KWU Kel 3

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 28

IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN SERTA

MERINTIS USAHA BARU DAN MODEL


PENGEMBANGANNYA

KELOMPOK 3

KELAS C

DISUSUN OLEH:

1. Meliana Indra Safitri (24050118120016)


2. Reni Junita (24050118120017)
3. Nurina Salma Alfiyyah (24050118120019)
4. Ayuk Denik Amriyansi (24050118120020)
5. Chintya Ayu Maharani (24050118120021)
6. Hafizatur Rahmi (24050118120022)
7. Fida Fauziyyah (24050118120024)
8. Devina Cindy Erlinda (24050118120026)

DEPARTEMEN STATISTIKA

FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA

UNIVERSITAS DIPONEGORO

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah
Kewirausahaan. Kemudian, shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Tugas ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Kewirausahaan di program studi
Statistika, Fakultas Sains dan Matematika Universtitas Diponegoro. Selanjutnya, kami dari
kelompok 3 mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Drs.Sudarno,
M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Kewirausahaan dan kepada segenap pihak yang
telah memberikan bimbingan serta arahan selama pengerjaan tugas ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam pengerjaan tugas ini,
maka dari itu kami mengharapkan kritik serta saran yang konstruktif dari para pembaca demi
kesempurnaan tugas ini.

Semarang, 25 September 2019

Kelompok 3

ii
DATAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii

Daftar isi....................................................................................................................................iii

I. Tujuan Pembelajaran............................................................................................................1
II. Pembahasan
A. Ide Kewirausahaan.........................................................................................................1
B. Sumber-Sumber Potensial Peluang................................................................................2
C. Bekal Peluang dan Kompetensi Kewirausahaan............................................................4
D. Cara Memasuki Dunia Usaha.........................................................................................8
E. Merintis Usaha Baru.......................................................................................................8
a) Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki..................................................................9
b) Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang Akan Dipilih....................................9
c) Tempat Usha yang akan Dipilih.............................................................................10
d) Lingkungan Usaha..................................................................................................11
e) Hambatan-Hambatan dalam Memasuki Industri....................................................12
f) Paten,Merek Dagang,dan Hak Cipta......................................................................12
F. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan................................................................13
a) Waralaba.................................................................................................................15
b) Kerjasama antara Franchisor dengan Franchisee...................................................16
G. Profil Usaha Kecil dan Model Pengembangannya.......................................................17
H. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil........................................................19
III. Kesimpulan.........................................................................................................................22
IV. Datar Pustaka......................................................................................................................23
V. Lampiran............................................................................................................................23

iii
IDE DAN PELUANG DALAM KEWIRAUSAHAAN SERTA MERINTIS
USAHA BARU DAN MODEL PENGEMBANGANNYA
I. Tujuan Pembelajaran
1. Dapat menjelaskan timbulnya ide dan peluang dalam kewirausahaan.
2. Dapat mengidentifikasi sumber-sumber peluang potensial kewirausahaan.
3. Memahami tentang pentingnya bekal pengetahuan dan kemampuan dalam mencapai
keberhasilan kewirausahaan.
4. Menggambarkan langkah-langkah memasuki dunia usaha.
5. Mengenal cara merintis usaha baru dan model pengembangannya.

II. Pembahasan
A. Ide Kewirausahaan
Wirausaha dapat menambah nilai suatu barang dan jasa melalui inovasi.
Keberhasilan dapat dicapai apabila wirausaha menggunakan produk, proses, dan jasa-
jasa inovasi sebagai alat untuk menggali perubahan. Oleh sebab itu, inovasi
merupakan instrumen penting untuk memberdayakan sumber-sumber agar
menghasilkan sesuatu yang baru dan menciptakan nilai. Ketangguhan kewirausahaan
sebagai penggerak perekonomian terlctak pada kreasi baru untuk menciptakan nilai
secara terus-menerus. Wirausaha dapat menciptakan nilai dengan cara mengubah
semua tantangan menjadi peluang melalui ide-ide dan akhirnya menjadi pengendali
usaha. Semua tantangan bisa menjadi peluang apabila terdapat inovasi, misalnya
menciptakan permintaan melalui penemuan baru. Dengan penemuan baru, para
pengusaha perusahaan mengendalikan pasar, dan akhirnya membuat konsumen
konsumen kepada produsen. Dengan demikian, produsen tidak lagi bergantung pada
konsumen seperti falsafah pemasaran yang konvensional.
Menurut Zimmerer, ide-ide yang berasal dari wirausaha dapat menciptakan
peluang untuk memenuhi kebutuhan riil di pasar. Ide-ide itu menciptakan nilai
potensial di pasar sekaligus menjadi peluang usaha. Dalam mengevaluasi ide untuk
menciptakan nilai-nilai potensial (peluang usaha), wirausaha perlu mengidentifikasi
dan mengevaluasi semua resiko yang mungkin terjadi dengan cara :
1. Mengurangi kemungkinan resiko melalui strategi yang proaktif
2. Menyebarkan resiko pada aspek yang paling mungkin
3. Mengelola resiko yang mendatangkan nilai atau manfaat
Ada tiga resiko yang dapat dievaluasi, yaitu :
1. Resiko pasar atau persaingan
2. Resiko financial
3. Resiko teknik
Risiko terjadi akibat adanya ketidakpastian pasar. Risiko finansial terjadi
akibat rendahnya hasil perjualan dan tingginya biaya. Risiko teknik terjadi akibut
adanya kegagalan teknik. Pada hakikatnya, ketidakpastian pasar terjadi akibat dari
berbagai faktor seperti lingkungan ekonomi, teknologi, demografi, dan sosial politik.
Menurut Zimmerer (1996: 82), kreativitas sering kali muncul dalambentuk ide
untuk menghasilkan barang dan jasa baru. Ide bukanlah peluang dan tidak akan

1
muncul bila wirausaha tidak mengadakan evaluasi dan pengamatan secara terus-
menerus Banyak ide yang betul-betul asli akan tetapi sebagian besar peluang tercipta
ketika wirusaha memiliki cara pandang baru terhadap ide yang lama. Pertanyaannya,
bagaimana ide bisa menjadi peluang? Terdapat beberapa jawaban atas pertanyaan di
antaranya :
1. Ide dapat digerakkan secara internal melalui perubahan cara-cara/metode yang
lebih baik untuk melayani dan memuaskan pelanggan dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk produk dan jasa baru.
3. Ide dapat dihasilkan dalam bentuk modifikasi pekerjaan yang dilakukan atau cara
melakukan suatu pekerjaan.
Hasil dari ide-ide tersebut secara keseluruhan adalah perubahan dalam bentuk
arahan atau petunjuk bagi perusahaan atau kreasi baru tentang barang yang dihasilkan
perusahaan. Banyak wirausaha yang berhasil bukan atas ide sendiri tetapi hasil
pengamatan dan penerapan ide-ide arang lain yang bisa dijadikan peluang.
B. Sumber-Sumber Potensial Peluang
Agar ide-ide potensial menjadi peluang bisnis yang riil, maka wirausaha harus
bersedia melakukan evaluasi terhadap peluang secara terus-menerus. Proses
penjaringan ide atau disebut screening merupakan suatu cara terbaik untuk
menuangkan ide potensial menjadi produk dan jasa riil. Adapun langkah dalam
penjaringan ide dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Menciptakan produk baru dan berbeda
Ketika ide dimunculkan secara riil atau nyata, misalnya dalam bentuk barang
dan jasa baru, maka produk dan jasa tersebut harus berbeda dengan produk dan
jasa yang ada di pasar Selain itu produk dan jasa tersebut harus menciptakan nilai
bagi pembeli atau penggunanya. Agar berguna, barang dan jasa harus bernilai bagi
konsumen, baik pelanggan maupun konsumen potensial lainnya. Oleh sebab itu,
wirausahą harus benar-benar mengetahui perilaku konsumen di pasar. Dalam
mengamati perilaku pasar, paling sedikit ada dua unsur pasar yang perlu
diperhatikan :
a. Permintaan terhadap barang/jasa yang dihasilkan
b. Waktu penyerahan dan waktu permintaan barang/jasa
Dengan demikian, jelaslah bahwa wirausaha yang sukses perlu menciptakan
produk dan jasa unggul yang memberikan nilai kepada konsumen. Misalnya,
apakah produk-produk barang dan jasa tersebut dapat meningkatkan efisiensi bagi
pemakainya? Berapa besarnya? Apakah perbaikan dalam efisiensi dapat diketahui
juga oleh pembeli potensial? Berapa persen target yang ingin dicapai dari
segmentasi pasar tersebut? Pertanyaan-pertanyaan di atas penting dalam
menciptakan peluang.
Secara implisit, apabila wirausaha baru berfokus pada segmen pasar, maka
secara spesiik peluang itu akan sangat tergantung pada perilaku segmen pasar.
Kemampuan untuk memperoleh peluang , sangat bergantung pada kemampuan
wirausaha untuk menganalisis pasar, yang meliputi aspek :
a. Analisis demografi pasar

2
b. Analisis sifat serta tingkah laku pesaing
c. Analisis keunggulan bersaing pesaing dan kevakuman pesaing yang dapat
dianggap dapat menciptakan peluang.
2. Mengamati pintu peluang
Wirausaha harus mengamati potensi-potensi yang dimiliki pesaing, misalnya :
a. Kemungkinan pesaing mengembangkan produk baru
b. Pengalaman keberhasilan dalam mengembangkan produk baru
c. Dukungan keuangan
d. Keunggulan-keunggulan yang dimiliki pesaing di pasar
Kemampuan pesaing untuk mempertahankan posisi pasar dapat dievaluasi
dengan mengamati kelemahan-kelemahan dan resiko pesaing dalam menanamkan
modal barunya.
Untuk mengetahui kelemahan, kekuatan, dan peluang yang dimiliki pesaing,
dan peluang yang dapat kita peroleh, menurut Zimmerer (1996 : 67) ada beberapa
keadaan yang dapat menciptakan peluang, yaitu :
a. Produk baru harus segera di pasarkan dalam jangka waktu yang relative
singkat
b. Kerugian teknik harus rendah
c. Bila pesaing tidak begitu agresif untuk mengembangkan strategi produknya
d. Pesaing tidak memiliki teknologi canggih
e. Pesaing sejak awal tidak memiliki strategi dalam mempertahankan posisi
pasarnya
f. Perusahaan baru memiliki kemampuan dan sumber-sumber untuk
menghasilkan produk barunya.
3. Analisis produk dan proses produksi secara mendalam
Analisis ini sangat penting untuk menjamin apakah jumlah dan kualitas
produk yang di hasilkan memadai atau tidak.
4. Menaksir biaya awal
Yaitu biaya awal yang diperlukan oleh usaha baru.
5. Memperhitungkan risiko yang mungkin terjadi
Resiko pesaing adalah kemampuan dan kesediaan pesaing untuk
mempertahankan posisi pasarnya:
a. Kesamaan dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
b. Tingkat keberhasilan yang dicapai pesaing dalam pengembangan produknya
c. Seberapa besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru
Risiko teknik berhubungan dengan proses pengembangan produk yang cocok
dengan diharapkan atau menyangkut suatu objek penentu apakah ide secara aktual
dapat ditransormasi menjadi produk yang siap dipasarkan dengan kapabilitas dan
karakteristiknya. Risiko finansial adalah risiko yang timbul sebagai akibat
ketidakcukupan finansial, baik dalam tahap pengembangan produk baru maupun
dai menciptakan dan mempertahankan penusahaan untuk mendukung biaya
produk baru. Analisis kelemahan, kekuatan, peluang, dan ancaman (strength,
weakness, opportunity, and threat-SWOT) sangat penting dalam menciptakan
keberhasilan perusahaan baru.

3
C. Bekal Peluang dan Kompetensi Kewirausahaan
Seperti dikemukakan dalam hasil survci yang dilakukan oleh Lambing (2000),
kebanyakan responden menjadi wirausaha karena didasari olch pengalaman sehingga
ia memiliki jiwa da watak kewirausahaan. Jadi, untuk menjadi wirausaha yang
berhasil, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah memiliki jiwa dan watak
kewirausahaan. Jiwa dan watak kewirausahaan tersebut dipengaruhi oleh
keterampilan, kemampuan, atau kompetensi. Kompetensi itu sendiri ditentukan oleh
pengetahuan dan pengalaman usaha.
Seperti telah dikemukakan, wirausaha adalah sescorang yang memiliki jiwa
dan kemampuan tertentu dalam berkreasi dan berinovasi. la adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda atau
kemampuan kreatif dan inovatif. Kemampuan kreatif dan inovatif tersebut secara riil
tercermin dalam kemampuan dan kemauan untuk memulai usaha, mengerjakan
sesuatu yang baru, kemauan dan kemampuan mencari peluang, kemampuan dan
keberanian menanggung risiko, dan kemampuan untuk mengembangkan ide serta
memanfaatkan sumber daya. Kemauan dan kemampuan-kemampuan tersebut
diperlukan terutama untuk :
1. Menghasilkan produk atau jasa baru
2. Menghasilkan nilai tambah baru
3. Merintis usaha baru
4. Melakukan proses/teknik baru.
5. Mengembangkan organisasi baru
Wirausaha berfungsi sebagai perencana sekaligus pelaksana usaha. Sebagai
perencana, wirausaha berperan dalam :
1. Merancang perusahaan
2. Mengatur strategi perusahaan
3. Pemrakarsa ide-ide perusahaan
4. Pemegang visi untuk memimpin
Sedangkan sebagai pelaksana usaha, wirausaha berperan dalam:
1. Menemukan, menciptakan, dan menerapkan ide baru yang berbeda
2. Meniru dan menduplikasi
3. Meniru dan memodifikasi
4. Mengembangkan produk, teknologi, citra, dan organisasi baru
Karena wirausaha identik dengan pengusaha kecil yang berperan sebagai
pemilik dan manajer, maka wirausahalah yang memodali, mengatur, mengawasi,
menikmati, dan menanggung risiko. Seperti telah dibahas, untuk menjadi wirausaha,
hal yang harus dimiliki pertama kali adalah modal dasar berupa ide atau visi yang
jelas, kemampuan dan komitmen yang kuat, kecukupan modal baik uang maupun
waktu, dan kecukupan tenaga serta pikiran cukup apabila tidak dilengkapi dengan
kemampuan. Menurut Casson (1982), yang dikutip oleh Yuyun Wirasasmita(1993: 3),
terdapat beberapa kemampuan yang harus dimiliki, yaitu:
1. Self knowledge, yaitu memiliki pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan
atau ditekuni.

4
2. Imagination, yaitu memiliki imajinasi, ide, dan perspektif serta tidak
mengandalkan kesuksesan masa lalu.
3. Practical knowledge, yaitu memiliki pengetahuan praktis, misalnya pengetahuan
teknik, desain, pemrosesan, pembukuan, administrasi, dan pemasaran.
4. Search skill, yaitu kemampuan berimajinasi
5. Foresight, yaitu berpandangan jauh ke depan.
6. Computation skill, yaitu kemampuan berhitung dan memprediksi keadaan di masa
yang akan datang.
7. Communication skill, yaitu kemampuan berkomunikasi, bergaul, dan berhubungan
dengan orang lain.
Dengan beberapa keterampilan dasar di atas, maka seseorang akan memiliki
kemampuan (kompetensi) dalam kewirausahaan. Menurut Dan & Bradstreet Business
Credit Seruice (1993:1), ada 10 kompetensi yang harus dimiliki seorang wirausaha,
yaitu:
1. Knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang harus dilakukan
2. Knowing thw basic business, yaitu mengetahuidasar-dasar pengelolaan bisnis
3. Having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang benar terhadap usaha yang
dilakukannya
4. Having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup
5. Managing finance effectively, yaitu memiliki kemampuan mengatur/mengelola
keuangan secara efektif dan efisien
6. Managing time effectively, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisienmungkin
7. Managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan,
memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusaahaan.
8. Satisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan
kepada pelanggan
9. Knowing how to compete, yaitu mengetahui strategi/cara bersaing
10. Copying with regulation and paperwork, yaitu membuat aturan/pedoman yang
jelas.
Di samping keterampilan dan kemampuan, wirausaha juga harus memiliki
pengalaman yang seimbang. Menurut A. Kuriloff, John M. Memphil, Jr, dan Douglas
Cloud (1993:8), ada empat kemampuan utama yang diperlukan untuk mencapai
pengalaman yang seimbang agar kewirausahaan berhasil, yaitu :
1. Technical competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang rancang bangun
sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih.
2. Marketing competence, yaitu memiliki kompetensi dalam menemukan pasar yang
cocok, dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan.
3. Financial competence, yaitu memiliki kompetensi dalam bidang keuangan,
mengatur pembelian, penjualan, pembukuan, dan perhitungan laba/rugi.
4. Human relation competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan hubungan
personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar perusahaan.
Sedangkan menurut Norman M. Scarborough(1993), kompetensi
kewirausahaan yang diperlukan sebagai syarat-syarat bisnis meliputi :
1. Proaktif, yaitu selalu ada inisiatif dan tegas dalam melaksanakan

5
2. Berorientasi pada prestasi/keniajuan, cirinya:
a. Selalu mencari peluang
b. Berorientasi terhadap efisiensi
c. Konsentrasi untuk bekerja keras
d. Perencanaan yang sistematis
e. Selalu memonitor
3. Komitmen terhadap perusahaan atau orang lain, cirinya:
a. Selalu penuh komitmen dalam mengadakan kontrak kerja
b. Mengenali pentingnya hubungan bisnis
Umumnya, wirausaha yang memiliki kompetensi-kompetensi tersebut
cenderung berhasil dalam berwirausaha. Oleh karena itu, bekal kewirausahaan berupa
pengetahuan dan keterampilan perlu dimiliki. Beberapa bekal pengetahuan yang perlu
dimiliki misalnya:
1. Bekal pengetahuan bidang usaha yang dimasuki dan lingkungan usaha yang ada di
sekitarnya
2. Bekal pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab
3. Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri
4. Pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis
Dalam lingkungan usaha yang semakin kompetitif, pengetahuan keahlian
dalam bidang perusahaan yang dilakukan mutlak diperlukan bagi seorang wirausaha
Pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan tersebut di antaranya pengetahuan
tentang pasar dan strategi pemasaran, tentang konsumen (pelanggan) dan pesaing
(yang baru masuk maupun yang sudah ada), pengetahuan tentang pemasok, serta cara
mendistribusikan barang dan jasa yang dihasilkan, termasuk kemampuan
mnenganalinis dan mendingnosis pelanggan, mengidentifikasi segmentasi, dan
motivasinya. Di samping itu, diperhukan juga adanya pengetahuan spesifik seperti
pengetahuan tentang prinsip-prinsip akuntansi dan pembukuan, jadwal produksi,
manajemen personalia, manajemen keuangan, pemasaran, dan perencanaan.
Bekal pengetahuan saja tidaklah cukup jika tidak dilengkapi dengan bekal
keterampilan. Beberapa hasil penelitian terhadap usaha kecil menunjukkan bahwa
sebagian besar wirausaha yang berhasil cenderung memiliki tingkat keterampilan
khusus yang cukup. Beberapa keterampilan yang perlu dimiliki tersebut di antaranya:
1. Keterampilan kenseptual dalam mengatur strategi dan memperhitungkan risiko
2. Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah
3. Keterampilan dalam memimpin dan mengelola
4. Keterampilan berkomunikasi dan berinteraksi
5. Keterampilan teknik dalam bidang usaha yang dilakukan
Pengetahuan, keterampilan, dan kamampuan kewirausahaan itulah yang
membentuk kepribadian seorang wirausaha. Menurut Dan Bradstreet (1993),
pengusaha kecil harus memiliki kepribadian khusus, yaitu penuh pendirian, realistis,
penuh harapan, dan berkomitmen. Modal yang cukup bisa diperoleh apabila
perusahaan mampu mengembangkan hubungan baik dengan lembaga-lembaga
keuangan, karena hubungan baik dapat menambah kepercayaan diri para penyandang
dana. Penggunaan dana tersebut harus efektif agar mempercleh kepercayaan yang

6
terus-menerus. Menurut Ronald J. Ebert (2000: 117), efektivitas manajer perusahaan
tergantung pada keterampilan dan kemampuan. Keterampilan dasar manajemen
tersebut meliput:
1. Technical skill, yaitu keterampilan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas
khusus, seperti sekretaris, akuntan-auditor, dan ahli gambar.
2. Human relation skill, yaitu keterampilan memahami, mengerti, berkomunikasi,
dan berelasi dengan orang lain dalam organisasi.
3. Conseptual skill, yaitu kemampuan personal untuk berpikir abstrak, mendiagnosis,
menganalisis situasi yang berbeda, dan melihat situasi luar.
4. Decision making skill, yaitu keterampuilan merumuskan masalah dan memilih
cara bertindak terbaik untuk memecahkan masalah tersebut.
5. Time management skill, yaitu keterampilan dalam menggunakan dan mengatur
waktu seproduktif mungkin.
Kemampuan mengusai persaingan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya
dalam bisnis. Wirausaha harus mengetahui kelemahan dan kekuatan sendiri ataupun
yang dimiliki oleh pesaing. Seperti dikemukakan Dan & Bradstreet (1993): "My best
advice for competing successfully is to find your own distinctive niche in the
marketplace." Seorang wirausaha harus memiliki keunggulan yang merupakan
kekuatan bagi dirinya dan memperbaiki kelemahan agar menghasilkan keunggulan.
Kelemahan dan kekuatan yang dimiliki oleh kita maupun pesaing merupakan peluang
yang harus digali. Kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan tersebut biasanya
tampak dalam berbagai hal, misalnya dalam pelayanan, harga dan kualitas barang,
distribusi, promosi, dan lain-lain. Variabel-variabel dalam bauran pemasaran secara
strategis pada umumnya bisa dijadikan sebagai peluang. Semua informasi tentang
kekuatar. dan kelemahan perusahaan dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya
pelanggan, karyawan, lingkungan sekitar, distributor, laporan rutin, periklanan, dan
pameran dagang.
Jelaslah bahwa kemampuan tertentu mutiak diperlukan bagi seorang
wirausaha. Seperti telah dikemukakan dalam Small Busines Development Centre (5-
6) bahwa wirausaha yang berhasil memiliki lima kompetensi yang merupakan fungsi
dari kapabilitas yang diperlukan, yaitu teknik, pemasaran, keuangan, personalia, dan
manajemen. Wirausaha sebagai manajer dan sekaligus pemilik perusahaan dalam
mencapai keberhasilan usahanya harus memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap,
tujuan, pandai mencari peluang, dan adaptif dalam menghadapi perubahan. Menurut
Small Business Development Center, untuk mencapai keberhasilan usaha yang
dimiliki sendiri sangatlah bergantung pada :
1. Individual skills and attitudes, yaitu keterampilan dan sikap individual.
2. Knowledge of business, yaitu pengetahuan tentang usaha yang akan dilakukan.
3. Estabislishment of goal, yaitu kemantapandalam menentukan tujuan perusahaan.
4. Take advantages of the opportunities, yaitu keunggulan dalam mencari peluang.
5. Adapt to the change, yaitu kemampuan beradaptasi dengan perubahan.
6. Minimize the threats to business, yaitu kemampuan meminiumalkan ancaman
terhadap perusahaan.

7
Kemampuan adalah sebagai kapasitas seseorang untuk melakukan berbagai
tugas dalam suatu perusahaan. Dalam rumusan yang lebih sederhana, kemampuan
berwirausaha bisadilihatdari kemampuan manajerial. Robert Katz yang dikutip oleh
Stephen P. Robbins (1993) mengemukakan tentang kemampuan manajemen yang
meliputi :
1. Kemampuan teknik adalah kemampuan untuk menerapkan pengetahuan
2. Kemampuan khusus adalah kemampuan untuk bekerja, memahami dan
memotivasi
3. Kemampuan konseptual adalah kemampuan mental untuk menganalisis dan
mendiagnosis situasi yang kompleks dengan membuat perencanaan merumuskan
dan meramalkan.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi wirausaha yang
berhasil seseorang harus memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan
kewirausahaan.
D. Cara Memasuki Dunia Usaha
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk memulai atau memasuki dunia
usaha, yaitu:
1. Merintis usaha baru, yaitu membentuk dan mendirikan usaha baru dengan
menggunakan modal, ide, organisasi, dan manajemen yang dirancang sendiri. Ada
tiga bentuk usaha baru yang dapat dirintis :
a. Perusahaan milik sendiri (sole proprietorship), yaitu bentuk usaha yang
dimiliki dan dikelola sendiri oleh seseorang
b. Persekutuan (partnership), yaitu kerja sama (asosiasi) antara dua orang atau
lebih
c. Perusahaan berbadan hukum (corporation), yaitu perusahaan yang didirikan
atas dasar badan hukum dengan modal berupa saham
2. Membeli perusahaan orang lain (buying), yaitu dengan membeli perusahaan yang
telah didirikan atau dirintis dan diorganisir oleh orang lain dengan nama (good
will) dan organisasi usaha yang sudah ada
3. Kerja sama manajeien (franchising), yaitu kerja sama antara wirausaha
(franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam
mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha
(waralaba). Kerja sama ini biasanya dengan dukungan awal seperti pemilihan
tempat, rencana bangunan, pembelian peralatan, pola arus kerja, pemilihan
karyawan, pembukuan, pencatatan dan akuntansi, konsultasi, penetapan standar,
promosi, pengendalian kualitas, riset, nasihat hukum, dan sumber-sumber
permodalan.
E. Merintis Usaha Baru
Untuk memaşuki dunia usaha seseorang harus memiliki jiwa wirausaha.
Wirausaha adalah orang yang mengorganisir, mengelola, dan memiliki keberanian
menghadapi risiko. Sebagai pengelola dan pemilik usaha atau pelaksana usaha kecil,
ia harus memiliki kecakapan untuk bekerja. Mengorganisir, kreatif, dan lebih
menyulkai tantangan.

8
Menurut hasil survei yarig dilakukan oleh Peggy Lambing (2000: 901), sekitar
43% responden wirausaha) mendapatkan ide bisnis dari pengalaman yang diperoleh
ketika bekerja di beberapa perusahaan atau tempat-tempat profesional lainnya.
Mereka mengetahui cara-cara mengoperasikan perusahaan dari pengalaman tersebut.
Sebanyak 15% respenden telah mencoba dan merasa mampu mengerjakannva dengan
Iebih baik. Sebaanyak 1 dari 10 responden (11% dari wirausaha) yang disurvei
memulai usaha untuk memenuhi peluang pasar, sedangkan sebanvak 46%, sisanya
dikarenakan hobi.
Menurut Lambing. ada dua pendekatan utama yang digunakan wirausaha
untuk mencari peluang dengan mendirikan usaha baru, yaitu :
1. Pendekatan inside-out atau disebut dengan idea generation, yaitu pendekatan
berdasarkan gagasan sebagai kunci yang menentukan keberhasilan usaha. Mereka
melihat keterampilan sendiri, kemampuan, latar belakang, dan sebagainya yang
menentukan jenis usaha yang akan dirintis.
2. Pendekatan outside in yang discbut juga opportunity recognition, yaitu
pendekatan yang menekankan perusahaan akan berhasil apabila menanggapi atau
menciptakan kebutuhan di pasar. Opportunity recognition tidak lain adalah
pengamatan lingkungan, yaitu alat pengembangan yang akan ditransfer meniadi
peluang-peluang ekonomi. Berita-berita peluang tersebut menurut Lambing (2000:
92) bersumber dari:
a. Surat kabar.
b. Laporan perodik tentang perubahan ekonomi.
c. Jurnal perdagangan dan pameran dagang.
d. Publikasi pemerintah.
e. Informasi lisensi produk yang disediakan olch pialang saham universitas, dan
perusahaan lainnya.
Menurut Lambing. keunggulan dari pendatang baru di pasar adalah dapat
mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan kemampuan pesaing.
a) Bidang dan Jenis Usaha yang Dimasuki
1. Pertanian, meliputi usaha pertanian, kehutanan, perikanan, dan perkebunan
2. Pertambangan, meliputi usaha galian pasir, galian tanah, batu, dan bata.
3. Pabrikasi, meliputi usaha industri, perakitan, dan sintesis.
4. Konstruksi, meliputi usaha konstruksi bangunan, jembatan, pengairan, dan
jalan raya.
5. Perdagangan, meliputi usaha perdagangan kecil (ritel), grosir, agen, dan
ekspor-impor.
6. Jasa keuangan, meliputi usaha perbankan, asuransi, dan koperasi.
7. Jasa perorangan, meliputi usaha potong rambut, salon, laundry, katering.
8. Jasa umum, meliputi usaha pengangkutan, pergudangan, wartel, dan distribusi.
9. Jase wisata, meliputi berbagai kelompok. Berdaserkan UU No. 9/1990 tentang
Kepariwisataan, terdapat 86 jenis usaha wisata yang bisa dirintis yang terbagi
ke dalan tiga kelompok usaha jasa pariwisata, yaitu:
a. Kelompok usaha jasa pariwisata, meliputi:
- Jasa biro perjalanan wisata

9
- Jasa agen perjalanan wisats
- Jasa pramuwisata
- Jasa konvensi perjalanan intensif dan pameran
- Jasa impresariat
- Jasa konsultan pariwisata
- Jasa informasi pariwisata
b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi:
- Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alarn
- Pengusahaan objek dan daysa tarik wisata budaya
- Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus
c. Usaha sarana wisata, meliputi:
- Penyediaan akomodasi
- Penyediaan makanan dan minuman
- Penyediaan angkutan wisata
- Penyediaan sarana wisata dan sebagainya
b) Bentuk Usaha dan Bentuk Kepemilikan yang Akan Dipilih
Setelah menentukan bidang dan jenis usaha yang akan dipilih, langkah
selanjutnya adalah menentukan bentuk kepemilikan usaha. Ada beberapa bentuk
kepemilikan usaha yang bisa dipilih, yaitu :
1. Perusahaan perorangan, yaitu perusahaan yang dimiliki dan diselenggarakan
oleh satu orang. Kelebihan dari bentuk perusahaan ini adalah mudah untuk
didirikan, biaya operasional rendah, bebas dalam pengelolaan, dan memiliki
daya rangsang yang lebih tinggi.
2. Persekutuan, yaitu asosiasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang
menjadi pemilik bersama dari suatu perusahaan. Dalam persekutuan terdapat
dua macam anggota, yaitu :
a. Sekutu umum, yaitu anggota yang aktif dan duduk sebagai pengurus
persekutuan.
b. Sekutu terbatas, merupakan anggota yang bertanggung jawab terbatas
terhadap utang perusahaan sebesar modal yang disetorkannya dan orang
tersebut tidak aktif dalam perusahaan.
3. Perseroan, yaitu perusahaan yang anggotanya terdiri atas para pemegang
saham, yang mempunyai tanggung jawab terbatas terhadap utang-utang
perusahaan sebesar modal disetor.
4. Firma, yaitu persekutuan yang menjalankan perusahaan di bawah nama
bersama. Bila untung, maka keuntungan dibagi bersama, sebaliknya bila rugi
ditanggung bersama. Dalam firma terdapat tanggung jawab renteng antara
anggota.
c) Tempat Usaha yang Akan Dipilih
Dalam menentukan tempat usaha harus dipertimbangkan beberapa hal di
bawah ini :
1. Apakah tempat usaha tersebut mudah dijangkau oleh konsumen, pelanggan,
atau pasar? Bagaimana akses pasarnya?
2. Apakah tempat usaha dekat dengan sumber tenaga kerja?

10
3. Apakah dekat dengan akses bahan baku dan bahan penolong lainnya seperti
alat pengangkut dan jalan raya?
Dalam menentukan tempat usaha, perlu dipertimbangkan aspek efisiensi dan
efektivitas. Lokasi perusahaan harus mudah dijangkau dan efisien, baik bagi
perusahaan maupun konsumen. Untuk menentukan lokasi atau tempat usaha,
terdapat beberapa alternatif yang bisa kita pilih, yaitu:
1. Membangun bila ada tempat strategis.
2. Membeli atau menyewa bila lebih strategis dan menguntungkan.
3. Kerja sama bagi hasil, bila memungkinkan.
d) Lingkungan Usaha
Lingkungan usaha merupakan hal penting dalam merintis usaha, karena
lingkungan usaha dapat menjadi pendorong maupun penghambat jalannya
perusahaan. Lingkungan yang dapat mempengaruhi jalannya usaha/perusahaan
alaha lingkungan mikro dan makro.
1. Lingkungan Mikro
Lingkungan mikro adalah lingkungan yang ada kaitannya langsung dengan
operasional perusahaan, seperti pemasok, karyawan, pemegang saham,
majikan, manajer, direksi, distributor, pelanggan/konsumen, dan lainnya.
Sejalan dengan pergeseran strategi pemasaran, yaitu dari laba perusahaan ke
manfaat bagi pemilik kepentingan, maka lingkungan internal baik perorangan
maupun kelompok yang mempunyai kepentingan pada perusahaan akan sangat
berpengaruh. Yang termasuk kelompok yang berkepentingan dan
mengharapkan kepuasan dari perusahaan, diantaranya:
a. Pemasok.
Pemasok berkepentingan dalam menyediakan bahan baku kepada
perusahaan. Agar perusahaan dapat memuaskan pembeli/pelanggan, maka
perusahaan harus memproduksi barang dan jasa yang bermutu tinggi. Hal
ini bisa dicapai apabila bahan baku dari pemasok berkualitas, tepat waktu,
dan cukup jumlahnya.
b. Pembeli atau pelanggan.
Pembeli atau pelanggan merupakan lingkungan yang sangat
berpengaruh karena dapat memberi informasi bagi perusahaan. Konsumen
yang kecewa karena tidak memperoleh manfaat dari perusahaan, misalnya
akibat mutu, harga, dan waktu yang tidak memadai, akan cenderung untuk
pindah dan berlangganan kepada perusahaan lain.
c. Karyawan.
Karyawan adalah orang pertama terlibat dalam perusahaan. Karyawan
akan berusaha bekerja dengan baik bila memperoleh manfaat dari
perusahaan. Semangat kerja yang tinggi, pelayanan yang baik, dan
produktivitas yang sangat tinggi akan terjadi apabila mereka mendapat gaji
yang cukup, masa depan yang terjamin, dan kenaikan jenjang kepangkatan
yang teratur. Jika tidak, maka karyawan akan kurang termotivasi, kurang
produktif, kurang kreatif, dan akan merugikan perusahaan.
d. Distributor.

11
Distributor merupakan lingkungan yang sangat penting dalam
perusahaan karena dapat memperlancar penjualan. Distributor yang kurang
mendapatkan manfaat dari perusahaan akan menghambat pengiriman
sehingga barang akan terlambat datang ke konsumen atau pasar.
2. Lingkungan Makro
Lingkungan Makro adalah lingkungan di luar perusahaan yang dapat
mempengaruhi daya hidup perusahaan secara keseluruhan, yang meliputi:
a. Lingkungan ekonomi
Kekuatan ekonomi lokal, regional, nasional dan global akan
berpengaruh terhadap peluang usaha. Hasil penjualan dan biaya
perusahaan banyak dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi.
b. Lingkungan Teknologi
Perubahan teknologi yang secara drastis dalam abad terakhir ini telah
memperluas skala industri secara keseluruhan.
c. Lingkungan Sosiopolitik
Kekuatan Sosial dan politik, kecenderungan, dan konteksnya perlu
diperhatikan untuk menentukan seberapa jauh perubahan tersebut
berpengaruh terhadap tingkah laku masyarakat.
d. Lingkungan Demografi dan gaya hidup.
Semua lingkungan baik demografi dan gaya hidup bisa menciptakan
peluang bagi wirausaha.
e) Hambatan-hambatan dalam Memasuki Industri
Menurut Peggy Lambing (2000:95) ada beberapa hambatan untuk memasuki
industry baru, yaitu :
1. Sikap dan kebiasaan pelanggan.
Loyalitas pelanggan kepada perusahaan baru masih kurang. Justru sebaliknya,
perusahaan yang sudah ada justru lebih bertahan karena telah lama mengetahui
sikap dan kebiasaan pelanggannya
2. Biaya perubahan, yaitu biaya yang diperlukan untuk pelatihan kembali para
karyawan dan penggantian alat serta sistem yang lama.
3. Respons dari pesaing yang secara agresif akan mempertahankan pangsa pasar
yang ada.
f) Paten, Merek Dagang, dan Hak Cipta
Paten, merek dagang, dan hak cipta sangat penting bagi perusahaan terutama
untuk melindungi penemuan-penemuan, identitas dan nama perusahaan, serta
keorisinilan produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Perlindungan  produk-produk perusahaan sangat penting untuk menghindari
usaha-usaha peniruan dan penduplikasian yang dilakukan oleh pihak lain.
1. Paten
Paten adalah suatu pengakuan dari lembaga yang berwewenang atas
penemuan produk yang diberi kewenangan untuk membuat, menggunakan,
dan menjual penemuannya selama paten tersebut masih dalam jaminan.
Ada beberapa langkah untuk mendapatkan hak paten, yaitu:

12
a. Langkah 1: Tetapkan Bahwa yang Ditemukan Betul-betul Baru
Untuk menetapkan bahwa sesuatu yang ditemukan betul-betul baru,
penemu harus menganalisis dan menguji produk tersebut.
b.  Langkah 2: Dokumentasikan Produk yang Ditemukan Tersebut
Untuk melindungi hak paten dari klaim seseorang, maka penemu harus
memverifikasi ide-ide penemuan sebelum alat tersebut ditemukan,
misalnya tanggal ide tersebut tersirat, penjelasan produk yang digunakan,
dan gambarnya.
c. Langkah 3: Telusuri Paten-paten yang Telah Ada
Hal ini dilakukan untuk memverifikasi apakah sesuatu yang baru kita
temukan itu telah ada atau memiliki kesamaan. Perlu diperiksa apakah alat
yang ditemukan itu memiliki kesamaan dan telah memiliki hak paten.
d. Langkah 4: Pelajari Hasil Telusuran
Penemu harus mempelajari hasil telusuran sebelum memutuskan
mengajukan lamaran hak paten.
e. Langkah 5: Mengajukan Lamaran Paten yang berisi:
- Pernyataan yang memuat penemuan itu betul-betul asli
- Deskripsi penemuan disebut spesifikasidan batas penemuan
disebut klaim, yang mengidentifikasi sifat-sifat penemuan baru
- Gambar penemuan.
2. Merk Dagang
Merek dagang merupakan istilah khusus dalam perdagangan atau
perusahaan. Merek dagang pada umumnya dijadikan simbol perusahaan di
pasaran. Untuk menetapkan merek, harus dipilih kata yang khas, mudah
dikenal dan diingat, serta unik bagi pelanggan sehingga menjadi merek
terkenal.
3. Hak Cipta
Hak cipta adalah hak istimewa guna melindungi pencipta dari
keorisinilan ciptaannya, misalnya karangan, musik, lagu, dan hak untuk
memproduksi, memperbaiki, mendistribusikan, atau menjual.
F. Membeli Perusahaan yang Sudah Didirikan
Banyak alasan mengapa seseorang memilih membeli perusahaan yang sudah
ada daripada mendirikan atau merintis usaha baru, antara lain risiko lebih rendah,
mudah, dan memiliki peluang untuk membeli dengan harga yang bisa ditawar. Namun
demikian, membeli perusahaan yang sudah ada juga mengandung kerugian dan
permasalahan, baik eksternal maupun internal:
1. Masalah eksternal
Yaitu masalah yang berasal dari lingkungan luar perusahaan seperti
banyaknya pesaing dan ukuran peluang pasar. Setiap pembelian perusahaan harus
memperhatikan lingkungan yang mempengaruhinya.
2. Masalah Internal
Yaitu masalah yang berasal dari perusahaan itu sendiri,misalnya:
a. Masalah karyawan

13
Misalnya karyawan yang pernah melakukan kecurangan, karyawan ang
mengidap penyakit terutama yang bisa menular,
b. Konflik antara manajemen dengan karyawan
Karena perusahaan sudah pernah berjalan, maka tidak menutup kemungkinan
ada konflik antara karyawan dengan manajemen atau dengan karyawan
lainnya. Oleh karena itu, agar produksi perusahaan tetap berjalan, pemilik baru
harus menyelesaikan konflik yang ada.
c. Masalah lokasi
Lokasi sebuah perusahaan harus dipastikan sudah strategis agar perusahaab
berjalan dengan maksimal.
d. Masalah masa depan perusahaan
Jika seseorang memilih untuk membeli suatu perusahaan, artinya dia sudah
siap memikul tanggung jawab untuk memajukan perusahaan tersebut
kedepannya.
Zimmer tampak lebih eplisit daripada Lambing mengenai alasan mengapa
seseorang membeli perusahaan. Menurutnya, ada beberapa hal kritis yang
digunakan untuk menganalisis perusahaan yang akan dibeli, yaitu:
a.  Alasan pemilik menjual perusahaan.
Apakah kekayaannya berbentuk nyata atau tidak nyata? Apakah masih
prospektif dan layak guna serta efisien?
b. Potensi produk dan jasa yang dihasilkan.
Potensi pasar apa yang dimiliki barang dan jasa yang dihasilkan?
c. Aspek legal yang dimiliki perusahaan.
Aspek legal yang harus dipertimbangkan, yaitu menyangkut prosedur
pemindahan kekayaan dan balik nama dari penjual ke pembeli.
d. Kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual.
Bagaimana kondisi keuangan perusahaan yang akan dijual tersebut, apakah
sehat atau tidak?
3. Langkah-langkah yang harus diambil dalam pembelian suatu perusahaan:
a. Yakinkan bahwa anda tidak akan merintis usaha baru
Jika anda ingin merintis usaha lain, sebaiknya mempertimbangkan kembali
untuk membeli perusahaan atau tidak, karena dikhawatirkan tidak fokus dalam
mengurus perusahaan yang akan ia beli nanti.
b. Tentukan jenis perusahaan yang diinginkan
Sesuaikan jenis perusahaan dengan hobi dan hal yang anda sukai agar saat
mengurusnya anda merasa enjoy dan tidak terbebani.
c. Pertimbangkan gaya hidup anda
Jangan sampai gaya hidup anda penuh dengan foya-foya karena semaju
apapun nanti perusahaan yang anda beli, jika terus berfoya foya maka anda
bisa mengalami kebangkrutan.
d. Jajaki penyandang dana sebelumnya
e. Pertimbangkan lokasi yang diinginkan

14
Pilihlah perusahaan yang menurut anda lokasinya memudahkan anda dalam
mengurus kedepannya. Misalkan lokasi yang dekat dengan rumah anda atau
dekat dengan tempat pemasaran produk.
f. Pertimbangkan kembali gaya hidup
Sekali lagi, jangan hidup berfoya foya apalagi sampai membuat anggaran
perusahaan menipis.
g. Persiapkan bahwa anda akan menjadi pedagang
Siapkan modal, mental dan semangat pantang menyerah karena dalam dunia
usaha pasti ada pasangsurutnya.
h. Tetapkan perusahaan yang akan dibeli
Pilih perusahaan yang sesuai dengan kriteria dan keinginan anda.
i. Pilihlah penjual yang terbaik
Usahakan menghindari transaksi dengan orang yang dianggap tidak layak
dipercaya.
j. Adakan penelitian sebelum anda menyetujuinya
Cari tau tentang kondisi perusahaan agar nantinya saat menjalankan
perusahaan anda sudah memiliki pengetahuan untuk memajukannya.
k. Buatlah surat perjanjian dalam bentuk spesifik
Surat perjanjian yang dibuat harus resmi agar tidak ada kerugian antara dua
belah pihak.
l. Jangan lupa untuk menilai karyawan
Lakukan penilaian terhadap karyawan, jika karyawan layak diberhentikan,
anda bisa mengganti dengan karyawan yang baru.
m. Yakinkan bahwa harga yang ditawarkan mencerminkan nilai perusahaan
Pertimbangkan sampai anda benar-benar yakin bahwa harga yang ditawarkan
pemilik sesuai dengan nilai perusahaan, jangan sampai anda tertipu dalam
bertransaksi
a) Waralaba
Waralaba merupakan cara memasuki dunia usaha yang sangat populer di
seluruh dunia. Format bisnis waralaba telah memberikan fasilitas jasa yang luas
bagi para diler seperti pemasaran, periklanan, pelatihan, standar produksi, dan
pengerjaan manual, serta bimbingan pengawasan kualitas.
Waralaba merupakan kerja sama manajemen yang biasanya berkembang
dalam perusahaan ritel. Perusahaan yang memberi lisensi disebut franchisor atau
prinsipal waralaba dan penyalur disebut franchisee atau agen waralaba. Franchisor
mengizinkan franchisee untuk menggunakan nama, tempat/daerah, bimbingan,
latihan karyawaan, periklanan, dan perbekalan material yang berlanjut. Dukungan
awal meliputi salah satu atau keseluruhan dari aspek-aspek berikut ini:
1. Pemilihan tempat.
2. Rencana bangunan.
3. Pembelian peralatan.
4. Pola arus kerja.
5. Pemilihan karyawan.
6. Periklanan.

15
7. Grafik.
8. Bantuan pada acara pembukaan.
Selain dukungan awal, bantuan lain yang berlanjut dapat pula meliputi faktor-
faktor berikut:
1. Pencatatan dan akuntansi.
2. Konsultasi.
3. Pemeriksaan dan standardisasi.
4. Promosi.
5. Pengendalian kualitas.
6.  Nasihat hukum.
7. Penelitian.
8. Material lainnya.
b) Kerjasama antara Franchisor dengan Franchisee
Dalam kerja sama waralaba, perusahaan induk memberikan bantuan
manajemen secara berkesinambungan. Keseluruhan citra, pembuatan, dan teknik
pemasaran diberikan kepada perusahaan franchisee. Tidak sedikit bentuk waralaba
yang dilakukan antarnegara, misalnya McDonald's, Kentucky Fried Chicken,
Pizza Hut, Coca-Cola, Pepsi Cola, Hoka-hoka Bento, dan lain sebagainya. Bidang
otomotif, misalnya diler mobil dan motor, rental mobil, suku cadang, dan pompa
bensin. Di bidang lain, bentuk kerjasama ini adalah dibidang elektronik, obat-
obatan, dan hotel. Di negara-negara yang sudah maju seperti AS dan negara-
negara di Eropa, waralaba tumbuh cepat dan semakin luas. Bidang-bidang yang
perkembangannya cukup menonjol seperti rekreasi, hiburan, perjalanan, dan
wisata mencapai kenaikan 34,1%; jasa-jasa perusahaan 30,7%; akuntansi, kredit,
agen pengumpul, dan jasa perusahaan umum 21,19%; percetakan dan fotokopi
20,8%; dan jasa-jasa lainnya. Di Indonesia, bentuk kerjasama yang mirip dengan
waralaba namun berbeda adalah "bapak angkat" atau "kemitraan". Dalam kerja
sama sistem bapak angkat atau kemitraan, kebanyakan hanya diberikan bantuan
permodalan, pemasaran, dan bimbingan usaha.
Menurut Zimmerer (1996), keuntungan dari kerja sama waralaba adalah:
1. Pelatihan, pengarahan, dan pengawasan yang berlanjut dari franchisor.
2. Bantuan finansial. Biasanya biaya awal pembukaan sangat tinggi, sedangkan
sumber modal dari perusahaan waralaba sangat terbatas.
3. Keuntungan dari penggunaan nama, merek, dan produk yang telah dikenal.
Sedangkan menurut Peggy Lambing (2000: 116-117), manfaat waralaba
meliputi:
1. Bantuan awal yang memberi kemudahan, yaitu berupa jasa nasihat pemilihan
lokasi, analisis tata letak fasilitas, bantuan keuangan, pelatihan manajemen,
seleksi karyawan, dan bantuan pelatihan.
2. Basis untuk mempertimbangkan prospek keberhasilan, yaitu menyajikan
prediksi dan pengujian tentang kemungkinan untuk menghasilkan keuntungan.
3. Mendapat pengakuan dengan segera, yaitu cepat dikenal karena sudah
memiliki reputasi dan pengalaman, misalnya sebulan, seminggu, bahkan
hanya dalam waktu beberapa hari.

16
4. Daya beli. Karena merupakan bagian dari organisasi yang besar, maka
pembayaran untuk pembelian bahan baku, peralatan, dan jasa asuransi akan
relatif murah.
5. Cakupan periklanan dan pengalaman. Periklanan secara nasional dengan
pengalaman yang jauh lebih baik sehingga biayanya menjadi sangat murah.
6. Perbaikan operasional. Sebagai bagian dari organisasi yang besar, usaha
waralaba memiliki metode yang lebih efisien dalam perbaikan proses
produksi.
Disamping beberapa keuntungan diatas, kerjasama waralaba tidak selalu
menjamin keberhasilan karena sangat bergantung pada jenis usaha dan kecakapan
para wirausaha. Kerugian yang mungkin terjadi menurut Zimmerer adalah:
1. Program latihan tidak sesuai dengan yang diinginkan.
2. Pembatasan kreativitas penyelenggaraan usaha franchisee.
3. Franchisee jarang memiliki hak untuk menjual perusahaannya kepada pihak
lain tanpa menawarkan terlebih dahulu kepada pihak franchisor dengan harga
yang sama.
G. Profil Usaha Keccil dan Model Pengembangannya
Di Indonesia sendiri belum terdapat batasan kriteria yang baku mengenai
usaha kecil. Berbagai instansi menggunakan batasan dan kriteria menurut fokus
permasalahan yang dituju. Dalam Undang-undang No. 9/1995 Pasal 5 tentang usaha
kecil, disebutkan beberapa kriteria usaha kecil sebagai berikut:
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu miliar
rupiah)
Komisi untuk Perkembangan Ekonomi (Committee for Economic
Development---CED), mengemukakan kriteria usaha kecil sebagai berikut:
1. Manajemen berdiri sendiri, manajer adalah pemilik
2. Modal disediakan oleh pemilik atau sekelompok kecil
3. Daerah operasi bersifat lokal
4. Ukuran dalam keseluruhan relatif kecil
Disamping ciri-ciri diatas, usaha kecil memiliki kekuatan dan kelemahan
tersendiri. Beberapa kekuatan usaha kecil antara lain :
1. Memiliki kebebasan untuk bertindak
Bila ada perubahan, misalnya perubahan produk, teknologi, dan mesin baru,
usaha kecil bias bertindak dengan cepat untuk dapat beradaptasi dengan keadaan
yang berubah tersebut. Sedangkan pada perusahaan besar, tindakan cepat tersebut
sulit dilakukan.
2. Fleksibel
Perusahaan kecil sangat luwes, dapat menyesuaikan dengan kebutuhan
setempat. Bahan baku, tenaga kerja, dan pemasaran produk usaha kecil pada
umumnya menggunakan sumber-sumber yang bersifat lokal. Beberapa perusahaan
kecil menggunakan bahan baku dan tenaga kerja bukan lokal, yaitu mendatangkan
dari daerah lain atau impor.

17
3. Tidak mudah goncang
Karena bahan baku dan sumber daya lainnya kebanyakan lokal, maka
perusahaan kecil tidak rentan terhadap fluktuasi bahan baku impor. Bahkan, bila
bahan baku impor sangat mahal sebagai akibat tingginya nilai mata uang asing,
maka kenaikan mata uang asing tersebut dapat dijadikan peluang oleh perusahaan
kecil yang menggunakan bahan baku lokal dengan memproduksi barang-barang
untuk keperluan ekspor.
Sebagai contoh, perusahaan cinderamata dan mebel yang sudah diekspor dan
menggunakan bahan baku rotan, kayu, dan kulit dapat meraih keuntungan akibat
kenaikan nilai mata uang asing. Perusahaan kecil bisa menggunakan produk barang
dan jasa yang dihasilkannya untuk bersaing karena bahan baku dan sumber lokal
harganya relatif lebih rendah daripada bahan baku impor.
Sedangkan kelemahan perusahaan kecil dapat dikategorikan ke dalam dua
aspek :
1. Kelemahan struktural.
Kelemahan struktural merupakan kelemahan dalam struktur perusahaan,
misalnya dalam bidang manajemen dan organisasi, pengendaian mutu,
pengadopsian dan penguasaanteknologi.kesulitan mencari permodalan, tenaga
kerja masih lokal, dan terbatasnya akses pasar. Kelemahan faktor struktural yang
satu saling terkait dengan faktor yang lain kemudian membentuk lingkaran
ketergantungan yang tidak berujung dan membuat usaha kecil terdominasi dan
rentan.
Secara struktural, salah satu kelemahan usaha kecil yangpaling menonjol
adalah kurangnya permodalan.Akibatnya, terjadi ketergantungan pada kekuatan
pemilik modal. Karena pemilik modal juga lebih menguasai sumber-sumber bahan
baku dan dapat mengusahakan bahan baku, maka perngusaha kecil memiliki
ketergantungan pada pemilik modal yang sekaligus penguasa bahan baku. Selain
menguasai sumber-sumber bahan baku, pemilik modal juga menguasai akses dan
informasi pasar, dan dengan demikian ketergantungan usaha kecil terhadap bahan
baku menjadi ketergantungan terhadap pasar.
Karena penguasa pasar banyakmengetahui dan langsung mengenal pasar
dalam hal standar kualitas, motif, maupun jumlah, maka standar, desain, teknik,
dan jumlah produk ditentukan oleh pemilik informasi pasar yang sekaligus
penyandang dana. Akibat ketergantungan tersebut, otomatis harga jual produk
yang dihasilkan usaha kecil secara tidak langsung ditentukan oleh penguasa pasar
dan pemilik modal, sehingga terjadilah pasar monopsoni. Demikian juga, harga
jual bahan baku dan bunga modal yang ditanggung oleh usaha kecil ditentukan
oleh penguasa pasar dan modal.
Karena harga jual barang-barang yang dihasilkan usahakecil ditentukan oleh
pemilik informasi pasar yang juga sebagai pemilik informasi bahan baku, maka ia
akan menentukan harga jual bahan baku (monopoli). Dengan kondisi ini, maka
batas keuntungan pengusaha kecil ditentukan oleh batas harga jual produk dan
batasharga beli bahan baku, seingga terjadilah repatriasi keuntungan yang
mengakibatkan permodalan usaha kecil jumlahnya tetap kecil. Kondisi tersebut

18
mengakibatkan ketergantungan pengusaha kecil yang menjadi buruh pada
perusahaan sendiri dengan upah yang ditentukan oleh batas keuntungan dari
pemilik modal sekaligus penguasa pasar dan penguasa sumber-sumber bahan
baku.
2. Kelemahan kultural.
Kelemahan kultural berdampak terhadap terjadinya kelemahan
struktural.Kelemahan kultural mengakibatkan kurangnya akses informasi dan
lemahnya berbagai persyaratan lain guna memperoleh akses perrodalan,
pemasaran, dan bahan baku, seperti:
a. Informasi peluang dan cara memasarkan produk
b. Informasi untuk mendapatkan bahan baku yang baik, murah, dan mudah
didapat
c. Informasi untuk memperoleh fasilitas dan bantuan pengusaha besar dalam
menjalin hubungan kemitraan untuk memperoleh bantuan permodalan dan
pemasaran
d. Informasi tentang tata cara pengembangan produk, baik desain, kualitas,
maupun kemasannya
e. Informasi untuk menambah sumber permodalan dengan persyaratan yang
terjangkau
H. Kerangka Hipotesis Pengembangan Usaha Kecil
Hasil studi yang dilekukan oleh John Eggers dan Kim Leahy mengidentifikasi
enam tahap pengembangan bisnis, yaitu tahap konsepsi, bertahan hidup, stabilisasi,
orientasi pertumbuhan, pertumbuhan yang cepat, dan kematangan. Pada setiap tahap
tersebut gaya kepemimpinan wirausaha dan keterampilan yang diperlukan cenderung
berubah. Menurut Lambing (2000: 43), ada dua keterampilan yang sangat diperlukan
oleh pemilikperusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaannya, yaitu
manajemen personal dan manajemen keuangan.
Banyak konsep yang dikemukakan oleh para ahli ekonomi dan manajemen
modern tentang cara meraih keberhasilan usaha kecil dalam mempertahankan
eksistensinya secara dinamis. Dalam berbagai konsep strategi bersaing dikemukakan
bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangat bergantung pada kemampuan
internal.Secara internal, perusahaan perlu memiliki kompetensi khusus (distinctive
competency) yang dicari dari integrasi fungsional (Mintzberg, 1990), kemampuan
internal (Pandian, 1992), kompetensi inti (D'Aveni, 1994), rahasia wirausaha yaitu
kreativitas dan inovasi (Zimmerer, 1996), maksud strategi (Gary Hamel, 1994: 129),
atau yang lebih populer dari tantangan eksternal teori dinamis (Porter, 1980).
Pandangan Michael P. Porter (1980, 1999) tentang teori strategi kompetitif
sampai saat ini tampak masih relevan, walaupun dalam perkembangannya tidak
sedikit yang mengkritik.Teori Porter dirancang untuk menghadapi tantangan
eksternal, khususnya persaingan.Dalam teori persaingan Porter, dikemukakan bahwa
untuk menciptakan daya saing khusus perusahaan harus menciptakan keunggulan
melalui strategi generik, yaitu strategi yang menekankan pada keunggulan biaya
rendah, diverensiasi, dan fokus. Dengan strategi ini, perusahaan akan memiliki daya
tahan hidup secara berkesinambungan.Meskipun masih relevan, strategi Porter ini

19
terus dikritik.Menurut Mahoney&Pandian (1992) dan D'Aveni (1994), strategi Porter
tersebut adalah berjangka pendek dan statis.Menurutnya, sekarang ini keadaannya
sudah sangat cepat berubah, maka yang diperlukan adalah strategi jangka panjang dan
dinamis.Untuk menghadapi kondisi jangka panjang dan dinamis, perusahaan harus
dikembangkan melalui strategi yang berbasis pada pengembangan sumber daya
(resources-based strategy) internal secara superior untuk menciptakan kompeternsi
inti seperti yang disarankan oleh Mintzberg (1990). Menurut Richard D'Aveni (1994:
253) dan Gary Hamel (1994: 232), perusahaan harus menekankan strategi yang
berfokus pada pengembangan kompetensi inti, pengetahuan, dan keunikan aset tidak
berwujud untuk menciptakan keunggulan, dan hanya wirausahalah yang mampu
mencari peluang secura kreatif dalam menciptakan keunggulan.
Dalam menghadapi krisis ekonomi nasional seperti sekarang ini, baik teori
strategi dinamis maupun teori.strategi berdasar sumber daya sangat relevan bila
khusus diterapkan dalam pemberdayaan usaha kecil nasional dewasa ini. Perhatian
utama harus ditekankan pada penciptaan nilai tambah untuk meraih keunggulan daya
saing melalui pengembangan kapabilitas khusus (kewirausahaan), sehingga
perusahaan kecil tidak lagimengandalkan strategi kekuatan pasar melalui monopoli
dan fasilitas pemerintah. Dalam strategi ini, perusahaan kecil harus mengarah pada
keterampilan khusus secara internal yang bisa menciptakan produk inti yang unggul
untuk memperbesar pembagian produksi (muncul pada berbagai produk yang
memiliki komponen penting yang sama). Strategi tersebut lebih murah dan ampuh
dalam memberdayakan usaha kecil karena perusahaan kecil bisa memanfaatkan
sumber daya lokalnya (Albert Wijaya, 1993). Menurut teori strategi berdasar sumber
daya ini, agar perusahaan meraih keurntungan secara terus-menerus yaitu meraik
semua pesaing di industri yang bersangkutan, maka perusahaan harus mengutamakan
kapabilitas internal yang superior, yang tidak transparan sukar ditiru, atau dialihkan
oleh pesaing dan memberi daya saing jangka panjang yang kuat dan melebihi tuntutan
masa kini di pasar dan dalam situasi eksternal yang bergejolak, serta mampu bertahan
menghadapi resesi (Mahoney&Pandian, 1992). Sumber daya perusahaan yang bisa
dikembangkan secara khusus menurut Pandian (1992) adalah tanah teknologi, tenaga
kerja (kapabilitas dan pengetahuannya), modal, dan kebiasaan rutin.
Secara spesifik, ahli lain Burns (1990) menyarankan tahwa agar perusahaan
kecil berhasil take-off, maka harus ada usaha-usaha khusus yang diarahkan untuk
kelangsungan hidup, konsolidasi, pengendalian, perencanaan, dan harapan. Dalam
tahapan ini diperlukan penguasaan manajemen, yaitu dengan mengubah pemilik
sebagai pengusaha yang merekrut tenaga yang diberi wewenang secara jelas.Di
bidang pemasaran, harus mengubah dari mendapatkan konsumen menjadi situasi
peningkaten persaingan.Di bidang keuangan, dari tahap cash flow berubah menjadi
tahap memperketat pengendalian keuangan, meningkatkan laba, dan mengendalikan
biaya. Di bidang pendanaan, dalam tahap take-off, usaha kecil harus sudah ventura
bersama (Yuyun Wirasasmita, 1993: 2).
Menurut teori the design school, perusahaan harus mendesain strategi
perusahaan yang pas antara peluang dan ancaman eksternal dengan kemampuan
internal yang memadai yang didukung dengan menumbuhkan kapabilitas inti yang

20
merupakan kompetensi khusus dari pengelolaan sumber daya perusahaan.Kompetensi
ini diciptakan melalui strategi gencrik Porter (1980), dan didukung dengan nilai dan
budaya perusahaan yang relevan.
Dalam konteks persaingan bebas yang semakin dinamis seperti sekarang ini,
menurut D'Aveni (1987), perusahaan harus menekankan pada strategi pengembangan
kompetensi inti, yaitu pengetahuan dan keunikan untuk menciptakan keunggulan
seperti yang telah dikemukakan.Keunggulan tersebut menurutnya diciptakan melalui
"The New 7-S strategy (The New 7-S's)," yaitu :
1. Superior stakeholder satisfaction
Yaitu mengutamakan kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan.Tujuan dari strategi ini adalah memberikan kepuasan jauh diatas rata-
rata kepada orang-orang yang berkepentingan terhadap perusahaan, tidak hanya
pemegang saham, pemerintah, dan masyarakat sekitarnya. Dengan memberikan
kepuasan kepada setiap pemilik kepentingan tersebut , maka kinerja perusahaan
akan semakin tinggi.
Sebagai contoh, pemasok bahan baku akan mempertinggi kualitas pasokannya
karena mendapatkan manfaat perusahaan, karyawan akan lebih semangat dan
tinggi produktifitasnya karena merasa puas dengan gaji yang di berikan oleh
perusahaan, manajer dan pimpinan akan semakin bersemangat karena mendapat
kepuasan kerja, pemegang saham akan menambah investasinya karena
mendapatkan keuntugan atau imbal hasil dari investasinya.
2. Strategic sooth saying
Yaitu merancang strategi yang membuat kejutan atau yang
mencengangkan.Artinya perusahaan harus mencari posisi yang tepat bagi produk
dan jasa-jasa yang di hasilkan perusahaan.
3. Position for speed
Yaitu posisi untuk mengutamakan kecepatan.Strategi dalam memosisikan
perusahaan secara cepat di pasar.Perusahaan harus segera mengkomonikasikan
produk yang di hasilkannya ke pasar agar segera di kenal oleh konsumen.
4. Position for surprise
Yaitu posisi untuk membuat kejutan.Membuat posisi yang mencengangkan
melalui barang dan jasa-jasa baru yang lebih unik dan berbeda serta memberikan
nilai tambah baru sehingga konsumen lebih menyukai barang dan jasa yang
diciptakan oleh perusahaan.
5. Shifting the role of the game
Yaitu strategi untuk mengadakan perubahan/pergeseran peran yang
dimainkan.Dengan cara mengubah pola-pola persaingan perusahaan yang
dimainkan sehingga pesaing terganggu dengan pola-pola baru yang berbeda.
6. Signaling strategic intent
Yaitu mengindikasikan tujuan dari strategi.Kedekatan dengan para karyawan,
relasi, dan konsumen merupakan strategi yang ampuh untuk meningkatkan kinerja
perusahaan.
7. Simultanous ord sequential strategic thrusts

21
Yaitu membuat rangkaian penggerak/pendorong strategi secara simultan dan
berurutan.Dengan mengembangkan faktor-faktor pendorong atau penggerak
strategi secara simultan dan berurutan melalui pencuptaan barang dan jasa yang
selalu memberikan kepuasan kepada konsumen.
Menurut D'Aveni, inti dari strategi Neu 7-S's adalah "vision for disruption,
general capabilities for executing disruption, product/market tactics to deliver the
disruption" untuk merebut persaingan. Sedangkan inti Strategic intent menurut Gary
Hamel (1994), adalah lebih menekankan pada sense of direction, sense of discoveny,
and sense of destiny untuk meraih persaingan melalui kapabilitas sumber daya yang
ada.
Berdasarkan pandangan para ahli di atas, jelaslah bahwa kelangsugan hidup
perusahaan, baik kecil maupun besar pada umumnya sangat bergantung pada strategi
manajemen perusahaan dalam memberdayakan sumber daya internalnya.

III. Kesimpulan
Ide dan peluang merupakan dua unsur penting dalam kewirausahaan.Agar ide menjadi
peluang, maka harus dievaluasi dengan cara pernjaringan (Screening), yaitu: (1) Ide harus
dimunculkan dalam bentuk yang riil (bararng dan jasa baru) dan berbeda di pasar, serta
harus dapat menciptakan nilai (efisiensi), baik bagi konsumen maupun pembeli potensial;
(2) Mengamati pintu (asal usul) peluang; (3) Menjamin jurnlah dan kualitas produk vang
dihasilkan; (4) Menaksir biaya awal; dan (5) Memperhitungkan risiko yang mungkin
terjadi. Beberapa keadaan yang menciptakan peluang, yaitu (1) Produk baru harus segera
dipasarkan; (2) Kerugian teknik harus rendah; (3) Pesaing tidak agresif mengembangkan
strategi produk; (4) Pesaing tidak memiliki teknologi canggih; (5) Pesaing tidak memiliki
strategi dalam mempertahankan posisinya; dan (6) Perusahaan yang baru dirintis
memiliki sumber daya dan kemarnpuan dalan menghasilkan produk.
Untuk menjadi wirausaha yang tangguh, ada tujuh kemampuan (kompetensi) yang
harus dimiliki, yaitu: (1) Memiliki pengetahuan usaha yang akan dimasuki; (2)
Kemarmpuan imajinasi; (3) Kernampuan praktis, (4) Kemampuan berinovasi dan
berkreasi; (5) Berpandangan ke depan; (6) Kemampuan menghitung; dan (7) Kemampuan
berkomunikasi. Untuk memiliki kemampuan tersebut diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan. Bekal-bekal pengetahuan yang perlu dimiliki di antaranya: (1) Pengetahuan
tentang bidang usaha yang dilakukan; (2) Pengetanuan tentang peran dan tanggung
jawab; (3) Pengetahuan tentang kepribadian dan kemampuan diri; dan (4) Pengetahuan
tentang manajemen dan organisasi usaha. Sedangkan bekal keterampilan meliputi: (1)
Keterampilan konseptual; (2) Keterampilan kreatif dalam menciptakan nilai tambah; (3)
Keterampilan memimpin dan mengelola; (4) Keterampilan berkomunikasi dan
berinteraksi; dan (5) Keterampilan teknik usaha yang dilakukan.
Ada tiga cara dalam memasuki usaha baru, yaitu (1) Merintis usaha baru, (2) Membeli
perusahaan dari orang lain, dan (3) Kerja sama manajemen (franchising). Masing-masing
bentuk tersebut memiliki keuntungan dan kerugian tersendiri.
Untuk merintis usaha baru, beberapa jenis kemampuan harus dipersiapkan dan
dimiliki, antara lain kemampuan teknik, pemasaran, finansial, dan hubungan. Ada
beberapa unsur yang harus diperhatikan dalam merintis perusahaan baru, di antaranya (1)

22
Bidang dan jenis usaha yang dimasuki, (2) Bentuk usaha dan kepemilikan perusahaan, (3)
Tempat usaha yang akan dipilih, (4) Organisasi usaha yang akan digunakan, (5) Jaminan
usaha yang akan diperoleh, (6) Lingkungan usaha yang akan berpengaruh, seperti
lingkungan ekonomi, teknologi, sosiopolitik, dan demografi serta gaya hidup.
Dilihat dari profilnya, usaha kecil memiliki profil tersendiri sesuai dengan sifat
struktur dan kulturnya, yaitu keterbatasan dalam hal permodalan, manajemen, teknik
operasional, akses pemasaran, dan lain-lain.

IV. Datar Pustaka


Suryana,Dr.,M.Si,2008,”Kewirausahaan:Pedoman Praktis Kiat dan Proses Menuju Sukses
Edisi 3”,Salemba Empat,Jakarta

V. Lampiran
1. Heti Handayani (24050118120011/Kelompok 2)
Adakah strategi-strategi yang dapat kita gunakan untuk menentukan bentuk
usaha atau bentuk kepemilikan usaha yang akan kita jalankan?
Jawab (Ayuk Denik A.) :
Ada beberapa hal yang dapat dijadikan strategi untuk menentukan bentuk
kepemilikan usaha yang akan dirintis. Yang pertama adalah batas wewenang dan
tanggung jawab pemilik. Dimana jika kita ingin berkontribusi penuh dan memegang
kekuasaan penuh atas suatu usaha kita dapat meilih usaha perseorangan, sedangkan
kita ingin bekerja sama dan hanya ikut sebagai pemilik saham maka kita dapat
memilih bentuk usaha persekutuan, firma, dan perseroan. Yang kedua, kemampuan
keuangan dan kemudahan pendirian. Yang ketiga, kemudahan memperoleh modal.
Yang keempat, perkembangan usaha. Perkembangan usaha ini maksudnya adalah jika
kita menginginkan usaha yang kita miliki cepat berkembang maka dapat dipilih
bentuk usaha berupa perseroan terbata (PT) dimana bentuk usaha tersebut dinilai lebih
kompatibel dan terpercaya bila melaksanakan suatu proyek atau tender. Yang terakhir
adalah kewajiban dalam undang-undang. Maksudnya adalah, bila kita ingin
mendirikan suatu usaha rumah sakit atau bank, maka mau – tidak mau kita
mendirikan usaha tersebut dalam bentuk PT. Karena bentuk usaha yang demikian
sudah diatur dalam undang-undang.
2. Krisdiana Nur Utami (24050118120006/Kelompok 2)
Bagaimana tips untuk memulai bisnis waralaba?
Jawab (Fida Fauziyyah) :
a. Sesuaikan bisnis yang akan diambil dengan minat
Jadi meskipun bisnis tersebut menguntungkan, akan tetapi jika kita tidak
mempunyai minat dibidang bisnis tersebut, maka besar kemungkinanny atidak
akan berhasil.
b. Perhatikan modal
Untuk memulai bisnis waralaba bagi orang yang baruterjun di dunia bisnis,
sebaiknya mengambil modal yang kecil terlebih dahulu, supaya terhindar dari
resiko.
c. Pastikan sumber daya

23
Sumber daya tersebut meliputi jaringan, kemampuan manajerial, dan dukungan
positif dari keluarga.
d. Pilih waralaba yang telah terbukti bisa menguntungkan
Bisa dilihat dari jumlah gerai yang telah dimiliki, dan seberapa lama
berkecimpung di dalam bisnis tersebut.
3. Desy Rospelita Munthe (24050118140050/Kelompok 4)
Hal apa aja yang perlu dipertimbangkan saat ingin membeli perusahaan orang
lain selain yang sudah dijelaskan tadi agar bisnis yang kita jalankan lebih matang?
Jawab (Nurina Salma A.) :
a. Alasan pemilik perusahaan tersebut menjual perusahaanya
b. Potensi produk dan jasa yang dihasilkan
c. Aspek legal perusahaan harus baik
d. Kondisi keuangan perusahaan tersebut
4. Alfiya Nurwidi Astuti (24050118120029/Kelompok 4)
Bagaimana cara kita untuk melihat resiko pesaing, kemampuan dan kesediaan
pesaing dalam mempertahankan posisi pasarnya?
Jawab (Meliana Indra S.):
a. Kesamaan dan keunggulan produk yang dikembangkan pesaing
b. Tingkat keberhasilan yang dicapai pesaing dalam pengembangan produknya
c. Seberapa besar dukungan keuangan pesaing bagi pengembangan produk baru
5. Reyuli Andespa (240511812030/Kelompok 4)
Apa perbedaan dari position for speed dan position for surprise? Jelaskan!
Jawab (Devina Cindy E.):
Position for speed, yaitu posisi untuk mengutamakan kecepatan. Strategi
dalam memosisikan perusahaan secara cepat di pasar. Perusahaan harus segera
mengkomonikasikan produk yang di hasilkannya ke pasar agar segera di kenal oleh
konsumen. Sedangkan Position for surprise, yaitu posisi untuk membuat kejutan.
Membuat posisi yang mencengangkan melalui barang dan jasa-jasa baru yang lebih
unik dan berbeda serta memberikan nilai tambah baru sehingga konsumen lebih
menyukai barang dan jasa yang diciptakan oleh perusahaan.
6. Muftia Luthfi Cahyani (24050118120008/Kelompok 2)
Apa pentingnya bekal pengetahuan dan kompetensi kewirausahaan?
Jawab (Reni Junita):
Sekarang ini kan lingkungan usaha semakin kompetitif, sebagai seorang
wirausaha kita harus memiliki pengetahuan keahlian dalam bidang perusahaan.
pengetahuan keahlian tersebut meliputi pengetahuan tentang pasar dan strategi
pemasaran, pengetahuan tentang pemasok, serta cara mendistribusikan barang dan
jasa. Namun bekal pengetahuan saja tidak lah cukup apabila tidak memiliki
keterampilan/kompetensi. dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan terhadap
wirausaha kecil, sebagian wirausaha yang berhasil cenderung memiliki
keterampilan/kompetensi khusus yang cukup.
Jadi intinya bekal pengetahuan dan kompetensi dalam wirausaha itu
merupakan satu kesatuan yang tidak bisa di lepaskan, jika kita ingin menjadi
wirausaha yang berhasil kita harus memiliki keduanya.

24
7. Bernandus Diva Kurnia (2440511810109/Kelompok 5)
Menurut anda lebih baik mendirikan perusahaan sendiri atau membeli
perusahaan yang sudah didirikan?
Jawab (Haizatur Rahmi) :
Menurut saya, itu semua tergantung pada kepribadian masing-masing. Jika
anda adalah seorang yang menyukai tantangan dan memulai sesuatu dari awal
sebaiknya anda merintis usaha dari awal. Sedangkan jika anda merasa tidak mampu,
anda bisa membeli perusahaan yang sudah didirikan agar tidak kesusahan dalam
mempersiapkan semuanya dari awal.
8. Fahlevi suryaningrum (24050118120001/Kelompok 1)
Bagaimana cara meningkatkan loyalitas pelanggan?
Jawab (Chintya Ayu M.) :
a. Memberikan membercard kepada konsumen
b. Memberikan peningkatkan kualitas produk
c. Memberikan voucher kepada konsumen
d. Memberikan Point Rewards
e. Memberikan pelayanan yang memuaskan
f. Memberikan inovasi produk

25

Anda mungkin juga menyukai