CJR Asesmen BK Tes Hotma
CJR Asesmen BK Tes Hotma
CJR Asesmen BK Tes Hotma
Disusun Oleh :
NIM : 1181151014
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya
sehingga saya masih diberikan kesempatan untuk dapat menyelesaikan critical jurnal review ini.
Critical jurnal review ini saya buat guna memenuhi penyelesaian tugas pada mata kuliah
Asesmen BK Teknik Tes semoga critical jurnal revew ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan bagi para pembaca.
Dalam penulisan critical jurnal revew ini saya menyadari bahwa critical jurnal revew ini
masih jauh dari kata sempurna karena masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saya dengan
segala kerendahan hati meminta maaf dan mengharapkan kritik serta saran yang membangun
guna perbaikan dan penyempurnaan ke depannya.
Akhir kata saya ucapkan terimakasih dan semoga materi yang ada dalam critical jurnal
revew ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya bagi para pembaca.
REVIEW JURNAL
JURNAL UTAMA
Latar Belakang
Setiap orang lahir di dunia ini memiliki kelebihan masing-masing. Kelebihan tersebut
kadang tidak diketahui bahkan tidak diperhatikan sehingga tidak terasah dengan baik. Kelebihan
tersebut dapat disebut sebagai bakat. Definisi bakat yang ditegakkan dalam koridor gugus utama
umumnya mengacu pada dua pemahaman. Bakat adalah bawaan (given from God) dan bakat
adalah sesuatu yang dilatih. jadi, bakat perlu diketahui seseorang lebih dini agar dapat dilatih
sehingga berkembang dan berguna bagi orang tersebut. Bakat anak dapat diketahui melalui tes
bakat. Salah satu tes bakat adalah tes WISC (Wechsler Intelligence Scale For Children). Tes
WISC telah dipatenkan dan diakui secara internasional. Tes WISC telah terbukti dapat
menentukan bakat anak dengan tepat. Tes WISC merupakan kemajuan penting dalam
mengembangkan alat-alat psikodiagnostik.
Lembaga psikologi terapan adalah lembaga yang bergerak dalam bidang psikologi
dengan menggunakan alat-alat psikodiagnostik. Untuk menentukan bakat anak, lembaga
psikologi terapan menggunakan tes WISC. Lembaga tersebut telah memiliki banyak pengalaman
dan kerap melakukan tes WISC di berbagai sekolah di Indonesia. Tes WISC dilakukan secara
manual menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh tester (pihak/psikolog yang
melakukan tes). Testee (anak yang akan diteliti bakatnya) diminta menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut. Jawaban yang diperoleh akan dianalisa, kemudian di telusuri sesuai aturan
yang ada untuk mengetahui bakat anak tersebut. Dalam pelaksanaan tes WISC secara manual
terdapat beberapa kekurangan antara lain: tes WISC ini membutuhkan waktu cukup lama yaitu
1,5–2 jam. Hal tersebut dapat membuat anak merasa bosan. Selain itu, analisa hasil tes
membutuhkan waktu yang lama untuk mengetahui bakat anak yaitu 2-3 minggu. Analisa
dilakukan oleh seorang psikolog ahli tes WISC (seorang pakar dalam melakukan tes WISC).
Kendala lain yaitu sedikitnya seorang pakar ahli tes WISC, sehingga pelaksanaan tes WISC tidak
dapat berkembang secara cepat dan luas.
Untuk itu, dapat diambil solusi alternatif dengan mengintegrasikan tes WISC dengan
sistem berbasis komputer. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memasukkan pengetahuan
seorang pakar dan aturan dalam tes WISC ke dalam sistem berbasis komputer. Sistem yang dapat
menampung pengetahuan seorang pakar disebut sebagai sistem pakar. Definisi sistem pakar
adalah Sebuah sistem komputer yang menyamai (emulates) kemampuan pengambilan keputusan
dan kemampuan menyelesaikan masalah seperti layaknya seorang pakar (human expert).
Emulates berarti bahwa sistem pakar diharapkan dapat bekerja dalam semua hal seperti seorang
pakar. Seorang pakar/ahli (human expert) adalah seorang individu yang memiliki kemampuan
pemahaman yang superior dari suatu masalah.
Sistem pakar telah terbukti dapat menyelesaikan permasalahan pada berbagai bidang
yang membutuhkan seorang pakar. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Irfan dan
Rahmat (2007), mereka mengintegrasikan pengetahuan seorang dokter (pakar kesehatan) dengan
sistem pakar dalam mendiagnosis awal gangguan kesehatan. Suhartono (2010) membuat sistem
pakar untuk mengidentifikasi hama dan penyakit pada tanaman apel. Sistem pakar tersebut
diharapkan dapat mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman apel secara cepat dan tepat
sehingga bisa meminimalisir dampak yang ditimbulkan. Penelitian mengenai sistem pakar juga
dilakukan oleh akhlis dan jaenal (2010) yaitu membuat sistem pakar untuk mengidentifikasi
penyakitjeruk.
Pada penelitian ini, akan mengintegrasikan tes WISC dengan sistem pakar. Hal tersebut
berarti menggabungkan dua bidang disiplin ilmu yaitu bidang psikologi (menentukan bakat
melalui tes WISC) dan bidang informatika (sistem pakar dengan metode forward chaining).
Sistem pakar yang akan dibangun diharapkan dapat mempersingkat waktu yang
dibutuhkan dalam melakukan tes WISC. Dengan tampilan sistem yang dibuat menarik
diharapkan testee tidak merasa bosan. Diharapkan juga, waktu yang diperlukan untuk
analisa hasil tes WISC dapat lebih singkat. Selain itu, sistem pakar juga dapat bertahan lebih
lama.
Dari latar belakang yang telah disampaikan, dirasa perlu untuk meneliti dan
mengembangkan (Research & Development) sistem pakar untuk menentukan bakat anak melalui
tes WISC. Sistem pakar yang akan dibangun merupakan aplikasi perangkat lunak (software)
berbasis web. Sistem pakar yang akan dibangun nantinya juga dibuat semenarik mungkin,
sehingga seorang anak tidak merasa bosan dalam melakukan tes bakat tersebut. Bakat anak
diketahui dengan jawaban atas pertanyaanpertanyaan dari sistem pakar. Dari jawaban anak
tersebut akan ditelusuri sesuai aturan (rule) yang ada pada metode tes WISC. Kemudian,
ditentukan skala dan bobot yang telah ditetapkan. Dari skala dan bobot ini didapatkan deskripsi
sebagai bentuk interpretasi bakat yang dimiliki anak tersebut (testee).
REVIEW JURNAL UTAMA
JURNAL PEMBANDING
Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses pengembangan potensi yang dimiliki oleh peserta didik
dan merupakan cikal bakal dalam pembangunan nasional seseorang. Menurut Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 3 “tujuan pendidikan yaitu
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
mempunyai rasa bertanggung jawab”. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah
telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguh-
sungguh dan berkelanjutan mengadakan perubahan demi perbaikan mutu, sehingga lulusan yang
dihasilkan unggul dalam menghadapi persaingan yang makin ketat dan meningkat. Oleh karena
itu, semua praktisi pendidikan harus bekerja keras untuk bisa meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan cara memperbaiki proses
belajar-mengajar di dalam kelas sebagai modal dasar dalam pembentukan individu yang bermutu
dan berdaya saing.
Pendidikan Geografi adalah salah satu mata pelajaran wajib bagi siswa Sekolah
Menengah Atas khususnya siswa di jurusan IPS. Ilmu geografi adalah ilmu yang mempelajari
tentang bumi dan segala aspek yang ada di dalamnya, baik benda mati maupun hidup. Oleh
sebab itu, siswa di tingkat SMA sangatlah perlu untuk mengetahui segala informasi alam baik di
Indonesia maupun di dunia yang mana akan sangat membantu mereka dalam menghadapi
tantangan masa depan nantinya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada siswa kelas X SMA
Negeri 1 Singkawang, SMA Negeri 2 Singkawang, SMA Negeri 3 Singkawang, SMA Negeri 4
Singkawang, dan SMA Negeri 10 Singkawang, ditemukan fakta bahwa masih banyak siswa yang
memiliki nilai yang kurang memuaskan untuk mata pelajaran Geografi. Kurang memuaskannya
nilai siswa pada mata pelajaran Geografi dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut
Slameto (2003: 54) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa digolongkan menjadi
dua golongan yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal
dari individu itu sendiri meliputi faktor jasmaniah (faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh),
faktor psikologi (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan), dan
faktor kelelahan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada diluar individu itu yang
meliputi faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Menurut Sudjana (2005), hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa
(internal) sebesar 70% dan dipengaruhi lingkungan (eksternal) sebesar 30%. Akan tetapi, faktor
eksternal dan internal akan saling berhubungan dan saling mendukung dalam pencapaian hasil
belajar siswa. Tingkat inteligensi atau kecerdasan intelektual merupakan salah satu faktor
internal yang secara umum dikenal dapat mempengaruhi hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono
(2002) berpendapat bahwa tingkat inteligensi merupakan keseluruhan kecakapan yang dimiliki
seseorang sehingga dapat bertindak dan berpikir secara terarah dan baik. Tingkat inteligensi
seseorang khususnya siswa dapat diukur melalui tes IQ. Pencapaian hasil belajar siswa juga
dipengaruhi oleh faktor ekternal yaitu motivasi, dalam hal ini adalah proses pembelajaran yang
terjadi di kelas yang disampaikan oleh guru. Douglas H. Brown (1985), menyatakan, The teacher
plays major role in designing classroom activity. Mengacu kepada pendapat Brown di atas, dapat
kita ketahui bahwa guru memerankan peran penting dalam mendesain aktivitas di kelas dalam
rangka menciptakan suasana belajar yang kondusif, efektif dan efisien.
Pencapaian hasil belajar siswa juga dipengaruhi oleh faktor ekternal yaitu motivasi,
dalam hal ini adalah proses pembelajaran yang terjadi di kelas yang disampaikan oleh guru.
Douglas H. Brown (1985), menyatakan, The teacher plays major role in designing classroom
activity. Mengacu kepada pendapat Brown di atas, dapat kita ketahui bahwa guru memerankan
peran penting dalam mendesain aktivitas di kelas dalam rangka menciptakan suasana belajar
yang kondusif, efektif dan efisien. Hal ini disebabkan karena geografi merupakan pengetahuan
yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan yang tidak kalah penting menghendaki
justifikasi atau pembuktian. Sifat - sifat dalam pembelajaran ilmu geografi ini menuntut
pembelajar menggunakan kemampuan - kemampuan dasar dalam pemecahan masalah, seperti
berpikir logis, berpikir strategik. Selain itu secara timbal balik maka dengan mempelajari
geografi, siswa terasah kemampuan dalam suatu proses pembelajaran.
Motivasi belajar merupakan hasrat untuk belajar dari seorang individu. Seorang siswa
dapat belajar secara lebih efisien apabila ia berusaha secara maksimal. Artinya ia memotivasi
dirinya sendiri. Motivasi belajar dapat datang dari dirinya sendiri (Intrinsik) yang rajin membaca
buku dan rasa ingin tahu tinggi terhadap suatu masalah. Motivasi belajar dapat dibangkitkan,
ditingkatkan dan dipelihara oleh kondisi-kondisi luar (Ekstrinsik), seperti penyajian pelajaran
oleh guru dengan media yang berfariasi, metode yang tepat, komunikasi yang dinamis.
Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan
judul “Hubungan tingkat inteligensi (IQ) dan motivasi belajar geografi dengan hasil belajar siswa
kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Singkawang tahun ajaran 2016/2017”.
14 Kekuatan penelitian Penelitian ini dilakukan dengan runtut dan teratur, mulai dari cara melakukan
penelitian hingga memilih metode dan langkah-langkah yang digunakan yang
sesuai dengan jenis penelitiannya agar tercapainya sebuah hasil penelitian yang
sempurna.
15 Kelemahan Sepertinya sulit untuk menemukan kelemahan dari hasil penelitian yang
penelitian dilakukan.
16 Kesimpulan 1. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat intelegensi (IQ)
terhadap hasil belajar siswa pada siswa kelas X SMA Negeri Singkawang
dengan besarnya korelasi antara X1 dan Y sebesar 0.638 sehingga t hitung>t
tabel, yaitu 6,98 > 1,993. dalam hal ini, hipotesis 1 diterima dengan kategori
“kuat”.
2. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi belajar Geografi
terhadap hasil belajar siswa pada siswa kelas X SMA Negeri Singkawang
dengan besarnya korelasi antara X2 dan Y sebesar 0.571 sehingga t hitung>t
tabel, yaitu 6,074 > 1,993. dalam hal ini hipotesis 2 diterima dengan kategori
“sedang”.
3. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara tingkat intelegensi (IQ) dan
motivasi belajar Geografi terhadap hasil belajar siswa pada siswa kelas X SMA
Negeri Singkawang dengan besarnya korelasi antara X1, X2 dan Y sebesar
0,717 sehingga t hitung>t tabel, yaitu 8,631 > 1,993. Dalam hal ini hipotesis 3
diterima dengan kategori “kuat”.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada jurnal utama penggunaan kalimat dan kata juga mudah dipahami serta dicerna oleh
pembaca. Kata-kata yang sederhana diikuti dengan penjelasan setiap konsep memudahkan
pembaca untuk memahami apa yang ingin disampaikan dalam jurnal ini. Adapun kekuatan
penelitian yaitu metode yang digunakan lebih terperinci dan jelas, data nya dapat diringkas
dengan cara dan bentuk yang lebih bermakna dan lebih mudah dianalisis.
Jurnal Pembanding
Pada jurnal pembanding ini kalimat dan pilihan kata nya juga mudah dipahami dan dicerna
oleh pembaca maupun penulis. Dalam jurnal pembanding ini juga terdapat metode yang
digunakan dalam penelitian yang akurat dan terpercaya.
Jurnal Utama
Pada jurnal utama tidak tercantum jelas subjek yang ada dalam penelitian. Susunan fakta dan
pernyataan penting juga mempunyai sedikit kelemahan. Penulis tidak menyusun pernyataan
penting dengan menarik. Pernyataan penting perlu disusun dengan menggunakan tanda-tanda
khusus seperti tanda tulisan miring agar pembaca mudah mencari point penting dari jurnal.
Jurnal Pembanding
Pada jurnal pembanding ini Kurang penjelasan pada langkah penelitiannya, maksudnya tidak
dipaparkan bagaimana cara meneliti nya sehingga pembaca kurang mengerti dalam langakah
penelitiannya dan kurang memahami termasuk metode penelitian dan langkah penelitiannya
yang sama juga kurang memaparkan penjelasannya.
Judul jurnal sudah sesuai menggambarkan secara isi yang hendak diungkapkan dalam jurnal
secara keseluruhan dan judul jurnal juga cukup jelas menyangkut poin penting yang diutarakan.
BAB VI
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Secara keseluruhan baik jurnal utama maupun jurnal pembanding 1 memiliki kelebihan dan
kelemahan masing-masing namun materi jurnal secara keseluruhan sangat baik dan bermanfaat
baik calon konselor.
Berdasarkan jurnal utama maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Sistem user yang telah dibuat mampu melakukan proses penelusuran bakat anak bagi
pengguna dengan teknik forward chaining.
2. Dominasi bakat didapatkan dari hasil tes tertinggi 3 dari 10 kategori tes WISC (informasi,
pemahaman, berhitung, persamaan, perbendaharaan
kata, melengkapi gambar, mengatur gambar, rancangan balok, merakit objek, simbol).
user/testee.
4. Keakuratan sistem mencapai diatas 80 % sehingga sistem pakar ini cukup baik untuk
membantu psikolog/tester tes WISC.
Untuk jurnal pembanding saran bagi guru yaitu Kepada guru Geografi hendaknya mengetahui
tingkat intelegensi siswanya sehingga dapat menjadi lebih bijaksana dalam menerapkan strategi
pembelajaran agar siswa dengan intelegensi rendah juga bisa bersaing dengan siswa dengan
intelegensi yang lebih tinggi. Saran kepada pihak sekolah hendaknya melakukan tes intelegensi
(IQ) kepada seluruh siswa pada awal pembelajaran sebagai acuan untuk pemetaan siswa
berdasarkan tingkat intelegensi nya dan pihak sekolah hendaknya menyediakan fasilitas yang
mendukung dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa, misalnya menyediakan sarana dan
prasarana untuk guru mengajar agar lebih variatif dan inovatif.