Asuhan Kebidanan PNC Patologi Halida Mansur M
Asuhan Kebidanan PNC Patologi Halida Mansur M
Asuhan Kebidanan PNC Patologi Halida Mansur M
Disusun Oleh:
HALIDA MANSUR M
NIM 202006090054
DI PMB JURHANA
NIM : 202006090054
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
A. Tinjauan Medis
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas adalah masa pulih kembali yang dimulai setelah plasenta lahir
dan berakhir pada ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil berlangsung kira-kira 6 minggu atau 40 hari (Heryani, 2012).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya placenta sampai alat-
alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas berlangsungnya
selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani dan Purwoastuti,2015).
c. Tahapan masanifas
Menurut Marmi (2015), nifas dibagi dalam 3 tahapan, yaitu :
1. Puerperium dini
Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
2. Puerperium intermedial
Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi selama
kurang lebih 6-8 minggu.
3. Remotepuerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan
sempurna terutama ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalamikomplikasi
d. Perubahan masanifas
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas meliputi:
1. Uterus
Secara berangsur-angsur uterus menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.Dari 1000 gr menjadi 50 gr (Walyani &
Purwoastuti,2015).
2. Lochea
Macam-macam lokhea menurut Maryunani (2016), dibedakan menjadi 4
jenis yaitu:
a) Lochea rubra
Lochea ini keluar pada hari pertama sampai tigasetelah persalinan.
Terdiri dari darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, vernic
kaseosa, lanugo (rambut bayi), dan mekonium.
b) Lochea sanguinolenta
Lochea ini keluar pada hari 3-7 postpartum, terdiri dari darah bercampur
lender warna kecoklatan.
c) Lochea serosa
Lokhea ini keluar hari 7-14 postparum, berwarna kekuningan.
d) Lochea alba
Lochea ini keluar pada hari ke-14 selesai nifas, hanya merupakan
cairan putih.
3. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup (Walyani & Purwoastuti, 2015).
5. Perineum
Perubahan perineum pada saat post partum terjadi pada saat perineum
mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun
dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu (Heryani, 2012).
6. Sistem pencernaan
Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan
menurut Marliandiani dan Ningrum (2015), antara lain:
a) Nafsu makan
Rasa lelah yang amat berat setelah proses persalinan dapat mempengaruhi nafsu
makan ibu.
b) Motilitas
Penurunan tonus dan motalitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang
singkat setelah bayi lahir.
c) Pengosongan usus
Setelah melahirkan ibu sering mengalami konstipasi, hal ini disebabkan karena
tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa nifas.
5. Seksual
Beberapa bulan pertama setelah melahirkan memang hormon pada wanita akan
diprogram ulang untuk menyusui dan mengasuh bayi. Waktu dan tenaga seakan
tercurah hanya untuk si kecil, sehingga sulit rasanya mencari waktu untuk
berhubungan intim.
6. Eliminasi
a) Kesulitan BAK pada ibu nifas dapat disebabkan karena springter uretra
tertekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo springter ani
selama persalinan, atau dikarenakan oedema kandung kemih
selamapersalinan.
b) Ibu diharapkan dapat BAB sekitar 3-4 hari postpartum.
Gejala ini bisa dialami ibu semenjak dari hamil ibu mengeluh nyeri kepala
saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur, bisa
juga terjadi pembengkakan di wajah atau ekstremitas (Rukiyah dan Yulianti,
2010).
e. Penyebab
Menurut Rukiyah dan Yuliantin (2010), penyebab hipertensi yaitu:
1. Keturunan ataugenetic
2. Obesitas
3. Stress
4. Pola makan yangsalah
Menurut Triyanto (2014), penyebab hipertensi dibagi menjadi dua
yaitu:
1) Hipertensi Esensial(Primer)
Penyebab pasti dari hipertensi ini masih belum dapat diketahui.
2) HipertensiSekunder
Hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan
pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme).
f. Penatalaksanaan
Menurut Robson dan Waugh (2011), penatalaksanaan hipertensi
pascapartum yaitu:
1. Nifedipin dan labetanol sesuai untuk masa menyusui dan dapat
dilanjutkan di masapostnatal.
2. Saran tentang kontrasepsi dapat bergantung pada pengontrolan
tekanandarah.
3. Periksa tekanan darah secara teratur dan kerja sama dengan spesialis
untuk memodifikasi pengobatan dan untuk mengubah ke pengobatan
pra-kehamilan jikaperlu.
4. Motivasi penggunaan obat antihipertensiberkelanjutan.
5. Dukung pemberianASI
6. Berikan saran mengenai kontrasepsi dan konseling pra-kehamilan
untuk masamendatang.
1) Monitoring balancecairan.
2) Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
secukupnya, dan roboransia prenatal.
3) Diet garam, bila mengkonsumsi garam hendak dibatasi, diimbangi
dengan konsumsi cairan yang banyak, berupa susu atau airbuah.
4) Terapi obat antihipertensi yaitu:
a) Metildopa 500 mg 3 x 1, maksimal 3 gram perhari.
b) Nefedipin 30-90 mg perhari.
g. Pencegahan
Pencegahan kejadian hipertensi secara umum dapat dihindari
dengan mengubah kearah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran,
mengatur diet/pola makan seperti rendah garam, kolesterol dan lemak
jenuh, meningkatkan konsumsi buah dan sayuran, tidak mengkonsumsi
alcohol dan rokok, perbanyak makan mentimun, belimbing, juice apel
dan seledri di pagi hari (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
(1) Abdomen
(a) Inspeksi
Untuk mengetahui pembesaran perut dan luka bekas
operasi (Walyani, 2015).
(b) Palpasi
Pada ibu nifas palpasi yang diperiksa meliputikontraksi,
TFU dan kandung kencing (Ambarwati dan Wulandari,
2010).
(2) Anogenital
(a) VulvaVagina
Ada varices atau tidak, oedema atau tidak, ada
kemerahan atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak, lochea
warnanya bagaimana, berbau/tidak (Ambarwati dan
Wulandari, 2010).
(b) Perineum
Untuk mengetahui apakah perineum ada luka bekas
jahitan atau tidak, perineumnya bersih atau tidak (Marmi,
2015).
(c) Anus
Untuk mengetahui ada haemoroid atau tidak dan
kebersihan anus (Sulistyawati, 2015).
(d) Inspekulo
Vagina ada kemerahan atau tidak serta infeksi atau tidak.
d) Pemeriksaan Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium
berupa kadar Hb, haematokrit, kadar leukosit, golongan darah
(Sulistyawati, 2015). Pada ibu nifas dengan hipertensi perlu
dilakukan pemeriksaan proteinuri untuk menunjang
pemeriksaan.
b. Langkah II : Interpretasi Data
Interpretasi data merupakan indentifikasi terhadap diagnose
masalah dan kebutuhan pasien pada ibu nifas berdasarkan interpretasi
yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan(Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
1. Diagnosa Kebidanan
Diagnosa yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup
praktik kebidanan dan memenuhi standar tata nama (Walyani &
Purwoastuti, 2015).
Diagnosa pada ibu nifas dengan hipertensi sebagai berikut:
Ny. X umur X tahun dengan hipertensi.
Data Dasar:
a) Data Subyektif
Ibu mengatakan nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, penglihatan kabur (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
b) Data Obyektif
(1) Keadaanumum : Baik
(2) Kesadaran :Composmentis
(3) Tekanandarah
Pada ibu nifas dengan hipertensi tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
(4) Abdomen
Untuk mengetahui kontraksi uterus pada ibu nifas dalam
batas normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(5) Fundus
Untuk mengetahui tinggi fundus uteri pada masa nifas dalam
batas normal (Ambarwati dan Wulandari, 2010).
(6) Lochea
Untuk mengahui perdarahan yang keluar berubah secara
normal sesuai fase dan lama setelah melahirkan (Walyani
dan Purwoastuti, 2015).
(7) Perineum
Untuk mengetahui apakah perineum ada luka bekas jahitan
atau tidak, perineumnya bersih atau tidak (Marmi, 2015).
c) Masalah
Masalah adalah kesenjangan yang terjadi pada respons ibu
terhadap masa nifas (Walyani & Purwoastuti, 2015). Masalah
yang muncul pada ibu nifas dengan hipertensi yaitu ibu
mengatakan nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan
muntah, penglihatan kabur (Rukiyah dan Yulianti, 2010).
d) Kebutuhan
Kebutuhan yaitu berdasarkan atas keadaan umum dan keadaan
fisik ibu biasanya dibutuhkan konseling lebih lanjut (Marmi,
2011). Kebutuhan pada ibu nifas dengan hipertensi adalah
informasi, dukungan dan support mental (Rukiyah dan
Yulianti, 2010).
c. Langkah III : Diagnosa Potensial
Langkah ini merupakan langkah antisipasi, sehingga dalam
melakukan asuhan kebidanan, bidan dituntut untuk mengantisipasi
paermasalah yang akan timbul dari kondisi yang ada (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan hipertensi
adalah terjadi preeklamsi (Prawirohardjo, 2011).
d. Langkah IV : Tindakan Segera
Setelah merumuskan tidakan yang perlu dilakukan untuk
mengantisipasi diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan emergensi yang harus
dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi, secara mandiri,
kolaborasi atau rujukan berdasarkan kondisi klien (Walyani dan
Purwoastuti, 2015). Antisipasi yang dilakukan adalah monitoring
balance cairan, diet yang tepat, pemberian obat anti hipertensi yaitu
metildopa 500 mg 3 x 1, maksimal 3 gram per hari dan Nefedipin 30-
90 mg per hari (Prawiroharjo, 2011).
e. Langkah V : Rencana Tindakan
Langkah ini merupakan kelanjutan pelaksanaan terhadap
masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi yang
sifatnya segera atau rutin (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
hipertensi menurut Prawirohardjo (2011), Robson dan Waugh (2011),
sebagai berikut:
1. Periksa tekanan darah secara teratur dan kerja sama dengan spesialis
untuk memodifikasi pengobatan dan untuk mengubah ke pengobatan
pra-kehamilan jikaperlu.
2. Motivasi penggunaan obat antihipertensiberkelanjutan.
3. Dukung pemberianASI.
4. Berikan saran mengenai kontrasepsi dan konseling pra-kehamilan
untuk masamendatang.
5. Monitoring balancecairan.
6. Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
secukupnya, dan roboransia prenatal.
7. Terapi obat antihipertensi yaitu:
a. Metildopa 500 mg 3 x 1, maksimal 3 gram perhari.
Nefedipin 30-90 mg perhari.
f. Langkah VI : Pelaksanaan
Pelaksanaan dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau
bersama-sama dengan klien atau anggota tim kesehatan. Kaji ulang
apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan (Walyani dan
Purwoastuti, 2015).
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan
hipertensi menurut Prawirohardjo (2011), Robson dan Waugh (2011)
telah dilaksanakan pada ibu nifas Ny. X dengan hipertensi.
g. Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang telah diberikan. Untuk mengetahui keberhasilan asuhan,
bidanmempunyai pertimbangan tertentu antara lain: tujuan asuhan
kebidanan, efektivitas tindakan untuk mengatasi masalah, dan hasil
asuhan kebidanan (Walyani dan Purwoastuti, 2015).
Evaluasi ibu nifas dengan hipertensi yaitu:
a) Keadaan umumbaik
b) Tekanan darahnormal
c) Ibu sudah tidak nyeri kepala, tidak mual maupun muntah dan
penglihatan sudahnormal.
d) Ibu sudah merasa nyaman dan tidakcemas.
h. DataPerkembangan
Menurut Walyani (2015), pendokumentasian asuhan kebidanan
dengan menggunakan SOAP sebagai berikut:
1. S(Subyektif)
Menggambarkan pendokumentasian pengumpulan data klienmelalui
anamnesa.
2. O(Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostic lain yang dirumuskan dalam
data focus untuk mendukung assessment.
3. A(Assesment)
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subyektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan.
4. P (Planning)
Menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment.
C. Landasan Hukum
Berdasarkan Permenkes RI Nomor 1464/Menkes /Per/X/2010Pasal 10
ayat (1) bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa
pra hamil, kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua
kehamilan (Depkes RI, 2010).
Sedangkan Wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007
mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistik terhadap
perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis emosional, social budaya,
spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonom penuh
dalam praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Menkes
RI, 2007).
