Penawaran Pembayaran Tunai
Penawaran Pembayaran Tunai
Penawaran Pembayaran Tunai
1. PENGERTIAN KONSINYASI
Berdasarkan Istilah :
Konsinyasi berasal dari bahasa Belanda, cosignatie yang artinya “Penitipan uang atau barang
pada pengadilan guna pembayaran utang“.
Konsinyasi berdasarkan Pasal 1404 KUH Perdata
“Jika si berpiutang menolak pembayaran, maka si berutang dapat melakukan pembayaran
tunai apa yang diutangnya, dan jika si berpiutang menolaknya, menitipkan uang atau barangn
ya kepada pengadilan. Penawaran yang sedemikian, diikuti dengan penitipan, membebaskan
si berutang, dan berlaku baginya sebagai pembayaran, asal penawaran itu telah dilakukan
dengan cara menurut undang-undang;sedangkan apa yang dititipkan secara itu tetap atas
tanggungan si berpiutang ”
Berdasarkan Pasal 1404 KUH PERDATA, pembayaran ini dilakukan apabila si
kreditor menolak pembayaran. Pelaksanaannya dengan cara menawarkan secara resmi barang
atau uang yang akan dibayarkan oleh notaris atau juru sita pengadilan, yang kemudian
memberitahukan secara resmi kepada kreditor. Apabila kreditor menolak, maka notaris atau
juru sita akan mempersilahkan kreditor menandatangani proses verbal tersebut, dan jika
kreditor tidak berkenan menandatanganinya, maka notaris atau juru sita akan memberi tanda.
Dengan demikian terdapat bukti yang resmi bahwa kreditor telah menolak
pembayaran, sehingga debitor dapat mengajukan permohonan ke pengadilan negeri agar
pengadilan negeri mengesahkan penawaran pembayaran yang telah dilakukan. Setelah
penawaran pembayaran disahkan, maka barang atau uang yang akan dibayarkan tersebut akan
disimpan atau dititipkan kepada panitera pengadilan negeri, sehingga utang-piutang menjadi
hapus. Dengan demikian si debitor sudah bebas dari utangnya, namun segala biaya yang
dikeluarkan untuk melaksanakan penawaran pembayaran tunai dan penyimpanannya harus
dipikul oleh debitor. Juga barang atau uang yang dititipkan pada Kepaniteraan Pengadilan
Negeri atas tanggungan atau risiko debitor.
1. PENGERTIAN SUBROGASI
Subrogasi adalah pembayaran/ penggantian hak-hak kreditur yang dilakukan oleh
pihak ketiga kepada kreditur, baik secara langsung, maupun tidak langsung, yaitu melalui
debitur yang meminjam uang dari pihak ketiga. Atau bisa juga disebut Hubungan
hukumnya antara kreditur dan pihak ketiga
3. SUMBER HUKUM
KUH PERDATA pasal 1400 – 1403
Pasal 1400, di mana subrogasi ini dapat terjadi, baik karena perjanjian, maupun karena
undang-undang.
Berdasarkan Pasal 1401, suatu subrograsi yang terjadi karena perjanjian ada 2
kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah apabila si kreditor menerima pembayaran dari
pihak ketiga dan secara tegas menentukan bahwa orang ini akan menggantikan hak-
hak kreditor kepada debitor untuk menggugat, termasuk juga hak-hak istimewa maupun
hipotiknya terhadap debitor. Selain itu, subrograsi ini harus dibayarkan tepat waktu.
Kemungkinan kedua adalah apabila debitor meminjam uang kepada pihak ketiga untuk
melunasi utangutangnya kepada kreditor dan menyatakan bahwa pihak ketiga ini akan
menggantikan hak-hak kreditor terhadap debitor.
Subrogasi ini adalah sah apabila perjanjian pinjam uang dan tanda pelunasan
harus dibuat dengan akta otentik. Dalam perjanjian pinjam-meminjam uang yang dibuat
tersebut harus dinyatakan bahwa uang yang dipinjam tersebut digunakan untuk melunasi
utang debitor kepada kreditor. Kemudian dalam tanda pelunasan utang debitor terhadap
kreditor bahwa pembayaran utang tersebut dilakukan dengan menggunakan uang
yang dipinjam dari pihak ketiga sebagai kreditor baru.
Berdasarkan Pasal 1402 , subrograsi juga dapat terjadi karena undang-undang, di
mana subrograsi dapat terjadi tanpa perlu dilakukan perjanjian antara pihak ketiga dengan
kreditor yang lama, maupun antara pihak ketiga dengan debitor.
Pasal ini menyatakan bahwa jika seorang kreditor pemegang hipotik yang kedua melunasi
piutang kreditor yang merupakan pemegang hipotik kedua, maka dengan kedudukan
pemegang hipotik kedua menggantikan pemegang hipotik pertama karena telah terjadi
subrogasi.
Demikian juga apabila seorang pembeli benda tidak bergerak yang dibebani
hipotik, menggunakan uang pembayaran harga benda tersebut untuk melunasi utangnya pada
kreditor pemegang hipotik, di mana telah terjadi subrogasi oleh si pembeli yang
menggantikan kedudukan kreditor pemegang hipotik. Selain itu dalam perikatan tanggung-
menanggung di mana ada beberapa debitor, maka subrogasi dapat terjadi apabila seorang
debitor membayar lunas utang debitor yang lain. Terakhir adalah subrogasi yang dilakukan
oleh seorang ahli waris yang mempunyai hak istimewa untuk melakukan pencatatan warisan
dengan uangnya sendiri, maka ia menggantikan kedudukan kreditor atas harta warisan
tersebut.
Pasal 1403 mengatur bahwa utang debitor hanya dibayar sebagian oleh pihak
ketiga, maka subrogasi tidak menghalangi kreditor yang lama untuk menuntut sisa
pembayaran utang debitor, di mana kedudukan kreditor lama lebih tinggi daripada kreditor
baru terhadap sisa piutang yang belum dibayar.
4. SIFAT SUBROGASI
1) Subrogasi merupakan Perjanjian yang bersifat Accesoir,dimana perjanjian tersebut ikut
beralih kepada Kreditur Baru mengikuti perjanjian pokoknya;
2) Dalam Subrogasi,utang piutang yang lama dihapus,untuk kemu- dian dihidupkan lagi
bagi kepentingan Kreditur Baru;
3) Dalam Subrogasi,Pihak Ketiga membayar kepada Kreditur,De- bitur adalah pihak yang
pasif;
4) Subrogasi tidak mutlak harus menggunakan akta,kecuali bagi Subrogasi yang lahir dari
perjanjian dimana Debitur menerima uang dari pihak ketiga untuk membayar utang-utangnya
kepada Kreditur;
5) Dalam Subrogasi,Pemberitahu an diperlukan tetapi bukan me – pakan syarat bagi
berlakunya Subrogasi;
6) Subrogasi harus dinyatakan dengan tegas karena tujuan pihak ketiga membayar kepada
Kreditur adalah untuk menggantikan kedudukan Kreditur Lama sehingga Pihak Ketiga dapat
mem – peroleh hak penuh atas Debitur;
7) Subrogasi harus dilakukan tepat pada waktu pembayaran
6. JENIS-JENIS SUBROGASI
1) Subrogasi berdasarkan Perjanjian, terbagi menjadi :
a) Subrogasi atas inisiatif Kreditur;
b) Subrogasi atas inisiatif Debitur
2) Subrogasi berdasarkan UU.
7. TERJADINYA SUBROGASI
Sesuai dengan definisi KUHPerdata di atas, bahwa cara terjadinya subrogasi itu ada dua,
yakni Persetujuan dan karena Undang-Undang.
1. Karena persetujuan
Pasal 1401 KUHPerdata menyatakan:
Subrogasi yang terjadi karena persetujuan dapat dipilah menjadi dua, yakni
1. Subrogasi dengan inisiatif atau bantuan kreditur
Dalam subrogasi yang terjadi karena inisiatif dari kreditur maka pernyataan
subrogasi atau peralihak hak-haknya sebagai kreditur lama kepada kreditur baru harus
dinyatakan dengan tegas dan bersamaan dengan waktu pembayaran oleh kreditur baru kepada
kreditur lama. Maksud dinyatakan dengan tegas di sini memang tidak seperti bunyi poin
kedua yang menyatakan dengan akta otentik, namun alangkah lebih baiknya dan sangat
dianjurkan untuk menggunakan perjanjian dalam bentuk tertulis atara kreditur lama dengan
kreditur baru.
2. Subrogasi dengan atau tanpa bantuan kreditus dalam hal ini atas inisiatif dari debitur.
Kemudian untuk subrogasi yang dinyatakan atau diprakarsai tanpa bantuan
kreditur, yang mana dalam hal ini berarti oleh debitur bersama dengan kreditur baru. Maka
harus dibuat perjanjian subrogasi dalam bentuk akta otentik. Kemudian, subrogasi jenis ini
juga akan menimbulkan dua bentuk hubungan hukum yang berbeda. Yang pertama yakni
hubungan pinjam-meminjam antara debitur dengan kreditur baru, perjanjian pinjam-
meminjam ini dibuat dengan akta otentik dan harus memuat ketentuan yang menyatakan
bahwa uang yang dipinjam tersebut akan digunakan untuk melunasi utang kepada kreditur
lama. Kemudian hubungan hukum kedua yakni hubungan hukum antara debitur dengan
kreditur lama dalam bentuk pelunasan utang, perjanjian pelunasan uatang ini juga harus
dibuat dengan akta otentik dan harus diterangkan bahwa uang yang digunakan untuk
melunasi utang tersebut berasal dari pinjaman yang diberikan oleh kreditur baru kepada
debitur.
2. Karena Undang – Undang
Subrogasi yang terjadi karena undang-undang berarti, terjadinya otomatis
meskipun tidak ada kesepakatan subrogasi antara para pihak baik itu kreditur, debitur,
maupun pihak ketiga. Jenis-jenis tindakan yang dapat menyebabkan terjadinya subrogasi
karena UU dirinci dalam Pasal 1402 KUHPer yang menyatakan:
“Subrogasi terjadi karena undang-undang:
1. untuk seorang kreditur yang melunasi utang seorang debitur kepada seorang kreditur lain,
yang berdasarkan hak istimewa atau hipoteknya mempunyai suatu hak yang lebih tinggi dan
pada kreditur tersebut pertama;
2. untuk seorang pembeli suatu barang tak bergerak, yang memakai uang harga barang
tersebut untuk melunasi para kreditur, kepada siapa barang itu diperikatkan dalam hipotek;
3. untuk seorang yang terikat untuk melunasi suatu utang bersama-sama dengan orang lain,
atau untuk orang lain dan berkepentingan untuk membayar utang itu;
4. untuk seorang ahli waris yang telah membayar utang-utang warisan dengan uangnya
sendiri, sedang ia menerima warisan itu dengan hak istimewa untuk mengadakan pencatatan
tentang keadaan harta peninggalan itu.”
8. HAPUSNYA SUBROGASI
Dalam Subrogasi, perikatan antara Kreditur Lama dan Debitur hapus karena
Pembayaran.
C. CESSIE (PENYERAHAN PIUTANG-PIUTANG ATAS NAMA)
1. PENGERTIAN CESSIE
KUH Perdata tidak mengenal istilah Cessie, namun lebih dikenal dengan istilah
penyerahan piutang-piutang atas nama. Pasal 613 KUHPer menyatakan:
“Penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak bertubuh,
dilakukan dengan jalan membuat akta otentik atau di bawah tangan yang melimpahkan hak-
hak atas barang-barang itu kepada orang lain. Penyerahan ini tidak ada akibatnya bagi yang
berutang sebelum penyerahan itu diberitahukan kepadanya atau disetujuinya secara
tertulis atau diakuinya. Penyerahan surat-surat utang atas tunjuk dilakukan dengan
memberikannya; penyerahan surat utang atas perintah dilakukan dengan memberikannya
bersama endosemen surat itu.” Jika merinci maksud dari pasal di atas maka: Cessie adalah
penyerahan piutang-piutang atas nama dan barang-barang lain yang tidak bertubuh.
3. UNSUR-UNSUR CESSIE
1) Harus menggunakan Akta Otentik maupun akta dibawah tangan;
2) Terjadi pelimpahan hak-hak atas barang-barang tersebut kepada orang lain.
4. SIFAT CESSIE
1) Dalam Cessie,perjanjian Accesoirnya tidak dihapus hanya beralih kepada pihak ketiga
sebagai Kreditur Baru;
2) Utang Piutang lama tidak dihapus hanya beralih kepada kepada pihak ketiga sebagai
Kreditur baru;
3) Dalam Cessie,Debitur bersifat pasif,dia hanya diberitahukan siapa Kreditur Baru agar dia
dapat melakukan pembayaran kepada Kreditur Baru;
4) Bagi Cessie selalu diperlukan suatu akta.;
5) Cessie hanya berlaku kepada Debitur setelah adanya pemberitahuan.
6. TERJADINYA CESSIE
1) Cessie selalu terjadi karena perjanjian antara para pihak;
2) Cessie juga dapat terjadi Karen berbagai peristiwa Perdata,berupa perjanjian jual beli;
1. PENGERTIAN NOVASI
Tidak terdapat penggunaan langsung kata “Novasi” di dalam KUHPer, namun Novasi lebih
dikenal atau diartikan sebagai pembaharuan utang. Novasi dilakukan berdasarkan
kesepakatan kedua belah pihak/ dimana Pihak Kreditur dan Debitur bersepakat untuk
menghapuskan perikatan lama dengan menggantinya dengan perikatan baru.
4. UNSUR-UNSUR NOVASI
5. SIFAT NOVASI
1) Dalam Novasi,perjanjian accesoirnya turut dihapus jika perjanjiannya pokoknya
hapus,kecuali para pihak secara tegas menyatakan sebaliknya;
2) Dalam Novasi,utang piutang yang lama dihapus dan digantikan dengan utang piutang
yang baru;
3) Novasi pada hakikatnya merupakan hasil perundingan segitiga yaitu antara Pihak
Kreditur, Debitur dan Pihak Ketiga,dimana Para Pihak tersebut bersifat aktif;
4) Novasi tidak mutlak harus menggunakan akta;
5) Dalam Novasi,Pemberitahuan tidak diperlukan karena Novasi dilakukan berdasarkan
kese pakatan para pihak;
6. CARA MELAKSANAKAN NOVASI
Berdasarkan Pasal 1413 BW, ada 3 jalan untuk melaksanakan suatu pembaruan utang atau
yang juga disebut novasi, yaitu:
a. Apabila seorang debitor membuat suatu perikatan utang baru bagi kreditor, yang
menggantikan utang yang lama yang dihapuskan karenanya, atau yang disebut Novasi
Objektif,
b. Apabila seorang debitor baru ditunjuk untuk menggantikan debitor lama, yang oleh si
kreditor dibebaskan dari perikatannya, atau yang disebut Novasi Subjektif Pasif,
c. Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditor baru ditunjuk untuk
menggantikan kreditor lama, terhadap si debitor dibebaskan dari perikatannya, atau yang
disebut Novasi Subjektif Aktif.
8. HAPUSNYA NOVASI
Dalam Novasi hapusnya perikatan antara Kreditur dan Debitur atas kesepakatan kedua belah
pihak.