Laporan Pendahuluan DHF
Laporan Pendahuluan DHF
Laporan Pendahuluan DHF
Disusun oleh:
BUDI VEBRIYONO
NIM 1932000075
A. Definisi
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes
Albopictus (Titik Lestari, 2016)
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
perdarahan lain.
3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab,
E. Manifestasi Klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
- Leucopenia
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
bekas suntik.
c. Trombositopenia <100.00/ul
kelamin.
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
- Hipotensi
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah
atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan
sebanyak 20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa
konvaselen.
b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria
e. Protein rendah
h. Asidosis metabolic
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang pada awal
sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan
maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan
dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak
menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada
abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai
alat menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan
melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas
5. Diagnosis Serologis
spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI
bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada
lipat dari titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen
dianggap sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena
IgM sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus
diulang. Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM
dapat bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk.
2012)
e. Identifikasi Virus
(RTPCR) sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat
dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen
yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.
Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.
Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang
akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan
tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30
mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila
syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka
1). Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat
(D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat
(D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali
(d5/GF).
2). Koloid
- a). Dextran 40
- b). Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2
tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya
biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT
bisa dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil
pengkajian yang dilakukan perawat berguna untuk menentukan masalah keperawatan yang
muncul pada pasien. Konsep keperawatan anak pada klien DHF yaitu :
a. Pengkajian
4. Riwayat tumbuh kembang, penyakit yang pernah diderita, apakah pernah dirawat
sebelumnya.
Apakah ada anggota keluarga yang pernah mengalami kejang demam, apakah ada
6. Riwayat psikososial
serta penanganannya.
a. Data subyektif
Merupakan data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada
pasien DHF, data subyektif yang sering ditemukan antara lain :
2. Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,
6. Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF (SDKI, 2017).
3. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan pada pasien anak dengan penyakit DHF (SDKI, 2017)
jaringan aktual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
Ekspektasi : Menurun
Kriteria Hasil :
- Meringis menurun
- Gelisah menurun
- Anoreksia menurun
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
a. Observasi:
nyeri
ruangan, pencahayaan,dll)
c. Edukasi :
d. Kolaborasi :
a. Observasi :
b. Terapetik :
tidak diinginkan
c. Edukasi :
d. Kolaborasi :
dengue. (D.0130)
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
- Menggigil menurun
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
a. Observasi:
b. Terapetik :
- Sediakan lingkungan yang dingin
c. Edukasi :
d. Kolaborasi :
a. Observasi :
b. Terapetik :
c. Edukasi :
d. Kolaborasi :
makanan (D.0019)
Ekspektasi : Membaik
Kriteria Hasil :
- Sariawan menurun
Intervensi Keperawatan :
Intervensi Utama:
a. Observasi:
b. Terapetik :
d. Kolaborasi :
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
a. Observasi :
b. Terapetik :
c. Edukasi :
d. Kolaborasi : -
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid III, edisi IV. Jakarta:
Interna Publishing.
Hendarwanto. 2011. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III; 2773-2779. Edisi
PPNI. 2017. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1; Cetakan II. Jakarta:
Dewan pengurus pusat PPNI