Infeksi Payudara

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS DENGAN INFEKSI PAYUDARA


(MASTITIS)

Dosen Pembimbing : Rahajeng Siti Nur Rahmawati ,M.Keb

DISUSUN OLEH :
Onita Bingar P (P17321173032)
Emaniar Arta N (P17321173035)
Nathasia Elga H (P17321173037)
Reki Lintang N (P17321174045)
Fieby Viorentina (P17321174051)
Angelina C.P (P17321174056)
Dhea Juanita P. (P17321174058)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN KEDIRI
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Kebidanan Komprehensif/Essay


Pada : ………………………………………………………………………
Di : ………………………………………………………………………
Periode tanggal : ………………………………………………………………………

Telah disetujui oleh pembimbing

Kediri, …………………………………
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

…………………………. ………………………….
NIP. NIM.

Mengetahui
Pembimbing Akademik

………………………….
NIP.
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat Praktik :
Tanggal :

A. Konsep Teori
- Definisi, Etiologi, Fisiologi/Patofisiologi, Tanda Gejala, Penatalaksanaan, dll
B. Tinjauan Asuhan Kebidanan
C. Daftar Pustaka

Kediri, …………………………………
Pembimbing Ruangan Mahasiswa

…………………………. ………………………….
NIP. NIM.

Mengetahui
Pembimbing Akademik

………………………….
NIP.

BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Menyusui merupakan suatu proses alamiah. Berjuta-juta ibu diseluruh dunia berhasil
menyusui bayinya tanpa pernah membaca buku tentang ASI.Seiring dengan perkembangan
zaman, terjadi pula peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
sehingga pengetahuan lama yang mendasar seperti menyusui justru kadang terlupakan,
menyusui adalah suatu pengetahuan yang selama berjuta-juta tahun mempunyai peran yang
penting dalam mempertahankan kehidupan manusia (Roesli, 2000).
Masalah-masalah menyusui yang sering terjadi adalah puting susu lecet/nyeri sekitar 57%
dari ibu-ibu yang menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putingnya,
payudara bengkak. Payudara bengkak sering terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah
ibu melahirkan, karena terdapat sumbatan pada satu atau lebih duktus laktiferus dan mastitis
serta abses payudara yang merupakan kelanjutan/komplikasi dari mastitis yang disebabkan
karena meluasnya peradangan payudara.Sehingga dapat menyebabkan tidak terlaksananya
ASI ekslusif (Soetjiningsih, 1997).
Semakin disadari bahwa pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat dari teknik menyusui
yang buruk, merupakan penyebab penting terjadinya mastitis,tetapi dalam benak banyak
petugas kesehatan, mastitis masih dianggap sama dengan infeksi payudara. Mereka sering
tidak mampu membantu wanita penderita mastitis untuk terus menyusui, dan mereka bahkan
mungkin menyarankan wanita tersebut untuk berhenti menyusui, yang sebenarnya tidak
perlu. Mastitis dan abses payudara terjadi pada semua populasi, dengan atau tanpa kebiasaan
menyusui. Insiden yang dilaporkan bervariasi dan sedikit sampai 33% wanita menyusui,
tetapi biasanya dibawah 10% (WHO, 2003).
Pada masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara
(mastitis). Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama pascasalin, tetapi
biasanya tidak sampai melewati minggu ketiga atau ke empat. Kejadian mastitis berkisar 2-
33% ibu meneteki dan lebih kurang 10% kasus mastitis akan berkembang menjadi abses
(bernanah) dengan gejala yang makin berat (Saifuddin, 2014).

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan perawatan dan asuhan kebidanan secara
komprehensif kepada ibu nifas dengan infeksi payudara atau mastitis.

1.3.2 Tujuan Khusus


a. Dapat melakukan pengkajian kepada kasus ibu
b. Dapat merumuskan diagnosa dan masalah aktual pada ibu
c. Dapat menyusun rencana asuhan secara menyeluruh pada ibu
d. Melaksanakan tindakan secara menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan masalah
pada ibu
e. Dapat melakukan evaluasi dari diagnosa yang telah ditentukan sebelumnya

1.1. Metode Pengumpulan Data


Menejemen kebidanan komprehensif ini menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut:
a) Wawancara
Merupakan metode pengumpulan data wawancara langsung responden yang diteliti
metode ini diberikan hasil secara langsung dalam metode ini dapat digunakan instrumen
berupa pedoman wawancara kemudian daftar periksa atau cheklist.
b) Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara langsung
kepada responden untuk mencari perubahan atau hal-hal yang telah diteliti.
c) Pemeriksaan fisik
Merupakan pengumpulan data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien
secara langsung meliputi inspeksi, palpasi, austkultasi dan perkusi untuk mendapatkan
data yang obyektif.
d) Studi dokumentasi
Merupakan pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen
asli. Dengan melihat data dan riwayat ibu direkam medik.
e) Studi Kepustakaan
Merupakan pengumpulan data dengan jalan mengambil literatur dengan buku-buku serta
makalah-makalah yang ada hubungannya dengan kasus.

1.2. Sistematika Penulisan


Halaman Judul
Lembar Pengesahan
Format Laporan Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
1.2.2. Tujuan Khusus
1.3. Metode Pengumpulan Data
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Konsep Teori
2.1.1. Definisi Nifas dan Menyusui
2.1.2. Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi

2.1.3. Definisi Mastitis


2.1.4. Etiologi Mastitis
2.1.5. Tingkatan Mastitis
2.1.6. Gejala Mastitis
2.1.7. Pencegahan Mastitis
2.1.8. Penatalaksanaan Mastitis
2.1.9. Cara mengatasi radang payudara

2.2. Tinjauan Asuhan Kebidanan


2.2.1 Konsep Manajemen Asuhan Varney
2.2.2 Pendokumentasian secara SOAP
2.2.3 Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara SOAP
BAB III TINJAUAN KASUS
BAB IV PEMBAHASAN
Berisi analisis tentang kesenjangan antara teori dan praktik
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 KONSEP TEORI INFEKSI PAYUDARA (MASTITIS)


2.1.1 Definisi Masa Nifas dan Menyusui
Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Prawirohardjo, 2014).
Masa nifas adalah masa setelah melahirkan selama 6 minggu atau 40 hari.
Masa ini penting sekali untuk terus dipantau. Nifas merupakan masa pembersihan
rahim, sama halnya seperti masa haid.
Secara garis besar terdapat tiga proses penting dimasa nifas yaitu sebagai
berikut :
1. Pengecilan Rahim atau involusi
Rahim adalah organ tubuh yang spesifik dan unik karena dapat
mengecil serta membesar dengan menambah atau mengurangi jumlahselnya.
Pada wanita yang tidak hamil, berat rahim sekitar 30 gram denganukuran
kurang lebih sebesar telur ayam. Selama kehamilan rahim makin lama akan
makin membesar.
Bentuk otot rahim mirip jala berlapis tiga dengan serat-seratnya yang
melintang kanan, kiri dan transversal. Diantara otot-otot itu ada
pembuluhdarah yang mengalirkan darah ke plasenta. Setelah plasenta lepas,
otot Rahim akan berkontraksi atau mengerut, sehingga pembuluh
darahterjepit dan perdarahan berhenti.
Setelah bayi lahir umumnya berat Rahim menjadi sekitar 1000 gram
dan dapat diraba kira-kira setinggi 2 jari dibawah umbilicus. Setelah 1
minggu kemudian beratnya berkurang jadi sekitar 500 gram. Sekitar 2
minggu beratnya sekitar 300 gram dan tidak dapat diraba lagi.
2. Kekentalan darah (hemokonsentrasi) kembali normal
Selama hamil darah ibu relatif encer, karena cairan darah ibubanyak,
sementara sel darahnya berkurang. Bila dilakukan pemeriksaan kadar
Hemoglobin (Hb) akan tampak sedikit menurun dari angka normalnya
sebesar 11-12 gr%. Jika hemoglobinnya terlalu rendah, makabisa jadi
anemia atau kekurangan darah.
Oleh karena itu, selama hamil ibu perlu diberi obat-obatanpenambah
darah, sehingga sel-sel darahnya bertambah dan konsentrasidarah atau
hemoglobin nya normal atau tidak terlalu rendah. Setelah melahirkan,
sistem sirkulasi darah ibu akan kembali seperti semula. Darah kembali
mengental, dimana kadar perbandingan sel darah dan cairandarah kembali
normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ke-3 sampai harike 15 pasca
persalinan.
3. Proses Laktasi atau Menyusui
Proses ini timbul setelah plasenta atau ari- ari lepas. Plasenta
mengandung hormon penghambat prolaktin (hormon plasenta) yang
menghambat pembentukan ASI. Setelah plasenta lepas, hormon plasentaitu
tidak dihasilkan lagi, sehingga terjadi produksi ASI. ASI keluar 2-3
haripasca melahirkan. Namun hal yang luar biasa adalah sebelumnya di
payudara sudah terbentuk kolostrum yang sangat baik untuk bayi, karena
mengandung zat kaya gizi, dan antibodii pembunuh kuman.

2.1.2 Anatomi Payudara dan Fisiologi Laktasi


Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak dibawah kulit,
diatas otot dada dan fungsinya memperoduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia
mempunyai sepasang kelenjar payudara, dengan berat kira-kira 200 gram, yang
kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Ada tiga bagian utama payudara, yaitu
: 1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar 2. Areola, yaitu bagian yang
kehitaman di tengah 3. Papilla, atau putting, yaitu bagian yang menonjol di
puncak payudara.
Dalam korpus mammae terdapat alveolus, yaitu unti terkecil yang
memperoduksi susu. Alveolus terdiri dari beberapa sel aciner, jaringan lemak, sel
plasma, sel otot polos dan pembuluh darah. Beberapa alveolus mengelompok
membentuk lobules, kemudian beberapa lobules berkumpul menjadi 15-20 lobus
pada tiap payudara. Dari alveolus ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), kemudian beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang
lebih besar (duktus laktiferus). Di bawah areola saluran yang besar melebar,
disebut sinus laktiferus. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran ,
terdpaat otot polos yang bila berkontraksi memompa ASI keluar.
Sejak masa kehamilan payudara perlu diperiksa untuk persiapan
menyusui. Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui keadaan payudara
sehingga bila terdapat kelainan dapat segera diketahui. Penemuan kelainan
payudara sejak dini diharapkan segera bisa dikoreksi sehingga ketika menyusui
dapat lancar. Pemeriksaan payudara dilakukan saat kunjungan antenatal dengan
cara inspeksi dan palpasi.
Komponen-komponen pemeriksaan payudara yang perlu diinspeksi adalah
sebagai berikut.
1. Payudara
a. Ukuran dan bentuk
Ukuran dan bentuk payudara tidak berpengaruh pada produksi
ASI. Perlu diperhatikan bila ada kelainan; seperti pembesaran masif,
gerakan yang tidak simetris pada perubahan posisi.
b. Kontur atau permukaan
Permukaan yang tidak rata, adanya depresi, elevasi, retraksi atau
luka pada kulit payudara harus dipikirkan ke arah tumor atau keganasan
di bawahnya. Saluran limfe yang tersumbat dapat menyebabkan kulit
membengkak dan membuat gambaran seperti kulit jeruk.
c. Warna kulit
Pada umumnya sama dengan warna kulit perut atau punggung,
yang perlu diperhatikan adalah adanya warna kemerahan tanda radang,
penyakit kulit atau bahkan keganasan.
2. Areola
a. Ukuran dan bentuk
Pada umumnya akan membesar pada saat pubertas dan selama
kehamilan serta bersifat simetris. Bila batas areola tidak rata (tidak
melingkar) perlu diperhatikan lebih khusus.
b. Permukaan
Permukaan dapat licin atau berkerut. Bila ada sisik putih perlu
dipikirkan adanya penyakit kulit, kebersihan yang kurang atau
keganasan.
c. Warna
Pigmentasi yang meningkat pada saat kehamilan menyebabkan
warna kulit pada areola lebih gelap dibanding sebelum hamil.
3. Puting susu
a. Ukuran dan bentuk
Ukuran puting sangat bervariasi dan tidak mempunyai arti khusus.
Bentuk puting susu ada beberapa macam. Pada bentuk puting terbenam
perlu dipikirkan retraksi akibat keganasan namun tidak semua puting
susu terbenam disebabkan oleh keganasan.
b. Permukaan
Permukaan pada umumnya tidak beraturan. Adanya luka dan sisik
merupakan suatu kelainan.
c. Warna
Sama dengan areola karena juga mempunyai pigmen yang sama
atau bahkan lebih.
Berikut ini merupakan komponen-komponen pemeriksaan payudara yang
perlu dipalpasi adalah sebagai berikut.
1. Konsistensi
Konsistensi dari waktu ke waktu berbeda karena pengaruh hormonal.
2. Massa
Tujuan utama pemeriksaan palpasi payudara adalah untuk mencari
massa. Setiap massa harus digambarkan secara jelas letak dan ciri-ciri massa
yang teraba harus dievaluasi dengan baik. Pemeriksaan ini sebaiknya
diperluas sampai ke daerah ketiak.
3. Puting susu
Pemeriksaan puting susu merupakan hal penting dalam
mempersiapkan ibu untuk menyusui. Untuk menunjang keberhasilan
menyusui maka pada saat kehamilan puting susu ibu perlu diperiksa
kelenturannya dengan cara sebagai berikut.

Gambar Putting Susu


a. Sebelum dipegang periksa dulu bentuk puting susu.
b. Pegang areola disisi puting susu dengan ibu jari dan telunjuk.
c. Dengan perlahan puting susu dan areola ditarik, untuk membentuk
dot, bila puting susu: mudah ditarik, berarti lentur, tertarik sedikit,
berarti kurang lentur, masuk ke dalam, berarti puting susu terbenam.

2.1.3 Definisi Mastitis


Peradangan payudara adalah suatu hal yang sangat biasa pada wania yang
pernah hamil ,malahan dalam praktek sehari-hari yang tidak hamil pun kadang-
kadang kita temukan dengan mastitis (Prawiroharjo, 2014).
Bilamana pembesaran payudara hampir terjadi pada semua wanita pada
dua sampai tiga hari pertama setelah kelahiran,tetapi jarang akan menetap dan
biasanya tidak disertai dengan peningkatan temperature yang lebih
tinggi.Kongesti cenderung terjadi menyeluruh dengan pembesaran vena
superficial (Friedman,1998).
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak
disertai infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga
mastitis laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat
menjadi fatal bila tidak diberi tindakan yang adekuat. Abses payudara,
pengumpulan nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari
mastitis (Adiningsih, 2002).
Mastitis adalah infeksi payudara yang kebanyakan terjadi pada ibu yang
baru ertama kali menyusui bayinya.Mastitis hamper selalu unilateral dan
berkembang setelah terjadi aliran susu. (Bobak,2005). Mastitis adalah radang
pada payudara. (Soetjiningsih,1997). Mastitis adalah abses atau nanah pada
payudara atau radang payudara.

Gambar 1. Infeksi payudara atau mastits.

2.1.4 Etiologi Mastitis


a. Organisme penyebab utama adalah Streptococcus aureus.
b. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat,akhirnya terjadi mastitis.
c. Pakaian dalam (BH) yang terlalu ketat mengakibatkan segmental
engorgement.kalau tidak disusukan bisa terjadi mastitis.
d. Putting susu yang lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar ke
duktus-duktus dan sinus.menyebabkan terjadinya mastitis.
e. Ibu yang diet jelek kurang isirahat,anemia,akan mudah terjadinya infeksi.
(Soetjiningsih,1997).
f. Putting susu yang pecah-pecah atau terluka.
g. Adanya sumbatan pada saluran ASI.
h. Daya tahan tubuh yang lemah.
i. Kurang menjaga kebersihan putting payudara.
j. Teknik meneteki yang kurang benar sehingga pengosongan payudara tidak
terjadi dengan baik.
k. Pengisapan bayi yang kurang kuat sehingga menyebabkan obstruksi kelenjar
payudara.

2.1.5 Tingkatan Mastitis


1. Tingkat awal peradangan.
Pada peradangan dalam taraf permulaan penderita hanya merasa
nyeri setempat,taraf ini cukup memberi support mamma itu dengan kain
tiga segi,supaya tidak menggantung yang memberikan rasa nyeri dan
disamping iu memberi antibiotika.

Knight dan Nolan dari Royal Infirmary di Edinburgh


mengemukakan bahwa Stafilococcus aureus yang dibiakkan 93 %
resisten terhadap penisilin dan 55 % terhadap streptomisin,akan
tetapi,hamper tidak resisten terhadap linksin dan oksasilin.Dianjurkan
pemakaian linkosin secukupnya selama 7 sampai 10 hari dan kalau
ternyata alergi terhadap obat-obatan ini,diberi tetrasiklin.
2. Tingkat Abses.
Hampir selalu orang datang sudah dalam tingkat abses. Dari
tingkat radang ke abses berlansung sangat cepat karena oleh radang
duktulus-duktulus menjadi edematous,air susu terbendung,dan air susu
yang terbendung itu segera bercampur dengan nanah.

2.1.6 Gejala Mastitis


1. Bengkak,nyeri seluruh payudara / nyeri local.
2. Kemerahan pada seluruh payuara / hanya local.
3. Payudara keras dan berbenjol-benjol
4. Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-
pecah.
5. Badan demam seperti terserang flu.
6. Menggigil,deman malaise.
7. Nyeri tekan pada payudara.
8. Bila sudah masuk tahap abses , gejalanya:
a. Nyeri bertambah hebat di payudara.
b. Kulit diatas abses mengkilap.
c. Suhu tubuh (39 – 40 C ).
d. Bayi sendiri tidak mau minum pada payudara.sakit,seolah bayi tahu bahwa
susu disebelah itu bercampur dengan nanah.(Prawiroharjo,2014)

2.1.7 Pencegahan Mastitis


Mastitis bisa dihindari jika ibu yang baru melahirkan cukup banyak
istirahat dan bisa secara teratur menyusui bayinya agar payudara tidak menjadi
bengkak.Gunakan BH yang sesuai ukuran payudara.serta usahakan untuk selalu
menjaga kebersihan payudara dengan cara membersihkan dengan kapas dan air
hangat sebelum dan sesudah menyusui.
Hampir semua kasus mastitis akut dapat dihindari melalui upaya menyusui
dengan benar. Kebersihan harus dipraktekkan oleh semua yang berkontak dengan
bayi baru lahir dan ibu baru, juga mengurangi insiden mastitis. Tindakan
pencegahan termasuk usaha yang cermat untuk menghindari kontaminasi tersebut
dengan menyingkirkan individual yang diketahui atau dicuigai sebagai karir dari
tempat perawatan. Mencuci tangan dengan baik adalah penting untuk mencegh
terjadinya infeksi.

2.1.8 Penatalaksanaan Mastitis


1. Menyusui diteruskan,pertama bayi disusukan pada yang terkena selama dan
sesering mungkin agar payudara kosong.kemudian ada payudara yang
normal.
2. Menyokong payudara dan kompres local.
3. Berilah kompres panas bila menggunaka sower hangat / lap basah pada
payudara yang terkena.
4. Ubah posisi menyusui dari waktu kewaktu yaitu dengan posisi
tiduran,duduk / posisi memegang bola (Foot ball position ).
5. Pakailah baju dan Bh yang longgar.
6. Istirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi.
7. Banyak minum + 2 liter / hari.
Dengan cara-cara tersebut diatas biasanya peradangan akan menghiang
setelah 48 jam.Jarang sekali menjadi abses tetapi bila dengan cara-cara tersebut
diatas tidak ada perbaika setelah 12 jam maka diberikan antibiotika selama 5 – 10
hari dan analgesic.
8. Berikan Kloksasin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari,bila diberikan
sebelum terbentuknya abses biasanya keluhannya akan berkurang.
9. Ibu harus didorong menysui bayinya walaupun ada pus.
10. Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan(Saiffudin,2002)
11. Bila sudah terjadi abses.
Satu-satunya pengobatan adalah melakkan drainase bedah melalui insisi
radial diatas daerah yang berfluktuasi.Perawatan khusus harus diberikan
selama pembedahan untuk menjamin drainase yang adekuat dari semua
lokuasi pus pada payudara.Pemulihan yang cepat dapat diharapkan jia
drainase dilakukan dengan baik.
Gambar 2. Mastitis

12. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri,berikan antibiotika
dan obat penurun panans.istirahat yang cukup,minum banyak air
putih,makan makanan yang bergizi.
13. Bila terjadi abses payudara dapat dilakukan insisi/sayatan untuk
mengeluarkan nanah dan lanjutkan dengan drainase dengan
pipa/handschoen drain agar nanah dapat keluar terus.

2.1.9 Cara mengatasi radang payudara


1. Istirahat, istirahat akan menghilangkan rasa stress dan meningkatkan
kekebalan tubuh kembali.
2. Kompres payudara secara bergantan, dengan kompres hangat dan dingin.
Kompres dingin dapat menghilangkan rasa nyeri pada payudara dan kompres
hangat dapat mengurangi peradangan.
3. Pijat daerah yang sakit.pemijatan dapat meningkatkan sirkulasi, mengurangi
penyumbatan payudara serta membantu factor imunitas dipayudara. Pijat
payudara sambil mandi air hangat atau berendam dalam air hangat.
4. Jangan berhenti menyusui meskipun payudara meradang. Sebab menghentikan
menyusui dapat menyebabkan infeksi kuman pada payudara yang dapat
berlanjut menjadi abses.
5. Susuilah lebih sering pada payudara yang meradang
6. Susuilah payudara yang meradang sampai kosong karena apabila ada yang
tersisa akan lebih rentan terhadap infeki, sebaiknya harus segera menyusui bayi
bila bayi menolak menyusu maka keluarkan dengan atangan atau dipompa.
Mulailah menyusui dengan payudara yang sehat setelah itu baru ganti pada
payudara yang sakit. Cara ini akan mengurangi nyeri saat menyusui
7. Apabila bayi menolak menyusu pada payudara yang meradang hal ini dapat
disebabkan karena peradangan kelenjar susu meningkatkan kadar sodium
(garam) pada asi sehingga rasanya jadi asin kebanyakan bayi tidak menyadari
rasa ASI ini tetapi ada bayi yang menolak untuk meminumnya. Apabila bayi
menolak mulailah menyusui dari payudara yang sehat baru selanjutnya ke
payudara yang meradang apabila peradangan terus berlanjut maka segeralah
periksa kedokter.
2.2 TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN
2.2.1. Konsep Manajemen Asuhan Varney
Konsep manajemen asuhan varney 7 langkah varney, langkah- langkahnya :
1. Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk mengkaji pasien
2. Pengembangan data dasar, interpretasi data menetukan diagnosa
3. Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain
4. Evaluasi kebutuhan intervensi segera
5. Perencanaan
6. Implementasi
7. Evaluasi/penilaian
 Langkah 1 (pertama) : Pengumpulan data dasar secara komperhensif untuk
mengkaji pasien
Pengumpulan data dasar secara komprehensif untuk megkaji pasien. Data dasar
tersebut termasuk riwayat kesehatan, hasil pemeriksaan fisik dan panggul serta
tinjauan catatan saat ini atau catatan lama dari Rumah Sakit/RB/Puskesmas.
Pengumpulan data ini mencakup Data Subjekti dan Objektif
 Langkah II (kedua): Pengembangan data dasar, interpretasi dat menentukan
diagnosa
Pengembangan data dasar, interpretasi data, menentukan diagnosa. Ada beberapa
masalah tidak dapat diidentifikasi atau ditetapkan sebagai dianosa, tetapi perlu
dipertimbangkan untuk pengembangan rencana pelayanan komprehensif.
 Langkah ke III (ketiga): Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa
lain
Identifikasi masalah-masalah potensial atau diagnosa lain. Tahapan ini penting untuk
mengantisipasi masalah, pencegahan bila memungkinkan guna keamanan pelayanan.
Kemudianmenentukan tindakan pencegahan dan persiapan kemungkinan terjadinya
kegawatdaruratan.
 Langkah ke IV (ke empat): Evaluasi kebutuhan intervensi segera/ identifikasi
kebutuhan segera
Gambaran proses manajemen berlanjut tidak hanya selama kunjungan prenatal tetapi
tetap berlangsung sampai ketika pada masa nifas. Pengkajian untuk mendapatkan
data baru dan pemantauan kegiatan harus tetap dilakukan.
 Langkah ke V (lima): Perencanaan
Rencana pelayanan komprehensif ditentukan berdasarkan tahapan terdahulu (langkah
pertama, kedua, ketiga, dan keempat) untuk mengantisipasi masalah serta diagnosa.
Selain itu perlu untuk mendapatkan data yang belum diperoleh atau tambahan
informasi data dasar.
 Langkah ke VI (keenam): Implementasi
Implementasi rencana asuhan yang telah dirumuskan. Rencana yang telah
dirumuskan mungkin semuanya dapat dilaksanakan oleh bidan secara mandiri atau
sebagian dilaksanakan oleh ibu atau tim kesehatan lainnya.
 Langkah ke VII (ketujuh): Mengevaluasi
Evaluasi merupakan suatu penganalisaan hasil implementasi asuhan yang telah
dilaksanakan dalam periode untuk menilai keberhasilannya apakah benar-benar
memenuhi kebutuhan untuk dibantu.Tujuan dari evaluasi atau penilaian adalah untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan
implementasi asuhan berdasarkan analisa.

2.2.2. Pendokumentasian Secara SOAP


a. S : Data Subjektif
Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien. Untuk
memperjelas adanya mastitis pada ibu post partum.
Data Subjektif pada ibu mastitis :
 Ibu menyampaikan kalua baru melahirkan beberapa hari yang lalu.
Mengeluh payudaranya terasa berat dan sakit.
 Tidak berani untuk meneteki bayinya.
 Badan terasa demam seperti hendak flu, merasakan nyeri otot, sakit
kepala dan keletihan.

b. O : Data Objektif
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur, hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil pemeriksaan laboratorium Catatan medik dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini
sebagai data penunjang.
Data Objektif pada mastitis :
 Adanya nyeri ringan pada salah satu lobus payudara ibu, yang
diperberat jika bayi menyusu.
 Teraba keras dan tampak memerah. Permukaan kulit dari payudara
yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah.
 Peningkatan suhu yang cepat (39,5-40℃).
 Nadi kecil dan cepat serta menggigil.
 Sakit kepala, nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras

c. A : Analisis
Langkah ini merupakan pendokumentasian hasil analisis dan intrepretasi
(kesimpulan) dari data subjektif dan objektif.
Contoh :
P..A..H.. nifas hari ke ... dengan mastitis.
a. P : Penatalaksanaan
1. Dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu untuk aliran ASI yang
baik dengan lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah.
2. Bila ibu merasa sangat nyeri, menyusui dimulai dari sisi payudara yang
sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah,
bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang.
3. Posisikan bayi pada payudara, dagu atau ujung hidung berada pada tempat
yang mengalami sumbatan agar membantu mengalirkan ASI dari daerah
tersebut.  Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah
ASI dari payudara dengan tangan atau pompa.
4. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak
atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting
juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.
5. Konseling suportif :
a. Memberikan dukungan,bimbingan.keyakinan kembali tentang
menyusui yang aman untuk diteruskan, bahwa ASI dari payudara yang
terkena tidak akan membahayakan bayi, serta payudara akan pulih
bentuk maupun fungsinya
b. Pengeluaran ASI yang efektif.
c. Bantu ibu perbaiki kenyutan bayi pada payudara.
d. Dorong untuk sering menyusui selama bayi menghendaki serat tanpa
batasan.
e. Bila perlu peras ASI dengan tangan atau pompa atau botol panas
sampai menyusui dapat dimulai lagi
6. Terapi antibiotika, diindikasikan pada:
a. Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi.
b. Gejala berat sejak awal
c. Terlihat putting pecah-pecah
d. Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki
e. Dan dapat diberikan antibiotika seperti: Antibiotika Beta-lakta-mase
f. Pengobatan simtomatik
g. Diterapi dengan anlgesik (mis: Ibuprofen, Parasetamol)
h. Istirahat atau tirah baring dengan bayinya
i. Penggunaan kompres hangat pada payudara
j. Yakinkan ibu untuk cukup cairan
k. Pendekatan terapeutik lain (misalnya penyinggiran pus, tindakan diit,
pengobatan herbal, menggunakan daun kol untuk kompres dingin
Jika terjadi abses payudara :
1. Lakukan rujukan untuk terapi bedah (pengeluaran pus dengan insisi dan
penyaluran)
2. Dukungan untuk menyusu
2.2.3. Bagan Alur Berfikir Varney dan Pendokumentasian Secara SOAP

STANDAR
DOKUMENTASI
VARNEY ASUHAN
Akuntabilitas
Kerangka Fikir KEBIDANAN
Profesi
(How to think) Kerangka Kerja
(How to write)
(How to do)
S : Subyektif data
Pengkajian Pengkajian
O : Obyektif data

Perumusan Diagnosa A : Analisa


Diagnosa
dan Masalah Diagnosa/masalah

Rumusan Tindakan
Antisipasi

Tindakan segera Perencanaan

Perencanaan
P : Penatalaksanaan
Komprehensif

Intervensi Implementasi

Evaluasi Evaluasi

Pencatatan Asuhan Kebidanan

BAB III
TINJAUAN KASUS

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN KEDIRI
Jl. KH. Wakhid Hasyim No. 64 B Telp. (0354) 773095 – 772833
Website : http://www.poltekkes-malang.ac.id Fax. (0354) 778340
Email : [email protected] Kediri 64114

FORMAT ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS (PNC)

PENGKAJIAN

Tanggal : 26 Maret 2020 Jam : 10.00

No. RM :

Nama : Ny. Y Nama Suami : Tn. T

Umur : 28 Umur : 29

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jalan Adi Sucipto No. 29 Alamat : Jalan Adi Sucipto No. 29

Cara masuk :

Datang Sendiri Rujukan dari :

Diagnose :

A. DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama : 21 hari setelah melahirkan anak pertama Ibu mengeluh menggigil dan
demam, pengeluaran ASI tidak lancar, tidak berani untuk meneteki bayinya, payudara
terasa nyeri dan keras apabila ditekan, payudara terlihat bengkak, terdapat benjolan, serta
kemerahan.
2. Riwayat menstruasi
 Usia manarche : 12 tahun
 Jumlah darah haid : 3x ganti pembalut per hari
 Keluhan saat haid : tidak ada
 Lama haid : 7-8 hari
 Flour albus : tidak ada
 Keluhan haid : tidak ada
3. Riwayat kehamilan,persalinan, dan nifas yang lalu.
P1A00 Hidup 1
No. Tgl, Th Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan
partus partus kehamilan Kelamin persalinan JK/BB anak
sekarang

1 6-03- PMB 9bln Laki-laki Bidan Tidak L/3000 Sehat


2020 ada gr

4. Riwayat kesehatan penyakit yang pernah diderita :


 Anemia
 Hipertensi
 Kardiovaskular
 TBC
 Diabetes
 Malaria
 IMS (Sphilis, GO, HIV/AIDS, dll)
 Lain-lain....
Pernah dirawat : ya/tidak Kapan : ........................... Dimana :.................
Pernah dioperasi : ya/tidak Kapan : ........................... Dimana :.................
Lain-lain

5. Riwayat penyakit keluarga (Ayah, Ibu, Mertua) yang pernah menderita sakit :
Ibu dan keluarga tidak ada riwayat penyakit

6. Status perkawinan : ya/tidak


Kawin 1 kali, kawin usia 23 tahun, lama menikah 5 tahun

7. Riwayat psiko sosial ekonomi


- Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan
Ibu dan keluarga senang dengan hadirnya anak ke 2 ini
- Penggunaan alat kontrasepsi KB
Ibu menggunakan kontrasepsi suntik
- Dukungan keluarga
Keluarga mendukung dengan anak kedua
- Pengambilan keputusan dalam keluarga
Suami berdiskusi dengan ibu
- Gizi yang dikonsumsi dan kebiasaan makan
Ibu makan 3 kali sehari dengan sayur, tempe, telur, ikan kadang makan buah
- Kebiasaan hidup sehat
Ibu mandi 2 kali sehari, gosok gigi, ganti baju, dan cuci tangan sebelum makan
- Beban kerja sehari
Ibu melakukan pekerjaan rumah
- Tempat dan penolong persalinan yang diinginkan
Bidan
- Penghasilan keluarga
Rp 2.800.000

8. Riwayat KB dan rencana KB


Metode yang pernah dipakai : suntik , Lama : 2 tahun bulan/tahun
Komplikasi dari KB : tidak ada , Rencana KB selanjutnya: suntik

9. Riwayat Ginekologi :
Infertilitas Infeksi virus PMS Endometritis
Polip serviks Kanker kandungan Operasi kandungan Perkosaan
DUB dll........................
10. Pola makan / minum/ eliminasi/ istirahat
- Pola minum : 8gelas/hari
- Pola eliminasi :
BAK 7 kali/hari, warna : jernih/kuning/kuning pekat/ groshematuri, BAK terakhir jam :
08.00
BAB 1 kali/hari, karakteristik: lembek/keras, BAB terakhir jam :05.00
- Pola istirahat :8 jam/hari, tidur terakhir jam : 20.30
- Dukungan keluarga : Suami Orang tua Mertua Keluarga lain

B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik Kesadaran : composmentis
BB/TB : 60/160 Tekanan Darah: 110/70
Nadi : 90x/menit Suhu : 39,5℃
Pernafasan : 20x/menit
2. Pemeriksaan Fisik
- Mata : Konjungtiva : anemis/tidak Selera : Ikterik/tidak
Pandangan Kabur Adanya pemandangan dua
- Rahang, gigi, gusi : normal/tidak, gusi berdaarah/tidak
- Leher : adanya pembesaran vena jugularis / tidak, adanya pembesaran kelenjar
thyroid/tidak.
- Dada :
a. Inspeksi : Kemerahan pada seluruh payudara dan bengkak, pengeluaran ASI
tidak lancar, permukaan kulit tampak terlihat seperti pecah-pecah.
b. Palpasi : Keras dan terdapat benjolan.
2. Sistem respiratori : dispneu tachipneu wheezing batuk
3. Sistem kardio : Nyeri dada murmur palpitasi
4. Pinggang :nyeri/tidak, skoliosis, lordosis, kiposis(coret yang tidak perlu)
5. Ekstrimitas atas dan bawah : tungkai simetris/asimetris oedema
Reflek patella varises
6. Pemeriksaan khusus
a. Abdomen
Inspeksi membesar dengan arah memanjang melebur
linea alba linea agra strie livide
Strie albican luka bekas operasi lain-lain
b. TFU : tak teraba diatas simfisis , Kontraksi Uterus : Baik/lembek
Diastesis rectus abdomonis : +/ -, ............................
Kandung kemih : Kosong/ penuh
Vulva Vagina : Lochea alba, Bau +/-
Luka Jalan lahir : Ruptur/Episiotomi, bengkak/tidak, bersih/kotor, luka
jahitan bertaut/tidak, basah/kering
Tanda-tanda Reeda (Red, Echimosis, Edema, Discharge, Aproximal)
Ekstremitas : Tromboflebitis (ada/tidak, berapa lama....................)

7. Pemeriksaan laboratorium :
- Laboratorium lengkap.
- CTG : janin................reaktif/tidak
- USG : ...........................................
- Foto thorak : ............................................
- EKG : ............................................

C. ANALISA / INTEPRETASI DATA


P1A00H1 nifas hari ke 21 dengan mastitis.

D. PENATALAKSANAAN
Tanggal : 26 Maret 2020 Jam : 10.15 WIB
1. Menjelaskan Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kemerahan, pembengkakan,
payudara keras, terdapat benjolan dan rasa nyeri pada payudara ibu merupakan
infeksi pada payudara, ibu mengerti.
2. Menyarankan ibu untuk melakukan sangga payudara, ibu mengerti.
3. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri, ibu mengerti.
4. Memberikan paracetamol 500 mg/ oral setiap 4jam untuk mengurangi nyeri dan
deman,ibu mengerti dan dapat melakukan.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada yang terkena selama dan sesering
mungkin agar payudara kosong.kemudian pada payudara yang normal, ibu mengerti.
6. Menyarankan ibu untuk tetap memantau suhu tubuh ibu, ibu mengerti dan dapat
melakukan.
7. Menganjurkan ibu untuk stirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi serta
banyak minum + 2 liter / hari, ibu bersedia.
8. Kunjungan ulang 3 hari, ibu mengerti.
Kediri,............................

Pembimbing Praktik Mahasiswa

.................................................... ......................................................

NIP. NIM.

Dosen Pembimbing

....................................................

NIP.
BAB IV
PEMBAHASAN

Ny. Y datang ke BPM pada tanggal 26 Maret 2020. Pada anamnesis didapatkan bahwa 21
hari setelah melahirkan anak pertama Ny. Y mengeluh menggigil dan demam, pengeluaran ASI
tidak lancar, tidak berani untuk meneteki bayinya, payudara terasa nyeri dan keras apabila
ditekan, payudara terlihat bengkak, terdapat benjolan, serta kemerahan.
Hasil dari pemeriksaan terdapat keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis
BB/TB : 60 kg/160 cm, tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 90x/ menit, suhu : 39,5℃,
pernafasan : 20x / menit. Hasil pemeriksaan Palpasi Dada : keras dan terdapat benjolan, TFU tak
teraba diatas simfisis, kontraksi uterus baik. Inspeksi Dada : Kemerahan pada seluruh payudara
dan bengkak, pengeluaran ASI tidak lancar, permukaan kulit tampak terlihat seperti pecah-pecah.
Genetalia : lochea alba, luka jalan lahir: episiotomy, luka jahitan bertaut, dan kering.
Pembahasan asuhan kebidanan dalam kasus ibu nifas dengan infeksi payudara dilakukan
setelah melaksanakan penerapan teori yang digunakan sebagai landasan dalam melakukan
manajemen kebidanan. Dari hasil tersebut dapat diambil adanya suatu persamaan atau
perbedaan antara teori dan praktik. Dalam pengkajian yang telah dilakukan, penulis akan
membahas sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian dan pengumpulan data dasar yang merupakan tahap awal dari
manajemen kebidanan dilaksanakan dengan cara pengkajian data subyektif, data obyektif
dan data penunjang. Berdasarkan pengkajian didapatkan bahwa 21 hari setelah melahirkan
anak pertama Ny. Y mengeluh menggigil dan demam, pengeluaran ASI tidak lancar, tidak
berani untuk meneteki bayinya, payudara terasa nyeri dan keras apabila ditekan, payudara
terlihat bengkak, terdapat benjolan, serta kemerahan.
Hasil dari pemeriksaan terdapat keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis
BB/TB : 60 kg/160 cm, tekanan darah : 110/70 mmHg, nadi : 90x/ menit, suhu : 39,5℃,
pernafasan : 20x / menit. Hasil pemeriksaan Palpasi Dada : keras dan terdapat benjolan, TFU
tak teraba diatas simfisis, kontraksi uterus baik. Inspeksi Dada : Kemerahan pada seluruh
payudara dan bengkak, pengeluaran ASI sedikit. Genetalia : lochea alba, luka jalan lahir:
episiotomy, luka jahitan bertaut, dan kering.
Berdasarkan tanda dan gejala yang dialami Ny.Y menunjukkan antara teori dan
praktek tidak ada kesenjangan.

2. Analisa Data
Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan, maka penulis menarik identifikasi
diagnosa dari kasus yang ada ditemukan satu diagnosa yaitu P1A00H1 nifas hari ke 21
dengan mastitis. Hal ini menunjukkan kasus tersebut sesuai dengan teori yang ada.
3. Perencanaan, Implementasi, Evaluasi
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan bahwa kemerahan, pembengkakan, payudara keras,
terdapat benjolan dan rasa nyeri pada payudara ibu merupakan infeksi pada payudara, ibu
mengerti.
2. Menyarankan ibu untuk melakukan sangga payudara, ibu mengerti.
3. Kompres dengan air dingin untuk mengurangi rasa nyeri, ibu mengerti.
4. Memberikan paracetamol 500 mg/ oral setiap 4jam untuk mengurangi nyeri dan
deman,ibu mengerti dan dapat melakukan.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya pada yang terkena selama dan sesering
mungkin agar payudara kosong.kemudian pada payudara yang normal, ibu mengerti.
6. Menyarankan ibu untuk tetap memantau suhu tubuh ibu, ibu mengerti dan dapat
melakukan.
7. Menganjurkan ibu untuk stirahat yang cukup dan makan-makanan yang bergizi serta
banyak minum + 2 liter / hari, ibu bersedia.
8. Kunjungan ulang 3 hari, ibu mengerti.

Penatalaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah dibuat bidan. Sehingga
tidak ada kesenjangan antara teori dan penatalaksanaannya. Dari rencana yang telah disusun,
pemeriksa melakukan intervensi pada keseluruhan rencana.
Evaluasi pada akhir asuhan, Ny. Y mengetahui dan menyetujui segala tindakan yang
dilakukan. Ibu mengatakan mengerti dan memahami dengan semua penjelasan yang
diberikan oleh petugas kesehatan, serta akan menjalankan anjuran yang sudah diberikan oleh
petugas kesehatan. Ibu dapat mengikuti beberapa hal yang dijelaskan oleh petugas kesehatan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis laktasional
atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal bila tidak diberi
tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan nanah lokal di dalam payudara
merupakan komplikasi berat dari mastitis (Adiningsih, 2002).

Penyebab tersering kejadian pada ibu dengan mastitis adalah : Organisme


penyebab utama adalah Streptococcus aureus, Payudara bengkak yang tidak disusu secara
adekuat,akhirnya terjadi mastitis, Pakaian dalam (BH) yang terlalu ketat mengakibatkan
segmental engorgement.kalau tidak disusukan bisa terjadi mastitis, Putting susu yang
lecet akan memudahkan masuknya kuman menjalar ke duktus-duktus dan
sinus.menyebabkan terjadinya mastitis, Ibu yang diet jelek kurang isirahat,anemia,akan
mudah terjadinya infeksi. (Soetjiningsih,1997), Putting susu yang pecah-pecah atau
terluka, Adanya sumbatan pada saluran ASI, Daya tahan tubuh yang lemah, Kurang
menjaga kebersihan putting payudara, Teknik meneteki yang kurang benar sehingga
pengosongan payudara tidak terjadi dengan baik, dan Pengisapan bayi yang kurang kuat
sehingga menyebabkan obstruksi kelenjar payudara.
Pasien yang mengalami Mastitis biassanya memiliki tanda dan gejala yang
dialami misalnya : Bengkak,nyeri seluruh payudara / nyeri local, Kemerahan pada
seluruh payuara / hanya local, Payudara keras dan berbenjol-benjol, Permukaan kulit dari
payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecah-pecah, Badan demam seperti
terserang flu, Menggigil,deman malaise, Nyeri tekan pada payudara, dan apabila sudah
masuk tahap abses, gejalanya meliputi : Nyeri bertambah hebat di payudara, Kulit diatas
abses mengkilap, Suhu tubuh (39 – 40 C ) dan Bayi sendiri tidak mau minum pada
payudara.sakit,seolah bayi tahu bahwa susu disebelah itu bercampur dengan nanah.
(Prawiroharjo,2014)
5.2 Saran

5.2.1 Bagi Penulis


Agar mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam mempelajari kasus-kasus pada
saat praktik dalam bentuk manajemen SOAP dan alur berpikir Varney serta
menerapkan asuhan sesuai standar pelayanan kebidanan yang telah ditetapkan sesuai
dengan kewenangan bidan yang telah diberikan kepada profesi bidan. Serta diharapkan
dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan asuhan
kebidanan secara komprehensif terhadap klien.

5.2.2 Bagi Lahan Praktek


Asuhan yang diberikan sudah cukup baik dan hendaknya agar dapat memberikan
asuhan yang lebih baik sesuai dengan standar asuhan kebidanan serta dapat mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan agar dapat menerapkan setiap asuhan
kebidanan sesuai dengan teori dari asuhan kebidanan patologis

5.2.3 Bagi Klien


Agar klien memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan keadaan
kehamilannya secara teratur sehingga akan merasa lebih yakin dan nyaman karena
mendapatkan gambaran tentang pentingnya pengawasan pada saat hamil dengan
melakukan pemeriksaan rutin di pelayanan kesehatan.

5.2.4 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kepustakaan bagi yang membutuhkan
Asuhan Kebidanan dan acuan pada penanganan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal.
DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, D. (2002). Mastitis : Penyebab dan Penatalaksanaan. Jakarta: Widya Medika.

Prawiroharjo, S. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Suherni, dkk. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya.

Ika Setyarini, Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal Neonatal.


Jakarta : Pusdik SDM Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Wahyuningsih, Heni Puji. 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui .Jakarta : Pusdik SDM
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI

Anda mungkin juga menyukai