Kel 6 Kode Etik Akuntan Dan Penegakannya - 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 26

KODE ETIK AKUNTAN DAN PENEGAKANNYA

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Etika Bisnis & Profesi yang diampu
oleh Bapak Amir Lukum, S.Pd,. MSA

OLEH
KELOMPOK VI

Husain M Tombamba 921415019


Miftahudin Tolinggilo 921416006
Balgeis Bogdadi 921417158

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

FAKULTAS EKONOMI

JURUSAN AKUNTANSI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt, karena atas limpahan karunia dan rahmat-Nya kami
bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “KODE ETIK AKUNTAN DAN
PENEGAKANNYA”. Dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Serta
kami juga berterima kasih kepada Bapak Amir Lukum, S.Pd,. MSA selaku dosen mata kuliah
Etika Bisnis & Profesi yang sudah memberikan kepercayaan untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami berharap Makalah ini akan bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan dan juga
wawasan kita menyangkut pentingnya “KODE ETIK AKUNTAN DAN PENEGAKANNYA“
berdasarkan Kode Etik Aturan Profesi Akuntansi IAI ( Ikatan Akuntansi Indonesia) Kami
menyadari dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu kami berharap adanya kritikan, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang sudah
kami buat dimasa yang akan datang. Mengingat tak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada kritik
yang membangun.

Akhir kata, mudah-mudahan makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya
dan sekiranya dapat bermanfaat bagi kami maupun orang lain yang membacanya. Tak lupa juga
kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dalam pembuatan
makalah ini. Sekian dan terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Gorontalo, Maret 2020

Kelompok VI
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………

DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………….……………………………………………………………………

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………………………

1.3 Tujuan Masalah………………………………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Akuntan Publik ……………………………………………………………………

2.2 Jenis- Jenis Profesi Akuntan.....................................................................................................

2.3 Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia …………………………………………….

2.4 Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional IFAC 2005 – Section 100.4 ………….

