Seminar Ebn Kritis
Seminar Ebn Kritis
Seminar Ebn Kritis
Disusun oleh :
G3A019051
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stroke adalah penyakit kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak. Stroke disebabkan oleh
trombosis, embolisme serebral, iskemia, dan hemoragi serebral. Stroke
adalah masalah neurologik primer di dunia berdasarkan data WHO, di
seluruh dunia tahun 2020 diperkirakan 5,5 juta orang meninggal akibat
stroke. Meskipun upaya pencegahan telah menimbulkan penurunan pada
insiden dalam beberapa tahun terakhir, stroke merupakan penyebab
kematian nomor 2 di eropa serta nomor 3 di Amerika Serikat dengan laju
mortalitas 18% sampai 37% untuk stroke pertama dan sebesar 67% untuk
stroke selanjutnya terdapat kira-kira 2 juta orang bertahan hidup dari
stroke yang mempunyai beberapa kecacatan, dari angka ini 40%
memerlukan bantuan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. (Baticaca,
2008).
Di Asia khususnya Indonesia kasus stroke menduduki peringkat pertama,
setiap tahun diperkirakan 500 ribu orang mengalami serangan stroke.
Sekitar 28,5% klien dengan penyakit stroke di Indonesia meninggal dunia
dan diperkirakan tahun 2020 penyakit jantung dan stroke menjadi
penyebab utama kematian di dunia (Yayasan Stroke Indonesia, 2009).
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan diatas maka penulis akan
menerapkan evidence based nursing dengan pengaruh tindakan
penghisapan lendir endotracheal tube (ETT) terhadap kadar saturasi
oksigen pada pasien yang dirawat diruang ICU RS Roemani Semarang.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan dari makalah ini adalah mampu menerapkan aplikasi evidence
based nursing aplikasi pengaruh tindakan penghisapan lendir
endotracheal tube (ETT) terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien
yang dirawat diruang ICU RS Roemani Ssemarang.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mengetahui konsep dasar penyakit stroke non
hemoragik
b. Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien stroke
non hemoragik
c. Mahasiswa mampu mengaplikasikan intervensi keperawatan
berdasarkan jurnal penelitian/ Evidence Based Nursing (EBN):
aplikasi pengaruh tindakan penghisapan lendir endotracheal tube
(ETT) terhadap kadar saturasi oksigen pada pasien yang dirawat
diruang ICU
d. Mahasiswa mampu mengevaluasi aplikasi pengaruh tindakan
penghisapan lendir endotracheal tube (ETT) terhadap kadar
saturasi oksigen pada pasien yang dirawat diruang ICU
C. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan yaitu metode yang memberikan gambaran
terhadap suatu kejadian atau kedaan yang berlangsung melalui proses
keperawatan. Adapun teknik-teknik yang digunakan untuk memperoleh
data dan informasi dengan cara:
1. Wawancara
Penulisan mengadakan wawancara dengan klien, keluarga, dan petugas
kesehatan lain untuk mendapatkan data subjektif klien.
2. Studi dokumentasi
Data - data yang di dapatkan dari rekam medis klien di ruangan,
seperti catatan keperawatan, catatan dokter, dan tim kesehatan lain.
3. Studi kepustakaan
Untuk mendapatkan literatur dan tinjauan teoritis, baik mengenai
konsep dasar penyakit dan konsep dasar keperawatan.
4. Observasi
Melaksanakan asuhan keperawatan secara langsung pada klien dan
mengamati langsung perubahan-perubahan yang terjadi untuk
memperoleh data serta mencatat hal-hal penting termasuk pemeriksaan
fisik.
5. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara melihat
apakah terdapat luka, dan lain - lain.
b. Palpasi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara meraba
apakah ada benjolan atau tidak.
c. Perkusi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara mengetuk
dengan menggunakan refleks hummer.
d. Auskultasi adalah pemeriksaan fisik di lakukan dengan cara
mendengarkan menggunakan stetoskop.
D. Sistematika penulisan
KONSEP DASAR
A. Konsep penyakit
1. Pengertian
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA) adalah kehilangan fungsi
otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak,
biasanya merupakan akumulasi penyakit serebrovaskular selama
beberapa tahun (Ariani, A.T, 2012).
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan
penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang timbul
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan fungsi otak
dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke merupakan
penyakit yang paling sering menyebabkan cacat berupa kelumpuhan
anggota gerak, gangguan bicara, proses berpikir daya ingat, dan
bentuk-bentuk kecacatan yang lain sebagai akibat fungsi otak.
(Muttaqin, 2008).
Stroke iskemik (non hemoragic) yaitu tersumbatnya pembuluh darah
yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan
terhenti. 80% stroke adalah stroke iskemik (NANDA, 2015).
2. Etiologi
a. Tidak dapat dirubah :
- Usia
- Jenis kelamin
- Ras
- Genetik
b. Dapat dirubah :
- Hipertensi
- Merokok
- Diabetes
- Fibrilasi atrium
- Kelainan jantung
- Hiperlipidemia
- Terapi pengganti hormon
- Nutrisi
- Obesitas
- Aktifitas fisik
- Dalam penelitian lebih lanjut:
- Sindroma metabolik
- Penyalahgunaan zat
- Kontrasepsi oral
- Obstructive Sleep Apnea
- Migrain
- Hiper-homosisteinemia
- Hiperkoagulabilitas
- Inflamasi
- Infeksi
5. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium : darah rutin, gula darah, urin rutin, cairan
serebrospinal, AGD, biokimia darah, elektrolit. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mengetahui keadaan darah, kekentalan darah,
jumlah sel darah, penggumpalan trombosit yang abnormal, dan
mekanisme pembekuan darah.
b. CT Scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya
perdarahan dan juga untuk memperlihatkan adanya edema
hematoma, iskemia, dan adanya infark.
c. Sinar X tengkorak : menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang
meluas, klasifikasi karotis interna terdapat pada trombosit
serebral, klasifikasi parsial dinding aneurisme pada perdarahan
subarachhnoid.
d. Pemeriksaan lumbal pungsiPada pemeriksaan lumbal pungsi
untuk pemeriksaan diagnostik diperiksa kimia sitologi,
mikrobiologi, dan virologi. Di samping itu, di lihat pula tetesan
cairan serebrospinal saat keluar baik kecepatannya,
kejernihannnya, warna, dan tekanan yang menggambarkan
proses terjadi di intraspinal. Pemeriksaan pungsi sisternal
dilakukan bila tidak mungkin dilakukan pungsi lumbal.
Prosedur ini dilakukan dengan supervisi neurolog yang telah
berpengalaman.
e. Elektrokardiografi (EKG)
Untuk mengetahui keadaan jantung di mana jantung berperan
dalam suplai darah ke otak.
f. Elektro Encephalo Grafi
Elektro Encephalo Grafi mengidentifikasi masalah berdasarkan
gelombang otak, menunjukkan area lokasi secara spesifik.
g. Angiografi serebral
Pada serebral angiografi membantu secara spesifik penyebab
stroke seperti perdarahan atau obstruksi arteri, memperlihatkan
secara tepat letak oklusi atau ruptur.
h. Magnetik Resonansi Imagine (MRI)
Menunjukkan darah yang mengalami infark, hemoragi,
Malformasi ArteriVena (MAV). Pemeriksaan ini lebih
cangggih dibandingkan CT Scan.
i. Ultrasonografi Dopler
Ultrasonografi Dopler dapat digunakan untuk mengidentifikasi
penyakit MAV (Malformasi Arteri Vena.
(Ariani, A.T, 2012).
6. Pathway
Terlampir
7. Pencegahan
Pencegahan stroke yang efektif dengan cara menghindari faktor
resikonya, banyak faktor resiko stroke yang bisa di modifikasi.
Sebagian dari pencegahan stroke caranya:
a. Kontrol tekanan darah. hipertensi merupakan penyebab serangan
stroke.
b. Kurangi atau hentikan merokok. Karena nikotin dapat menempel di
pembuluh darah dan menjadi plak, jika plaknya menumpuk bisa
menyumbat pembuluh darah.
c. Olahraga teratur. Olahraga teratur bisa meningkatkan ketahanan
jantung dan menurunkan berat badan
d. Perbanyak makan sayur dan buah. Sayur dan buah mengandung
banyak antioksidan yang bisa menangkal radikal bebas, selain itu
sayur dan buah rendah kolesterol.
e. Suplai Vitamin E yang cukup. Para peneliti dari Columbia
Presbyterian Medical Center melaporkan bahwa konsumsi vitamin
E tiap hari menurunkan resiko stroke sampai 50% vitamin E juga
menghaluskan kulit.
8. Penatalaksanaan
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis
sebagai berikut:
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan
pengisapan lendir yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan
trakeostomi, membantu pernafasan.
Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk
usaha memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
b. Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
c. Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai
kateter.
d. Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan
secepat mungkin pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan
dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
e. Pengobatan Konservatif
Vasodilator meningkatkan aliran darah serebral (ADS) secara
percobaan, tetapi maknanya pada tubuh manusia belum dapat
dibuktikan.
Dapat diberikan histamin, aminophilin, asetazolamid,
papaverin intra arterial.
Anti agregasi thrombosis seperti aspirin digunakan untuk
menghambat reaksi pelepasan agregasi thrombosis yang terjadi
sesudah ulserasi alteroma.
f. Pengobatan Pembedahan
Tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral:
1. Endosterektomi karotis membentuk kembali arteri karotis,
yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
2. Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan
dan manfaatnya paling dirasakan oleh pasien TIA.
3. Evaluasi bekuan darah dilakukan pada stroke akut.
4. Ligasi arteri karotis komunis di leher khususnya pada
aneurisma.
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian fokus
1. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 17 Januari 1952 / 67 Tahun
Agama : Kristen
Alamat : Karangrejo Timur, Semarang
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Nikah
Diagnosa Medis : SNH
No. RM : 55-46-40
Tanggal masuk RS : 21 September 2019
3. Riwayat penyakit
a. Keluhan utama
Keluarga pasien mengatkan pasien mengalami penurunan
kesadaran
b. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga pasien mengatakan didalam keluarganya tidak ada
penyakit keturunan seperti asma, jantung, hipertensi ataupun DM.
4. Pengkajian Primer
a. Airway
Terpasang EET no.7.5, ada lendir berwarna coklat
b. Breathing
Terpasang ventilator dengan mode Psimv, RR mesin 12x/menit,
inspirasi presure 10, pressure support 10, trigger/sensitivitas 3,
PEEP 5, time inspirasi 1.0, FiO2 50%, ada suara nafas tambahan
ronchi, RR: 28 x/menit, SpO2 95%.
c. Circulation
Akral teraba hangat, TD: 150/100 mmHg, MAP 74 mmHg, HR:
124 x/menit, nadi teraba lemah, CRT 2 detik, turgor kulit >3 detik
d. Disability
GCS E1M1V terpasang ETT, odem pada ektremitas atas, ada luka
dekubitus dipantat, balance cairan -96.
e. Exposure
Terdapat odem di ekstremitas atas, luka dekubitus dibagian pantat
dan paha, suhu 36.50C
5. Pengkajian sekunder
a. Sign and symptom
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak bisa BAK, pasien
dirawat di RS Roemani sejak tanggal 21 September 2019 pasien
diruang Ayyub 2 dengan keluhan tidak bisa BAK, pada tanggal 23
September 2019 jam 03.00 WIB pasien masuk ruang ICU karena
penurunan kesadaran dan sesak nafas, pada saat dikaji tanggal 30
September 2019 jam 17.00 WIB pasien tampak lemas, GCS
E1M1V terpasang ETT, TD: 150/100 mmHg, MAP 74 mmHg,
HR: 124 x/menit, suhu: 36.50C, odem pada ekstremitas atas.
b. Allergies
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memiliki alergi terhadap
makanan, obat ataupun cuaca.
c. Medication
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah 4 kali ini masuk RS,
pasien juga selalu memeriksakan kesehatannya ke pelayanan
kesehatan terdekat seperti dokter umum, puskesmas ataupun klinik.
d. Post medical history
Keluarga pasien mengatakan pasien terakhir dirawat tahun lalu
karena keluhan yang sama.
e. Last oral intake
Keluarga pasien mengatakan pasien makan dan minum melalui
selang yang ada dihidung, pasien terpasang NGT.
f. Event prociding incident
Keluarga pasien mengatakan pada saat dirawat diruang Ayyub 2
pasien tiba-tiba mengalami penurunan kesadaran sehingga dirawat
di ruang ICU.
6. Pemeriksaan penunjang
a. Konvensional-Thorax A tanggal 27 September 2019
- Bercak-bercak dan kesuraman di paru dekstra bertambah luas
- Jantung suslit dinilai batas kanan tak jelas
- Kesan : perburukan
b. CT-Scan
- Ruang liquor melebar
- Tak tampak midline shift
- Batang otak dan cerebellum tenang
- Lesi hipodens kecil, multiple pada capsula interna dan corona
radiota SN sesuai dengan infark lakuler
- Kesan : infark lakuner multiple
- Atrofi cerebri
c. USG Abdomen tanggal 22 September 2019
- Hepar : tidak membesar, permukaan reguler, echogenitas
normal dan duct bililaris tak melebar nodul (-)
- Pancreas : bentuk normal, echostruktur normal, calcificasi (-)
- Aorta : tak membeksar, tak nampak pembesaran limfe para
aorta
- Vesicaurinaria : mukosa tak menebal, tak nampak batu
- Kesan : awal proses kronik ginjal dekstra sinistra, multiple
cryst ginjal dekstra ukuran terbesar 3.34x2.99 cm, multiple
cryst ginjal sinistra ukuran terbesar 1.98x1.82 cm, pembesaran
prostat volume 54 ml, tak tampak kelainan pada organ intra
abdomen lainnya secara pemeriksaan USG
7. Terapi
Syring pump norepineprin titrasi
Omeprazole : 40 mg/ 24 jam
Citicolin : 500 mg/ 12 jam
Meropenem : 1 gr/ 8 jam
Nebulizer ventolin bisolvon pulmicort / 8 jam
Asam folat :1x1
N-acetylsistein :2 tab/ 8 jam
RL : 30 cc/jam
B. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan
perfusi
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan irama
jantung
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
regulasi
C. Fokus intervensi
D. Implementasi
E. Evaluasi
BAB IV
APLIKASI EVIDENCE BASED NURSING RISET
A. Identitas pasien
Nama : Tn. J
Umur : 17 Januari 1952 / 67 Tahun
Agama : Kristen
Alamat : Karangrejo Timur, Semarang
Pekerjaan :-
Status perkawinan : Nikah
Diagnosa Medis : SNH
No. RM : 55-46-40
Tanggal masuk RS : 21 September 2019
Iskemik
Odem mukosa
Hisap lendir
BAB V
PEMBAHASAN
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Setelah mengaplikasikan perubahan penghisapan lendir ETT terhadap
kadar saturasi oksigen terjadi penurunan saturasi oksigen setelah dilakukan
penghisapan lendir walaupun tidak signifikan.
B. Saran
Dalam melakukan penghisapan lendir sebaiknya dilakukan dengan cepat
agar dan tidak dalamwaktu lama.
DAFTAR PUSTAKA
Ariani, T.A. (2012). Sistem Neurobehaviour. Jakarta : Salemba Medika
Dewanto, G., Wita, J.S., Budi, R., & Yuda, T. (2009). Panduan Praktis
Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Syaraf. Jakarta : EGC
Joyce M.B., & Jane H.H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah: Manajemen
Klinis untuk Hasil yang Diharapkan Edisi 8. Jakarta : Salemba Medika