Jurnal GS 1
Jurnal GS 1
Jurnal GS 1
Abstrak
Kehendak babas merupakan anugrah yang diberikan Tuhan kepada umat manusia.
Dalam sejarah kehidupan manusia, Adam dan Hawa merupakan yang memegang pengaruh
yang penting dalam menggunakan kehendak bebas manusia. Sebab mereka merupakan
manusia pertama yang diciptkan Tuhan Allah di taman Eden. Dengan kehendak bebas itu
manusia jatuh kedalam dosa dan kehilangan kemuliaan Allah.
Makalah ini memuat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehendak bebas
manusia serta kehendak bebas manusia yang ditinjau secara teologis. Serta relevansi antara
kehendak bebas manusia bagi kehiduapan orang percaya saat ini.
Tulisan ini disusun dari studi literatur yang memuat kehendak bebas manusia dan
tinjauan teologis tentang kehendak bebas manusia.
Pendahuluan
Manusia adalah ciptaan yang teristimewa yang diciptakan oleh Allah seturut gambar
dan rupa-Nya (imago Dei). Manusia memiliki perbedaan dengan ciptaan-ciptaan lain yang
diciptakan dalam sekenario penciptaan alam semesta. Allah menciptakan manusia dengan
keberadaannya memiliki kualitas yang unik.1 Karena hanya manusia yang dibentuk Allah dari
debu tanah dan Ia menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya dan ia menjadi makhluk
yang hidup2. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh ciptaan-ciptaan
lain. Manusia merupakan homo sapiens yang berarti manusia memiliki keterampilan dan
memiliki kemampuan membuat pertimbangan etis.3 Manusia diciptakan Allah dengan
kemampuan dapat berpikir dan melakukan segala sesuatu berdasarkan apa yang
dikehendakinya. Manusia merupakan puncak segala susunan penciptaan.4 Jadi dari hal ini
dapat dipahami bahwa manusia adalah ciptaan yang istimewa bagi Allah karena dari proses
penciptaannya berbeda dengan ciptaan-ciptaan yang lain. Dimana Tuhan tidak hanya
“Berfirman” namun ada sebuah tindakan yang dilakuakn oleh Tuhan yaitu dengan tangan-
Nya sendiri. Dia membentuk manusia dari debu tanah dan dengan nafas hidup yang
1
Chan Simon. Spiritual Theology. (Yayasan ANDI. Yogyakarta,1998.), 67.
2
Kata Ibrani,נֶפֶשׁ, nephesh, diterjemakan tubuh, nafas, makhluk, dalam KVJ. Penekanan dalam Kejadian 2:7
adalah bahwa Adam benar-benar menjadi orang yang hidup dan nyata.
3
Leakey Richard. Asal Usul Manusia. (KPG. Jakarta,2003.), 1.
4
Berkhof Louis.. Teologi Sistematika Volume 2 Doktrin Manusia. (Surabaya : Momentum, 1995), 8.
diberikan-Nya manusia menjadi makhluk hidup. Tidak berhenti sampai disana namun Tuhan
Allah pun memberikan kekuasaan atas seluruh alam semesta dan manusia berhak memerintah
semua ciptaan.
Manusia diberikan tugas dan tanggung jawab yang penuh atas seluruh alam semesta,
yang telah diciptakan oleh Allah terdahulu. Dalam Kejadian 1:28 dinyatakan “ Allah
memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: Beranak cuculah dan
bertambah banyak; penuhilah dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut
5
dan burung-burung diudara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.” Allah
memberikan kekuasaan atas alam semesta kepada manusia secara total. Manusia diberi kuasa
dalam mengatur ekosistem yang ada di dalam dunia ini dengan sebaik mungkin, karena
manusia adalah makhluk yang mulia dan memiliki kemampuan yang lebih diantara seluruh
ciptaan Allah yang lain. Maka manusia yang berkuasa dan mengatur segala sesuatu yang ada
di dunia sesuai dengan tugas yang Allah berikan. Hal ini tercermin dari Kejadian 2:19-20
“Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung
diudara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia
menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk
yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada
segala ternak, kepada burung-burung di udara dan kepada sehala binatang hutan, . . . . .”
Allah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, kemampuan untuk memilih.6
Dalam artian ketika manusia menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, manusia diberikan
kehendak bebas oleh Allah untuk melakukan segala sesuatu menurut kehendak manusia.
Kehendak bebas yang dimiliki manusia bukan berarti kehendak bebas yang tidak memiliki
aturan dari Allah, melainkan kehendak bebas yang manusia miliki tetap dibawah aturan yang
diberlakukanan Allah. Aturan yang diberikan Allah kepada manusia yaitu dalam Kej 2:16-17
“Lalu Tuhan Allah memberikan perintah kepada manusia: “Semua pohon dalam taman
ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik
dan jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya,
pastilah engkau mati”. Dalam kebebasan manusia untuk menguasai seluruh ciptaan yang
ada, didalamnya terdapat aturan yang diberikan TUHAN Allah untuk manusia taati. Secara
sederhana dapat dipahami bahwa didalam kebebasan manusia menggunakan kehendak
bebasnya dituntut juga untuk manusia mengiktui aturan yang TUHAN Allah berikan.
5
LAI (Lembaga Alkitab Indonesia)
6
Cornner. J Kevin. The Foundations of Christian Doctrine (Pedoman Praktis tentang Iman Kristen). Malang:
Gandum Mas, 2004), 278
Kebasan Manusia untuk melakuakan kehendak-nya membawa mereka jatuh ke dalam
dosa. Mereka dengan sadar menggunakan kehendak bebasnya dengan tidak taat kepada
aturan yang diberikan Allah. Manusia memiliki anggapan bahwa kehendak bebas yang
dimilikinya itu absolut dalam artian tidak ada yang dapat membatasi, mengganggu dan
menghalanginya dalam berkehendak. Kehendak bebas manusia yang tidak didasari pada
aturan-aturan yang telah Tuhan tetapkan dapat membuat dirinya jatuh dalam dosa.
Dengan pemaparan diatas amat sangat penting untuk setiap orang percaya mengerti
dan memahami suatu topik yang sangat fundamental ini. Penulis akan mengungkap mengenai
kehendak bebas manusia, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehendak bebas manusia
dan pandangan teologis tentang kehendak bebas manusia serta relevansinya bagi kehidupan
orang percaya masa kini.
7
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Kata Kehendak
8
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Kata Bebas
9
Pink. Arthur W. 2005. The Soveretgnty of God (Kedaulatan Allah). Momentum. Surabaya. Hal 122
secara total sehingga pengetahuan dan keinginan pun telah menyimpang dan rusak,
maka selanjutnya, kehendak yang ada adalah selalu untuk melakukan hal yang jahat.10
Ketika manusia diciptakan sebelum jatuh dalam dosa, manusia memiliki kehendak
yang bersumber pada natur manusia yaitu segambar dan serupa dengan Allah, dalam artian
sederhana bahwa moral dan pikiran manusia sebelum jatuh kedalam dosa adalah sama
dengan Allah. Ketika manusia jatu dalam dosa jiwa manusia tercemar sehingga pengetahuan
dan moralitas didalam diri manusia tercemar. Ketercemaran jiwa manusia berawal dari dosa
yang dilakukannya dengan tidak mentaati perintah Allah.
Jadi, ini merupakan suatu yang paradoks antara kenyataan bahwa manusia
mengetahui Allah ada di belakang segala sesuatu dan Dia pencipta segala sesuatu. Namun
pada saat yang sama manusia menyadari bahwa dirinya memiliki kehendak bebas dan dapat
menerima atau menolak segala ketetapan Allah. Situasi ini merupakan paradoks, karena
Allah mengontrol segala sesuatu tetapi kehendak manusia adalah bebas.12 Dari kehendak
bebas yang dimiliki manusia, manusia dapat memilih untuk tidak taat kepada perintah Allah
dan menanggung akibatnya. Resiko yang dialami oleh manusia yang menggunakan kehendak
bebasnya dengan tidak taat pada aturan Tuhan Allah ialah mati secara rohani namun juga
jiwa manusia tercemar dengan dosa. Baik pikiran, tindakan, dan tingkah laku manusia setelah
jatuh dalam dosa hanya semata-mata untuk berbuat dosa dan melakukan yang jahat. Hal ini
dapat dibuktikan dari kejadian Kain dan Habel dalam Kej.1-26 Hati Kain panas dan mukanya
muram yang disebabkan karena korban persembahannya yang tidak diindahkan Tuhan
sehingga menyebabkan Kain mengakhiri hidup Habel adiknya.
Sebelum kejatuhan manusia, manusia dengan kehendaknya hanya berfokus untuk
melayani Allah dan melakukan segala yang telah ditugaskan Allah kepadanya, tetapi
sebaliknya setelah kejatuhan manusia dalam dosa manusia tetap dapat menggunakan
10
Williamson G.I. 2006. Pengakuan Iman Westminister. Momentum. Surabaya. Hal 130-131
11
Berkhof. Louis. Ibid. Hal 46
12
Barclay William, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2007),
216.
kehendak bebasnya namun apapun yang dikehendaki oleh manusia pada saat manusia jatuh
kedalam dosa hanya melakukan hal yang jahat. Manusia setelah jatuh dalam dosa mengalami
regresi dari naturnya yang dulu ketika sebelum jatuh dalam dosa yaitu segambar dan serupa
dengan Allah, kemudian pada saat manusia jatuh kedalam dosa manusia kehilangan
kemuliaan Allah. Hal ini selaras Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, Rom. 3: 23
“Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah,”.
Konsekuensi dari kehendak bebas manusia yang tidak taat pada aturan Tuhan adalah manusia
diusir dari taman Eden dan segala jenis hukuman yang didapatkannya yang tergambar dalam
Kej 3:14-19.
Allah menciptakan manusia dengan kehendak bebas dengan maksud manusia
dijadikan Allah untuk dapat memiliki kehendaknya sendiri. Dalam artian manusia bebas
untuk memilih segala sesuatu didalam hidupnya sesuai dengan kemauannya. Manusia dengan
bebas memilih dan menentukan mana yang dikehendaki didalam kehidupannya, mentaati
perintah Allah atau tidak mentaati perintah-Nya. Seperti yang tersirat dalam Surat Efesus, Ef.
2:1-3 “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
Kamu hidup didalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati
penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja diantara orang-
orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung diantara mereka, ketika
kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti pikiran kami yang jahat. Pada
dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain”.
Dari penjelasan ayat-ayat ini menunjukkan bahwa, Allah tidak turut ikut ambil bagian dalam
rana kehendak bebas yang manusia miliki. Tetapi Allah adalah Maha Tahu, Dia yang Alfa
dan Omega, Dia yang Awal dan Akhir, maksudnya Dia mengetahui segala hal yang terjadi
dalam kehidupan manusia dengan kehendak bebasnya. Bila Allah ikut ambil bagian dalam
menentukan kehendak manusia maka kehendak manusia tidak bebas lagi karena ada
intervensi Allah.
Meskipun demikian Allah tetap berdaulat pada kehendak bebas manusia karena
Allah adalah Sang pemberi kehendak. Allah berdaulat atas kehendak bebas manusia tetapi
Allah tidak dapat melarang manusia untuk selalu berbuat baik tanpa mengingkari perbuatan
jahatnya. Bila terjadi demikian manusia akan menjadi (innocent automaton) yang artinya
manusia berprilaku seperti mesin yang tak pernah berbuat dosa dan berbuat jahat serta
seluruh hidupnya telah dikendalikan oleh Allah. Tetapi Allah memberi kebebasan kepada
manusia untuk berkehendak dengan mentaati aturan-aturan yang telah Tuhan Allah tetapkan.
Hati Manusia
Kehendak yang diberikan Allah kepada manusia merupakan sesuatu kebebasan
dalam menentukan segala sesuatu dalam kehidupannya. Kehendak manusia sangat
bergantung kepada hati yang dimiliki oleh manusia. Hati secara etimologis memiliki arti sifat
(tabiat) batin manusia.13 Hati adalah pengenalan akan diri sendiri dalam kaitannya dengan
hukum benar dan salah yang telah diketahui.14 Jadi dari pemaparan ini dapat dipahami bahwa
hati yang manusia miliki merupakan faktor utama dalam manusia berkehendak, memilih dan
menentukan segala sesuatu dalam kehidupannya dengan bebas. Dengan kata lain bahwa hati
nurani manusia memegang komando utama dalam menentukan apa pun yang akan dilakukan
oleh manusia.
Ketika Allah menciptakan manusia didalam tubuh manusia ada hati yang
dikaruniakan Allah dan tidak didapatkan dalam binatang maupun tumbuhan. Allah
menempatkan dalam diri manusia hati yang memberikan kesadaran moral, dalam hal
membedaka yang benar dan yang salah.15 Dalam hal ini, sejak pertama kali manusia disebut
makluk hidup ketika Allah menghembuskan nafas hidup didalam hidungnya; demikianlah
manusia itu menjadi mahkluk hidup. Pada saat itulah manusia menjadi makhluk hidup,
makhluk hidup yang istimewa dibanding dengan ciptaan-ciptaan lainnya.
Keistimewaan manusia adalah kepada manusia diberikan kemampuan untuk berfikir
dan merasakan, berkomunikasi dengan pihak lain, membedakan dan memilih, dan, hingga
taraf tertentu menentukkan wataknya sendiri.16 Dengan keistimewaan yang dianugrahkan
Tuhan Allah kepada manusia serta kehendak bebas yang dimilikinya, sesungguhnya ini
merupakan suatu karya Allah yang begitu besar bagi manusia.
Kehendak bebas manusia merupakan suatu hasil dari ekspresi keinginan hati
manusia. Jika hati manusia baik maka akan menghasilkan kehendak bebas yang baik, namun
jika hati manusia jahat dan penuh motivasi buruk maka hasilnya adalah perbuatan yang jaha.
Hal ini terpapar sangat jelas dalam Kej. 3:6 “Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena
memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya
juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya”.
Kata menarik hati ini merupakan langkah awal manusia dalam menentukan tindakannya
13
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata Hati
14
Thiessen C. Henry. 1992. Teologi Sistematika. Gandum Mas. Malang. Hal 248
15
Corner. Kevin J. ibid. Hal 278
16
Wycliffe Kejadian 2:7
selanjutnya. Hati manusia dapat tertarik dengan persepsi baru yang disampaikan penggoda
kepada manusia. Persepsi yang jelas berbeda dengan aturan yang diberikan Tuhan Allah
kepada manusia dalam Kej. 2:16-17 “Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada
manusia: Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi
pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya,
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati”. Dari hal ini, dapat dikatakan
bahwa aturan-aturan dapat dibelokkan hanya dengan persepsi baru yang muncul serta
mempengaruhi hati. Manusia tidak bisa mengontrol hatinya, hal ini terlihat ketika ada sesuatu
yang baru yang memikat hati maka dia akan meninggalkan dan melupakan aturan yang lama
dan mempercayai sesuatu yang baru. Dari hal inilah manusia jatuh kedalam dosa melalui
hatinya yang terpikat oleh kebenaran yang dibelokkan oleh penggoda yaitu Iblis. Hati
manusia merupakan hal yang sangat penting, sebab hati manusialah yang menjadi acuan bagi
TUHAN Allah. Seperti yang dinyatakan dalam 1 Sam. 16:7 “Tetapi berfirmanlah TUHAN
kepada Samuel: Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku
telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat yang
didepan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” Ketika hatinya tidak baik maka kehendaknya
pun akan mengarah ke hal-hal yang tidak baik. Tetapi ketika hatinya itu baik maka
kehendaknya pun akan seirama dengan hatinya. Hanya Tuhan Allah yang dapat melihat hati
manusia. Namun manusia bebas untuk mencondongkan hatinya, baik kepada hal-hal yang
baik dan sesuai dengan ketetapan-ketetapan Allah atau malahan kepada hal-hal jahat yang
TUHAN Allah tidak perkenankan.
Pikiran Manusia
Selain hati manusia, yang dapat memperngaruhi kehendak bebas manusia adalah
pikirannya. Manusia adalah makluk berpikir, dengan pikirannya dapat menemukan segala hal
baru yang dapat mengubah dunia. Perubahan dunia, dari dunia purba hingga sampai pada era
postmodern ini merupakan suatu hasil dari pikiran-pikiran orang terdahulu. Secara etimologi
pikiran diartikan hasil berpikir, akal, ingatan, angan-angan, gagasan, niat, maksud.17 Dalam
hal ini pikiran merupakan sesuatu yang tidak kelihatan secara kasat mata yang muncul ketika
manusia menggunakan otaknya untuk melakukan suatu kegiatan berfikir. Namun pikiran
yang dimiliki oleh manusia dapat diketahui oleh orang lain ketikan pikiran itu tertuang pada
sebuah hasil berfikir berupa gagasan, ide, solusi penyelesaian masalah, opini dan pendapat.
17
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) Kata Pikiran
Teori interaksionalisme mengatakan bahwa pikiran dan tindakan dapat menimbulkan
aktivitas otak, dan aktivitas otak dapat menimbulkan prilaku tertentu.18 Teori
interaksionalisme menggambarkan pikiran adalah sesuatu yang imaterial. Pikiran merupakan
sesuatu yang abstrak tidak berbentuk dan tidak berwujud tetapi diakui keberadaannya dengan
mencurahkannya dalam proses penyelesaikan masalah dan melakukan sesuatu.
Perspektif pikiran menurut para filsuf dan ilmuan otak mengatakan bahwa
pikiran berkaitan dengan kesadaran (consciousness)/kesadaran diri(self-
awareness) atau pengalaman saya dengan diri saya.19
Kedaua perspektif ini bila dapat di bandingkan bahwa para filsuf memiliki konsep
tentang pikiran merupakan kesadaran manusia dalam menggambil keputusan dan memiliki
tujuan dalam apa yang ingin dilakukan. Berbeda dengan perspektif alkitabiah memiliki
konsep tentang pikiran yaitu tanpa menghilangkan kesadaran manusia dan menitik beratkan
pada pikiran yang bertanggung jawab dihadapan Allah dan hasil dari pikiran manusia
bergantung pada kehendak manusia yang tunduk pada otoritas Allah. Pikiran manusia adalah
pemerkasa dari setiap perbuatan dan tingkah laku manusia. Dari pemaparan diatas dapat
disimpulkan bahwa apa yang dilakukan oleh manusia berasal dari pikirannya.
Manusai adalah gambar Allah yang sejati karena dia berpusat pada Allah, bukan
pada dirinya sendiri. Satu-satunya pemikiran dan kerinduannya - sebelum dosa
menghancurkan segalanya - adalah melayani Allah serta bersuka cita didalam
Dia. Ketika manusia pertama kali terjatuh kedalam dosa, segala sesuatu menjadi
berubah. Bukan merenungkan betapa agung serta luar biasanya Allah, ia justru
mulai memikirkan tentang dirinya sendiri. Manusia mulai membayangkan seperti
18
Interaksionalisme merupakan bentuk ke-dua dari dualisme. Dualistis mengasumsikan bahwa pikiran itu
imaterial (tidak berwujud). Welch.T Edward. 2009. Apakah Otak yang Dipersalahkan. Momentum. Surabaya.
hal 15-16
19
Welch.T Edward. Ibid. hal 14
20
Welch.T Edward. Ibid. hal 24
apa rasanya bila dirinya (Adam) sendirilah yang memiliki keagungan serta
bagaimana ia akan menikmati dirinya sendiri.21
Manusia adalah gambar dan rupa Allah, sehingga membawa dan mencerminkan
kesamaan ilahi di antara penghuni-penghuni lain di bumi, unsur yang cerdas dan
berkehendak bebas; dan oleh karena itu sudah sepantasnya manusia ditetapkan
untuk mengusaia bumi. Inilah yang biasanya disebut oleh para teolog Reformasi
sebagai gambar Allah yang hakiki dan bukan yang incidental.23
Berdasarkan pandangan diatas, kesamaan pikiran bahkan moral yang dimiliki oleh
manusia dengan Allah pada saat itu tetap dibatasi oleh kehendak bebas yang diberikan Allah
kepada manusia. Manusia yang diciptakan dengan kehendak bebas dapat memikirkan dan
melakukan dengan bebas tanpa dipengaruhi oleh Allah sedikit pun. Tidak menutup
kemungkinan pikiran manusia dapat salah dan tidak sesuai dengan pikiran Allah dan juga
tindakan manusia dapat salah dan tidak sesuai dengan tindakan Allah. Semua itu didukung
dan didasari dengan kehendak bebas manusia dalam memikirkan dan melakukan segala
sesuatu.
21
Williamson.G.I. Ibid. Hal 1
22
Thiessen C. Henry. Ibid. Hal 238
23
Hodge, Sistematic Theology, II, hal 99
Pikiran Allah banyak berkaitan dengan hal meninggalkan pikiran yang salah,
sama halnya dengan mengadopsi atau meletakan hal-hal tentang Allah di tempat
tertinggi.24
Pikiran Allah tidak akan pernah mengarah ke hal yang salah, karena dari
keseluruhan pikiran Allah adalah benar dan baik adanya. Dari semuanya itu, tidak ada dan
tidak akan pernah ada hal yang negatif keluar dari pikiran Allah. Namun manusia yang
dengan kehendak bebasnya, dapat berpikir dan melakukan segala seusatu bisa salah.
Meskipun manusia memiliki kesamaan ilahi dengan Allah baik dari segi pikiran dan moral.
Kehendak bebaslah juga memberi peran yang sangat penting untuk menentukan pikiran dan
tindakan manusia. Jadi jika pikiran salah akan berakibat pada tindakan yang salah.
Menurut Norman Vincent Peale menulis dalam bukunya “The Power of Positive
Thinking” menuliskan tentang pikiran yang salah demikian: “Jika pikiran Anda salah, maka
itu salah dan tidak akan pernah benar sepanjang itu salah. Jika kesalahan terletak pada
esensinya, hasilnya pasti salah.”25 Dari pandangan ini, sebenarnya sudah jelas bahwa pikiran
manusia yang pada dasarnya bisa salah merupakan dampak dari esensi yang salah sehingga
menghasilkan sesuatu tindakan yang salah. Esensi atau dasar yang salah disini ada pada hati
manusia yang tidak benar. Jika hati manusia benar maka pikiran manusia dan tindakannya
pun akan berjalan harmonis dan akan membawa kehendak bebas kepada hal yang benar
sesuai dengan ketetapan Allah.
Akal memampukan manusia untuk membedakan apa yang benar dan salah.26 Allah
memberikan manusia akal dengan keadaan baik, sebab segala sesuatu yang diciptakan
TUHAN Allah adalah baik adanya. Dengan kehendak bebas manusia dapat memilih dan
mebedakan yang baik dan jahat atau mentaati Allah atau melanggar ketetapan Allah. Dalam
kenyataannya manusia dengan hati, pikiran dan kehendak bebasnya memilih hal yang jahat
dan melanggar ketetapan Allah. Pikiran yang manusia miliki dapat membedakan mana yang
baik dan jahat, yang sesuai dengan perintah Allah atau melanggarnya. Tetapi hati dan pikiran
manusia yang jahat membawa manusia memilih dan menghendaki hal yang jahat dan
melanggar aturan Allah.
Pikiran manusia merupakan faktor terpenting selain hati dalam penentu tindakan yang
akan dilakukan oleh manusia. Menurut penulis pikiran adalah dimana tempat mengelolah
24
Powell Keith C. 2011. Apa yang Allah Pikirkan (The Power of God thinking). Andi. Yogyakarta. hal 213
25
Powell Keith C. Ibid. hal 213
26
Cornner. J Kevin. Ibid.Hal 279
seluruh hasil dari pertimbangan. Pikiran sebagai tempat pertimbangan suatu tindakan baik
atau jahat sedangkan tindakan yang dipertimbangkan di pikiran itu berasal dari hati manusia.
Dengan kata lain hatilah mempengaruhi apa yang dipikirkan dan apa yang akan dilakukan
oleh manusia.
Manusia pertama memutuskan untuk memakan buah dari pohon pengetahuan baik
dan jahat merupakan suatu keputusan akhir yang dipilih pada saat itu, dari hasil pengolahan
informasi yang diberikan iblis kepada manusia menghasilkan persepsi yang baru bagi
manusia dalam melihat ketetapan dan aturan TUHAN Allah. Terlihat dalam Kejadian 3:4-5
“Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: “Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi
Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan
kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.”27 Mereka
dengan sadar telah memakan buah itu, sesudah mereka mempertimbangkan apa yang akan
dibuatnya itu dengan masak-masak.28 Dalam statmen ini manusia memikirkan baik-baik apa
yang akan dilakukannya, dan yang baik menurut manusia pada saat itu adalah memakan buah
pengetahuan baik dan jahat karena sedap kelihatnnya dan dapat memberi pengertian. Manusia
dengan pikirannya dengan bebas mempertimbangkan dan memutuskan untuk bertindak
memakan buah tersebut. Sehingga mengakibatkan suatu kesalahan yang besar dan fatal yaitu
jatuh kedalam dosa.
27
LAI (Lembaga Alkitab Indonesia)
28
Mimery. Nehemiah.1997. Doktrin Iman Kristen. Mimery Press. Jakarta Barat. Hal 45
Hal ini dapat terlihat dari berbagai kisah yang terpapar dalam 5 (lima) Kitab Taurat dalam
Perjanjian Lama, namun yang menjadi pembahasan saat ini adalah dalam Keluaran 32:1b
“Mari, buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan didepan kami sebab Musa ini, orang
yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir kami tidak tahu apa yang telah terjadi
dengan dia.” Pada saat itu Musa sedang berada di gunung Sinai untuk menerima kedua loh
batu hukum/aturan dari Allah bagi umat pilihan-Nya. Tetapi apa yang dilakukan oleh bangsa
Israel, mereka mendesak Harun untuk membuat allah lain yang dikehendaki oleh bangsa
Israel untuk berjalan didepan bangsa itu. Bangsa Israel berkehendak dengan bebas dengan
membuat allah lain. Sedangkan didalam hukum/aturan yang diberikan Allah dalam loh batu
yang dibawa Musa salah satunya mengatkan dalam Keluaran 20: 3-4 yang memiliki inti yaitu
“Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang
menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang
ada di dalam air di bawah bumi.” Dari pemaparan nas Firman Tuhan ini sebenarnya sudah
jelas bahwa ini merupakan peraturan dan ketetapan yang menjadi rule of law bagi bangsa itu.
Namun bangsa Israel dengan kehendak bebasnya melakukan sesuatu yang jahat, karena apa
yang hendak dilakukannya tidak sesuai dengan hukum/aturan yang ditetapkan oleh TUHAN
Allah.
Namun ketika bangsa Israel mematui ketetapan TUHAN Allah, bangsa ini
mendapatkan berkat dan kemenangan atas bangsa-bangsa lain. Seperti yang dikisahkan dalam
Yos. 8: 1-29. Dimana Yosua sebagai pengganti Musa menjadi pemimpin bangsa Israel untuk
menguasai negeri Ai. Pada pasal itu dijelaskan bahwa Tuhan akan memberikan negeri Ai itu
bagi bangsa Israel dan memberikan ketetapan disana pada ayat 2 “ . . . . .Surulah orang
bersembunyi dibelakang kota itu.” Mendengar ketetapan ini, Yosua dan bangsa Israel
melakukan segala yang ditetapkan Allah. Sehingga kemenangan atas negara Ai dapat terjadi
bagi bangsa Israel karana bangsa itu menggunakan kehendak bebasnya untuk mematuhi
ketetapan Allah.
Dalam Perjanjian Lama ditunjukkan dan diajarkan bagi umat manusia bahwa ketika
mereka menggunakan kehendak bebasnya dengan mentaati ketetapan, aturan atau perintah
yang disampaikan TUHAN Allah maka mereka akan memperoleh berkat, kemenangan atas
bangsa lain, perlindungan dan keberuntungan demi keberuntungan. Sedangkan mereka yang
meggunakan kehendak bebasnya dengan tidak mentaati ketetapan TUHAN Allah maka akan
menerima hukuman, kematian, kekalahan dan hal-hal yang menyedihkan lainnya. Jadi dapat
disimpulkan bahwa, setiap umat manusia diberikan kebebasan untuk melakukan segala
sesuatu sesuai dengan yang dikehendakinya. Namun didalam melakukan segala sesuatu
tersebut hendaknya tetap didalam sikap untuk taat kepada ketetapan dan aturan dari otoritas
tertinggi didalam dunia ini yaitu TUHAN Allah.
29
Corner. Kevin J. Ibid. Hal 278
bebasnya dengan tidak taat kepada otoritas Allah, tatapi apa yang dilakukan oleh Yesus
Kristus meskipun Dia memiliki kehendak bebas untuk memilih antara bebas dari cawan
penderitaan dan disalib sebagai lambang kutuk pada tradisi saat itu. Namun Dia menentukan
pilihan-Nya sesuai dengan apa yang dikenendaki oleh Bapa-Nya yaitu disalib untuk menebus
setiap manusia dari dosa. Hati, pikiran dan kehendak bebas yang dimiliki oleh Yesus Kristus
didasarkan pada esensi yang benar yaitu mematui setiap ketetapan Allah.
Kesimpulan
Manusia dilahirkan di dunia ini memiliki kehendak bebas untuk mengusahakan segala
sesuatu yang ada di dunia. Manusia degan kehendak bebasnya harus sadar pada Sang pemberi
kehendak bebas yaitu Allah. Ketika manusia sadar kepada sang pemberi kehedak manusia
akan bertanggung jawab atas kehendak bebas yang dipercayakan Allah kepada manusia.
Kehendak bebas yang dimiliki manusia harus didasari dan dikerjakan semuanya untuk
memuliakan Allah. Supaya setiap apa yang dilakukan manusia hanya kehendak Allah saja
yang dijunjung tinggi dari kehendak bebas yang manusia miliki. Dari kebebasan untuk
berkehendak sudah sepantasnya semua manusia sadar diri dalam artian siapalah arti manusia
bila tidak diberi kebebasan untuk berkehendak. Jadi sudah sepantasnya setiap manusia
bersyukur akan kehendak bebas yang manusia miliki dan apapun yang dikehendaki akan
berfokus pada kemuliaan Allah.
Daftar Pustaka
1. Henry C. Thiessen. Teologi Sistematika, (Malang: Gandum Mas, 1992).
2. Hodge, Sistematic Theology, II,
3. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
4. Keith C. Powell. Apa yang Allah Pikirkan (The Power of God thinking). (Yogyakarta:
Andi, 2011). Nehemiah Mimery., Doktrin Iman Kristen (Jakarta Barat: Mimery
Press,1997).
5. Kevin J. Cornner. The Foundations of Christian Doctrine Pedoman Praktis tentang Iman
Kristen, (Malang: Gandum Mas, 2004).
6. LAI (Lembaga Alkitab Indonesia)
7. Louis Berkhof. Teologi Sistematika Volume 2 Doktrin Manusia, (Surabaya : Momentum,
1995).
8. Pink. Arthur W. The Soveretgnty of God (Kedaulatan Allah). (Surabaya: Momentum,
2005).
9. Richard Leakey. Asal Usul Manusia, (KPG. Jakarta,2003.).
10. Simon Chan. Spiritual Theology, (Yayasan ANDI. Yogyakarta,1998.).
11. Welch.T Edward, Apakah Otak yang Dipersalahkan. Surabaya: Momentum,2009).
12. William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat Roma, (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2007).
13. Williamson G.I. Pengakuan Iman Westminister. (Surabaya: Momentum.2006).
14. Wycliffe Kejadian 2:7