2.5 Wacana dan Praksis Etika……………………………………………………………………..

2.6 Contoh Kasus…………………………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………………..
3.2 Saran………………………………………………………………………………………........
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika Profesi Akuntansi merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik
dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan
yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai
Akuntan. Dalam menjalankan profesi sebagau seorang akuntan harus dengan sadar
menjalankan tugas, hak, kewajiban dan fungsinya. Namun, menjadi seorang akuntan
bukanlah hal yang mudah.
Dalam etika profesi, sebuah profesi memiliki komitmen moral yang tinggi yang biasanya
dituangkan dalam bentuk aturan khusus yang menjadi pegangan bagi setiap orang yang
mengembangkan profesi yang bersangkutan. Aturan ini merupakan aturan main dalam
menjalankan atau mengemban profesi tersebut yang biasanya disebut sebagai kode etik yang
harus dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi. Adapun kode etik yang harus dipenuhi oleh
seorang akuntan akan dibahas dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1. apakah pengertian Kode Etik Akuntan?
2. Apakah Jenis- Jenis Profesi Akuntan?
3. Apakah Prinsip-prinsip etika profesi Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)?
4. Apa garis besar kode etik dan perilaku professional?
5. Apakah aturan etika dalam Akuntan?
1.3 Tujuan Masalah
1. untuk menjelaskan pengertian Kode Etik Akuntan
2. untuk menjelaskan jenis-jenis profesi akuntan
3. untuk menjelaskan prinsip-prinsip etika profesi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
4. untuk mengetahui garis besar kode etik dan perilaku professional
5. untuk menjelaskan aturan etika dalam akuntan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Akuntan Publik
Akuntan Publik adalah seorang praktisi dan gelar profesional yang diberikan kepada
akuntan di Indonesia yang telah mendapatkan izin dari Menteri Keuangan RI untuk
memberikan jasa audit umum dan review atas laporan keuangan, audit kinerja dan audit
khusus serta jasa dalam bidang non-atestasi lainnya seperti jasa konsultasi, jasa kompilasi,
dan jasa-jasa lainnya yang berhubungan dengan akuntansi dan keuangan.Ketentuan mengenai
praktik Akuntan di Indonesia diatur dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 yang
mensyaratkan bahwa gelar akuntan hanya dapat dipakai oleh mereka yang telah
menyelesaikan pendidikannya dari perguruan tinggi dan telah terdaftar pada Departemen
keuangan R.I.
Untuk dapat menjalankan profesinya sebagai akuntan publik di Indonesia, seorang
akuntan harus lulus dalam ujian profesi yang dinamakan Ujian Sertifikasi Akuntan Publik
(USAP) dan kepada lulusannya berhak memperoleh sebutan “Bersertifikat Akuntan Publik”
(BAP). Sertifikat akan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Sertifikat Akuntan Publik
tersebut merupakan salah satu persyaratan utama untuk mendapatkan izin praktik sebagai
Akuntan Publik dari Departemen Keuangan. Profesi ini dilaksanakan dengan standar yang
telah baku yang merujuk kepada praktek akuntansi di Amerika Serikat sebagai ncgara maju
tempat profesi ini berkembang. Rujukan utama adalah US GAAP (United States Generally
Accepted Accounting Principles) dalam melaksanakan praktek akuntansi. Sedangkan untuk
praktek auditing digunakan US GAAS (United States Generally Accepted Auditing
Standard), Berdasarkan prinsip-prinsip ini para Akuntan Publik melaksanakan tugas mereka,
antara lain mengaudit Laporan Keuangan para klien. Kerangka standar dari USGAAP telah
ditetapkan oleh SEC (Securities and Exchange Commission) sebuah badan pemerintah
quasijudisial independen di Amerika Serikat yang didirikan tahun 1934. Selain SEC, terdapat
pula AICPA (American Institute of Certified Public Accountants) yang berdiri sejak tahun
1945. Sejak tahun 1973, pengembangan standar diambil alih oleh FASB (Financial
Accounting Standard Board) yang anggota-anggotanya terdiri dari wakil-wakil profesi
akuntansi dan pengusaha.
A. Pengertian Kode Etik
Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik, dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa yang
harus dilakukan dan apa yang harus dihindari.
Tujuan kode etik agar profesional memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai
atau nasabahnya. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan yang tidak profesional.
B. Kode Etik Aturan Profesi Akuntansi IAI
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi
seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di lingkungan dunia
usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan
tanggung-jawab profesionalnya. .
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar
profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi:
· Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
· Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
· Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
· Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka
etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
(1) Prinsip Etika,
(2) Aturan Etika, dan
(3) Interpretasi Aturan Etika.
Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres
dan berlaku bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota
Himpunan dan hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan
Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan
setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya,
sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi
lingkup dan penerapannya.
Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan
atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk
menggantikannya.
Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan
kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa
akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu
tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang
berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam
konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan
kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI
tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia.
Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang
menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik,
yaitu auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen
adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis
yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar
Profesional Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika
Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI
yang berpraktik dalam profesi akuntan publik.
C. Kepatuhan
Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat
terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di
samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota
dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran
Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya.
Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan
pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi
kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.2 Jenis- Jenis Profesi Akuntan
1. Akuntan Publik
Akuntan publik merupakan satu-satunya profesi akuntansi yang menyediakan jasa audit
yang bersifat independen, yaitu memberikan jasa untuk memeriksa, menganalisis,
kemudian memberikan pendapat/ asersi atas laporan keuangan perusahaan sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
2. Akuntan Manajemen
Akuntan manajemen merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau
bekerja di perusahaan-perusahaan. Akuntan manajemen bertugas untuk membuat laporan
keuangan di perusahaan.
3. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik merupakan sebuah profesi akuntansi yang biasa bertugas atau bekerja
di lembaga-lembaga pendidikan, seperti pada sebuah Universitas, atau lembaga
pendidikan lainnya. Akuntan manajemen bertugas memberikan pengajaran tentang
akuntansi pada pihak- pihak yang membutuhkan.
4. Akuntan Internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja pada suatu perusahaan dan oleh karenanya
berstatus sebagai pegawai pada perusahaan tersebut. Tugas audit yang dilakukannya
terutama ditujukan untuk membantu manajemen perusahaan tempat dimana ia bekerja.
5. Konsultan SIA/SIM
Salah satu profesi atau pekerjaan yang biasa dilakukan oleh akuntan diluar pekerjaan
utamanya adalah memberikan konsultasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
sistem informasi dalam sebuah perusahaan. Seorang konsultan SIA/SIM dituntun harus
mampu menguasai sistem teknologi komputerisasi disamping menguasai ilmu akuntansi
yang menjadi makanan sehari-harinya. Biasanya jasa yang disediakan oleh konsultan
SIA/SIM hanya pihak-pihak tertentu saja yang menggunakan jasanya ini.
6. Akuntan Pemerintah
Akuntan pemerintah adalah akuntan professional yang bekerja di instansi pemerintah
yang tugas pokoknya melakukan pemeriksaan terhadap pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintah atau pertanggungjawaban
keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak akuntan yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut akuntan pemerintah adalah
akuntan yang bekerja di Badan Pengawas Keuangan dan Pembagian (BPKP) dan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK), dan instansi Pajak.
 
2.3 Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntan Indonesia
Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan menjadi
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga disiplin diri di atas dan
melebihi yang disyaratkan oleh hukum clan peraturan.
Prinsip Etika Profesi dalam Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, 1998, dalam
Ludigdo, 2007) menyatakan pengakuan profesi akan tanggung jawabnya kepada publik,
pemakai jasa akuntan, dan rekan. Prinsip ini memandu anggota dalam memenuhi tanggung
jawab profesionalnya dan merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku
profesionalnya. Prinsip ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan
pengorbanan keuntungan pribadi.
a. Prinsip Pertama – Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan
dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai jasa
profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sarna dengan
sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat, dan menjalankan tanggung-jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.
b. Prinsip Kedua – Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab kepada publik.
Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di mana publik dari profesi
akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla obyektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini
menimbulkan tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan publik
didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani anggota secara
keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam
menyediakan jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus
menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat yang menunjukkan bahwa kepercayaan
masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat
pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat prestasi tertinggi
dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
Dalam memenuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin menghadapi
tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam mengatasi
benturan ini, anggota harus bertindak dengan penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa
apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka kepentingan penerima jasa
terlayani dengan sebaik-baiknya.
Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota untuk
memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas, obyektivitas, keseksamaan profesional, dan
kepentingan untuk melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas,
mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan
dengan tingkat profesionalisme yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik. Atas
kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara terus-menerus
menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme yang tinggi.
Tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi kebutuhan klien
individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya seorang akuntan harus
mengikuti standar profesi yang dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya:auditor
independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari laporan keuangan yang
disajikan kepada lembaga keuangan untuk mendukung pemberian pinjaman dan kepada
pemegang saham untuk memperoleh modal; eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang
akuntansi manajemen dalam organisasi dan memberikan kontribusi terhadap efisiensi dan
efektivitas dari penggunaan sumber daya organisasi; auditor intern memberikan keyakinan ten
tang sistem pengendalian internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi
keuangan dari pemberi kerja kepada pihak luar.ahli pajak membantu membangun kepercayaan
dan efisiensi serta penerapan yang adil dari sistem pajak; dan konsultan manajemen
mempunyai tanggung-jawab terhadap kepentingan umum dalam membantu pembuatan
keputusan manajemen yang baik.
c. Prinsip Ketiga – Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur dan
berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan
publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan
yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima
kecurangan atau peniadaan prinsip.
Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak terdapat
aturan, standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota
harus menguji keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota telah melakukan
apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas
dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa standar
teknis dan etika. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip obyektivitas
dan kehati-hatian profesional.
d. Prinsip Keempat – Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain.
Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus menunjukkan
obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota dalam praktik publik memberikan jasa
atestasi, perpajakan, serta konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan
keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal dan bekerja dalam
kapasitas keuangan dan manajemennya di industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka
juga mendidik dan melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun jasa atau
kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan dengan
aturan etika sehubungan dengan obyektivitas, pertimbangan yang cukup harus diberikan
terhadap faktor-faktor berikut:
 Adakalanya anggota dihadapkan kepada situasi yang memungkinkan mereka menerima
tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini dapat mengganggu
obyektivitasnya.
 Adalah tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua situasi di mana
tekanan-tekanan ini mungkin terjadi. Ukuran kewajaran (reasonableness) harus
digunakan dalam menentukan standar untuk mengindentifikasi hubungan yang mungkin
atau kelihatan dapat merusak obyektivitas anggota.
 Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh lainnya untuk
melanggar obyektivitas harus dihindari.
 Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-orang yang terlibat dalam
pemberian jasa profesional mematuhi prinsip obyektivitas.
 Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau entertainment yang
dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak pantas terhadap pertimbangan
profesional mereka atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengan mereka.
Anggota harus menghindari situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka
ternoda.

e. Prinsip Kelima - Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan
dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung jawab
profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung arti bahwa anggota
mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa profesional dengan sebaik-baiknya sesuai
dengan kemampuannya, derni kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung-
jawab profesi kepada publik.
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota seyogyanya tidak
menggambarkan dirinya memiliki keahlian atau pengalaman yang tidak mereka punyai.
Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung-jawabnya, setiap anggota harus
melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi yang akan meyakinkan bahwa
kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan profesionalisme tinggi seperti disyaratkan
oleh Prinsip Etika. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 (dua) fase yang terpisah:
 Pencapaian Kompetensi Profesional.
Pencapaian kompetensi profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum
yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional dalam
subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola
pengembangan yang normal untuk anggota.
 Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui kornitmen untuk belajar dan melakukan
peningkatan profesional secara berkesinambungan selama kehidupan profesional
anggota. Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran untuk terus
mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk di antaranya pernyataan-pernyataan
akuntansi, auditing dan peraturan lainnya, baik nasional maupun internasional yang
relevan. Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk memastikan
terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa profesional yang konsisten dengan
standar nasional dan internasional.
Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu tingkatan
pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang anggota untuk memberikan jasa
dengan kemudahan dan kecerdikan. Dalam hal penugasan profesional melebihi kompetensi
anggota atau perusahaan, anggota wajib melakukan konsultasi atau menyerahkan klien
kepada pihak lain yang lebih kompeten. Setiap anggota bertanggung-jawab untuk
menentukan kompetensi masing-masing atau menilai apakah pendidikan, pengalaman dan
pertimbangan yang diperlukan memadai untuk tanggung-jawab yang harus dipenuhinya.
Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada penerima jasa dan
publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan tanggung-jawab untuk memberikan jasa
dengan segera dan berhati-hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang
berlaku.
Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan mengawasi
secara seksama setiap kegiatan profesional yang menjadi tanggung-jawabnya. 
f. Prinsip Keenam – Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum untuk
mengungkapkannya.
Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi tentang
klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang diberikannya.
Kewajiban kerahasiaan berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau
pemberi kerja berakhir.
Kerahasiaan harus dijaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah diberikan
atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk mengungkapkan informasi. Anggota
mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah pengawasannya dan orang-
orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip kerahasiaan. Kerahasiaan
tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi. Kerahasiaan juga mengharuskan
anggota yang memperoleh informasi selama melakukan jasa profesional tidak menggunakan
atau terlihat menggunakan informasi terse but untuk keuntungan pribadi atau keuntungan
pihak ketiga.
Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima jasa tidak
boleh mengungkapkannya ke publik. Karena itu, anggota tidak boleh membuat pengungkapan
yang tidak disetujui (unauthorized disclosure) kepada orang lain. Hal ini tidak berlaku untuk
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab anggota berdasarkan
standar profesional.
Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan
dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahasiaan serta mengenai berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan sejauh mana
informasi rahasia dapat diungkapkan.
1. Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk mengungkapkan diberikan oleh
penerima jasa, kepentingan semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya
dapat terpengaruh harus dipertimbangkan.
2. Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana anggota diharuskan
oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia adalah: untuk menghasilkan
dokumen atau memberikan bukti dalam proses hukum; dan untuk mengungkapkan
adanya pelanggaran hukum kepada publik.
3. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan:untuk mematuhi
standar teknis dan aturan etika; pengungkapan seperti itu tidak bertentangan dengan
prinsip etika ini; untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam sidang
pengadilan;untuk menaati peneleahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI atau badan
professional lainnya; dan untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau
badan pengatur.
g. Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi hams
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada penerima jasa, pihak
ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

h. Prinsip Kedelapan - Standar Teknis


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Standar teknis dan standar profesional yang hams ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh lkatan Akuntan Indonesia, International Federation of Accountants, badan
pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang relevan.

Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah:


a)   Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk
melindungi hak asasi manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah
tujuan utama profesional komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif
dari sistem komputasi, termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
b)   Hindari menyakiti orang lain.
“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan,
kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkunga yang tidak
diinginkan.
c)   Bersikap jujur dan dapat dipercaya
Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu
organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
d)  Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati
orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah.
e)  Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.
Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi
dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
f)   Memberikan kredit yang pantas untuk properti intelektual.
Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.
g)   Menghormati privasi orang lain
Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran
informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
peradaban.
h)   Kepercayaan
Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah
membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat
informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.

2.4 Kode Etik Prinsip-prinsip Dasar Akuntan Profesional  IFAC 2005 – Section 100.4
Seorang akuntan professional diharuskan untuk mematuhi prinsip-prinsip dasar berikut :
 Integritas – seorang akuntan professional harus tegas dan jujur dalam semua
keterlibatannya dalam hubungan profesional dan bisnis.
 Objektivitas – seorang akuntan professional seharusnya tidak membiarkan bias, konflik
kepentingan, atau pengaruh yang berlebihan dari orang lain untuk mengesampingkan
penilaian professional atau bisnis.
 Kompetensi professional dan Kesungguhan – seorang akuntan professional mempunyai
tugas yang berkesinambungan untuk senantiasa menjaga penghetahuan dan skil
professional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien  atau atasan
menerima jasa professional yang kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam
praktik, legislasi dan teknis. Seorang akuntan professional harus bertindak tekun dan
sesuai dengan standar teknis dan professional yang berlaku dalam memberikan layanan
professional.
 Kerahasiaan – seorang akuntan professional harus menghormati kerahasian informasi
yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional dan bisnis tidak boleh
mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga, tanpa otoritas yang tepat dan
spesifik kecuali ada hak hukum atau professional atau kewajiban untuk mengungkapkan.
Informasi rahasia yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan bisnis professional
seharusnya tidak boleh digunakan untuk kepentingan pribadi para akuntan professional
atau pihak ketiga.
 Perilaku Profesional – seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan
peraturan-peraturan terkait dan seharusnya menghindari tindakan yang bisa
mendeskreditkan profesi.

2.5 WACANA DAN PRAKSIS ETIKA


A. Referensi: Paradoks Etika Akuntan (Unti Ludigdo)
Pengantar
Etika sebagai pemikiran dan pertimbangan moral memberikan dasar bagi seseorang
maupun sebuah komunitas dalam melakukan suatu tindakan. Seiring perkembangannya,
pemikiran-pemikiran etika membentuk teori etika. Teori etika dapat disebut sebagai gambaran
rasional mengenai hakekat dan dasar perbuatan dan keputusan yang benar serta prinsip-prinsip
yang menentukan klaim bahwa perbuatan dan keputusan tersebut secara moral diperintahkan
dan dilarang (Fakhry, 1996: xv).

B. Menyelami Keragaman Pemikiran tentang Etika


            Menurut suseno, keragaman pemikiran etika banyak dipengaruhi oleh bangsa Yunani.
Adapun variasi dari pemikiran etika ini adalah sbb:
 Murid-murid Pytagoras (570-496 SM): bahwa badan merupakan kubur jiwa, sehingga
jika manusia menginginkan jiwanya bebas dari badan maka dia perlu menempuh jalan
pembersihan (bertapa, bekerja secara rohani).
 Democritus (460-371 SM): mengajarkan aturan kehidupan bahwa manusia hendaknya
mengusahakan keadilan. Nilai tertinggi kehidupan adalah pencapaian pada apa yang enak
(kerangka perkembangan hedonisme).
 Kaum Sofis: baik dan buruk lebih merupakan masalah keputusan masing-masing atau
kesepakatan bersama daripada suatu aturan abadi.
 Socrates (469-399 SM): membuka dan memperlihatkan bahwa pengandaian kaum Sofis
tidak dapat dipertahankan. Socrates membawa manusia pada paham etis dengan
menghadapkannya pada implikasi anggapannya sendiri. Socrates yakin bahwa orang akan
berbuat benar bila ia mengetahui apa yang baik baginya.
 Plato (427-348 SM): memperlihatkan bahwa apa yang umumnya dianggap kebenaran
masih jauh sekali dari realitas, yang bersifat rohani dan disebut idea, bersumber dari
Yang Ilahi.
 Aristoteles (384-322 SM): menurutnya, ajaran Plato adalah interpretasi salah terhadap
kenyataan bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal yang
empiris yang mana untuk menjelaskan ini tidak perlu menerima alam idea yang abadi.
Hidup yang baik bagi manusia adalah bila ia mencapai apa yang menjadi tujuannya.
 Epikuros (314-270 SM): penganut kebebasan berkehandak. Dengan kebebasannya
manusia menuju kebahagiaan yang menghasilkan nikmat, yakni nikmat bersifat rohani
dan luhur daripada jasmani.
 Kaum Stoa: etika sebagai seni hidup yang menunjukkan jalan ke kebahagiaan yang
dicapai dengan keberhasilan hidup manusia, yakni dengan mempertahankan diri. Prinsip
dasar etika bagi kaum ini adalah penyesuaian diri dengan hukum alam.
 Jeremy Bentham (1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873): mengembangkan etika
teleologi. Mempunyai pandangan bahwa suatu tindakan dinilai baik atau buruk
berdasarkan tujuan atau akibat dilakukannya tindakan tersebut. Kemudian muncul varian
darinya, yaitu egoisme (menilai baik buruk tindakan dari tujuan dan manfaat tindakan
tersebut bagi pribadi-pribadi) dan utilitarianisme (baik buruk suatu tindakan berdasarkan
tujuan dan akibat bagi kebanyakan orang).
 Immanuel Kant (1724-1804): mngembangkan aliran deontologi, dimana penilaian baik
buruk tindakan didasarkan pada penilaian apakah tindakan itu sendiri apakah baik atau
buruk.
 Augustinus (354-430 M): berbasis pada nilai agama Nasrani. Dalam etika terdapat
dimensi kesadaran transendensi.
 Thomas Aquinas (1225-1274): menurutnya, Tuhan adalah tujuan akhir manusia, karena
Ia adalah nilai tertinggi dan universal, dan karenanya kebahagiaan manusia tercapai bila
ia memandang Tuhan.
C. Praksis Peran Individu dan Organisasi dalam Mempromosikan Etika
            Faktor-faktor locus of control, gender dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh
pada keberterimaan perilaku etis dan tidak etis di tempat kerja (Reiss & Mitra). Terdapat juga
konsepsual bahwa keberagamaan merupakan motivasi bertindak etis dan menemukan adanya
perbedaan signifikan dalam pertimbangan etis di antara responden yang terkategori bermotif
keberagamaan dan yang tidak (Clark & Dawson).
Pelaporan berbuat salah yang dilakukan oleh rekan secara tak langsung dipengaruhi
oleh keberagamaan seseorang, dimana dalam hal ini keterpengaruhan terjadi melalui ideologi
etis individu (Barnett dkk). Sedangkan Singhapakdhi & Vitell menyimpulkan pertimbangan
etis marketer’s dapat secara parsial dijelaskan oleh nilai-nilai personal dan profesional
individu bersangkutan.
Organisasi tempat bekerja sangat mempengaruhi etika individu. Maryani & Ludigdo
menemukan bahwa aspek organisasional termasuk sebagai faktor penting yang mempengaruhi
sikap dan perilaku akuntan.
D. Kode Etik: Mainstream Model Pengembangan Etika dalam Organisasi
            Kode etik adalah dokumen formal tertulis dan membedakan yang terdiri dari standar
moral untuk membantu mengarahkan perilaku karyawan dan organisasi (Scwhartz, 2002).
Fungsinya untuk mencapai standar etis yang tinggi dalam bisnis (kavali dkk, 2001). Standar
moral universal menurut Scwhartz:
 Trustworthiness
 Respect
 Responsibility
 Fairness
 Caring
 Citizenship
Sedangkan menurut Adams dkk, alasan mengapa perusahaan membuat kode etik adalah:
 Kode etik merupakan upaya untuk memperbaiki iklim organisasional sehingga individu
berperilaku etis.
 Kontrol etis diperlukan karena sistem legal dan pasar tidak cukup mampu mengarahkan
perilaku organisasi untuk mempertimbangkan dampak moral dalam setiap keputusan
bisnis.
 Untuk menentukan status bisnis sebagai sebuah profesi, dimana kode etik menjadi
penandanya.
 Sebagai upaya menginstitusionalisasikan moral dan nilai-nilai pendiri perusahaan.
 Kode etik merupakan pesan.
E. Comprehensiveness dalam Pengembangan Praktik Etika di Organisasi
            Menurut Lam & White, terdapat komponen-komponen untuk menuju suatu sistem
organisasi. Faktor-faktor means, motivation, opportunity mendorong perilaku tidak etis dalam
organisasi karena:
1. Organisasi tidak memberikan means untuk mencegah perilaku tidak etis.
2. Individu memiliki personal motivation personal motivation yang didapat dari perilaku
tidak etis.
3. Posisi kerja memberikan opportunity untuk mendorong praktik tidak etis.
F. Etika sebagai Basis Profesionalisme Akuntan
          Brooks memberi pedoman atas isi yang seharusnya terdapat dalam suatu kode etik
akuntan, yaitu:
Spesifikasi alasan aturan-aturan umum yang berhubungan dengan:
 Kompetensi teknis
 Kehati-hatian
 Obyektivitas
 Integritas
Memberikan pedoman:
 Untuk berperilaku memenuhi kepentingan berbagai kelompok dalam masyarakat.
 Untuk memecahkan konflik antar berbagai pihak yang berkepentingan dan antara pihak
yang berkepentingan dan akuntan.
1. Memberi dukungan atau perlindungan bagi akuntan yang akan “melakukan sesuatu
dengan benar”.
2. Menspesifikasikan sanksi secara jelas sehingga konsekuensi dari kesalahan akan
dipahami.
Di bagian pendahuluan kode etik harus disebutkan empat kebutuhan dasar yang
harus dipenuhi akuntan dalam menjalani profesinya (IAI, 1998: 301):
 Kredibilitas
 Profesionalisme
 Kualitas jasa
 Kepercayaan
Sedangkan pada Prinsip Etika Akuntan meliputi delapan butir pernyataan mengenai
(IAI, 1998: 302-306):
1. Tanggung jawab profesi
2. Kepentingan publik
3. Integritas
4. Obyektivitas
5. Kompetensi dan kehati-hatian profesional
6. Kerahasiaan
7. Perilaku profesional
8. Standar teknis

2.6 Contoh Kasus


 Kasus Bank Lippo
Profil Bank Lippo pada tanggal 11 maret 1948 Pengusaha R.M Kusmuliono Bersama
Dasaad dan Hasim Ning mendirikan Bank Perniagaan Indonesia. Pada tanggal 29 maret
1977 Bank Perniagaan Indonesia melakukan Penggabungan Usaha dengan PT Central
Commercial Bank. Kemudian pada Tahun 1982 kelompok Usaha Lippo & Salim
mengambil Alih 49% saham Bank & mengangkat James Riady sebagai Direktur. Pada bulan
oktober 1988 usaha Lippo memanfaatkan peluang pakto: mengajukan permohonan izin
penggabungan Bank perniagaan Indonesia Bank Bhuni bahari dan Bank Umum Asia.
Mengganti Nama Bank Perniagaan Indonesia menjadi Bank Lippo di akhir tahun 1988
meluncurkan produk tabungan harian depan (Tahapan) melakukan penawaran saham
perdana di BEJ (Bursa Efek Jakarta) pada akhir tahun 1989.
Jadi pada tanggal pada tanggal 22 desember 2002 Bank Lippo Mendapatkan Kasus di
Jakarta, Indonesia. Kasus tersebut tentang pelaporan keuangan ganda oleh Bank Lippo yang
dimana kasus ini berawal ketika manajemen Bank Lippo Melaporkan Laporan Keuangan
Triwulan 3 tahun 2002 pada tanggal 27 desember 2002 ke bursa efek Jakarta (BEJ) dalam
Laporan tersebut dinyatakan bahwa aset Bank Lippo adalah Rp 22,8 triliun dengan rugi
bersih sebesar Rp 1,2 triliun. Dan resiko kecukupan modal (CAR) Rp 4,2%. Yang dimana
sebulan sebelumnya pada tanggal 28 november 2002 Bank Lippo telah mempublikasikan
Laporan keuangan dengan angka yang berbeda yakni aset sebesar Rp 24 triliun, Laba bersih
Rp 99 miliar dan CAR sebesar Rp 24,8%. Ada beberapa orang atau badan yang terlibat pada
kasus Bank Lippo ini diantaranya adalah yang pertama, Mochtar Riady merupakan seorang
Pendiri Kelompok Usaha Lippo kemudian yang kedua, Lin Che Wei merupakan seorang
analisis pasar modal yang mengkritisi adanya rekayasa yang dilakukan oleh kelompok
usaha Lippo. yang ketiga Broker bertugas sebagai perantara untuk melakukan transaksi jual
beli saham yang dilakukan oleh bank lippo. yang keempat KAP Ernest & Young bertugas
untuk mengaudit Laporan Keuangan Ganda tersebut dan sebagai penanggung jawab
pemeriksaan laporan keuangan tersebut selanjutnya Bapepam (Badan Pengawas Pasar
Modal dan lembaga Keuangan)/ otoritas Jasa keuangan yang bertugas mengawasi transaksi
di pasar modal dan yang memberikan sanksi kepada bank Lippo terhadap laporan keuangan
ganda yang dilakukan oleh bank lippo tersebut. Kemudian Manajemen Bank lippo yang
melakukan pelaporan keuangan ganda dan yang terakhir adalah BPPN (Badan Penyehatan
Perbankan Nasional) yang memeriksa kecurigaan kecurangan yang dilakukan oleh Bank
Lippo.
Kode etik atau prinsip etika yang telah dilanggar dalam kasus tersebut
1. Prinsip Integritas karena adanya ketidak jujuran Bank Lippo dalam menyajikan laporan
keuangannya itu, Bank Lippo menyajikan dua laporan keuangan yang hanya berselang 1
bulan saja. Dan laporan keuangan tersebut sama-sama sudah diaudit.
2. prinsip Objektivitas dalam membuat keputusan yang di ambil dipengaruhi oleh
kepentingan pribadi yakni kelompok usaha lippo yang ingin menguasai kembali aset
yang di ambil alih.
3. perilaku professional dalam kasus ini bank lippo melanggar Undang-Undang pasar modal
pasal 93 yang berbunyi “setiap pihak dilarang dengan cara apapun membuat pernyataan
atau memberikan keterangan yang secara material tidak benar atau menyesatkan sehingga
mempengaruhi harga efek di bursa efek.
Bagaimana kasus tersebut diselesaikan
1. mematuhi putusan pengadilan untuk menempuh jalur hukum sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh pengadilan
2. membayar denda sejumlah yang telah ditetap oleh Bapepam/Otoritas jasa keuangan
Langkah-Langkah yang bisa ditempuh agar kasus ini tidak terjadi kembali dari sudut
pandang perusahaan:
1. disini sudut pandang bank lippo harus memiliki kebijakan atau peraturan untuk mencegah
terjadinya manipulasi atau pengendalian diri kunci utamanya/ Internal Control.
2. perusahaan harus senantiasa menjalankan etika- etika bisnis Professional dalam
menjalankan operasional usaha agar kelangsungan hidup perusahaan tetap berjalan dan
mendapatkan kepercayaan dari nasabah dan investor
3. perusahaan harus memikirkan dampak kedepan
Dari sudut pandang investor
1. berhati-hati dan cermat dalam memilih entitas tempat berinvestasi
2. selalu update informasi kepada perusahaan tempat berinvestasi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat disimpukan:
Kode etik akuntansi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan
tugas dan kewajiban dalam kehidupan sehari-hari dalam profesi akuntansi. Adanya kode etik
akan melindungi perbuatan yang tidak professional. Dan perbedaan dari kode etik suatu
profesi mempunyai kode etik masing-masing dan tersendiri yang dibuat oleh badan yang
mengatur etika profesi tersebut.

3.2 Saran
Harus adanya lembaga yang berbeda-beda dalam menaungi berbagai profesi yang ada,
dimana lembaga tersebut merupakan sekumpulan orang yang memiliki profesi yang sama
dengan tujuan dapat menciptkan tatanan etik dalam pekerjaan. Dan semua lembaga-lembaga
profesi tersebut harus memiliki tujuan yang satu yaitu, mengutamakan profesionalitas dalam
bekerja yang dilihat dari kepatuhan menjadikan kode etik profesi sebagai pedoman.
 

Daftar Pustaka

IAI. 1998. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Lampiran 3 dalam Prosiding Kongres IAI VIII.
Panitia Kongres IAI VIII. Jakarta; 301-306.
IFAC Ethics Committee, 2005. IFAC Code of Ethics for Professional Accountants. International
Federation of Accountants.
Ludigdo, U. 2007. Paradoks Etika Akuntan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai