APOTEK BU Aliah
APOTEK BU Aliah
APOTEK BU Aliah
FARMASI PERAPOTEKAN
PELAYANAN RESEP
DI APOTEK PRODYA CARE MAKASSAR
GELOMBANG 2
PERIODE 17 FEBRUARI – 17 MARET 2019
NURUL FAIKHA
N014 18 1 045
PELAYANAN RESEP
DI APOTEK PRODYA CARE MAKASSAR
GELOMBANG 2
PERIODE 17 FEBRUARI – 17 MARET 2018
NURUL FAIKHA
N014 18 1 045
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator PKPA Farmasi Perapotek Pembimbing PKPA Farmasi Perapotekan
Program Studi Profesi Apoteker Program Studi Profesi Apoteker
Fakultas Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
iii
membangun akan sangat membantu kedepannya. Akhir kata, dengan penuh
kerendahan hati penulis mengharapkan kiranya laporan ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.
Makassar, Mei2019
Nurul Faikha
iv
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL vii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN ix
BAB I PENDAHULUAN 1
I.1 Latar belakang 1
I.2 Tujuan pelayanan resep di apotek 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3
II.1Standar Pelayanan kefarmasi di Apotek 3
II.2 Pelayanan Farmasi Klinik 3
II.3 Penggolongan Obat 7
II.4 Prekursor 12
II.5 Obat Tradisional 12
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15
III.1 Contoh resep 15
III.2 Skrining Resep 24
III.2.1 Skrining administratif 24
III.2.2 Skrining farmasetik 25
III.2.3 Skrining klinis 26
III.3 Uraian obat dalam resep 33
III.4 Penyiapan obat 39
III.5 Etiket dan copy resep 40
III.5.1 Etiket 40
III.5.2 Copy resep 42
III.6 Penyerahan obat 43
v
BAB IV PENUTUP 44
IV.1 Kesimpulan 36
IV.2 Saran 36
DAFTAR PUSTAKA 37
LAMPIRAN 39
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kelengkapan administratif resep 16
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
b. Stabilitas.
c. Kompatibilitas (ketercampuran obat).
kritis dan dengan bukti terbaik dalam segala aspek penggunaan obat kepada
profesi kesehatan lain, pasien atau masyarakat. Informasi mengenai obat termasuk
obat resep, obat bebas dan herbal.
Informasi meliputi dosis, bentuk sediaan, formulasi khusus, rute dan metoda
pemberian, farmakokinetik, farmakologi, terapeutik dan alternatif, efikasi,
keamanan penggunaan pada ibu hamil dan menyusui, efek samping, interaksi,
stabilitas, ketersediaan, harga, sifat fisika atau kimia dari obat dan lain-lain.
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi
fungsi fisiologis.
II.1. 2. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
sesuai peraturan perundang-undangan meliputi perencanaan, pengadaan, penerimaan,
penyimpanan, pemusnahan, pengendalian, pencatatan dan pelaporan(PerMenKes, No.
73, 2016) :
1. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan
bahan medis habis pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya
dan kemampuan masyarakat.
2. Pengadaan
Pengadaan dilakukan untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasian maka
pengadaan Sediaan Farmasi harus melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan
perundang - undangan.
3. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi,
jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima.
4. Penyimpanan
Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang - kurangnya memuat nama obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa. Semua obat/ bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai
sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.
8
II.2 Apotek
4) Ruang racikan.
5) Tempat pencucian alat.
d. Ketenagaan
Apoteker pemegang Surat Izin Apotek (SIA) dalam menyelenggarakan
apotek dapat dibantu oleh apoteker lain, tenaga teknis kefarmasian dan/atau
tenaga administrasi.
3. Perizinan Apotek
Menurut Undang-undang No. 9 tahun 2017 tentang apotek setiap pendirian
apotek wajib memiliki izin dari Menteri, selanjutnya Menteri melimpahkan
kewenangan pemberian izin kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Izin
berupa Surat Izin Apotek (SIA) yang berlaku 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang selama memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Untuk memperoleh SIA, apoteker harus mengajukan permohonan tertulis
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
b. Permohonan harus ditandatangani oleh apoteker disertai dengan kelengkapan
dokumen administratif meliputi:
1) Fotokopi STRA dengan menunjukkan STRA asli;
2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP);
3) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Apoteker;
4) Fotokopi peta lokasi dan denah bangunan; dan
5) Daftar prasarana, sarana, dan peralatan.
c. Paling lama dalam waktu 6 hari kerja sejak menerima permohonan dan
dinyatakan telah memenuhi kelengkapan dokumen administratif, Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota menugaskan tim pemeriksa untuk melakukan
pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek.
d. Tim pemeriksa harus melibatkan unsur Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
yang terdiri atas:
1) Tenaga kefarmasian; dan
12
1. Apoteker
Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Dalam menjalankan praktik kefarmasian
apoteker harus memiliki Surat Izin Praktik Apoteker (SIPA) dan Surat Tanda
Registrasi Apoteker (STRA).SIPA adalah bukti tertulis yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota kepada apoteker sebagai pemberian
kewenangan untuk menjalankan praktik kefarmasian.STRA adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh konsil tenaga kefarmasian kepada apoteker yang telah
diregistrasi (UU RI No. 9, 2017).
Tugas dan fungsi apoteker sesuai dengan kompetensi yaitu nine stars
pharmacist adalah sebagai berikut (WHO, 2006) :
a. Care giver, artinya apoteker dapat memberi pelayanan kepada pasien, memberi
informasi obat kepada masyarakat dan kepada tenaga kesehatan lainnya.
b. Decision maker, artinya apoteker mampu mengambil keputusan, tidak hanya mampu
mengambil keputusan dalam hal manajerial namun harus mampu mengambil
keputusan terbaik terkait dengan pelayanan kepada pasien.
c. Communicator, artinya apoteker mampu berkomunikasi dengan baik dengan
pihak ekstern (paasien atau customer) dan pihak intern (tenaga professional
kesehatan lainnya).
d. Leader, artinya apoteker mampu menjadi seorang pemimpin di apotek.
Sebagai seorang pemimpin, apoteker merupakan orang yang terdepan di
apotek, bertanggung jawab dalam pengelolaan apotek mulai dari manajemen
pengadaan, pelayanan, administrasi, manajemen SDM, serta bertanggung
jawab penuh dalam kelangsungan hidup apotek.
e. Manager, artinya apoteker mampu mengelola apotek dengan baik dalam hal
pelayanan, pengelolaan manajemen apotek, pengelolaan tenaga kerja dan
administrasi keuangan. Oleh karena itu, apoteker harus mempunyai kemampuan
mnajerial yang baik, yaitu keahlian dalam menjalankan prinsip-prinsip ilmu
manajemen.
14
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa
resep dokter.Contoh obat bebas seperti Magtral Forte®, Teradi®, dan Sanfuliq®.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau dengan
garis tepi berwarna hitam, dengan ukuran diameter lingkaran terluar dan tebal
garis tepi yang proporsional, berturut-turut minimal l cm dan 1 mm (KepMenKes,
No.2380, 1983).
Obat bebas terbatas atau obat daftar “W”, menurut bahasa Belanda “W”
singkatan dari “Waarschuwing” adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Contoh obat bebas terbatas seperti L-Bio®, Argomed®, Laxana®,
dan Benacol®. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam, dengan ukuran diameter
lingkaran terluar dan tebal garis tepi yang proporsional, berturut-turut minimas l
cm dan 1 mm (KepMenKes,No.2380, 1983).
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 cm, lebar 2 cm dan
memuat pemberitahuan berwarna putih.
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep
dokter.Contohnya seperti Captopril, Domperidone, Metformin, dan Ketorolac.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam (SKMenKes No. 347/Menkes/SK/VII/1990).
Penggolongan OWA :
a. Daftar Obat Wajib Apotek No. 1 (KepMenKes No.347, 1990)Daftar OWA
nomor 1 meliputi 7 kelas terapi Obat, meliputi : Oral kontrasepsi (linestrenol,
Kombinasi Etinodiol diasetat-mestranol, Norgestrel-etinil estradiol,
Linestrenoil-etinil estradiol.
b. Daftar Obat Wajib Apotek No. 2 (KepMenKes No. 924, 1993)
Daftar OWA nomor 2 meliputi 34 jenis Obat diantaranya : Benorilate,
ibuprofen 400 dan 600 mg masing-masing maksimal masing-masing 10 tablet,
18
2. Psikotropika
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku (PerMenKes No.3, 2015). Obat golongan ini hanya boleh dijual dengan
resepdokter dan diberi tanda huruf K dalam lingkaran merah dengan garis tepi
berwarna hitam.
Penggolongan psikotropika:
a. Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
Contoh: brolamfetamina, etisiklidina, mekatinona, tenamfetamina,
Tenoksilidina (UU No. 5, 1997).
b. Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobat-an dan
dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu penge-tahuan serta
mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh :
amfetamina, deksamfetamina, fensiklidina, metilfenidat, sekobarbital (UU No.
5, 1997).
19
1. Pemesanan psikotropika
Pemesanan psikotropika dalam bentuk obat jadi dapat dilakukan berdasarkan
surat pesanan (SP) dari apoteker penanggung jawab. Surat pesanan
psikotropika dapat digunakan untuk satu atau beberapa jenis psikotropika dan
harus terpisah dari pesanan barang lain. Surat pesanan psikotropika dibuat
sekurang-kurangnya tiga rangkap.
2. Penyimpanan psikotropika
Berdasarkan PerMenKes RI No. 3 tahun 2015, lemari khusus penyimpanan
psikotropika harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang kuat dan memiliki kunci;
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai 2 (dua) buah kunci yang
berbeda;
c. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
3. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis, yang dapat menyebabkan penurunan
atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa
nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan (PerMenKes No.3, 2015). Tanda
khusus untuk obat narkotika berdasarkan 2 donasi obat nius Stbl. 1927 nomor 278
adalah “Palang Medali Merah” yang berupa lingkaran bulat berwarna putih dengan
garis tepi berwarna merah dengan lambing palang medali merah didalamnya.
23
Penggolongan narkotika :
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk
tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi,
serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan (UU
No.35, 2009). Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 2 tahun 2017
tentang Perubahan Penggolongan Narkotika, daftar narkotika golongan I
bertambah menjadi 114 macam. Contoh narkotika golongan I adalah tanaman
Papaver somniferum L., opium, kokain dan ganja.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan (UU No.35, 2009). Contoh narkotika golongan
II adalah petidin, morfin, fentanil, metadona, difenoksin, dan betametadol.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan banyak
digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan
serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan (UU No.35,
2009). Contoh narkotika golongan III adalah kodeina, dekstropropoksifena,
asetil dihidrokodeina, nikokodina, dan norkodeina.
1. Surat pemesanan (SP) khusus narkotika yang terdiri atas minimal tiga rangkap
yaitu untuk BPOM, untuk DINKES Kabupaten/Kota, dan untuk arsip apotek.
2. Surat pemesanan narkotika hanya dapat digunakan untuk satu jenis narkotika
dan harus terpisah dari pesanan barang lain.
2. Penyimpanan Narkotika
Berdasarkan PerMenKes RI No. 3 tahun 2015, lemari khusus penyimpanan
narkotika harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang kuat
b. Tidak mudah dipindahkan dan mempunyai dua buah kunci yang berbeda
c. Diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum
d. Kunci lemari khusus dikuasai oleh apoteker penanggung jawab atau apoteker
yang ditunjuk dan pegawai lain yang dikuasakan.
3. Pencatatan dan pelaporan narkotika
Apotek yang melakukan penyaluran atau penyerahan narkotika wajib
membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika,
pencatatan yang dilakukan paling sedikit terdiri atas (PerMenKes RI, No. 3,
2015):
a) Nama, bentuk sediaan, dan kekuatan narkotika.
b) Jumlah persediaan;
c) Tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d) Jumlah yang diterima;
e) Tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
f) Jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g) Nomor batch dan kedaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan;
dan
h) Paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
Apotek wajib membuat, menyimpan dan menyampaikan laporan pemasukan
dan penyerahan/penggunaan narkotik setiap bulan kepada kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota dengan tembusan kepala balai setempat. Pelaporan yang dimaksud
25
paling sedikit terdiri atas nama, bentuk sediaan, dan kekuatan psikotropika, jumlah
persediaan awal dan akhir bulan, jumlah yang diterima dan jumlah yang
diserahkan. Laporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya
(PerMenKes RI, No. 3, 2015).
4. Pemusnahan narkotika
Pemusnahan narkotika hanya dilakukan dalam hal: (PerMenKes RI, No. 3, 2015):
a. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang berlaku dan/atau
tidak dapat diolah kembali;
b. Telah kedaluarsa;
c. Tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau
untuk pengembangan ilmu pengetahuan, termasuk sisa penggunaan;
d. Dibatalkan izin edarnya;
e. Berhubungan dengan tindak pidana.
Pemusnahan narkotika dilakukan jika narkotika sudah tidak memenuhi syarat
untuk digunakan bagi pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan.
Apoteker atau dokter yang memusnahkan narkotika harus membuat berita acara
pemusnahan narkotika yang memuat: (PerMenKes RI, No. 3, 2015):
a. Tempat dan waktu (jam, hari, bulan dan tahun).
b. Nama pemegang izin khusus.
c. Nama, jenis, dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.
d. Cara memusnahkan.
Tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi
pemusnahan. Kemudian berita acara tersebut dikirim kepada kepala dinas
kesehatan, balai POM setempat dan arsip dokumen (PerMenKes RI, No. 3, 2015).
Prekursor farmasi adalah zat atau bahan pemula atau bahan kimia yang dapat
digunakan sebagai bahan baku/penolong untuk keperluan proses produksi industri
farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang mengandung
ephedrine, pseudoephedrine, norephedrine/phenylpropanolamine, ergotamin,
ergometrine, atau potasium permanganate (PerMenKes No.3, 2015).
Prekursor digolongkan menjadi prekursor tabel I dan prekursor tabel II, yang
dimaksud prekursor dalam penggolongan tabel I merupakan badan awal dan
pelarut yang sering digunakan dan diawasi lebih ketat dibandingkan prekursor
dalam penggolongan pada tabel II [ CITATION KeM10 \l 1033 ].
Selain obat-obatan kimia, terdapat juga obat dari produk alam yang dikenal
dengan nama obat tradisional. Menurut Permenkes RI No 6 (2012) tentang industri
dan usaha obat tradisional, obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral,sediaan sarian (galenik), atau campuran
dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan sesuai
dengan norma yang berlaku di masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan, No.6,
29
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukanpembuktian
ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktianempiris atau turun
temurun.Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’
Herbal®, Diapet Anak®, dan KukuBima Gingseng®.
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkandengan
obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah
dengan uji praklinik pada hewan dan uji klinik pada manusia, bahan baku dan
produk jadinya telah di standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan uji
klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam
produk jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®, Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®
(12).
BAB III
PELAYANAN RESEP
31
32
Tidak
Kelengkapan Ada Keterangan
Ada
Nama dokter √ - dr. Nurul Faikha, Sp. PK
N014 18 1 045
Surat Izin Praktik (SIP) √ -
2. Stabilitas
Obat-obat yang diresepkan oleh dokter umumnya stabil disimpan di
tempat kering, pada suhu kamar (15°C - 30°C) dan terlindung dari sinar
matahari langsung.
3. Inkompatibilitas Obat
Inkompatibilitas obat yaitu reaksi yang tidak diinginkan yang terjadi
antara obat dengan cairan pelarut, dengan tempat obat, maupun dengan obat
lain. Resep racikan yang diberikan tidak mengalami inkompatibilitas secara
fisik selama pencampuran.
Dosis yang diberikan dokter adalah 0,25 mg 2 kali sehari setelah makan.
Sekali = 1 x 0,25 mg = 0,25 mg (memenuhi dosis lazim)
Sehari = 2 x 0,25 mg = 0,50 mg (memenuhi dosis lazim)
0,50
% Dosis Maksimum = x 100% = 12,5%
4
Berdasarkan perhitungan di atas, dosis riklona telah memenuhi dosis lazim
sehingga dapat memberikan efek terapi.
Pada resep yang diberikan dosis beberapa obat dianggap rasional karena
berada pada dosis terapi yang diinginkan. Namun, perlu dipertimbangkan
penggunaan beberapa obat yang saling berinteraksi yang dapat meningkatkan
atau mengurangi dosis terapi obat. Terdapat beberapa obat yang tidak rasional,
yaitu adanya obat yang tidak memenuhi dosis terapi seperi govotil.
Obat pertama adalah Sifrol®. Lama penggunaan obat ini yaitu 7 hari
diperoleh dari sediaan tablet Sifrol® 0,125 mg dan diberikan 3 kali sehari maka
obat tersebut habis setelah 7 hari.
6
Racikan kapsul pada resep kedua mengandung obat-obat yang mempunyai
efek terapi sinergis, Levoben dan Arkine merupakan obat yang diindikasikan
untuk mengatasi tanda dan gejala parkinson. Lama penggunaan obat ini yaitu
30 hari diperoleh dari sediaan Levoben dan Arkine masing-masing 30 tablet
yang dibuat menjadi 60 kapsul dan diberikan 2 kali sehari maka obat tersebut
habis setelah 30 hari.
6
Racikan kapsul pada resep ketiga mengandung obat-obat yang mempunyai
efek terapi sinergis, Govotil dan Riklona merupakan obat yang diindikasikan
untuk mengatasi gejala sebagai antidpresan yang dapat membantu
mengobati gangguan kecemasan dan sindrom tourette. Lama penggunaan obat
ini yaitu 30 hari diperoleh dari sediaan Govotil dan Riklona masing-masing 7,5
tablet yang dibuat menjadi 60 kapsul dan diberikan 2 kali sehari maka obat
tersebut habis setelah 30 hari.
6
39
Obat keempat adalah Orinox®. Lama penggunaan obat ini yaitu 10 hari
diperoleh dari sediaan tablet Orinox® 60 mg dan diberikan 1 kali sehari maka
obat tersebut habis setelah 10 hari. Obat kelima adalah Umaron®. Lama
penggunaan obat ini yaitu 1 hari diperoleh dari sediaan injeksi Umaron ® dan
diberikan 1 kali seminggu maka obat tersebut habis dalam1 hari.
6
Pada resep diberikan jenis obat simptomatik. Pengobatan simptomatik
bertujuan meringankan atau menyembuhkan gejala, bukan mengobati sumber
penyakit. Dalam resep terdapat tiga bentuk sediaan obat yaitu bentuk sediaan
kapsul, tablet dan injeksi.Bentuk sediaan kapsul dalam dosis terbagi yang
mengandung racikan 2 obat sebanyak masing-masing 60 kapsul. Resep racikan
ini diberikan 2 kali sehari.
Selain terjadi polifarmasi obat dalam resep ini juga ada duplikasi obat.
Duplikasi yaitu ada dua obat untuk mengatasi gejala parkinson yang diberikan
yaitu Sifrol dan Racikan kapsul Levoben dan Arkine dimana ketiga obat ini
memiliki mekanisme kerja yang serupa. Begitupun dengan Govotil dan
Riklona yang digunakan sebagai antidpresan yang dapat membantu
mengobati gangguan kecemasan (termasuk agorafobia) dan sindrom tourette
pada orang dewasa (Sweetman, 2009). Orinox dan Umaron juga memiliki
kesamaan yaitu diindikasikan untuk mengatasi nyeri lutut pada penderita
osteoartritis (MIMS).
40
Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) atau adverse drug reaction
(ADR) adalah didefinisikan sebagai efek yang tidak diinginkan yang
berhubungan dengan penggunaan obat yang timbul sebagai bagian dari aksi
farmakologis obat yang kejadiannya mungkin tidak dapat diperkirakan
(Edwards and Aronson, 2000).
samasehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik, tanpa ada
perubahan kadar plasma ataupun profil farmakokinetik lainnya. Interaksi
farmakodinamik umumnya dapat diekstrapolasikan ke obat lain yang
segolongan dengan obat yang berinteraksi, karena klasifikasi obat adalah
berdasarkan efek farmakodinamiknya. Umumnya kejadian interaksi
farmakodinamik dapat diramalkan sehingga dapat dihindari sebelumnya jika
mekanisme kerja obat diketahui (Gitawati, 2008).
b. Nama Dagang
Levoben®.
c. Farmakologi
Degenerasi basal ganglia pada otak penderita Parkinson menganggu fungsi
neuron dopaminergik di substansia nigra yang menyebabkan penurunan
konsentrasi neurotransmiter dopamin. Oleh karena itu, perlunya pengganti
dopamin dari luar tubuh untuk mengatasi defisiensi dopamin ini. Levodopa
diambil oleh neuron dopaminergik melalui proses dekarboksilasi pada
terminal presinaptik yang kemudian menghasilkan dopamin. Levodopa
dapat melewati sawar darah otak, sedangkan dopamin tidak dapat
melewati sawar darah otak. Maka levodopa disebut juga obat prekursor
dopamin. Namun, levodopa banyak dikarboksilasi menjadi dopamin di
jaringan ekstraserebral terutama traktus gastrointerstinal pada administrasi
oral dengan sangat cepat, sehingga hanya sedikit saja levodopa yang
berhasil sampai sistem saraf pusat. Maka dari itu, levodopa biasa diberikan
bersama dengan karbidopa atau benserazide, yaitu inhibitor dekarboksilase
untuk mencegah formasi dopamin di perifer. Inhibitor dekarboksilase ini
tidak dapat melewati sawar darah otak.
d. Indikasi
Semua jenis sindrom parkinson dengan fluktuasi, kecuali parkinsonisme
yang diinduksi obat, untuk mengendalikan gejala-gejala nokturnal.
e. Kontraindikasi
Glaukoma sudut sempit, psikosis, gangguan endokrin, ginjal, hati, paru,
osteomalasia, riwayat tukak peptik. Pasien dengan dugaan melanoma pada
lesi kulit yang tdk diketahui penyebabnya atau ada riwayat melanoma.
Pengguaan bersama amin simpatomimetik atau MAOI.
f. Efek Samping
Muntah, diare, mual, kegelisahan, ruam, peningkatan berkedip, kejang
kelopak mata dan pusing.
g. Peringatan dan Perhatian
Hipersensitivitas pada Levoben Tablet.
44
h. Dosis
- Dewasa (½-1 tablet 3-4 kali/hari)
- Lansia (½ tablet 1-2 kali/hari)
g. Perhatian
Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita ibu hamil dan menyusui.
h. Dosis dan aturan pakai
1 mg-10 mg 1-3 kali sehari
d. Indikasi
Haloperidol adalah obat golongan antipsikotik yang bermanfaat untuk
mengatasi gejala psikosis pada gangguan mental, seperti skizofrenia.Obat
ini juga dapat membantu mengurangi gejala sindrom Tourette, seperti
gerakan otot yang tidak terkontrol.
e. Kontraindikasi
Keracunan berat dengan depresi sistem saraf pusat (SSP) dan ibu
menyusui
f. Efek samping
Disfungsi ereksi, gangguan siklus menstruasi, keinginan untuk terus
bergerak (akathisia), gangguan pada gerakan otot (distonia), gerakan tidak
terkendali pada lidah, wajah, dan bibir, berat badan bertambah, otot kaku,
sakit kepala.
g. Peringatan dan perhatian
Hati-hati bagi penderita gangguan jantung, gangguan pembuluh darah,
gangguan sistem saraf pusat, glaukoma, sindrom mulut kering, atau
penyakit Alzheimer.
h. Dosis
- Dewasa (0,5-1 mg 3 kali/hari)
- Anak usia >3 tahun (0,025-0,05 mg/kgBB per hari)
a. Komposisi
Tiap tablet mengandung Clonazepam 2 mg.
b. Nama Dagang
Riklona®
c. Farmakologi
Clonazepam memperantai kerja asam amino GABA (Gamma Amino
Butyric Acid), neurotransmiter inhibisi utama di otak.K arena saluran
reseptor GABA dengan selektif memasukkan anion klorida ke dalam
47
a. Komposisi
Tiap tablet mengandung Etoricoxib 60 mg dan 120 mg.
b. Nama Dagang
Orinox®
c. Farmakologi
Etoricoxib bekerja dengan hanya menghambat enzim cyclo-oxygenase-2
(COX-2). Baik enzim COX 1 maupun COX 2 akan memproduksi
prostaglandin sebagai respon akibat cedera di tubuh, yang dapat
menyebabkan nyeri dan pembengkakan. Prostaglandin juga dihasilkan
untuk melindungi dinding lambung dan usus. Beda dengan COX 1, enzim
COX 2 tidak terdapat pada dinding lambung dan usus, sehingga ketika
dihambat, tidak akan menurunkan perlindungan terhadap dinding lambung
dan usus. Ini sebabnya, OAINS yang hanya menghambat COX 2, seperti
etoricoxib, memiliki risiko lebih kecil dalam menimbulkan efek samping
sakit maag, tukak lambung, atau ulkus duodenum.
d. Indikasi
Meredakan nyeri dan pembengkakan pada penderita osteoarthritis,
rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, dan radang sendi akibat
penyakit asam urat.
e. Kontraindikasi
Menderita gagal jantung mulai dari sedang hingga berat, mengidap
penyakit arteri koroner, mengidap penyakit arteri perifer, menderita
penyakit serebrovaskular dan mengidap polip hidung.
f. Efek samping
49
a. Komposisi
Tiap vial mengandung Sodium Hyaluronate 20 mg.
b. Nama Dagang
Umaron®
c. Farmakologi
Sodium hyaluronate berfungsi sebagai pelumas jaringan dan peredam
kejut. Senyawa ini membentuk larutan viskoelastis dalam air. Viskositas
larutan yang tinggi memberikan proteksi mekanis untuk jaringan (iris,
retina) dan lapisan sel (kornea, endotelium, dan epitel). Elastisitas larutan
membantu menyerap tekanan mekanis dan memberikan penyangga
pelindung untuk jaringan.
d. Indikasi
Umaron injeksi adalah obat yang digunakan untuk mengobati nyeri lutut
pada penderita osteoartritis bila terapi non-farmokologik dan analgesik
sederhana tidak memberikan hasil yang optimal.
e. Kontraindikasi
50
dengan aturan pakai 2 kali sehari 1 kapsul, diminum 15-30 menit sesudah
makan.
2. Racikan kedua
a. Perhitungan bahan untuk 60 kapsul
0,25
Govotil = x 60 = 7,5 tablet @ 2 mg
2
0,25
Riklona = x 60 = 7,5 tablet @ 2 mg
2
b. Pencampuran
1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan sesuai perhitungan.
2) Obat yang telah disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam penghalus
elektrik (blender) untuk dihaluskan hingga homogen.
3) Dimasukkan serbuk homogen tersebut kedalam cangkang kapsul
sebanyak 60 kapsul.
c. Pengemasan
Obat yang akan diserahkan harus dikemas rapi dalam kemasan
yang cocok, sehingga terjaga kualitas obatnya. Obat yang telah diracik
sebanyak 60 kapsul, dimasukkan ke dalam sak obat. Lalu diberi etiket
putih dengan aturan pakai 2 kali sehari 1 kapsul, diminum 15-30 menit
sesudah makan.
c. Obat Umaron® injeksi dimbil 1 vial, obat dikemas dan diberikan etiket
biru dengan aturan pakai disuntikkan 1 kali seminggu. Obat ini
disuntikkan langsung ke sendi lutut oleh tenaga medis.
a. Sifrol
53
b. Orinox
c. Umaron
APOTEK PRODYA
Jl. G. Bawakaraeng No. 116 Makassar 90222
Tlp. 0822 9363 4477 Email :[email protected]
IV.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian pada resep dapat disimpulkan beberapa hal
yaitu:
1. Berdasarkan skrining administrasi, pada resep tersebut dapat dikatakan
belum memenuhi semua kriteria resep yang seharusnya. Dari beberapa
kategori, resep tersebut tidak memenuhi aspek tanda tangan dokter,
penulisan nama latin, dan nomor telepon pasien.
2. Berdasarkan skrining pertimbangan klinis pada resep terdapat beberapa
interaksi obat secara farmakokinetik dan farmakodinamik yang dapat
terjadi dalam resep .
3. Berdasarkan hasil analisa obat yang terdapat pada resep, kemungkinan
pasien mengalami parkinson, gangguan cemas dan osteoartritis.
IV.2 Saran
Pencegahan medication error dapat dicegah bila para tenaga kesehatan
saling berkolaborasi.untuk itu, perlu adanya komunikasi antara apoteker pengelola
apotek dengan dokter penulis resep agar obat yang digunakan tepat untuk pasien.
57
DAFTAR PUSTAKA
12. Departemen Kesehatan RI. 2018. Peraturan Menteri Kesehatan No. 7 Tahun
2018 Tentang Perubahan Penggolongan Narkotika. Depkes RI: Jakarta
58
13. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas. Jakarta.
14. Gitawati R. 2008. Interaksi Obat dan Beberapa Implikasinya. Media Litbang
Kesehatan Volume XVIII Nomor 4 Tahun 2008.
19. Mims Indonesia. 2016. Petunjuk Konsultasi. PT. Buana Ilmu Populer Jakarta.
20. Siregar, Charles JP. 2003. Farmasi Rumah Sakit“Teori dan Penerapan”
EGC : Jakarta.
21. Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.P.,
Kusnandar. 2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. ISFI : Jakarta
22. Sweetman, S.C. 2009. Martindale 36 The Complete Drug Reference. The
Pharmaceutical Press: London.
23. Terrie, Y.C. 2004. Understanding and Managing Polypharmacy in the
Elderly. Pharm Times 12(2): 84-87
24. Thompson JE. 2009. A Practical Guide to Contemporary Pharmacy Practice.
3rd ed. Philadelphia: Lippincot Williams & Wilkins– Wolters Kluwer.
25. U.S. Pharmacopeia. 2007. The United States Pharmacopeia, USP 30/The
National Formulary, NF 25. Rockville, MD: U.S. Pharmacopeial Convention,
Inc.
26. Baxter, Karen. 2010. Stockley Drug Interactions 9th edition. Pharmaceutical
Press. Jakarta.pp. 339, 365, 388, 394, 838-844.
27. BNF. 2018. British National Formulary (74th ed.). London, UK: BMJ Group
and Pharmaceutical Press.
59
LAMPIRAN
MengajukanpesananNarkotikakepada :
Nama distributor : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Telp : ………………………………………
Narkotikatersebutakandipergunakanuntuk :
Namasarana : ……………………………………..
(Industrifarmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/InstalasiFarmasiRumah
Sakit/InstalasiFarmasi
Klinik/InstalasiFarmasiPemerintah/LembagaIlmuPengetahuan)*
AlamatSarana : ……………………………………..
TandaTangandanStempel
NamaApoteker/KepalaLembagaIlmuPengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP
Catatan:
- Satu surat pesanan hanya berlaku untuk satu jenis Narkotika
- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) Rangkap
60
Lampiran 2. Contoh format surat pesanan psikotropika
MengajukanpesananPsikotropikakepada :
Nama distributor : ………………………………………
Alamat : ………………………………………
Telp : ………………………………………
Psikotropikatersebutakandipergunakanuntuk :
Namasarana : ……………………………………..
(Industrifarmasi/PBF/Apotek/Puskesmas/InstalasiFarmasiRumahSa
kit/InstalasiFarmasiKlinik/InstalasiFarmasiPemerintah/LembagaIl
muPengetahuan)*
AlamatSarana : ……………………………………..
TandaTangandanStempel
NamaApoteker/KepalaLembagaIlmuPengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP
Catatan:
- Surat pesanan dibuat sekurang-kurangnya 3 (tiga) Rangkap
61
Lampiran 3. Contoh format surat pesanan prekursor farmasi
TandaTangandanStempel
NamaApoteker/KepalaLembagaIlmuPengetahuan
No.SIKA/SIPA/NIP
Catatan:
- Suratpesanandibuatsekurang-kurangnya 3 (tiga) Rangkap
62
Lampiran 4.Contoh form pelaporan narkotika
:
…………………… BULAN :
NAMA APOTEK …… …………………………
:
…………………… TAHUN :
NO. IZIN APOTEK …… …………………………
:
……………………
ALAMAT ……
:
……………………
TELEPON ……
Pengeluaran
Persediaan
Nama Jumlah
Untuk
Persediaan Pemasukan Ket.
akhir
No. Bahan Satuan Keseluruhan
awal bulan Lain- Jml. bulan
Sediaan (4+7) Pembuatan
lain (8-11)
Tgl Dari Jumlah
50
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
( )
No. SIPA
Lampiran 5.Laporan penggunaan morphin, pethidin dan derivatnya
PASIE
PEMASUKAN N DOKTER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Makassar,……………..20…..
:
…………………… BULAN :
NAMA APOTEK …… …………………………
:
…………………… TAHUN :
NO. IZIN APOTEK …… …………………………
:
……………………
ALAMAT ……
:
……………………
TELEPON ……
Pengeluaran
Persediaan
Nama Jumlah Untuk
Persediaan Pemasukan
akhir
No. Bahan Satuan Keseluruhan Ket.
awal bulan Lain- Jml. bulan
Sediaan (4+7) Pembuatan
lain (8-11)
Tgl Dari Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 52 13
Makassar, …………….. 20..
Penanggung Jawab Apotek
( )
No. SIPA
Lampiran 7.Contoh form laporan pengadaan dan penyerahan obat mengandung prekursor farmasi
:
…………………… BULAN :
NAMA APOTEK …… …………………………
:
NO. IZIN …………………… TAHUN :
APOTEK …… …………………………
:
……………………
ALAMAT …… 53
TELEPON :
……………………
……
Pengeluaran Persediaan
Nama Jumlah
Untuk
Persediaan Pemasukan Akhir Ket.
No. Bahan Satuan Keseluruhan
awal bulan Lain- Jml. Bulan
Sediaan (4+7) Pembuatan
lain (8-11)
Tgl Dari Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
( )
No. SIPA