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
Tanggal : 20 April 2021 Pukul : 07.00 wita
A. IDENTITAS PASIEN: IDENTITAS SUAMI :
1. Nama :Ny.R Nama : Tn.R
2. Umur :32 Tahun Umur : 34Tahun
3. Agama : Islam Agama :Islam
4. SukuBangsa :Mandar/Indonesia Suku bangsa:Mandar/Indonesia
5. Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Petani
7. Alamat : Dusun Ako Desa Pasangkayu
47
4. Riwayat Menstruasi
a) Menarche : Ibu mengatakan usia pertama kali haid
berumur 13tahun.
b) Siklus : Ibu mengatakan jarak haid lalu dengan
sekarang± 28hari.
c) Lamanya : Ibu mengatakan lamanya menstruasi ±6
hari.
d) Banyaknya : Ibu mengatakan sehari ganti pembalut3
kali.
e) Teratur/Tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur.
f) Sifatdarah : Ibu mengatakan sifat darahnyaencer.
g) Disminore : Ibu mengatakan tidak pernah nyeriperut
sampai menggangu aktivitas saat
menstruasi.
5. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi
apapun.
6. Riwayat Perkawinan
a. Status Perkawinan : Sah, menikah 1kali.
b. Kawin / Menikah : Umur 32 tahun, dengan Suami Umur32
tahun, lamanya menikah 1 tahun.
50
TT 9-10 2020
3) TT3 : Ibu mengatakan mendapatkanimunisasi
TT tanggal 10 April 2021
g. PergerakanJanin : Ibu mengatakan merasakanpergerakan
janin saat umur kehamilan 6 minggu.
9. Riwayat Persalinan Ini
a. Tempat Persalinan : PMB Jurhana
Penolong :Bidan.
b. Tanggal / Jam Persalinan : 19 April 2021 jam 06.40
Umur Kehamilan :39 minggu
c. JenisPersalinan : Spontan
d. Tindakan Lain : Tidak ada
1) Komplikasi / Kelainan dalamPersalinan
Ibu mengatakan sejak umur kehamilan 7 bulan tensinya
tinggi, sering pusing
e. Perineum
1) Ruptur / tidak : Derajat2
2) Dijahit/ tidak : Sudah dijahit
10. Kebiasaan Selama Hamil
a. Nutrisi
1) Selama hamil : Ibu mengatakan sehari makan 3kali
54
pakaian 2x sehari.
1. Statusm Generalis
a. KeadaaanUmum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV TD : 150/70mmHg R : 22 x/menit
N : 80 x/menit S: C
d. TinggiBadan : 155 cm
e. BB Sebelum Hamil: 50Kg
f. BBSekarang : 65 Kg
g. Lila : 24 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
1) Rambut : Hitam, bersih dan tidak adak etombe.
2) Muka : Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada
cloasma gravidarum.
3) Mata
a) Oedema : Tidak Oedema
b) Conjungtiva: Warna merah muda
c) Sklera : Warna putih
4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada
secret.
5) Telinga : Simetris, tidak ada serumen.
b. Leher
1) KelenjarGondok : Tidak ada pembesaran.
2) Benjolan : Tidak ada benjolan.
3) Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran.
c. Dada dan Axilla
1) Mammae
a) Pembengkakan : Tidak ada pembengkakan.
b) Benjolan : Tidak ada benjolan.
c) Simetris : Simetris kanan kiri.
d) Aerola :Hiperpigmentasi.
e) Putingsusu : Menonjol.
f) Kolostrum/ASI : Sudah keluar sedikit.
2) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri tekan
d. Ekstremitas
1) Tangan : Terpasang Infus RL 20tpm
a. Oedema : Tidak oedema
b. Kuku : Merah muda
c. Simetris : Simetris kanan dankiri
2) Kaki
a. Oedema : Tidak oedema
58
2) Perinium
II. INTERPRETASIDATA
Tanggal : 20 juni 2021 Pukul : 07.20 wita
A. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. H Umur 32 Tahun P1A0 Hari I post partum dengan Hipertensi
60
Data Dasar :
DS :
1. Ibu mengatakan bernama Ny. M umur 42 tahun.
2. Ibu mengatakan telah melahirkan anak pertamanya tanggal 19 juni
2021 pukul 06.40 wita
3. Ibu mengataka kadang pusing dan perutnya mulas sejak sesudah
bersalin.
4. Ibu mengatakan sejak umur kehamilan 7 bulan tensinya tinggi, sering
pusing.
5. Ibu mengatakan saat umur kehamilan 35 minggu dan 37+6 minggu ibu
memeriksakan kehamilannya di RS Ako Pasangkayu dengan Dokter
SpOG, terapi yang didapat tablet Fe 1 x 60 mg, VitC
1 x 60 mg, Kalk 1 x 500 mg, Nifedipin 1 x 500 mg. Hasil pemeriksaan
TD 140/90 mg.
DO :
6. Kontraksi :Keras
7. Lochea : Lochea rubra
8. Perineum : Luka masih basah, terdapat jahitan derajat
2, perdarahan normal, tidak berbau.
9. Ekstremitas
a. Tangan : Tidak oedema, simetris kanan dan kiri, kuku
merah muda, terpasang infus RL 20 tpm di tangan
kiri.
b. Kaki : Tidak oedema, tidak varices, betis tidak merah.
10. Pemeriksaan Penunjang
a. Hb : 12,2gram/dl
b. Golongan darah : A+
c. Protein Urine Negatif
d.
B. MASALAH
Ibu mengatakan pandangan mata kabur, nyeri kepala dan perutnya
mulas.
C. KEBUTUHAN
Memberi informasi tentang penyebab perutnya mulas, nyeri kepala, dan
menganjurkan banyak istirahat.
a. Nifedipin 3 x 10 mg 10 Tablet
V. RENCANATINDAKAN
VII. EVALUASI
Tangga: 20 April 2021
1. Pukul 09.15 wita Ibu sudah mengatahui keadaannya.
2. Pukul 09.25 Sudah dilakukan observasi pada ibu dan hasil observasi
TTV, kontraksi, lochea, TFU dan monitoring balance cairan terlampir.
3. Pukul 09.30 wita Ibu bersedia untuk banyak istirahat.
65
B. PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan studi kasus pada Ny. R P1A0 dengan hipertensi
dan pengelolaannya dengan menerapkan menejemen kebidanan serta
mengaitkan dengan teori-teori sebagai landasan dalam melaksanakan
menejemen kebidanan 7 langkah Varney yang meliputi:
1. Pengkajian Data
Pengkajian pada ibu nifas dengan hipertensi dilakukan dengan
pengumpulan data subyektif dan obyektif. Menurut Rukiyah dan Yulianti
(2010), gejala hipertensi yaitu tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg, nyeri
kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah, penglihatan kabur. Pada
kasus ibu nifas Ny. R P1A0 umur 32 tahun dengan hipertensididapatkan
data subyektif ibu mengatakan pandangan mata kabur, nyeri kepala dan
perutnya mulas. Sedangkan data obyektif diperoleh keadaan umum baik,
kesadaran composmentis, tekanan darah 180/100 mmHg, suhu 36,5oC, nadi
80 x/menit, pernapasan 22 x/menit, Jadi pada langkah
ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
2. Interpretasi Data
Diagnosa Kebidanan Ny. R P1A0 umur 32 tahun dengan hipertensi.
Masalah yang muncul pada ibu nifas dengan hipertensi yaitu ibu
mengatakan nyeri kepala, kadang-kadang disertai mual dan muntah,
penglihatan kabur (Rukiyah dan Yulianti, 2010). Kebutuhan pada ibu nifas
dengan hipertensi adalah informasi, dukungan dan support mental (Rukiyah
dan Yulianti, 2010).
67
Diagnosa kebidanan pada kasus ibu nifas yaitu Ny.R P1A0 umur 33
tahun dengan hipertensi. Masalah yang muncul pada Ny.R P1A0 adalah Ibu
mengatakan pandangan mata kabur, nyeri kepala dan perutnya mulas.
Kebutuhan yang diberikan pada Ny. R adalah memberi informasi tentang
penyebab perutnya mulas, nyeri kepala, dan menganjurkan banyak istirahat.
Jadi pada langkah ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan
kasusdilapangan.
3. Diagnosa Potensial
Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan hipertensi adalah terjadi
preeklamsi (Prawirohardjo, 2011). Pada kasus ibu nifas Ny. R P1A0 umur
32 tahun dengan hipertensi adalah preeklamsia masa nifas, tetapi tidak
terjadi diagnosa potensial karena ibu sudah mendapatkan antisipasi dan
penanganan secara tepat. Jadi pada langkah diagnosa potensial ini tidak
terdapat adanya kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan.
4. Tindakan Segera
Tindakan segera pada ibu nifas hipertensi adalah monitoring balance
cairan, diet yang tepat, pemberian obat anti hipertensi yaitu metildopa 500
mg 3 x 1, maksimal 3 gram per hari dan Nefedipin 30-90 mg per hari
(Prawiroharjo, 2011). Pada kasus ibu nifas Ny. R P1A0 umur 33 tahun
dengan hipertensi ini adalah melakukan kolaborasi dengan dokter SpOg
dalam pemberian obat Nifedipin 3 x 10 mg, Vitamin A 2 x 200.000 IU,
Amoxillin 3 x 500 mg, Asam mefenamat 3 x 500 mg,monitoring
68
balance cairan, diet yang tepat cukup protein, rendah karbohidrat, lemak
dan garam secukupnya.
Pada langkah tindakan segera ini terdapat adanya kesenjangan antara
teori dan praktek dilapangan yaitu Metildopa tidak diberikan tetapi di
berikan Nifedipin 3 x 10 mg sesuai dengan anjuran dari dokter SpOg
diberikan untuk dosis awal, Vitamin A 2 x 200.000 IU untuk meningkatkan
kandungan vitamin A dalam ASI (Air Susu Ibu), bayi lebih kebal dan jarang
kena penyakit infeksi, kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan,
Amoxillin 3 x 500 mg untuk antibiotik agar tidak terjadi infeksi, Asam
mefenamat 3 x 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri pada luka jahitan.
5. Perencanaan
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hipertensi
menurut Prawirohardjo (2011), Robson dan Waugh (2011) yaitu : Periksa
tekanan darah secara teratur dan kerja sama dengan spesialis untuk
memodifikasi pengobatan dan untuk mengubah ke pengobatan pra-
kehamilan jika perlu, Motivasi penggunaan obat antihipertensi
berkelanjutan, Dukung pemberian ASI, Berikan saran mengenai kontrasepsi
dan konseling pra-kehamilan untuk masa mendatang, Monitoring balance
cairan, Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam
secukupnya, dan roboransia prenatal, Terapi obat antihipertensi yaitu :
Metildopa 500 mg 3 x 1, maksimal 3 gram per hari, Nefedipin 30-90 mg per
hari.
69
6. Pelaksanaan
Pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan hipertensi
sesuai menurut Prawirohardjo (2011), Robson dan Waugh (2011).
Sedangkan asuhan yang diberikan pada Ny. R P1A0 umur 32 tahun dengan
hipetensi sesuai dengan perencanaan yang telah direncanakan.
Pada pelaksanaan terdapat adanya kesenjangan antara teori dan
praktek dilapangan yaitu Metildopa tidak diberikan tetapi di berikan
Nifedipin 3 x 10 mg sesuai dengan anjuran dari dokter SpOg karena
diberikan untuk dosis awal, Vitamin A dosis yang kedua diberikan saat nifas
hari ketiga 1x 200.000 IU untuk meningkatkan kandungan vitamin A dalam
ASI (Air Susu Ibu), bayi lebih kebal dan jarang kena penyakit infeksi,
kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan, sedangkan menurut
Marmi (2015) Vitamin A dosis yang kedua diberikan 24 jam setelah minum
dosis yang pertama, Amoxillin 3 x 500 mg untuk antibiotik agar tidak terjadi
infeksi, Asam mefenamat 3 x 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri pada
lukajahitan.
7. Evaluasi
Merupakan tahap terakhir dari proses asuhan kebidanan dari
pengkajian sampai implementasi data. Setelah dilakukan asuhan kebidanan
pada Ny.R P1A0 umur 33 tahun dengan hipetensi selama 3 hari di rumah
sakit diperoleh hasil yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis,
tekanan darah 120/80 mmHg, suhu 36,6oC, nadi 80 x/menit, pernapasan 20
x/menit. Kemudian dilakukan kunjungan ulang setelah 7 hari dirumah
71
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan observasi dengan memberikan menejemen Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas Ny. “R” P1A0 umur 32 tahun dengan Hipertensi di
PMB Jurhana dengan menggunakan pendekatan tujuh langkah varney, dapat
diambil kesimpulan :
1. Dari pengkajian pada Ny. R di dapatkan data subyektif yang didapatkan dari
keluhan ibu yaitu ibu mengatakan pandangan mata kabur, nyeri kepala dan
peruutnya mulas. Sedangkan data obyektif keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 140/100 mmHg, suhu 36,5oC, nadi 80
x/menit, pernapasan 22x/menit.
2. Dari interpretasi data pada kasus Ny. R P1A0 umur 32 tahun dengan
hipertensi masalah yang muncul ibu mengatakan pandangan mata kabur,
nyeri kepala dan perutnya mulas. Kebutuhan yang diberikan pada Ny. R
adalah memberi informasi tentang penyebab perutnya mulas, nyeri kepala,
dan menganjurkan banyak istirahat.
3. Diagnosa potensial pada Ny. “R” P1A0 umur 32 tahun dengan hipertensi
adalah potensi terjadi preeklamsia masanifas.
4. Antisipasi Ny. “R” P1A0 umur 32 tahun dengan hipertensi yaitu kolaborasi
dengan dokter Puskesmas dalam pemberian terapi yaitu : melakukan
kolaborasi
dengan dokter Sp.Og dalam pemberian obat Nifedipin 3 x 10 mg, Vitamin
A 2 x 200.000 IU, Amoxillin 3 x 500 mg, Asam mefenamat 3 x 500 mg,
monitoring balance cairan, diet yang tepat cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam secukupnya..
5. Rencana asuhan kebidanan Ny. “R” P1A0 umur 32 tahun dengan hipertensi
dilakukan secara menyeluruh yaitu Observasi keadaan umum, tanda-tanda
vital, lochea, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri (TFU) ibu dan monitoring
balance cairan setiap 4 jam, Anjurkan pada ibu untuk menyusui bayinya
secara on demand, Berikan KIE tentang KB, Berikan KIE tentang nutrisi
ibu nifas, Menjelaskan pada ibu untuk mengkonsumsi cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam secukupnya. Bila mengkonsumsi garam
hendak dibatasi, diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak, berupa
susu atau air buah, Lakukan kolaborasi dengan Dokter SpOg dalam
pemberian terapi oral: Nifedipin 3 x 10 mg, Vitamin A 2 x 200.000 IU,
Amoxillin 3 x 500 mg, Asam mefenamat 3 x 500 mg, Anjurkan ibu untuk
mengkonsumsi terapi yang sudahdiberikan.
6. Pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana tindakan pada Ny. “R” umur
32 tahun dengan hipertensi.
7. Setelah dilakukan asuhan kebidanan pada Ny. “R” P1A0 umur 32 tahun
dengan hipetensi selama 3 hari di rumah sakit diperoleh hasil yaitu keadaan
umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80 mmHg, suhu
36,6oC, nadi 80 x/menit, pernapasan 20 x/menit. Kemudian dilakukan
kunjungan ulang setelah 7 hari dirumahsakit didapatkan hasil
yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah 120/80
mmHg, suhu 36,3oC, nadi 78 x/menit, pernapasan 20 x/menit, ibu sudah
tidak ada keluhan.
8. Dari hasil asuhan kebidanan terdapat kesenjangan terletak di antisipasi,
perencanaan dan pelaksanaan yaitu pemberian terapi obat metildopa tidak
diberikan dan Vitamin A dosis yang kedua diberikan saat nifas hariketiga.
DAFTAR PUSTAKA
Angraini.2014. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. H P3A0 Umur 23 tahun
dengan hipertensi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Karya Tulis Ilmiah.
Surakrta: STIKES Kusuma Husada.
Annisa Nurul Ihsani. 2014. Asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. S P2A0 dengan
hipertensi di Pandan Arang Boyolali.Karya Tulis Ilmiah. Surakrta: STIKES
Kusuma Husada.Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta: Kemetrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Dinkes Jateng. 2015. Buku Saku Kesehatan 2015. Jateng: Dinkes Kesehatan
Provinsi Jawa Tengah.
Hidayat, A.A. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data.
Jakarta: Salemba.
Heryani, Reni. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan - Ibu Nifas& Menyusui.
Jakarta : TIM.
Marliandiani, Y, Ningrum, N.P. 2015. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Masa
Nifas dan Menyusui. Jakarta: Salemba Medika.
Marmi. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rukiyah, Y.A, Yulianti, Lia. 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: TIM.
Walyani, E.S, Purwoastuti. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui.