Anemia Post Partum SDH Dikoreksi
Anemia Post Partum SDH Dikoreksi
Anemia Post Partum SDH Dikoreksi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status kesehatan ibu dan anak di Indonesia merupakan suatu derajat kesehatan yang perlu
ditingkatkan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu
dan bayi serta mengupayakan untuk penyelamatan dari separuh ibu bersalindengan infeksi serta
perdarahan yang disertai penyulit pada proses persalinan (Saleha, 2009). Menurut Menteri
Kesehatan (Menkes) pada tahun (2011), Angka Kemtian Ibu (AKI) dan angka kematian bayi
(AKB) di Indosnesia sangatlah tinggi dibandingkan dengan Negara tetangga. Hal ini dikarenakan
persalinan masih banyak yag dilakukan di rumah. Sementara itu, salah satu tujuan Sustainble
Development Goals (SDGs) pada tahun 2030 yaitu terjadi penurunan angka kematian ibu dari 70
per 100.000 kelahiran hidup yang menjadi prioritas utama dalam pembangunan kesehatan di
Indonesia.
Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) menjadi prioritas dalam
peningkatan status kesehatan ibu dan anak. Oleh karena itu, sangatlah ditingkatkan untuk
menunjang status kesehatan pada ibu post partum.terutama pada ibu post partum dengan anemia.
Angka kematian pada ibu post partum dengan anemia disebabkan karena infeksi ataupun
perdarahan sehingga apat memicu terjadinya anemia, namun dapat diatasi dengan menjaga
nutrisi ibu post partum dengan resikotinggi untuk memberikan pertolongan pertama dalam
pencegahan angka kematian ibu (AKI) di Indonesia (Sukami & Wahyu, 2013).
Post partum adalah masa dimulainya setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti normal (sebelum hamil) yang berlangsung dlam waktu enam minggu
(Sulistyawati, 2009). Menurut Hikmah & Yani, (2015) pada post partum normal akan terjadi
kehilangan darah sebanyak kurang lebih dari 200 ml. episiotomy meningkatkan angka ini sebesar
100 ml dan kadang lebih banyak lagi. Akan tetapi kehilagan darah sekalipun dengan jmlah yang
lebih kecil dapat menimbulkan akibat yang berbahaya pada wanita yang anemis.
Menurut Hasanah, (2014) perdarahan pada post partum disebabkan oleh beberapa factor
salah satu factor resiko terjadiya perdarahan yaitu anemia. Resiko perdarahan akan meningkat
pada ibu postpartum dengan anemia berat, dimana ibu yang menderita anemia menyebabkan
uterus akan kekurangan oksigen, glukosa, nutrisi esensial dan cenderung bekerja tidak efisien.
Apabila jumlah oksigen yang diikat dalam darah kurang menyebabkan otot-otot uteruspun tidak
berkontraksi dengan adekuat sehingga berlanjut ke anemia.
Menurut Kusniandani & Adila (2015). Anemia pada ibu post partum di definisikan sebagai
suatu komplikasi yang dapat terjadi setelah melahirkan karena kadar hemoglobin yang kuran dari
normal yang dapat menyebabkan kehilangan zat besi dan berpengaruh dalam proses laktasi.
Rendahnya suplai oksigen yang dibawa hemoglobin didalam sel darah merah pada tubuh,
mengakibatkan terganggunya fungsi masing-masing sel tubuh, seperti premature, kecacatan,
cadangan besi kurang, syok, serta perdarahan postpartum (Manuaba, 2010). Dimana kejadian
anemia di Indonesia pada umumnya 50% disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 (Wardoyo,
2014 : 32).
Menurut Ayahbunda, (2013) anemia postpartum merupakan komplikasi yang sering
dialami ibu dimasa nifas, penyebab utamanya adalah infeksi. Terutama bagi mereka yang
mengalami perdarahan saat persalinan, proses persalinan berlangsung sangat lama, atau ibu
sudah menderita anemia sejak masa kehamilan. Dengan tujuan asuhan keperawatan selama post
partum yakni mencegah hemoragik, memberikan kenyamanan fisik dan nutrisi (Mitayani, 2011).
Dimana nutrisi yang baik pada ibu postpartum dapat mempercepat penyembuhan dan sangat
mempengaruhi susunan air susu. Diet yang diberikan secara bermutu, bergizi tinggi dan cukup
kalori, tinggi protein dan yang banyak mengandung cairan. Dimana kebutuhan gizi yaitu
mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari, makan dengan diet berimbang, minum sedikitnya
3 liter tiap hari dan pil at besi yang harus agar menambah zat gizi pada ibu post partum,
(Saleha,2009).
Di dunia angka kematian ibu dan bayi yang tertinggi adalah di Asia Tenggara. Laporan
awal Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan Angka Kematian Ibu
(AKI) adalah 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu saat ini masih jauh dari
target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan
Millenium Development Golds/ MDGs (Marisah, dkk, 2011).
Menurut WHO (2014) AKI didunia yaitu 289.000 jiwa.Association of Southh East Asian
Nation (ASEAN) angka kematian tergolong paling tinggi di dunia. WHO memperkirakan dan
AKB (Angka Kematian Bayi) di ASEAN sekitar 1700.000dan 1,3 jut pertahun. AKI di Indonesia
mendapat peringkat tertinggi di ASEAN yaitu 214 per 100.000 kelahiran hidup diikuti Filipina,
Vietnam, Thailand, Brunai, dan Malaysia (WHO, 2014).
Dari hasil laporan kegitan program ibu di Kota Jambi untuk Triwulan II (Januari 2019 s/d
Juni 2019), terdapat AKI dengan nifas 47.61% setelah AKI persalinan dengan 48%.
Anemia postpartum dapat didefinisikan sebagai kadar hemoglobin kurang dari 10 g/dl,
hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang obstetric. Meskipun wanita hamil dengan
kadar besi yang terjamin, konsentrasi hemoglobin biasanya berkisar 11-12 g/dl sebelum
melahirkan. Hal ini diperburuk dengan kehilangan darah pada saat melahirkan dan masa nifas.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan
pada anemia post partum.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Selesai melakukan asuhan keperawatan pada ibu nifas dengan anemia postpartum,
penulis berharap mendapatkan gambaran umum,, menerapkan asuhan keperawatan dan mampu
mendeteksi sedini mungkin masalah atau kompilkasi yang mungkin terjadi pada ibu nifas
terutama terkait dengan masalah anemia postpartum dan pernulis berharap agar dapat
mengembangkan kemampuan berfikir dalam menemukan masalah dan mencari pemecahan
masalah tersebut.
b. Tujuan Khusus
Penulis berharap mampu memberikan asuhan keperawatan kepada ibu nifas yang
mengalami anemia (anemia postpartum).
C. Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Penulis mendapatkan pengetahuan tentang penulisan laporan dan pengetahuan tentang
asuhan keperawatan pada Ibu nifas yang mengalami anemia postpartum.
Sebagai media bagi penulis dalam menerapkan pendidikan dan teori yang telah
didapatkan di bangku perkuliahan serta dapat menambah wawasan penulis dalam
mempersiapkan, mengumpulkan, mengolah, menganalisis dan menginformasikan apa
yang ditemukan.
2. Manfaat Bagi klien
Mengingatkan kesadaran terhadap perlunya pengetahuan mengenai tanda-tanda bahaya
dan usaha penanggulangan sehingga diharapkan dapat di cegah secara dini.
Klien mendapatkan asuhan keperawatan yang baik.
3. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Penulis mengharapkan hasil penulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
menyusun asuhan keperawatan dengan pasien anemia post partumumah sehingga pada
saat di rumah ibu melakukan asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah dengan
baik.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Nifas
1. Pengertian
Masa nifas (puerpurinium) adalah masa yang dmulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil)
karena masa nifas berlangsung selama kurang lebih dalam waktu 6 minggu atau selama
42 minggu (Dewi & Sunarsih, 2011).
Puerpurium adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-
alat kendungan kembali seperti pra hamil. Sekitar 50% kematian ibu terjadi adalam 24
jam pertama postpartum sehingga pelayanan pasca persalinan yang berkualitas harus
diselenggarakan pada masa itu dan memenuhi kebutuhan ibu (Dewi, 2011).
Menurut WHO (2014) postpartum normal adalah persalinan yang dimulai secara
spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama prosen
persalinan. Dari seluruh persalianan didapatkan lebih dari 80% proses persalinan berjalan
normal dan sekitar 15-20% terjadi komplikasi persalinan.
UNICEF dan WHO pada tahun 2014 menyatakan bahwa hanya 5%-10% saja
yang membutuhkan section sesarea. Namun kenyataannya, menurut sensed survey
demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 2007 bahwa kematian ibu
penyebabnya adalah komplikasi karena partus lama, insiden ini menyebabkan persalinan
sering berlangsung di tengah proses persalinan dengan tindakan.
8 Minggu Normal 30 gr
*jbpst : jari bawah pusat
(Saleha, 2009)
2) Lochea
Lochea merupakan cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama
masa nifas, memiliki bau khas, lebih terasa jika tercampur keringat yang berlebih
pada ibu dan perlu mencermatiperbedaan bau busuk dengan adanya tanda tanda
infeksi. Terbagi menjadi tiga jenis :
a) Lochea rubra (cruenta)
Berwarna merah karna berisikan darah segar, sisa sisa selaput ketuban, set
desidua, verniks caecosea, lanugo, serta mekonim selama 2 hari pasca
persalinan, cenderung keluar selama 2-3 hari postpartum.
b) Lochea sanguilenta
Berwarna kuning yang berisikan darah, lendir yang keluar padahari ke 3-7
pasca persalinan.
c) Lochea serosa
Lochea berwarna merah jambu menjadi kekuningan, cairan ini tidak berdarah
lagi dari hari ke 7-14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Lochea akhir yang dimulai sejak hari ke 14 semakin lama semakin sedikit
hingga berhenti sampai 1-2 minggu berikutnya, bentuknya seperti cairan putih
yg terdiri dari leukosit dan sel sel desidua.
e) Endometrium
Timbulnya thrombosis, degenarasi, nekrosis di tempat implantasi plasenta. Hari
pertama 2,5 mm dengan permukan kasar akibat pelepasan desidua dan selaput
janin selang waktutiga hari permukaan menjadi rata dan tidak terbentuk
jaringan parut.
f) Serviks
Berakhirnya TU serviks menjadi sangat lembek kendur dan terkulai bahkan
hingga lecet dan melepuh terutama dibagian anterior. Serviks akan terlihat
padat jika tinggi, lubang serviks lambat laun mengecil dan akan membentuk
seperti keadaan sebelum hamil pada saat 4 minggu postpartum.
g) Vagina
Permulaan puerpurium ukuranya sangat luas dan berdinding tipis namun
berangsur angsur luasnya berkurang akan tetapi jarang kembali sepereti bentuk
seperti seorang nulipara. Timbul rugae pada minggu ketiga. Hymen tampak
sebagai tonjolan jaringan yang kecil dan berubah menjadi karunkulae
mitiformis yang khas bagi wanita yang multipara.
h) Payudara
Proses menyusui mempunyai 2 mekanisme :
1) Produksi susu
2) Sekresi susu atau let down
Pada pasca kelahiran pembuluh payudara menjadi bengkak yang terisi darah,
sehingga timbul rasa hangat, bengkak dan sakit.
i) System pencernaan
Terjadi perubahan pola makan yang drastis, karna ibu sering kali cepat lapar
setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post partum denga diet
normal namun asupan makanan tidak boleh di sortir karna dalam waktu 3-4
hari faal usus kembali normal.
j) System perkemihan
Dieresis yang normal dimulai segera setelah bersalin sampai hari kelima
setelah persalinan, disamping itu kandung kemih pada puerperium mempunyai
kapasitas yang meningkat karna distensi urine yang berlebihan dan urine
residual yang berlebihan sehingga terjadi pengosongan yang tidak sempurna
dan ureter serta pelvis akan normal kembali setelah 8 minggu persalinan.
k) System musculoskeletal
Ligament ligament fasia dan diafragma pelvis yang meregang sewaktu
kehamilan dan persalinan berangsur angsur kembali kesediakala. Tidak jarang
ligament retundum mengendur sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia
jaringan penunjang alat genetalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan.
latihan tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali secara
perlahan- lahan.
l) System endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem
endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin dieskresikan dari kelenjar untuk bagian belakang. Selama tahap
ketiga persalinan hormon, oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan
mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan.
b) Prolactin
Menurunya kadar estrogen yang menimbulkan terangsang kelenjar ptiutary
dimana hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol ovarium kearah
permulaan pada produksi estrogen dan progesterone yang normal.
c) Estrogen dan Progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walapun mekannisme
secara penuh belum dimengerti. Dimanahal ini sangat memengaruhi pada
perangsangan saluran kemih dan peningkatan pembuluh darah.
d) System hematologi dan Kardiovaskuler
Leukositosis adalah meningkatnya jumlah sel-sel darah putih sampai
sebanyak 15.000 selama masa persalinan. Leukosit akan tetap tinggi
jumlahnya selama beberapa hari pertama masa postpartum. Jumlah sel-sel
darah putih tersebut masih bisa naik lebih tinggi lagi 25.000 -30.000 tanpa
adanya kondisi (Saleha, 2009). Menurut jurnal yang dituliskan oleh
Risnawati, Indah (2017),Hemoglobin (Hb) normal pada ibu post partum
adalah 11 gr/dl – 13 gr/dl.
B. Anemia
1. Pengertian
Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin (Hb), hemotokrit atau hitung
eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapsitas pengangkutan oksigen oleh
darah (NANDA, NIC-NOC 2015).
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal yang biasa di kenal dengan kurang darah. Berkurang nya sel darah matang
yang membawa oksigen ke seluruh tubuh jaringan yang dijalankan oleh protein yang
disebut hemoglobin (Hb) dengan ambang normal 11,5 - 16,5 gr/dl untuk perempuan dan
12,5 gr/dl – 18,5 gr/dl untuk laki-laki (Suryoprajogo, 2009).
Menurut Ayahbunda, (2013) anemia pada post partum merupakan komplikasi
yang sering dijumpai dan paling sering dialami dimasa masa persalinan, dimana salah
satu penyebab utamanya adalah infeksi. Terutama bagi ibu bersalin yang mengalami
perdarahan saat persalinan. Proses persalinan berlangsung lama dan ibu biasanya
menderita anemia sejak masa kehamilan.
Menurut Suprianti, (2010) dalam penelitian Wahyuningsih, (2014) terdapat
hubungan antara konsumsi makanan yang mengandung banyak protein dan sayuran hijau
serta istirahat yang cukup pada ibu nifas dengan anemia ringan dengan pemeriksaan
hemoglobin awal 9,7 gr/dl meningkat menjadi 11,7 gr/dl. Menurut Diana, (2008) dalam
penelitian Wahyuningish, ( 2014) terdapat hubungan antara diet tinggi kalori tinggi
protein serta KIE tentang nutrisi ibu nifas pada ibu postpartum yang mengalami anemia
ringan dari pemeriksaan Hb awal 9,6 gr/dl menjadi 11,6 gr/dl.
2. Karakteristik Anemia
a. Anemia aplastic
Merupakan anemia yang disertai dengan pansitopenia pada darah tepi yang
disebabkan oleh kelainan primer pada sumsum tulang dalam bentuk aplasia atau
hipoplasia tanpa adanya infiltrasi, supresi atau pendesakan sum-sum tulang.
b. Anemia Defisiensi Besi
Ialah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh, sehingga
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya pembentukan
hemoglobin berkurang.
c. Anemia Megalolastik
Anemia yang ditandai dengan adanya megaloblast dalam sum-sum tulang, dimana
maturasi pada sitosplasma normal tetapi intinya besar dengan susunan kromosom
yang longgar.
d. Anemia Hemolitik
Anemia ini disebabkan oleh hemolisis yaitu pemecahan eritrosoit dalam pembuluh
darah yang belum waktunya.
e. Anemia Sel Sabit
Merupakan anemia yang disebabkan oleh pewarisan dua salinan gen hemoglobin
detektif, dari masing maisng orangtua.( Handayani & Sulystyo, 2008).
3. Klasifikasi Anemia
Berdasarkan penyebabnya menurut Tarwoto & Wartonah (2008), klasifikasi anemia
dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Anemia karena hilangnya sel darah merah dimana biasanya terjadi pada perdarahan
akibat perlukaan, perdarahan gastrointestinal, perdarahan uterus, perdarahan hidung
dan perdarahan akibat luka operasi.
b. Anemia karena menurunnya produksi sel darah merah dapat disebabkan karena
kekurangan unsur penyusun sel darah merah (asam folat, vitamin B12, dan zat besi).
c. Anemia karena meningkatnya destruksi atau kerusakan sel darah merah yang dapat
terjadi karena overaktifnya Reticulo Endothelial System (RES).
Berdasarkan patofisiology :
Tipe Anemia Hasil Laboratorium
1. Hipoprofelirasi
(akibat kurangnya produksi sel Menurunya retikolosit, besi,feritin,
darah merah ) saturasi besi, MCV (mean cell volume)
Defisiensi zat besi Menurunya kadar vitamin B12,
Defisiensi vitamin meningkatnya MCV
B12(megaloblastik) Menurunya kadar asam folat,
Defisiensi asam folat meningkatnya MCV
Menurnya produksi Menurunya entropoitin
eritropolitin Normal MCV, MCH normal atau
Kanker /inflamasi menurunya entiropoitin
2. Hilangnya sel darah merah Awal perdarahan : retikulosit meningkat,
(akibat perdarahan) normal Hb dan Ht normal. Kemudian
3. Hemolitik (akibat menurnya Hb, MCV , feritin dan besi
meningkatanya destruksi) Menurunya MCV, Fragmentasi sel darah,
meningkatnya retikulosit
4. Etiologi
Berdasarkan Nanda Nicnoc, (2015) Anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri
(disease entity), tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar (underlyng
disease), pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena :
a. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang
b. Kehilangan darah keluar tubuh (Perdarahan) yang bisa terjadi pada postpartum
c. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sebelum waktunya (hemolisis).
Menurut (Tarwoto & Wartonah, 2008 ).
a. Genetik
Hemoglobinopati
Thalasemia
Abnormal enzim glikolitik
Fanconi anemia
b. Nutrisi
Defisiensi besi, defisiensi asam folat
Defisiensi cobal, vitamin B12
Alkoholis, kekurangan nutrisi / malnurisi
c. Perdarahan
d. Imunologi
e. Infeksi
Hepatitis
Cytomegalovirus
Parvovirus
Clostridia
Sepsis gram negative
Malaria
Toksoplasmosis
f. Obat obatan atau zat kimia
Agen kemotherapi
Anticonvulsant
Antimetaboli
Kontrasepsi
Zat kimia toksik
Menurut Biecan (2008) Terdapat patosifiologi anemia yaitu perdarahan sehingga
kekurangan unsur zat besi, intake kurang misalnya, menu jelek klien muntah terus
menerus dan kebutuhan zat besi meningkat akibat perdarahan.
5. Patofisiologi
Perdarahan sehingga kekurangan banyak unsur zat besi
Kebutuhan zat besi meningkat, dengan adanya perdarahan, gemeli, multiparitas,
makin tuanya kehamilan
Absorbsi tidak normal / saluran cerna terganggu, misal defisiensi vitamin C
sehingga absorbsi Fe terganggu.
Intake kurang misalnya kualitas menu jelek atau muntah terus.
6. Tingkatan Anemia
Menurut ( Handayani &Sulystyo, 2008) :
a. Anemia ringan sekali
Dimana kadar hemoglobin ( Hb) 10g/dl – 13 gr/dl
b. Anemia ringan
Dimana kadar hemoglobin (Hb) 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
c. Anemia sedang
Dimana kadar hemoglobin (Hb) 6 gr/dl - <7,9 gr/dl
d. Anemia berat
Dimana kadar hemoglobin (Hb) <6 gr/dl
7. Manifestasi Klinis
Menurut Nanda Nicnoc (2015) :
a. Manifestasi klinis yang sering muncul
a) Pusing
b) Mudah berkunang kunang
c) Lesu
d) Aktivitas berkurang
e) Rasa mengantuk
f) Susah berkonsentrasi
g) Cepat lelah
h) Prestasi kerja fisik / pikiran menurun
b. Gejala khas masing masing anemia
a) Perdarahan berulang/ kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi
b) Ikterus, urin berwarna kuning tua/ coklat, perut mrongkol/ makin buncit pada
anemia hemolitik
c) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan
c. Pemeriksaan Fisik
a) Tanda tanda anemia umum: pucat, takhikardi, pulsus celer, suara pembuluh
darah spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran jantung
b) Manenifastasi khusus pada anemia
Defisiensi besi: spoon nail, glositis
Defisiensi B12: paresis, ilkus di tungkai
Hemolitik: icterus, splenomegaly
Aplastic: anemia biasanya berat, perdarahan, infeksi
8. Penatalaksanaan
Menurut Nanda NICNOC (2015), penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari
penyebab dan mengganti darah yang hilang. Penatalaksanaan anemia berdasarkan
penyebabnya yaitu:
a. Anemia aplastic
Dengan transplantasu sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-10 hari.
Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila diperlukan
dapat diberikan transfuse RBC rendah leukosit dan platelet.
b. Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialysis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat. Kalau
tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
c. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk anemianya. Dengan menangani kelainan yang mendasarinya, maka anemia
akan terobati dengan sendirinya.
d. Anemia pada defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian nutrisi yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan sulfas ferosus
3x10 mg/hari. Transfuse darah diberikan bila kadar Hb kurang dari 5 gr%
e. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila defisiensi
disebabkan oleg defek absorbs atau tidak tersedianya factor intristik dapat
diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM
Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsiyang
tidak dapat dikoreksi
Pada anemis defisiensi asam folatdiberikan asam folat3x5 mg/hari
Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbs,
penangannya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari secara IM
f. Anemia pasca perdarahan
Dengan pemberian transfuse darah dan plasma. Dalam keadaan darurat diberikan
cairan intaravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
g. Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfuse darah menggantikan darah yang hemolisis
Umur
No Type Persalinan BB Waktu Lahir Keadaan Bayi Waktu Lahir
Sekarang
1 Persalinan normal 2,7 kg Baik 19 tahun
2 Persalinan normal 3 kg Baik 12 tahun
1,7 kg Baik
3 Persalinan SC
2 kg Baik
DATA POSTNATAL
Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital : TD: 110/70 mmHg, N: 80x/menit, RR: 20x/menit, T: 36,5 ºC
GCS : 15
1. Rambut dan wajah
Bentuk kepala : Normal
Keadaan rambut : Rambut tampak bersih, panjang, berwarna hitam
Distribusi rambut : Merata
Kulit rambut : Bersih
Hidung
Secret hidung : Tidak ada
Perdarahan hidung : Tidak ada
Polip hidung : Tidak ada
Peradangan mukosa Hidung : Tidak ada
Telinga
Kondisi telinga : Normal
Cairan dari telinga :Tidak ada
Rasa penuh di telinga : Tidak ada
Fungsi pendengaran :Normal
Fungsi keseimbangan : Normal
Payudara
Fundus uterus
Tinggi : 2 jari di bawahpusat
Posisi : Setinggi pusat
Kontraksi : Ada, Baik
Lochia
Jumlah : Sedikit, pasien mengatakan ganti pembalut 2x/hari
Warna : Merah kehitaman
Konsistensi : Cair
Bau : Amis
Perineum
Utuh, Episiotomi, Ruptur : Utuh
REEDA Sign :
Keadaan : Utuh
ANALISA DATA
MASALAH
No DATA ETIOLOGI
KEPERAWATAN
1. DS : Os mengatakan badannya terasa Ketidakefektifanperfus Penurunan
lemah i jaringan perifer hemoglobin
Os mengatakan kepalanya pusing
Os mengatakan sering cepat lelah
Os mengatakan sering mengantuk
DO : Os tampak lemah
Konjungtiva anemis
Edema pada kaki
Hb : 6,6 gr% (19.09.2019)
TD : 110/60mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 ºC
DO : Os tampak meringis
Skala nyeri 3
TD : 110/60 mmHg
N : 80x/menit
RR : 20x/menit
T : 36,5 ºC
3. DS : Os mengatakan takut untuk Resiko Infeksi Penurunan
membersihkan luka post op SC nya Hemoglobin
Asuhan Keperawatan
Nama : Ny. G
No. RM : 920980
Catatan Perkembangan
N Diagnose Paraf
Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
o Keperawatan Perawat
1. Jumat Ketidakefektifan Memonitor S: Os mengataka
20.09.2019 perfusi jaringan adanya daerah badannya
perifer b.d tertentu yang terasa lemah
penurunan hanya peka Os
hemoglobin terhadap mengatakan
darah panas/dingin/t kepalanya
ajam/tumpul pusing
Memonitor Os
adanya mengatakan
paretese sering cepat
Menginstruksi lelah
kan keluarga Os
pasien untuk mengatakan
mengobservas sering
i kulit jika ada mengantuk
lesi atau O: Os tampak
laseransi lemah
Berkolaborasi Konjungtiva
oemberian anemis
analgetik Edema pada
kaki
Hb : 6,6 gr%
(19.09.2019)
TD :
110/60mmH
g
N:
80x/menit
RR :
20x/menit
T : 36,5 ºC
A: Masalah
belum
teratasi
P: Memonitor
adanya daerah
tertentu yang
hanya peka
terhadap
panas/dingin/taja
m/tumpul
Memonitor
adanya paretese
Menginstruksikan
keluarga pasien
untuk
mengobservasi
kulit jika ada lesi
atau laseransi
Berkolaborasi
pemberian
analgetik
terapi keperawatan
antibiotic Mepertahankan
Memonitor lingkungan
Menginspeksi Meningkatkan
membrane Memberikan
A. Kesimpulan
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan/atau hitung eristrosit lebih rendah
dari harga normal (Arif Mansjoer, 2001).Anemia merupakan penurunan kadar hemoglobin (Hb),
hemotokrit atau hitung eritrosit (red cell count) berakibat pada penurunan kapsitas pengangkutan
oksigen oleh darah (NANDA, NIC-NOC 2015). Sedangkan anemia postpartum didefinisikan
sebagai kadar hemoglobin < 10 g/dl, hal ini merupakan masalah yang umum dalam bidang
obstetric.
Anemia dibagi menjadi 3 yaitu :
Anemia ringan Hb : 8 – 10gr%
Anemia sedang Hb : 6 – 8 gr%
Anemia berat Hb : Kurang dari 6 gr%
Pengaruh anemia pada ibu nifas adalah terjadinya subvolusi uteri yang dapat
menimbulkan perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium, pengeluaran ASI
berkurang dan mudah terjadi infeksi mamae (Prawirohardjo, 2005). Praktik ASI tidak eksklusif
diperkirakan menjadi salah satu prediktor kejadian anemia setelah melahirkan (Departemen Gizi
dan Kesehatan Masyarakat, 2008).
Setelah membahas secara keseluruhan dari uraian mengenai asuhan keperawatan klien
Ny. G dengan anemia post partum di Ruang Rawat Inap Kebidanan Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi dari tanggal 20 s/d 22 September 2019, serta membahas permasalahan yang ada,
maka dapat beberapa diagnose selama melakukan pengkajian, antara lain :
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan hemoglobin darah ditandai dengan
klien mengatakan badannya terasa lemah, klien tampak lemah, konjungtiva anemis, Hb : 6,6
gr%, TD : 110/60 mmHg, N : 80x/menit, T : 36.5 ºC.
2. Nyeri b.d post op SC ditandai dengan klien mengatakan nyeri pada luka post op SC, klien
tampak meringis, skala nyeri 3
Rencana keperawatan di prioritaskan kepada masalah yang ditemui pada klien dengan anemia
post partum.
Pelaksanaan tindakan keperawatan berpedoman pada rencana tindakan keperawatan dengan
mendahulukan kebutuhan klien dalam mengatasi masalah yang dihadapi klien.
Evaluasi pada klien berdasarkan diagnose keperawatan yang muncul pada Ny. G hanya teratasi
sebagian.
B. Saran
1. Bagi Instansi Rumah Sakit
Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, diharapkan adanya
kolaborasi antara tim kesehatan yaitu dokter, paramedic, tim analis dan ahli gizi serta
memandang manusia sebagai makhluk holistic.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dalam memberikan materi pendidikan dan praktik keperawatan diharapkan lebih
ditingkatkan lagi, sehingga tercapai oleh mahasiswa di luar praktik.
3. Bagi Mahasiswa
Asuhan keperawatan yang dilakukan perlu adanya penerapan ilmu yang telah diperoleh
dan penelitian yang berkesinambungan sebagai pengembangan ilmu keperawatan.