS, 1992.
Hidayat, Komaruddin. dan Ahmad Gaus AF (ed.), Passing Over:
Melintasi Batas Agama. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1998.
Husaini, Adian. Wajah Peradaban Barat dari Hegemoni Kristen ke
Dominasi Sekuler-Liberal. Jakarta: Gema Insani, 2005.
Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, Teologi Kerukunan Umat
Beragama, Bandung: PT Mizan Pustaka,2011
Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta: Paramadina,
1995.
------------------------. Islam Doktrin dan Peradaban. Paramadina: Jakarta,
2000.
Quraisy Sihab,Wawasan Al Quraan , Bandung: Mizan, 1998
Raharjo, M. Dawam. Kala MUI Mengharamkan Pluralisme, Koran Tempo,
Senin, 01 agustus 2005.
Shihab, Alwi. Islam Inklusif: Menuju Sikap Terbuka dalam Beragama.
Bandung: Mizan, 1999.
Stokhof, W.A.L. (red.), Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia
(Beberapa Permasalahan). Jakarta: INIS, 1990.
Subkhan, Imam. Hiruk Pikuk Wacana Pluralisme Di Yogya. Yogyakarta:
Kanisius 2007.
Thoha, Anis Malik. Konsep World Theology dan Global Theology.
Majaalah Islamia, Tahun I Nomor 4/Januari-Maret 2005.
-------------------------. Tren Pluralisme Agama, Tinjauan Kritis. Jakarta:
Perspektif, 2005.
Zarkasyi, Hamid Fahmy. Pengantar, Islam dan Paham Pluralisme
Agama, Majalah Islamia, Tahun I Nomor 3, terbit Septembar-
Oktober 2004.
14

D. EVALUASI
1. Apa yang kalian pahami mengenai konsep ukhuwah dalam
bingkai hukum Islam di Indonesia?
2. Jelaskan penyebab disintegerasi ukhuwah di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai