Studi Kasus Ekonomi Publik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 4

Nama :Yendri marsandy

Nim : H0A118004
MK .Ekonomi Publik

Harga Cabai Anjlok Hingga Rp7.100


per Kg
Christine Novita Nababan, CNN Indonesia | Senin, 11/11/2019 11:01 WIB

Ilustrasi harga cabai. (CNN Indonesia/Safir Makki).

Jakarta, CNN Indonesia -- Harga berbagai jenis cabai anjlok. Tak tanggung-


tanggung, penurunan harga cabai menyentuh Rp2.350 per kilogram (Kg) hingga
Rp7.100 per Kg.
Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, Senin
(11/11), harga cabai merah besar rata-rata dipatok Rp38.850 per Kg atau turun 5,7
persen. Di Bandar Lampung, harga komoditas ini menyentuh Rp65 ribu per Kg,
namun Kota Metro, Provinsi Lampung, harga cabai merah besar sudah merosot
hingga Rp25 ribu.

Di Lombok Timur, harga cabai merah besar juga cuma dibanderol Rp17.500 per Kg,
dan Rp20 ribu per Kg di Blitar. Harga itu jauh dari rata-rata harga nasional.

Sementara, harga cabai rawit merah rata-rata Rp56.300 per Kg atau naik 7,02
persen (Rp4.250 per Kg). Harga komoditas terendah ada di Sumbawa Rp30 ribu per
Kg, sedangkan harga tertinggi ada di Tual Rp95 ribu per Kg.

Untuk cabai merah keriting, kenaikannya sebesar 13,04 persen atawa Rp5.550
menjadi Rp37 ribu per Kg. Di Lombok Timur, harganya bahkan merosot menjadi
hanya Rp12.500. Harga ini terpaut jauh dibandingkan Tual yang dipatok mencapai
Rp85 ribu per Kg.

Sedangkan, harga cabai rawit hijau anjlok 14,96 persen atau Rp7.100 menjadi rata-
rata Rp40.350 per Kg dari pekan lalu sebesar Rp48 ribu per Kg. Penurunan harga
komoditas ini tercatat yang tertinggi dibandingkan cabai jenis lainnya.

Selain cabai, harga bahan pangan lainnya juga tercatat melorot, seperti bawang
putih dan bawang merah ukuran sedang, minyak goreng curah dan minyak goreng
kemasan, gula pasir, dan beras.

Namun, rata-rata penurunan harga komoditas tersebut di atas tak lebih dari 5
persen. Bawang putih dan bawang merah, misalnya, rata-rata dibanderol Rp29.800
per Kg dan Rp27.500 per Kg atau turun 3,87 persen dan 1,43 persen.

Sementara itu, harga daging ayam ras segar naik 4,46 persen atau Rp1.500 per Kg
menjadi rata-rata Rp35.100 per Kg dan daging sapi kualitas 1 naik tipis 0,04 persen
menjadi Rp121.800 per Kg.

Apa Penyebab Harga Cabai Sering Naik Turun?


Harga cabai di dalam negeri sering mengalami fluktuasi. Padahal jumlah produksi
cabai jauh lebih tinggi dibandingkan angka konsumsinya.

Menurut data Kementerian Pertanian (Kementan), produksi cabai jenis rawit di tahun
2017 mencapai 796.676 ton sedangkan konsumsinya hanya 335.968 ton atau
surplus 50.388 ton.

Begitu juga di tahun 2018, produksi cabai rawit mencapai 818.530 ton sedangkan
konsumsi 350.183 ton atau surplus 46.771 ton. Sementara itu di tahun 2019
produksinya diperkirakan mencapai 857.045 ton sedangkan konsumsi diperkirakan
hanya 364.570 ton atau surplus 51.062 ton. Tetapi mengapa harganya sering naik
turun?

Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (Perhepi) Bayu Krisnamurti


mengungkapkan, naik turunnya harga cabai disebabkan karena perhitungan yang
kurang pas.
Bayu menjelaskan, kebutuhan cabai di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu untuk
konsumsi rumah tangga dan industri horeka (hotel, restoran, kafe). Seluruh cabai
dipasok dari petani yang sama.

"Masalahnya adalah kegiatan atau kontrak dengan industri itu membuat pasokan ke
pasar menjadi berkurang, itu yang kemudian menjadi membuat terasa cabainya jadi
langka, kemudian ditangkap oleh pasar dengan naiknya harga," sebut Bayu dalam
diskusi Perilaku Konsumen Pangan di Perkotaan dan Stabilitas Harga, di Hotel Sari
Pan Facific, Thamrin, Jakarta, Selasa (23/5).

Dia menjelaskan, permintaan cabai oleh kalangan industri dan retail biasanya
menggunakan sistem perdagangan ijon (futures trading). Misalnya industri mi instan
yang telah mengikat sebagian besar petani cabai di Jawa Tengah untuk memasok
kebutuhan cabainya kepada mereka.

"Itu cabainya biasanya sudah dikontrak, mekanisme kontrak dengan pemberian bibit
segala macam agar cabai masuk ke industri," imbuhnya.

Hal itu membuat sektor industri sama sekali tidak terpengaruh oleh lonjakan harga.
Sebaliknya, harga di tingkat konsumsi rumah tangga terbilang berfluktuasi.

Kenaikan harga cabai rawit merah beberapa waktu lalu disebabkan kelangkaan
pasokan untuk konsumsi rumah tangga. Padahal pasokan untuk industri stabil. Oleh
karena itu, Bayu menyatakan, pemerintah seharusnya membuat aturan mengenai
alokasi pasokan komoditas tertentu ke industri. Dengan demikian, pasokan dan
harga di level konsumsi tak terpengaruh dan relatif stabil."Permintaan dari industri ini
harus dipetakan dengan sangat baik, jumlahnya harus diketahui dengan baik, baru
setelah itu forward trading kontrak, baru dari situ kita hitung berapa sisa pasokan
baik daging sapi maupun untuk cabai yang akan masuk ke pasar, di mana
konsumen bisa membeli," pungkas Bayu.

Solusi Menghadapi Masalah Menurunnya Harga Cabai?

1. Pertama, mendorong sektor hilir, seperti logistik distribusi, substitusi bahan


olahan industri dengan cabai lokal, pengembangan industri olahan skala rumah
tangga.
2. Kedua, kita bangun koordinasi dengan pihak asosiasi penerbangan Indonesia
untuk subsidi biaya kargo dan mendorong pemerintah daerah tetap menginisiasi
pasar lelang cabai
3. Ketiga, membangun sinergitas dengan semua lembaga terkiat dan pemangku
kepentingan. Sebab untuk menyelesaikan semua masalah tidak bisa sendiri-
sendiri, tapi perlu dukungan dari berbagai sektor .
4. Keempat, menggunakan pupuk organik ramah lingkungan dibuat sendiri
sehingga efisien biaya keempat, menggunakan pestisida hayati ramah
lingkungan dibuat sendiri.
5. Kelima, terapkan cara pasca panen yang baik.
6. Keenam, hirilisasi olahan pasta, goreng dan lainnya dengan skala rumah tangga
dan usaha kecil.
7. Ketujuh, membangun kemitraan dengan usaha olahan dan pasar .
8. Kedelapan, membentuk koperasi sehingga terkoordinir, teknologinya seragam
dan hasil pasarnya bersama-sama.
9. Kesembilan, membentuk pasar lelang di level farmgate sehingga petani peroleh
harga tertinggi, cash and carry dan tercipta one region produk bersama
champion.

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadinya inflasi


tergantung pada sejumlah faktor yang mempengaruhi naik turunnya tingkat harga,
juga tergantung pada kebutuhan masyarakat akan barang tersebut.

Penyebab utama tingginya harga cabai adalah faktor cuaca yang ekstrem (musim
hujan yang berkepanjangan). Meningkatnya curah hujan menyebabkan pembusukan
sehingga produksi cabai berkurang.

Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi kenaikan harga cabai adalah dengan
melakukan stabilisasi harga pangan nasional, memotong mata rantai tengkulak,
mengendalikan stok pangan nasional, mengembangkan industri baru pengolahan
cabai, dll.

Petani adalah kunci dari penyelesaian melonjaknya harga pangan (cabai) ini.
Seharusnya yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan perhatian kepada
para petani miskin yang ada di Negara ini.

Anda mungkin juga menyukai