Peran Pertanian Dalam Pengentasan Kemisk
Peran Pertanian Dalam Pengentasan Kemisk
Peran Pertanian Dalam Pengentasan Kemisk
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Seminar Proposal
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
MEI 2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Judul Penelitian
Penelitian ini berjudul “Peran pertanian dalam pengentasan kemiskinan
(Studi Kasus Desa Karanggayam Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar).”
Abstrak
2
B. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki gunung berapi
terbanyak dan paling aktif di dunia. Hal ini menyebabkan indonesia memiliki
tingkat kesubura tanah yang tinggi. Dengan kesuburan tanah yang tinggi tidak
dapat dipungkiri bahwa Indonesia dijuluki sebagai negara agraris atau negara
pertanian.
Selain faktor gunung berapi, faktor iklim dan cuaca yang ada di Indonesia
juga sangat mendukung sektor pertanian. Iklim tropis yang di Indonesia sangat
baik untuk komoditi pertanian. Selain itu, cuaca di Indonesia juga sangat cocok
untuk pertanian.
Di Indonesia sendiri terdapat dua musim, yaitu musim hujan dan musim
kemarau. Pada musim hujan, biasanya para petani menanam padi. Padi sangat
cocok ketika ditanam waktu musim hujan. Hal ini disebabkan padi
membutuhkan air banyak dan air yang banyak itu ada ketika musim hujan saja.
Pada saat musim kemarau, petani biasanya menanam jagung. Jagung
merupakan tanaman yang tidak memerlukan banyak air. Sehingga sangat cocok
ketika ditanam pada musim kemarau yang mana hanya terdapat sedikit air.
Dengan letak geografis serta kondisi iklim dan cuaca yang mendukung di
sektor pertanian, maka Indonesia bisa dijuluki sebagai negara agraris, tentu
salah satu sektor yang menunjang perekonimian Indonesia adalah sektor
pertanian. Dengan sektor pertanian diharapkan Indonesia dapat menjadi salah
satu negara penghasil pertanian
Selain itu Indonesia dapat dijuluki sebagai negara agraris karena warga
negaranya yang banyak bekerja sebagai petani. Dengan pekerjaan sebagai
petani, tentu pendapatan yang diperoleh kebanyakan masyarakat di Indonesia
adalah pada sektor pertanian.
Namun pada saat ini minat pemuda dalam bertani semakin lama semakin
berkurang. Seperti yang dinyatakan oleh BPPSDMP Kementrian Pertanian
bahwa menurutnya jumlah petani, ditambah lesunya minat anak muda dalam
bergelut di sektor pertanian, membuat Indonesia yang dikenal sebagai negeri
ijo royo royo, terancam kehilangan mimpi mewujudkan mimpi kedaulatan
3
pangan di masa mendatang.1 Hal ini dikarenakan sektor pertanian menurut
anak muda dalam hal pendapatan tidak menjanjikan. Mereka lebih memilih
merantau ke kota-kota besar atau ke luar negeri yang dinilai lebih menjanjikan
pendapatannya. Maka dari itu perlu adanya startegi-strategi kusus untuk
menigkatkan sektor pertanian supaya sektor pertanian bisa diminati oleh para
pemuda.
Sektor pertanian sendiri merupakan sektor yang sangat penting bagi suatu
negara tidak terkecuali negara Indonesia. Hal ini berkaitan dengan ketahanan
pangan suatu negara. Jika sektor pertanian lesu dan para pemuda tidak ada
yang mau bertani, maka ketahanan pangan suatu negara tentu akan terancam.
Sebagai akibatnya, suatu negara akan mengimpor hasil pertanian pada negara.
Memang impor merupakan salah satu solusi untuk menjaga ketahanan
pangan yang ada di Indonesia. Namun Impor pada sektor pertanian juga akan
merugikan petani dalam negeri. Dengan impor yang diberlakukan oleh
pemerintah, tentu permintaan hasil pertanian dalam negeri akan menurun dan
akan berpengaruh pada pendapatan petani itu sedniri.
Dalam sejarah pertanian Indonesia, Indonesia pernah menjadi pengimpor
beras nomor satu di dunia. Tentu kita heran dengan kondisi letak geografis dan
cuaca serta iklim yang mendukung pertanian, Indonesia pernah menjadi
pengimpor beras nomor satu di Indonesia.
Ternyata kondisi geografis, cuaca serta iklim tidak serta merta mendukung
produksi hasil pertaian. Namun, inovasi teknologi dalam pertanian juga sangat
mendukung hasil produksi pertanian. Seperti yang dijelaskan oleh Sunyoto
Usman bahwa pemerintahan orde baru pernah mencanagkan kebijakan dan
program pembangunan pedesaan yang ditandai oleh teknlogi modern. Sehingga
dapat mengantarkan Indonesia dari salah satu negara pengimpor beras nomor
wahid di dunia menjadi negara berswasembada beras.2
Pembangunan pertanian juga sangat penting untuk diperhatikan. Menurut
Sunyoto Usman, tujuan yang hendak dicapai oleh pembangunan pertanian
1
bppsdm.pertanian.go.id, Saatnya Anak Muda Bangga Menjadi Petani, diakses pada tanggal 01-
04-2018.
2
Dr. Sunyoto Usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar), 2012, hal 29.
4
adalah memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat desa dengan cara
meningkatkan output dan pendapatan mereka. Fokus terutama pada usaha
menjawab kelangkaan atau keterbatasan pangan di desa. Peningkatan produksi
pertanian dianggap sangat strategis, karena tidak hanya diperlukan untuk
mencukupi kebutuhan pangan (baik pedesaan maupun perkotaan), tetapi
sekaligus juga untuk memenuhi kebutuhan dasar industry kecil dan rumah
tangga, serta untuk menghasilkan produk pertaian ekspor yang dibutuhkan oleh
negara maju.3
Implementasi program pertanian ini telah merombak sistem pertanian dan
model usaha tani. Karena itu, lahir sebuah green revolution (revolusi hijau). Di
Indonesia, program pembangunan pertanian yang dicanangkan oleh Orde Baru
secara intensif pada Pelita 1 telah membuahkan hasil yang sepektakuler.
Indonesia yang semula tergolong pengimbor beras nomor satu dunia menjadi
berswasembada pangan. Beberapa negara berekmbang juga mengalami hal
serupa.4 Secara politis kondisi seperti ini sangat menguntungkan negara
berkembang, karena tidak adanya ketergantungan pangan pada negara maju.
Teknologi pertanian sangatlah penting bagi petani. Hal ini supaya hasil
pertanian dapat dicapai secara maksimal. Dengan hasil yang maksimal, tentu
pendapatan petani juga akan maksimal.
Seiring dengan berkembangnya zaman teknologi pertanian juga semakin
maju. Pada saat ini para petani aganya sudah sadar akan pentingya penggunaan
teknologi dalam pertanian. Hal ini dilihat dari berubahnya penggunaan bajak
dalam membajak sawah. Dahulu petani menggunakan sapi untuk membajak
sawahnya, tetapi pada saat ini penggunaa bajak sapi sudah ditinggalkan. Hal ini
dikarenakan bajak sapi dinilai sudah tidak efektif untuk membajak sawah.
Kebanyakan petani pada saat ini menggunakan traktor untuk membajak
sawah. Hal ini dinilai penggunaan traktor lebih efektif dan efisien
dibandingkan dengan penggunaan sapi untuk membajak sawah. Selain itu hasil
bajakan menggunakan traktor dinilai lebih baik dibandingkan hasil bajakan
menggunakan sapi.
3
Ibid, hal 41.
4
Ibid, hal 41.
5
Selain penggunaan teknologi bajak, para petani saat ini juga sudah
menggunakan teknologi dalam memanen padi. Dahulu, ketika memanen padi
secara tradisional petani menggunakan sabit atau secara manual. Namun pada
saat ini petani sudah menggunakan mesin dalam memanen. Hal ini juga dinilai
lebih efektif dan efisien. Hasil panen yang didapat lebih cepat dibandingkan
dengan cara yang manual. Penggunaan mesin itu sendiri juga dapat
mengurangi tenaga kerja sehingga biaya produksi bisa dikurangi.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh suatu
negara baik negara maju sdan juga negara berkembang. Kemiskinan seolah-
olah merupakan momok yang sangat menakutkan bagi suatu negara. Suatu
negara akan selalu berlomba-lomba dalam mengatasi kemiskinan. jika suatu
negara penduduknya banyak yang miskin, tentu kestabilan negara tersebut akan
terganggu.
Kemiskinan sendiri merupakan masalah yang sangat serius. Dampak dari
kemiskinan itu sendiri sangatlah besar bagi suatu negara tidak terkecuali negara
Indonesia. Kemiskinan akan berdampak pada segala bidang terutama bidang
ekonomi. Jika suatu negara banyak terdapat penduduk yang miskin, pasti
perekonomi suatu negara akan terganggu. Tingkat pertumbuhan ekonomi yang
rendah mengakibatkan negara tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhannya.
Terutama kebutuhan primer kususnya kebutuhan pangan. Sehingga terjadi
kelaparan dimana-mana.
Masalah kemiskinan tidak hanya berdampak di bidang ekonomi saja.
melainkan berdampak pada bidang sosial, politik, budaya, agama, serta
keamanan. Meningkatnya kemiskinan angka kemiskinan tentu akan berdampak
pada meningkatnya angka kriminalitas. Meningkatnya angka kriminalitas itu
sendiri akan mengancam keharmonisasian sosial, politik, budaya, agama dan
yang paling uatama adalah keamanan suatu negara.
Melihat dampaknya yang sangat menakutkan, tentu semua negara akan
berlomba-lomba supaya negaranya bisa keluar darai belenggu kemiskinan.
Perlu strategi-strategi yang jitu supaya suatu negara dapat keluar dari belenggu
kemiskinan. Salah satunya adalah dengan meningkatkan sektor pertanian.
6
Seperti yang kita bahas diawal bahwa pertanian merupakan salah satu
sector yang sangat penting bagi suatu negara. Bahkan sektor pertanian
merupakan sektor yang menjadi tulang punggung negara kususnya negara
Indonesia. Maka dari itu penulis akan membahas apakah sektor pertanian yang
telah di rancang dan dikelola oleh negara melalui kementrian pertanian mampu
mengatasi kemiskinan kususnya kemiskinan di desa Karanggayam. Hal ini
dikarenakan sektor utama penggerak roda perekonomian desa karanggayam
adalah sektor pertanian. Bahkan desa Karanggayam merupakan desa yang
memiliki tanah atau lahan persawahan terluas di kecamatan Srengat.
C. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan fokus
penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Peran pertanian dalam pengantasan
kemiskinan (studi kasus desa Karanggayam Kecamata Srengat Kabupaten
Blitar).
D. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat Peran sektor pertanian
dalam pengentasan kemiskinan (studi kasus desa Karanggayam Kecamata
Srengat Kabupaten Blitar).
E. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, penulis memberi identifikasi
masalah yang akan dijadikan bahan penelitian adalah “Peran pertanian dalam
pengentasan kemiskinan”. Penulis ingin mengetahui bahwa dengan pertanian
apakah dapat mengentaskan atau mengurangi kemiskinan.
Sementara itu, batasan masalah dari penelitian ini adalah periode
kemiskinan adalah tahu 2017. Tempat penelitian berada di desa Karanggayam.
Pertanian sendiri, menurut dinas pertanian dibagi menjadi tiga golongan, yaitu
pertanian, peternakan, dan perkebunan. Namun, peneliti akan hanya akan
meneliti golongan pertanian saja.
F. Manfaat penelitian
Penelitian ini tentu akan sangat bermanfaat. Terdapat dua manfaat yang
dapat diambil dari penelitian ini, yaitu manfaat teoristis dan manfaat praktis.
7
Manfaat teoristis adalah kegunaan hasil temuan penelitian dalam menunjang
khazanah keilmuan yang ada. Sedangkan manfaat praktis adalah kegunaan
hasil temuan peneliti untuk kepentingan instansi masyarakat baik secara umum
maupun kusus.
G. Penegasa Istilah
Menurut Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, pada mulanya pengertian
pertanian hanya terbatas pada pengelolaan lahan pertanahan saja. Akan tetapi
dalam pemahaman kontemporer, pertanian memiliki arti yang lebih luas lagi,
yaitu mencakup aktifitas perekonomian yang bertujuan menambahkan dan
mendapatkan kekayaan dengan cara meningkatkan produksi nabati dan hewani.
Dalam pertanian tradisional produksi dan konsumsi sama saja banyaknya.
Hasilnya dari pertanian tradisional juga hanya sedikit. Bahkan hanya satu
sampai dua jenis hasil pertaian saja. Seperti jagung dan padi yang merupakan
bahan pokok makanan. Produksi dan produktifitas rendah pada pertanian
tradisional biasanya disebabkan peralatan yang digunakan untuk bertani masih
menggunakan peralatan tradisional atau masih menggunakan peralatan yang
sederhana. Penanaman dan penggunaan modal juga masih sedikit, sedangkan
tanah dan tenaga kerja manusia masih dominan. Pertanian tradisional menuju
pertanian modern. Pada tahap ini produk hasil pertanian mulai beraneka ragam.
Produk yang dihasilkan juga sudah ada yang di jual pada sektor komersil.
Namun pada tahap ini penggunaan modal dan tekologi masih rendah. Pertanian
modern. Pada tahap ini penggunaan teknologi dalam pertanian sudah
diterapkan. Dengan diteapkannya tekonologi pertanian, juga sangat
mendukung hasil dari pertanian itu sendiri.
Menurut Soejono Soekamto yang dikutip oleh Moh. Gunanto (ed),
kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan
juga tidak mampu memanfaatkan tenaga-tenaga mental dan fisik dalam
kelompok tersebut. Menurut Moh. Gunawan (ed), kemiskinan adalah suatu
kondisi kehilangan (deprevation) terhadap sumber-suber pemenuhan kebutuhan
dasar berupa pangan, sandang, papan, pendidikan, dan juga kesehatan. Mereka
yang berada dalam kategori miskin, hidupnya serba kekurangan. Dalam
8
masyarakat dapat ditemukan adanya dua kondisi ; (a) terdapat kemiskinan
sekaligus kesenjangan, atau (b) tidak terdapat kemiskinan tetapi terdapat
kesenjangan. Kesenjangan adalah sebuah kondisi dimana di dalamnya terjadi
ketimpangan akses pada sumber-sumber ekonomi. Kelompok yang tergolong
kuat mempunyai akses lebih kuat melakukan monopoli, sehingga kelompok
lemah tetap berada pada posisi lemah.
Pertanian merupakan mata pencaharian kebanyakan masyarakat di
Indonesia kususnya masyarakat desa. Dengan adanya pertanian tentu akan
membuka lapangan pekerjaan. Dibukanyan mata pencaharian secara sekilas
akan mengurangi kemiskinan. Namun disini penulis akan membuktikan
benarkah sektor pertanian dapat mengurangi atau mengentaskan kemiskinan.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teori
1. Pertanian
Indonesia merupakan negara agraris yang mana sektor pertaniannya adalah
salah satu yang diunggulkan. Tidak dapat dipungkiri bahwa sector pertanian
merupakan salah satu roda penggerak perekonomian bangsa Indonesia. Hal ini
di sebabkan sebagian besar masyarakat di Indonesia merupakan petani.
Di Indonesia sendiri masih banyak masyarakat yang tinggal di daerah-
daerah pedesaan. Salah satu ciri masyarkat yang tinggal di pedasaan adalah
bekerja sebagai petani. Sehingga sebagian besar masyarakat di Indonesia
banyak yang bercocok tanam atau bertani.
Pertanian merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi suatu negara.
Jika suatu negara tidak memiliki pertanian yang bagus, negara tersebut tentu
akan terancam kelangsungan hidupnya. Bahkan negara akan kesulitan dalam
memenuhi kebutuhannya.
Ancaman yang timbul jika suatu negara tidak memiliki sistem pertanian
yang bagus adalah terancamnya ketahanan pangan suatu negara. Ketahanan
pangan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu negara. Ibarat
rumah tangga yang sangat memerlukan makanan sebagai kebutuhan primer.
Jika kebutuhan primer tersebut tidak dipenuhi, maka kelangsungan hidupnya
akan terancam. Begitu juga negara, pangan merupakan salah satu kebutuhan
primer. Jika tidak dipenuhi, maka kelangsungan hidup suatu negara akan
terancam.
Memang benar jika suatu negara ketahanan pangannya terancam terdapat
satu solusi yang dapat diterapkan oleh pemerintah. Solusi tersebut adalah
impor dari negara lain. Kebijakan impor merupakan kebijakan yan instan untuk
menyelesaikan suatu masalah ekonomi yang ada di suatu negara. Tidak
terkecuali masalah jetahanan pangan. Suatu negara dapat mengimpor bahan
pangan dari negara lain sehingga kebutuhan akan pangan dapat tercukupi.
10
Namun kebijakan tersebut apabila terus menerus dilakukan tentu tidak
akan berdampak positif bagi suatu negara. Jika impor terus dilakukan
pemintaan akan mata uang dalam negeri akan merosot. Sehingga berakibat
merosotnya nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang luar negeri. Hal
ini disebabkan nilai kurs mata uang suatu negara ditentukan besarnya
permintaan mata uang dalam negeri.
Akibat dari nilai kurs mata uang yang terus merosot tentu akan terjadi
krisis ekonomi. Seperti yang terjadi pada masa Orde Baru yang mana salah
satu penyebab krisis ekonomi di Indonesia adalah merosotnya kurs mata uang
Indonesia terhadap luar negeri. Seperti yang dikatakan oleh Soesastro dan
dikutip oleh Fredy B. L Tobing, nilai rupiah semakin terpuruk bahkan sempat
mencapai level terendah sepanjang sejarah, yakni Rp. 17.000 per dollar AS.5
Untuk mengantisipasi dampak negatif dari Impor, maka Indonesia sangat
perlu menggenjot pertanian guna meningkatkan hasil pertanian yang ada di
Indonesia kususnya daerah-daerah yang memiliki potensi pertanian yang
sangat tinggi. Dalam sejarah Orde Baru Indonesia mampu terbebas dari
pengimpor beras terbesar di dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia
pernah menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia. Namun, dengan
kebijakan-kebjakan yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggenjot
pertanian yang ada di Indonesia, negara Indonesia berhasil menjadi negara
yang berswasembada beras. Hal ini tentu menjadi prestasi tersendiri bagi orde
baru yang mana selama ini kita kenal sebagai masa pemerintahan dengan krisis
ekonomi. Namun masa pemerintahan ini juga penah mendapat prestasi, yaitu
kemampuan berswasembada beras.
Sebelum kita beranjak lebih jauh membhas tentang pertanian, kita harus
tahu mengetahui pertanian itu sendiri. Menurut Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi,
pada mulanya pengertian pertanian hanya terbatas pada pengelolaan lahan
pertanahan saja. Akan tetapi dalam pemahaman kontemporer, pertanian
memiliki arti yang lebih luas lagi, yaitu mencakup aktifitas perekonomian yang
bertujuan menambahkan dan mendapatkan kekayaan dengan cara
5
Fredy B. L. Tobing, Praktik relasi kekasaan Soeharto dan Krisis Ekonomi 1997-1998, (Jakarta:
PT. Kompas Media Nusantara), 2013, hal 11.
11
meningkatkan produksi nabati dan hewani.6 Sehingga dapat difahami bahwa
pertanian dalam kontemporer ini ruang lingkupnya tidak hanya pengolahan
tanah saja. Tetapi mencakup produksi nabati serta hewani. Namung di sini
penulis hanya mengkususkan pembahasan pertanian dalam hal pengelolaan
tanah saja. Supaya pembahasan kita tidak melenceng kemana-mana karena
luasnya ruang lingkup pertanian itu sendiri.
Selanjutnya Jaribah juga menjelaskan bahwa pertanian memiliki urgensi
yang besar dalam kehidupan, karena dia merupakan sumber makanan manusia
dan banyak bahan-bahan nabati dan hewani yang masuk dalam aneka Industri.
Sebagaimana pertanian juga memiliki peranan dalam pembentukan pemasukan
umat dan kekayaannya, serta mempekerjakan jumlah besar tenaga kerja dari
rakyat negara Islam.7
Dalam sejarah ekonomi Islam, pertanian juga diperhatikan. Bahkan dalam
masa pemerintahan Umar bin Khattab yang notabene menggunakan sistem
perekonomiannya adalah ekonomi Islam juga sangat memperhatikan pertanian.
Hal ini dikarenakan pertanian sebagai kegiatan ekonomi utama yang
dilakukan.8
Sebagai buktinya Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi menjelaskan terdapat
riwayat yang menjelaskan bahwa warisan Umar bin Khattab dibagi oleh ahli
warisnya sebanyak tujuh puluh ribu lahan pertanian. Beliau juga memiliki
beberapa hamba sahaya yang mengerjakan lahan pertaniannya. Bahkan ketika
beliau sebagai khalifah pun tidak mengabaikan pertaniannya. Dimana beliau di
setiap pagi sehabis shalat subuh pergi ke lahan pertaniannya. Dan sebagian
riwayat menyebutkan bahwa beliau keluar bersama sahabatnya untuk
mengunjungi lahan pertanian dan memberikan bimbingan cara pengolahan.9
Melihat riwayat-riwayat di atas Umar bin Khattab sangat memperhatikan
bidang pertanian. Bahkan beliau juga pernah mengajarkan sahabatnya cara
6
Dr. Jaribah bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar bin Khathab, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar), 2014, hal. 106.
7
Ibid. hal. 106.
8
Ibid. hal 106.
9
Ibid. hal 106
12
mengolah lahan pertanian yang benar. Hal ini menunjukkan betapa sangat
perhatiannya Umar bin Khattab dan ekonomi Islam dalam bidang pertanian.
Pemerintah sudah sepatutnya memperhatikan pertanian yang ada di
Indonesia. Pemimpin yang paling terkenal di dunia, yaitu Umar bin Khattab
juga sangat memperhatikan bidang pertanian. Seharusnya pemerintah
mencontoh perilaku Umar bin Khattab yang sangat memperhatikan pertanian.
Pertanian yang notabene sektor primer dalam suatu negara harus terus
dikembangkan dan dibangun untuk mewujudkan ketahanan pangan. Terdapat
tiga tahapan pembangunan pertanian, yaitu pertanian tradisional, pertanian
tradisonal menuju modern, dan pertanian modern.
Pertama adalah pertanian tradisional. Dalam pertanian tradisional produksi
dan konsumsi sama saja banyaknya. Hasilnya dari pertanian tradisional juga
hanya sedikit. Bahkan hanya satu sampai dua jenis hasil pertaian saja. Seperti
jagung dan padi yang merupakan bahan pokok makanan. Produksi dan
produktifitas rendah pada pertanian tradisional biasanya disebabkan peralatan
yang digunakan untuk bertani masih menggunakan peralatan tradisional atau
masih menggunakan peralatan yang sederhana. Penanaman dan penggunaan
modal juga masih sedikit, sedangkan tanah dan tenaga kerja manusia masih
dominan.
Pada tahap ini hukum penurunan hasil berlaku karena terlampau banyak
tenaga kerja manusia yang beralih bekerja pada lahan sempit. Kegagalan panen
karena banjir, pemerasan rentenir, kurangnya kesuburan tanah merupakan hal
yang sangat ditakuti oleh petani. Selain itu juga banyaknya pengangguran
musiman. Menurut Sadono Sukirno pengangguran musiman terutama terdapat
pada sector pertanian dan juga perikanan. Pada musim hujan penyadap karet
dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa
menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan
tanahnya. Disamping itu pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di
antara waktu sesudah menanam dan sesudah menuai. Apabila dalam masa di
atas para penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain
13
maka mereka terpaksa menganggur. Pengangguran seperti ini digolongkan
sebagai pengangguran bermusim.10
Pada tahap ini para petani biasanya hanya menggarap sawahnya hanya
sebatas kemampuan keluarganya saja. Biasanya para petani tidak
menggunakan tenaga kerja atau tenaga bantuan dari luar keluarganya dalam
menggarap sawah. Hal ini disebabkan keterbatasan modal seperti yang sudah
dijelaskan di awal.
Kedua adalah tahap pertanian tradisional menuju pertanian modern. Pada
tahap ini produk hasil pertanian mulai beraneka ragam. Produk yang dihasilkan
juga sudah ada yang di jual pada sektor komersil. Namun pada tahap ini
penggunaan modal dan tekologi masih rendah.
Mungkin merupakan suatu tidakan yang tidak realistis
mentransformasikan atau merubah secara cepat suatu sistem pertanian. Para
petani yang notabene dahulu merupakan petani tradisional juga harus mengenal
dan beradaptasi dengan sistem pertanian yang baru. Jika petani tradisional
secara cepat dipaksa untuk mengenal sistem pertanian modern yang akan
terjadi justru petani akan kesulitan. Hal ini dikarenakan butuh proses dan waktu
para petani untuk mengenal sistem pertanian modern yang mengandalkan
teknologi.
Upaya dalam hal pengenalan tanaman perdagangan dalam membantu
petani dalam meningkatkan hidup juga tidak mudah. Sering kali upaya tersebut
mengalami kegagalan. Menggantungkan poduksi tanaman perdagangan bagi
petani kecil lebih banyak mengundang resiko. Hal ini berkaitan dengan
fluktuasi harga pasar yang tidak menentu. Kadang harga bisa naik, kadang
harga juga bisa turun.
Ketiga adalah pertanian modern. Pada tahap ini penggunaan teknologi
dalam pertanian sudah diterapkan. Dengan diteapkannya tekonologi pertanian,
juga sangat mendukung hasil dari pertanian itu sendiri.
Selain itu modal yang digunakan oleh para petani tidak lagi rendah.
Melainkan modal yang dikeluarkan oleh para petani sudah tinggi. dengan
10
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar, (Depok: PT. RajaGrafindo Persada), 2015,
hal. 330.
14
tingginya modal yang dikeluarkan oleh petani juga mempengaruhi hasil yang
didapatkan oleh petani itu sendiri.
Dengan kombinasi antara modal dan juga teknologi yang tinggi, maka
produktifitas hasil pertanian juga akan semakin tinggi pula. Hal ini dikarenakan
modal yang banyak tentu akan menghasilkan hasil yang banyak pula. Di sisni
modal digunakan untuk menunjang penggunaan teknologi pertanian. Semakin
tinggi modal, tentu teknologi pertanian yang digunakan akan semakin tinggi
pula. Sehingga hasilnya juga akan maksimal.
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa penggunaan teknologi juga
sangat dominan pada tahap ini. Penggunaan teknologi pertanian misalnya
traktor untuk membajak sawah. Traktor untuk membajak sawah sangat berguna
bagi para petani. Kegunaan traktor adalah dalam hal pembajakan sawah supaya
lebih efektif da efisien.
Masih banyak sekali penggunaan teknologi-teknologi pertanian yang mana
teknologi tersebut untuk mendukung pengembangan hasil pertanian. Bahkan di
Amerika teknologi pesawat untuk pengairan tanaman sudah diberlakukan.
Hasilnya pertanian di Amerika sangat maju dan hasil pertaniannya juga sangat
maksimal karena penggunaan teknologitersebut.
Pada tahap ini seluruh hasil pertanian sudah ditujukan untuk keperluan
pasar komersil. Hasil pertanian ini digunakan untuk keperluan pasar
perdagangan atau perniagaan. Tujuan untuk menanam tanaman pertanian tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan sendiri saja. Melainkan untuk memenuhi
kebutuhan pasar perdagangan.
2. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu masalah yang dihadapi semua negara,
entah itu negara maju maupun negara berkembang. Mungkin selama ini kita
menganggap bahwa negara maju merupakan negara yang memiliki masalah
ekonomi kususnya masalah kemiskinan. Namun sebenarnya yang menghadapi
masalah kemiskinan tidak hanya negara berkembang saja. Tetapi negara maju
seperti Amerika juga tidak lepas dari masalah kemiskinan. Tetapi yang
membedakan jumlah penduduk yang tergolong miskin dinegara maju tidak
sebanyak di negara berkembang.
15
Memang benar bahwa negara berkembang salah satu problem atau
masalah utama negaranya adalah kemiskinan. Bahkan yang membedakan
antara negara maju serta negara berkembang adalah tingkat perekonomian
masyarakatnya. Salah satu yang masuk dalam penghitungan adalah
kemiskinan.
Kemiskinan seolah-olah merupakan masalah yang sangat menakutkan bagi
suatu negara. Suatu negara tentu akan melakukan apapun supaya negaranya
terbebas dari kemiskinan. Berbagai bentuk kebijakan akan diterapkan oleh
pemerintah supaya rakyatnya tiak terjerumus dalam jurang kemiskinan.
Dampak dari kemiskinan itu sendiri sangatlah besar bagi suatu negara
tidak terkecuali negara Indonesia. Kemiskinan akan berdampak pada segala
bidang terutama bidang ekonomi. Jika suatu negara banyak terdapat penduduk
yang miskin, pasti perekonomi suatu negara akan terganggu. Tingkat
pertumbuhan ekonomi yang rendah mengakibatkan negara tersebut tidak dapat
memenuhi kebutuhannya. Terutama kebutuhan primer kususnya kebutuhan
pangan. Sehingga terjadi kelaparan dimana-mana.
Masalah kemiskinan tidak hanya berdampak di bidang ekonomi saja.
melainkan berdampak pada bidang sosial, politik, budaya, agama, serta
keamanan. Meningkatnya kemiskinan angka kemiskinan tentu akan berdampak
pada meningkatnya angka kriminalitas. Meningkatnya angka kriminalitas itu
sendiri akan mengancam keharmonisasian sosial, politik, budaya, agama dan
yang paling uatama adalah keamanan suatu negara.
Menurut Moh. Gunanto (ed), suatu bentuk kemiskinan yang sering
diutarakan adalah kemiskinan struktural, yaitu kemiskinan yang timbul bukan
karena sifat individual tetapi kemiskinan yang dialami sekelompok masyarakat,
dan bukan karena suatu sebab, tetapi berbagai sebab yang berbelit dan melilit
kondisi kelompok penduduk.11 Tidak hanya satu faktor saja yang melatar
belakangi suatu kelompok masyarakat menjadi miskin. Melainkan tersdapat
banyak faktor yang melatar belakangi suatu kelompok masyarakat dapat
terjerumus dalam jurang kemiskinan.
11
Moh. Gunanto(ed), Keluar dari Belenggu Kemiskinan Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Pemerintahan Tulungagung, (Sidoarjo: PT. Sahabt Garfika), 2005, hal. 02.
16
Sebelum beranjak lebih jauh tentu kita harus mengetahui definisi atau
pengertian dari kemiskinan itu sendiri. Sehingga kita dapat dengan mudah
mengetahui masyarakat yang bisa dikatakan dengan golongan miskin atau
tidak. Memang terdapat banyak pendapat tenang kemiskinan menurut para ahli.
Mereka menjalaskan konsep kemiskinan dari berbagai sudut pandang.
Menurut Soejono Soekamto yang dikutip oleh Moh. Gunanto (ed),
kemiskinan sebagai suatu keadaan dimana seseorang tidak sanggup
memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompoknya dan
juga tidak mampu memanfaatkan tenaga-tenaga mental dan fisik dalam
kelompok tersebut.12 Kemiskinan tersebut ada ketika seseorang tidak mampu
mencukupi kebutuhannya yang sesuai dengan taraf hidup kelompoknya.
Seseorang dapat dianggap miskin apabila taraf hidupnya berada dibawah taraf
hidup kelompoknya. Selain itu seseorang juga dikatan miskin apabila tidak
mampu memanfaatkan tenaga-tenaga yang dimilikinya berupa mental maupun
fisik dalam kelompoknya.
Menurut Moh. Gunawan (ed), kemiskinan adalah suatu kondisi kehilangan
(deprevation) terhadap sumber-suber pemenuhan kebutuhan dasar berupa
pangan, sandang, papan, pendidikan, dan juga kesehatan. Mereka yang berada
dalam kategori miskin, hidupnya serba kekurangan. Dalam masyarakat dapat
ditemukan adanya dua kondisi ; (a) terdapat kemiskinan sekaligus kesenjangan,
atau (b) tidak terdapat kemiskinan tetapi terdapat kesenjangan. Kesenjangan
adalah sebuah kondisi dimana di dalamnya terjadi ketimpangan akses pada
sumber-sumber ekonomi. Kelompok yang tergolong kuat mempunyai akses
lebih kuat melakukan monopoli, sehingga kelompok lemah tetap berada pada
posisi lemah.13
Menurut Mubyarto yang dikutip oleh Muhammad Rizal Akbar,
mendefinisikan orang miskin hanya dari sudut pemenuhan kebutuhan dasar
atau bahkan kebutuhan pangan saja tidaklah cukup. Banyak hal tentang
kesejahteraan rumah tangga yang tidak dapat ditangkap secara detail dengan
pendapatan atau konsumsi saja. Mubyarto (2000) mengatakan bahwa Bank
12
Ibid. hal. 03.
13
Ibid. hal. 03.
17
Dunia menambahkan beberapa aspek untuk definisi tentang kemiskinan
sehingga kemiskinan menjadi definisi yang lebih komperhensif. Kemiskinan
dalam arti lebih luas memasukkan dimensi sosial dan moral, ketimpangan
pemilikan alat produksi, terkait dengan sikap, budaya, dan lingkungan,
ketidakberdayaan suatu kelompok karena sistem pemerintahan yang
mengeksploitasi.14
Menurut UNDP (2005) yang dikutip oleh Muhammad Rizal Akbar,
mengusulkan definisi dalam arti luas, dimana kemiskinan dilihat sebagai
kapabilitas dan kesempatan manusia. semakin jelas bahwa kemikinan erupakan
fenomena yang kompleks dan multi dimensi, sehingga upaya
penanggulangannya memerlukan pendekatan yang terintegrasi, lintas disiplin,
lintas sektor. Selama ini dalam praktek, kemiskinan diukur dengan jumlah
minimum kebutuhan hidup, baik berupa makanan maupun non makanan, yang
dianggap penting dan diperlukan untuk dapat hidup secara layak. Selain
dimensi pendapatan perlu juga diperhatikan dimensi lain seperti sosial,
kesehatan dan dimensi akses terhadap air bersih/ safe water perumahan dan
pendidikan.15
Suparlan (1995) seperti yang dikutip oleh Rizal Muhammad Akbar,
mengemukakan bahwa kemiskinan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan
hidup yang rendah, yaitu adanya tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau
golongan orang disbanding dengan standart kehidupan yang umum yang
berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah
ini langsung dapat berpengaruh pada tingkat kesehatan, kehidupan moral, dan
rasa harga diri dari mereka yang tergolong orang miskin.16
Sementara itu, menurut Tjiptoherijanto (1997) yang dikutip oleh
Muhammad Rizal Akbar, menyatakan bahwa kemiskinan mempunyai arti
ketidak mampuan untuk memnuhi kebutuhan fisik dan non fisik karena
rendahnya pendapatan, menurut dia bahwa dalam rangka pengentasan
kemiskinan harus ada campur tangan dari pemerintah dan meningkatkan
14
Dr. Muhammad Rizal Akbar, Ekonomi Kebahagiaan Studi Pengaruh Pembangunan dan
Pengamalan Ajaran Islam, (Tulungagung: Akademia Pustaka), 2016, hal. 51.
15
Ibid. hal. 52.
16
Ibid. hal, 53.
18
sumber daya dari penduduk dengan tingkat pendidikan yang tinggi, serta
memberikan modal pada penduduk miskin untuk berusaha.
Konsep kemiskinan sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu kemiskinan absolut,
kemiskinan relatif dan kemiskinan subyektif. Menurut Peter Townsend yang
dikutip oleh Sunyoto Usman, konsep kemiskinan absolut dapat dirumuskan
dengan ukuran tertentu yang konkret. Ukuran tersebut lazimnya berorientasi
pada kebutuhan hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, papan,
pangan). Masing-masing negara mempunyai dasar kemiskinan absolut
berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dipergunakan
sebagai acuan memang berlainan. Karena ukurannya dipastikan, konsep
kemiskinan ini mengenal garis batas kemiskinan. Pernah ada gagasan yang
ingin memasukkan pula kebutuhan dasar kultur ( basic cultural needs) seperti
pendidikan, keamanan, rekereasi dan sebagainya, disamping kebutuhan fisik.17
Konsep kemiskinan relative dirumuskan berdasarkan the idea of relative
standard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu. Dasar
asumsinya adalah kemiskinan di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya,
dan kemiskinan pada waktu tertentu berbeda dengan waktu yang lain. Konsep
kemiskinan semacam ini lazimnya diukur berdasarkan pertimbangan (in terms
of judgment) anggota masyarakat tertentu, dengan berorientasi pada derajad
kelayakan hidup.18
Konsep kemiskinan subyektif dirumuskan berdasarkan perasaan kelompok
miskin itu sendiri. Konsep ini tidak mengenal a fixed yardstick, dan tidak
memperhitungkan the idea of relative standard. Kemlompok yang menurut
ukuran ini kita berada di bawah garis kemiskinan, boleh jadi tidak menganngap
dirinya sendiri miskin (dan demikian pula sebaliknya).
Dari pembahasan tentang kemiskinan dapat kita ketahui bahwa kemiskinan
merupakan salah satu masalah yang serius bagi suatu negara. Bahkan
dampaknya sangat besar bagi suatu negara. Seseorang dapat kita anggap
miskin apabila mereka berada dalam kehidupan yang tidak layak. Maksudnya
orang yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya terutama kebutuhan primer
17
Ibid. Dr. Sunyoto Usman………. Hal. 126.
18
Ibid. Dr. Sunyoto Usman……… Hal. 126.
19
tentu akan disebut orang miskin. Kemiskinan itu sediri juga bisa diukur dari
taraf hidup suatu kelompok atau komunitas masyarakat. Jika seseorang taraf
hidupnya berada dibawah taraf hidup kelompok atau komunitas masyarakat,
maka orang tersebut bida diaanggap miskin.
B. Penelitian Terdahulu
1. Jurnal Kebijakan Strategis Usaha Pertanian Dalam Rangka Peningkatan
Produksi dan Pengentasan Kemiskinan. (Tahlim Sudaryanto dan I Wayan
Rusastra)
2. Jurnal Analisis Sektor Pertanian terhadap Pengurangan Kemiskinan di
Pedesaan dan Perkotaan. (Iwan Hermawan)
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
2. Lokasi Penelitian
20
4. Teknik Analisis Data
5. Tahap Pengabsahan
wawancara obeservasi
kuesioner
19
Rokhmat Subagyo, Motode Penelitian Ekonomi Islam Konsep dan Penerapan, (Jakarta: Alim’s
Publishing), 2017, hal. 191.
20
Ibid. hal. 210.
21
Daftar Pustaka
Al-Haritsi Jaribah bin Ahmad. 2014. Fikih Ekonomi Umar bin Khathab.
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar).
Tobing Fredy B. L.. 2013. Praktik relasi kekasaan Soeharto dan Krisis
Ekonomi 1997-1998. (Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara).
22