Contoh Artikel

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 14

TATABAHASA TAGMEMIK

Eka Nurjanah
(Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia)
Email: [email protected]

Abstrak: Tagmem adalah suatu kesatuan, sejajar dengan fonem


dan morfem dalam hierarki ketatabahasaan fonologi, leksikon, dan
tata bahasa. Kesatuan dalam analisis tagmemik adalah tagmem
korelasi suatu lajur fungsional dengan kelas butir-butir yang
mengisi lajur tersebut. Kesatuan ini bukan hanya kesatuan bentuk,
seperti yang terdapat dalam model-model ketatabahasaan yang
lain, melainkan suatu perpaduan fungsi dan bentuk. Oleh karena
itu, artikel ini akan memberikan penjelasan lebih detail mengenai
tagmemik disertai prinsip-prinsip, konsep-konsep dan analisisnya.

Kata kunci: Tatabahasa tagmemik

Pada awalnya minat para penganalisis tagmemik terutama ditujukan pada bahasa-
bahasa yang terdapat di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, dan meskipun
karya deskriptif mereka terutama ditujukan pada penerjemahan Bible dan
evangelisasi, melindungi pelbagai bahasa dari kepunahan beberapa di antaranya
dengan pemakai yang relatif sedikit, namun karya-karya mereka semakin tersebar
dan usaha mereka sangat ekstensif.
Aliran ini berkembang bersama Summer Institute of Linguistics yang
banyak berkonsentrasi pada pemerian bahasa asing khususnya untuk kepentingan
misionaris. Analisis ini pun dipakai dalam memerikan bahasa-bahasa Indian di
Amerika.
Sebelum aliran tagmemik lahir, telah ada aliran-aliran linguistik lain yang
lebih dahulu berkembang, antara lain aliran tradisional, aliran struktural, aliran
transformasi, aliran case grammar, dan aliran relasionalisme. Selain itu, ada juga
aliran bloomfieldian, aliran neo-bloomfieldian, aliran firthian (aliran London),
aliran neo-firthian, aliran praha (aliran janewa), dan aliran mekanisme. Sederet
nama-nama aliran linguistik yang disebut belakangan pada dasarnya merupakan
cabang atau pengembangan dari aliran struktural.
Teori bahasa tagmemik merupakan perkembangan lanjutan dari aliran
strukturalisme Amerika. Sebagai lanjutan tersebut, teori tagmemik juga menganut
pandangan yang menyatakan bahwa bahasa memiliki struktur dengan tataran dan
bagian yang kait-mengait dan bahwa suatu unsur atau bagian tidak dapat
dianalisis secara terpisah sama sekali dari unsur-unsur atau satuan-satuan yang
lain.
Tatabahasa dicetuskan oleh Kenneth Lee Pike salah seorang murid
Edward Sapir. Dari kegiatannya meneliti bahasa dan melatih para calon peneliti
yang akan mengaji bahasa-bahasa yang belum memiliki tulisaan atau yang belum
pernah diteliti sebelumnya itulah lahir tatabahasa tagmemik.

Konsep Dasar Teori Tatabahasa Tagmemik


Teori tatabahasa tagmemik dikembangkan berdasarkan tiga konsep dasar,
yaitu:
1) Bahasa dipandang sebagai bagian dari tingkah laku manusia dan bahwa
tingkah laku verbal tidak dapat dipisahkan dari tingkah laku nonverbal secara
total.
Bahasa adalah bagian integral tingkah-laku manusia. Ini berarti bahwa
bahasa dapat dianalisis dan dipahami sebaik-baiknya sebagai satu aspek dari
tingkah laku manusia. Teori Tagmemik agak unik karena kebanyakan prinsip
dasarnya dinyatakan berlaku bagi semua tingkah laku manusia, termasuk bahasa.
Karena itu, tagmemik menolak pandangan bahasa yang mentalistik. Selain fungsi
simbolis atau fungsi representasional, bahasa juga memunyai fungsi komunikatif
yang sangat penting.

Semua tingkah laku purposif, termasuk bahasa, muncul dalam satuan-satuan


atau “kepingan-kepingan”
Suatu satuan dapat ditentukan menurut ciri-ciri pembeda yang
mengkontras-kannya dengan satuan-satuan lain dalam kelas, gugus, atau sistem.
Satuan itu dapat berbeda dalam bentuk fisiknya dalam batas-batas tertentu.
Pentingnya konteks
Satuan-satuan tidak terjadi dalam isolasi; satuan-sataun itu terjadi dalam
konteks. Hal ini berarti bahwa faktor-faktor penyebab bagi variabel dapat di
temukan dalam konteks.

Hierarki, tonggak dari teori tagmemik


Hierarki di sini merujuk kepada hierarki sebagian dan keseluruhan,
ketimbang hierarki taksonomis atau hierarki tipe-aksibilitas, yaitu, satuan-satuan
kecil umumnya terjadi sebagai bagian dan satuan-satuan yang lebih besar lagi.
Berkaitan dengan bahasa, tuntutan bahwa bahasa-bahasa mempunyai tingkat-
tingkat yang signifikan dari segi struktur. Secara khusus, ujaran-ujaran linguistik
dipandang terstruktur, ujaran-ujaran linguistis dipandang dengan tiga hierarki
yang simultan dan saling mengunci: yaitu hierarki fonologis, dramatikal, dan
referensial.

Teori tagmemik secara formal mengenal perspektif pengamat yang bervariasi


Sekurang-kurangnya ada tiga perspektif yang berbeda, namun saling
melengkapi yang dapat dipakai untuk meninjau detail-detail yang sama. Dalam
pandangan statis, butir-butir sebagai benda-benda individual dan berbeda menjadi
pusat perhatian. Pandangan dinamis memusatkan perhatian pada dinamika butir-
butir yang bertumpang-tidih, bercampur, dan bergabung antara satu dengan
lainnya. Terakhir perspektif relasional yang memusatkan perhatian pada
hubungan antara satuan-satuan, dengan mamperhatikan jaringan, medan, atau
matriks.
2) Analisis dan pemerian didasarkan pada tagmem, yakni satuan dasar
gramatikal. Tagmem didefinisikan sebagai “korelasi antara fungsi gramatikan
atau gatra dengan sekumpulan butir-butir bahasa yang sejenis dan saling dapat
mengisi yang menduduki fungsi tersebut.
Tagmem adalah suatu tempat dalam suatu struktur, sintaktik atau
morfologik, bersama-sama dengan kelas formal unsur-unsur yang menempati
tempat tersebut (sering disebut ‘slot’ – gatra dan ‘filler’ – butir pengisi).
Contoh kalimat: Adik tidur
Terdiri dari dua tagmem kata, yakni tagmem subyek yang diisi oleh
nomina (adik) dan tagmem predikat yang diiisi oleh verba intransitif (tidur).
Disingkat dengan simbol-simbol:
Adik tidur
+ S : n + P : vint

3) Teori tatabahasa tagmemik menganalisis suatu unit sintaktik menjadi tagmem-


tagmem secara berurutan dan serempak.
Contoh kalimat: Amir membeli baju kemarin
Amir membeli baju kemarin

Amir membeli baju kemarin

membeli baju kemarin

membeli baju
menurut tatabahasa struktural. Analisis tagmemik kalimat di atas akan
menghasilkan pemerian sebagai berikut.
Amir membeli baju kemarin
Kal. = + Dasar : Kl. t (transitif) – Int. t (urun)

S : nd (iri) p : vt O : n Adv : adv


Amir membeli baju kemarin
Analisis kedua ini disebut analisis untaian (string analysis).
Ketiga konsep dasar di atas dijabarkan menjadi lebih banyak pandangan
dasar yang menjadi ciri khas teori tagmemik:
1. Tagmemik berpegang teguh pada pandangan bahwa bahasa tidak dapat
dipisahkan dari kebudayaan sebagai konteks tingkah laku manusia.
2. Dalam pemerian bahasa teori tagmemik memperhitungkan fonologi,
morfologi, sintaksis, makna, dan konteks secara serentak.
3. Tagmemik menekankan keketatan pembagian tataran dalam pemerian bahasa,
yakni dengan menghindari pencampuradukkan tataran dalam analisis karena
masing-masing tataran menduduki fungsi khusus dalam suatu hierarki.
4. Teori tagmemik menggunakan alat pemerian yang memilahkan pandangan
etik dan pandangan emik.
Tabel 1. Perbedaan Konsep Etik dan Konsep Emik
No. Emik Etik
1 Mengamati satu kebudayaan atau bahasa Mengamati semua kebudayaan atau bahasa
secara khusus atau suatu kelompok yang dipilih secara
bersama-sama atau secara komparatif
2 Satuan lingual ditentukan oleh apa yang Pandangan tentang satuan lingual sebelum
ditemukan di lapangan pada waktu mengadakan penelitian lapangan mengenai
meneliti suatu bahasa suatu bahasa
3 Struktur bahasa yang ditemukan waktu Struktur bahasa yang diperkirakan sebagai
meneliti dan telah diujikan pada penutur hasil kreasi peneliti sebelum diuji pada
asli penutur asli
4 Pandangan internal (orang dalam) Pandangan eksternal (orang luar) mengenai
mengenai suatu sistem berdasarkan suatu sistem
kriteria yang ada dalam sistem itu sendiri
5 Kriteria bagi suatu pandangan bersifat Kriteria bagi suatu pandangan bersifat mutlak
relatif (nisbi) menurut sifat-sifat internal dan dibangun menurut dasar penalaran
peneliti dan mungkin dapat diukur dengan
nyata dan langsung memakai alat
6 Suatu satuan mempunyai hubungan Suatu satuan tidak perlu dipandang sebagai
fungsional dan struktural dengan satuan bagian dari satuan-satuan yang lebih besar
yang lebih besar dan bersama-sama
membentuk suatu hierarki
7 Dua satuan etik dinyatakan berbeda bila Dua satuan emik berbeda bila satuan-satuan
pengukuran dengan alat bantu tersebut menghasilkan tanggapan-tanggapan
menunjukkan adanya perbedaan yang berbeda pada penutur asli
8 Data etik diperoleh dari analisis yang Data emik menuntut pengetahuan yang utuh
bersifat sementara dan/atau sebagian tentang keseluruhan sistem dan merupakan
data akhir

5. Dalam menganalisis satuan dasar sintaksis, tagmem, ditekankan keutuhan


fungsi dan bentuk.
Fungsi Bentuk (kategori)

Peran Kohesi
6. Menurut pandangan tagmemik, kalimat sebagai titik awal dan akhir analisis
bahasa tidak menghasilkan pemerian yang memadai.
7. Tagmemik mementingkan peran konteks dalam analisis bahasa.
8. Teori tagmemik mempostulasikan suatu sistem tingkah laku di mana setiap
unsur sampai taraf tertentu mempengaruhi atau membatasi setiap unsur yang
lain.
9. Teori tagmemik menganut keyakinan akan adanya semestaan-semestaan
bahasa sebagai bagian dari tingkah laku manusia yang utuh, yang
memungkinkan diciptakannya suatu teknik analisis yang dapat menerobos
batas-batas antar bahasa demi pemeriannya. Beberapa semestaan bahasa
tersebut ialah:
a) Adanya unit-unit atau satuan-satuan tingkah laku yang dapat dikenali
b) Adanya hierarki yang menekankan hubungan timbal-balik antara suatu
satuan dengan satuan yang lebih besar
c) Pentingnya konteks, sebab tidak ada sesuatupun yang dapat diberi tanpa
konteks
d) Pentingnya sudut pandang atau perspektif pengamat.

Orientasi Teori Tatabahasa Tagmemik


Tatabahasa tagmemik berorientasi pada fungsi. Pengajian bahasa selalu
diarahkan pada pemerian dan penjelasan fungsi yang dimiliki oleh masing-masing
unsur bahasa. Fungsi dapat dipilihkan dari bentuk pada tataran bunyi. Pada tataran
ini dibahas sebuah satuan mempunyai fungsi diferensial atau fungsi pembeda
makna. Pada tataran leksikon dasar fonem yang mempunyai satuan dasar morfem
tagmem yang mempunyai fungsi gramatikal dan membawa makna gramatikal.
Menurut Longacre (1980), salah satu tujuan utama teori tagmemik adalah
penekanan kembali fungsi dalam konteks strukturalis.

Inti Teori Tatabahasa Tagmemik


Teori tatabahasa tagmemik dapat diringkas sebagai berikut: seluruh
tingkah laku manusia berstruktur atau berpola. Bahasa dapat disebut sebagai
tingkah laku tutur (verbal). Tingkah laku verbal nampak bentuk penggalan-
penggalan atau satuan-satuan yang dikenali bentuk, ciri dan distribusinya.
Satuan-satuan tersebut dibentuk dalam tiga cara, yaitu mempertentangkan
satuan-satuan untuk menemukan ciri-ciri pembeda; meneliti variasi bentuk satuan
untuk menekankan mana yang etik dan mana yang emik; dan mengamati
distribusi satuan tersebut dalam ujaran. Ketiga cara tersebut menghasilkan tiga
struktur, yaitu struktur fonologis, struktur morfologis, dan struktur gramatikal.
Dengan memanfaatkan tiga sudut pandang, yakni sudut pandang statis, dinamis,
dan relasional yang saling melengkapi, unsur-unsur bahasa dapat dipandang
sebagai partikel, gelombang, dan jaringan atau medan secara serentak. Pemilihan
ketiga sudut pandang ini sejajar dengan tataran dalam bahasa yang membentuk
tiga macam hierarki: tataran fonologis, tataran leksikal, dan tataran gramatikal.
Tataran ini dibagi secara ketat dan pada masing-masing tataran dapat
ditemukan dan dikenali satuan-satuan minimal, yaitu satuan fonem dan tataran
fonologis, satuan morfem pada tataran leksikal atau referensial, dan satuan
tagmem pada tataran gramatikal.
Berikut adalah suatu ujaran diuraikan menjadi satuan-satuan yang dapat
dikenali pada tataran yang berbeda-beda: tataran satuan minimal, satuan primer,
dan satuan sekunder pada hierarki fonologis, leksikal atau referensial dan hierarki
gramatikal.
Contoh kalimat: Saya meminjam sebuah buku dan membacanya.
Contoh analisis:
HF tm fonem : sayameminjamsebuahbukudanmembacanya
tp silabe : sa.ya.me.min.jam.se.bu.ah.bu.ku.dan.mem.ba.ca.nya
ts suku : sa.ya / me.min.jam.se.bu.ah.bu.ku / dan.mem.ba.ca.nya
HR tm morfem: saya-meN pinjam-se-buah-buku-dan-meN-baca-nya
tp kata : saya meminjam sebuah buku dan membacanya
ts Frasa : saya meminjam (sebuah buku) dan membacanya
HG tm tagmem: [saya] [meminjam] [sebuah buku] [dan] [membaca][-nya]
tp klausa : ǀǀ [saya] [meminjam] [sebuahbuku] ǀǀ [dan] membaca-nya
ts kalimat : ǀǀ[saya] [meminjam] [sebuahbuku] ǀǀ[dan]
[membaca][-nya]
S Pro P Vt O FN Hub Kon P Vt O Pron
ag ak ob phub ak obj
Saya meminjam sebuah buku dan membaca nya
(Djawanai, 1987)
KARAKTERISTIK TEORI TAGMEMIK
1. Teori kesemestaan
2. Sifat elektik
3. Setiap struktur gramatik terbangun atas tagmem-tagmem
4. Ciri hierarki
5. Tatanan normal dan tak normal
6. Kalimat tidak memiliki subjek dan predikat
7. Predikat harus berupa kata kerja/frasa kerja
8. Tidak ada batas antara morfologi dan sintaksis
9. Analisis dimulai dari wacana
10. Analisis tagmemik
11. Pembedaan ciri etik dan emik
12. Ciri etik dan emik pada tataran klausa
13. Menyukai analisa bahasa yang belum dikenal

Tipe Klausa Secara –Emik


Tipe klausa secara –emik dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Pike &
Pike dalam Soeparno, 2008:33).
Skema:
Clause Root

Actor No-Actor (Item)

Undergoer No-Undergoer Scope No-Scope


BE E
Scope No-Scope Scope No-Scope (5) (6)
BT T BI I
(1) (2) (3) (4)
Keterangan:
(1) Akar Klausa Bi-Transitif
Akar klausa ini memiliki peran actor, undergoer, dan scope.
Contoh: Panitia membagikan medali kepada para pemenang.
(2) Akar Klausa Transitif
Akar klausa ini memiliki peran actor, undergoer, akan tetapi tidak
memiliki peran scope.
Contoh: Ia membaca buku.
(3) Akar Klausa Bi-Intransitif
Akar klausa ini memiliki peran actor dan scope, akan tetapi tidak memiliki
peran undergoer.
Contoh: Mobil itu berada di jalur lambat.
(4) Akar Klausa Intransitif
Akar klausa ini memiliki peran actor, akan tetapi tidak memiliki peran
undergoer dan scope.
Contoh: Air itu mengalir.
(5) Akar Klausa Bi-Ekuatif
Akar klausa ini tidak memiliki peran actor dan undergoer, akan tetapi
memiliki peran scope.
Contoh: Harganya cukup mahal untuk golongan menengah.
(6) Akar Klausa Ekuatif
Akar klausa ini tidak memiliki peran actor, undergoer, maupun scope.
Contoh: Chomsky pelopor aliran transformasi.

Tipe Klausa Secara –Etik


Skema: Clause Root

Transitivity Identification Existence

+Actor - Actor

+UND -UND +UND -UND


+SC -SC +SC -SC +SC -SC +SC -SC SPEC GEN +SC -SC
ABT AT ABI AI ABR AR ABEv AEv Id Gen Ref Ext
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (17) (18) (19) (20)
SBT ST SBI SI SBR SR SBEv Sev
(9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16)

1) Action Bi-Transitive : Ia memberikan uang kepadaku.


2) Action Transitive : Mike Tyson menghajar Spinks.
3) Action Bi-Intransitive : Roket Ariane meluncur ke orbit.
4) Action Intransitive : Burungnya berkicau.
5) Action Bireceptive : Durian itu jatuh dari pohon.
6) Action Receptive : Es mencair.
7) Action Bi-Eventive : Tidak angin di dalam rumah.
8) Action Eventive : Hujan.
9) State Bitransitive : Aku berhutang budi kepadanya.
10) State Transitive : Jalan ini membelah desa Tegalsari.
11) State Bi-Intransitive : Jaser Arafat berada di Tunisia.
12) State Intransitive : Tanamannya mulai berbuah.
13) State Bi-Receptive : DIY-Jateng.
14) State Receptive : Harga minyak bumi turun.
15) State Bi-Eventive : Dingin di luar.
16) State Eventive : Terlambat.
17) Identive : Ibu saya guru Taman Kanak-kanak
18) Generic : Padi dan bambu jenis tumbuhan Gramineae.
19) Referentive : Ini anak laki-lakinya.
20) Existive : Belum ada tanda-tanda berhasil.

Analisis Tata Bahasa Tagmemik


Tagmeme, istilah dahulu gramem, adalah kolerasi slot (jalur) dengan
sekelompok butir-butir yang bisa menempati jalur itu. Pada kalimat the pen is on
the table, butir the pen dengan pas menempati jalur subjek, dan tagmeme
subjeknya dinyatakan dengan the pen. Bahasa, menurut pike, tersusun atas tiga
level atau modus yang setengah otonom tapi saling berkaitan, yaitu: phonology,
grammar, dan lexicon. Pike menolak kalimat sebagai inti dasar grammar, dia
menekankan tertib tata urut unit-unit gramatik kedalam tingkatan: morphemes,
words, phrases, clausa, sentences, paragraphs dan discourse. Tagmem-tagmem
itu bersatu membentuk syntagmemes atau rentetan unsur yang sejajar.
Seterusnya menurut Pike unit dasar grammar tidak bisa dinyatakan dalam
fungsi saja, seperti subject + predicator + object. Tidak pula dinyatakan dengan
rentetan bentuk seperti noun phrase + verb phrase + noun phrase. Keduanya itu
(fungsi dan bentuk) mesti diungkapkan bersamaan dalam rentetan seperti:
(S : NP) + (P : VP) + (O : NP)
Rumusan di atas dibaca sebagai berikut: jalur subyek diisi oleh Noun
Phrase, diikuti jalur predicator yang diisi verb phares, diikuti jalur obyek yang
diisi noun phares. Istilah “slot” tidak mengacu sepenuhnya kepada posisi linear,
tetapi pada pokoknya mempunyai acuan pada fungsi gramatik dari bentuknya.
Selanjutnya dibedakan dua macam tagmeme, yaitu obligatory (= wajib)
dan optional (= pilihan). Tagmeme wajib diberi simbol plus (+), dan tagmeme
pilihan diberi simbol plus minus (±). Frase seperti Ada lima apel manis
mempunyai tagmeme-tagmeme sebagai berikut.
(±) determiner (±) numeral (+) noun head (±) noun attribute
Sebagaimana kita ketahui dalam frase di atas noun intinya adalah apel. Ia
bisa berdiri sendiri. Sedangkan sesisanya berfungsi modifier atau bersifat pilihan,
boleh dipakai boleh juga tidak.
Dalam tata urut level grammar (morfem – kata – frasa – klausa – kalimat)
sering pula terjadi bahwa satu unit merupakan anggota dari unit grammar yang
lebih rendah. Inilah yang disebut rank-shifted ini, maka keadaan yang normal
dalam tata unit level gramatik bisa didiagramkan sebagi berikut.
morfem <> kata <> frase <> klause <> kalimat
Artinya bahwa kata bisa dianggap sebagai terdiri atas morfem dan kata
juga sebagai unsur pembentuk frase. Frase juga di samping terbentuk dari kata,
juga merupakan unsur pembentuk klausa. Klausa terbentuk dari frase juga
merupakan pembentuk kalimat.
Selain itu masih ada kelebihan lainnya kita bisa melihatnya pada
klasifikasi unsur-unsur yang berdasarkan makna dan fungsi dalam kalimat sebagai
tata urut tagmemik. Fries misalnya dalam The Structure of English (1952) akan
mengelompokkan Gajah dan Air sungai pada satu kelas: Class I, sedangkan pada
tagmemik kedua kata itu diikatkan langsung dengan fungsi yang diembannya
seperti pada jalur berikut.
S:N
Anak Gajah
P:V
Sedang meminum
O:N
Air sungai
Meskipun Anak Gajah dan Air sungai dari kelas yang sama (noun),
mereka menempati fungsi subjek dan objek.
Demikian pula kosakata Memasak, yang mungkin hanya ditafsirkan secara
verbal sederhana, pada kenyataannya kata tersebut bisa memiliki fungsi yang
berbeda, seperti pada.
Memasak adalah hobinya.
Dia sedang memasak ayam goreng.
Dia membawa peralatan memasak.
Pada setiap kalimat di atas, kosakata memasak menjadi tagmeme yang
berbeda-beda – bahwasanya makna sangat berkaitan akrab dengan fungsi (dapat
disisipkan di setiap fungsi).
Demikian telah dipaparkan tentang tata bahasa tagmemik. Adapun
beberapa kelebihan dari tata bahasa tagmemik ini, yaitu kerangka analisisnya
sederhana dan dalam konsepnya menuntut sedikit penjelasan. Dengan demikian
kebanyakan kategori dan hubungan yang dipakai oleh tata bahasa tagmemik ini
dalam deskripsi linguistik bisa dimanfaatkan guru-guru tanpa memakan waktu
lama untuk membicarakan teori linguistik yang mendasari contoh-contoh
pengajarannya.Yang mempelajari bahasa sudah mengikuti gagasan pola-pola
gramatik yang bisa diidentifikasi, diingat dan dikaji banding dengan pola-pola
lain. Analisis tagmemik berisi seperangkat pola-pola yang diringkaskan pada
sejumlah tingkatan misalnya pola frase, pola klausa dan pola kalimat yang
memudahkan pengertian siswa akan sistem linguistik. Juga ini menyajikan
kerangka acuan untuk menghubung-hubungkan perincian-perincian dan
menggabungkannya dalam keseluruhan yang padat arti.

SIMPULAN
Aliran ini berwawasan elektrik, yakni merangkul dan merangkum teori-
teori sebelumnya. Prinsip-prinsip aliran pratagmemik dihargai dan diperhitungkan
secara proporsional sesuai dengan karakternya.
Dengan konsep kesemestaan (universal) maka bahasa apapun cocok untuk
dianalisis dengan teori tagmemik, bahkan fenomena di luar bahasa pun dapat
dianalisis dengan teori tagmemik.
Level-level gramatikalnya sangat lengkap dari morfem hingga wacana.
Setiap level selalu dikaitkan dengan posisi level di atas dan di bawahnya dan
selalu disertai dengan makna referensialnya.
Dalam pengajaran bahasa, aliran tagmemik menggunakan dua pendekatan
sekaligus, yakni pendekatan komunikatif dan pendekatan kontekstual. Dengan
adanya cirri kontekstual dan komunikatif ini, memungkinkan proses pembelajaran
bahasa lebih optimal dan fungsional.
Tidak adanya batas antara morfologi dan sintaksis, sehingga pembagian
bidang analisisnya bersifat fleksibel dan dapat dipakai untuk menganalisis bahasa-
bahasa yang bertipe sintetik dan polisintetik.
Secara tegas menempatkan status subjek dan predikat pada klausa, bukan
pada kalimat, sehingga batas antara klausa dan kalimat sangat nyata. Analisis
dengan data bahasa “antah barantah” dan bahasa hipotetik benar-benar bermanfaat
untuk mempertajam daya analisis, tidak sekedar menghafalkan prosedur dan
menghafalkan simpulan.

Daftar Rujukan

Adhiatama, Robby. 2013. Tatabahasa Tagmemik. (Online),


(http://radhiatama.blogspot.com/2013/03/tata-bahasa-tagmemik.html,
diakses 20 Januari 2014).
Samsuri. 1988. Berbagai Aliran Linguistik Abad XX. Jakarta.

Soeparno. 2008. Aliran Tagmemik Teori, Analisis, dan Penerapan dalam


Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Anda mungkin juga menyukai