2
2
2
3 Tanggung Jawab Manusia Sebagai Ciptaan Allah yang Mempunyai Akal Budi
Selain segambar dan serupa dengan Allah, Manusia memiliki perbedaan dengan ciptaan-ciptaan
lain yang diciptakan dalam sekenario penciptaan alam semesta. Allah menciptakan manusia dengan
keberadaannya memiliki kualitas yang unik. 1 Karena hanya manusia yang dibentuk Allah dari debu
tanah dan Ia menghembuskan nafas hidup kedalam hidungnya dan ia menjadi makhluk yang hidup.
Manusia memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh ciptaan-ciptaan lain. Manusia
merupakan homo sapiens yang berarti manusia memiliki keterampilan dan memiliki kemampuan
membuat pertimbangan etis.2 Manusia diciptakan Allah dengan kemampuan dapat berpikir dan
melakukan segala sesuatu berdasarkan apa yang dikehendakinya. Manusia merupakan puncak segala
susunan penciptaan.3 Jadi dari hal ini dapat dipahami bahwa manusia adalah ciptaan yang istimewa
bagi Allah karena dari proses penciptaannya berbeda dengan ciptaan-ciptaan yang lain. Dimana
Tuhan tidak hanya “Berfirman” namun ada sebuah tindakan yang dilakuakn oleh Tuhan yaitu dengan
tanganNya sendiri. Dia membentuk manusia dari debu tanah dan dengan nafas hidup yang diberikan-
Nya manusia menjadi makhluk hidup. Tidak berhenti sampai disana namun Tuhan Allah pun
memberikan kekuasaan atas seluruh alam semesta dan manusia berhak memerintah semua ciptaan.
Manusia diberikan tugas dan tanggung jawab yang penuh atas seluruh alam semesta, yang telah
diciptakan oleh Allah terdahulu. Dalam Kejadian 1:28 dinyatakan “ Allah memberkati mereka, lalu
Allah berfirman kepada mereka: Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah dan
taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan dilaut dan burung-burung diudara dan atas segala
binatang yang merayap di bumi.” 4 Allah memberikan kekuasaan atas alam semesta kepada manusia
secara total. Manusia diberi kuasa dalam mengatur ekosistem yang ada di dalam dunia ini dengan
sebaik mungkin, karena manusia adalah makhluk yang mulia dan memiliki kemampuan yang lebih
diantara seluruh ciptaan Allah yang lain. Maka manusia yang berkuasa dan mengatur segala sesuatu
yang ada di dunia sesuai dengan tugas yang Allah berikan. Hal ini tercermin dari Kejadian 2:19-20
1
Chan Simon. Spiritual Theology. (Yayasan ANDI. Yogyakarta,1998.), 67.
2
Leakey Richard. Asal Usul Manusia. (KPG. Jakarta,2003.), 1.
3
Berkhof Louis.. Teologi Sistematika Volume 2 Doktrin Manusia. (Surabaya : Momentum, 1995), 8.
4
LAI (Lembaga Alkitab Indonesia)
“Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung diudara.
Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan
seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti
nama makhluk itu. Manusia itu memberi nama kepada segala ternak, kepada burung-burung di
manusia juga memiliki keistimewaan lainnya, yaitu berkuasa atas semua ciptaan (Kej. 1:26, 28),
di bandingkan mahluk lainnya, manusia telah diciptakan Allah dengan satu keunggulan yakni
memiliki akal budi. identitas khas manusia inilah yang membedakan mahluk hidup ini dengan hewan
maupun tumbuhan atas ciptaan lain. sebagai representasi dari Allah yang mahakuasa, sebagaimana
ciptaan Tuhan paling mulia yang telah dibekali akal budi, manusia memiliki tanggung jawab harus
memperjuangkan keutuhan ciptaan Tuhan yang lain. Iman adalah sikap menanggapi kasih Allah
wujud kasihnya itu melalui ciptaan – ciptaan-Nya. seperti yang dikemukakan Bergant dan Karis,
bahwa Allah berdiri mengatasi tata ciptaan, dan manusia berdiri sebagai wakil Allah di bumi. 5
Manusia dicipta dengan maksud dan tujuan istimewa pula, yang mengatasi semua ciptaan lainnya.
Menurut Robert Borrong, “salah satu tujuan Allah menciptakan manusia adalah untuk memuliakan
Allah melalui tugas penatalayanan, yaitu memerintah dan memelihara alam secara bebas dan
bertanggung jawab”.6 Maka dengan demikian manusia dalam hal ini, yang diwakili oleh Adam dan
Hawa menerima “tanggung jawab” langsung dari Allah untuk menaklukkan dan menguasai bumi
(Kej. l:26, 28), dengan uraian mgas, mengolah dan mengusalmkan Taman Allah; menjaga dan
merawat taman Allah; dan memberi nama kepadg binatangbinatang di Taman Allah (ch. 2:125). 7
Allah (Kej. 1:26), yang menjadikan manusia satusatunya diantara ciptaan yang lain yang dapat
memasuki hubungan persekutuan dengan Allah Pencipta. Manusia dipandang sebagai ciptaan yang
memiliki tubuh dan “jiwa” (Ibr. nefesy), artinya ia dipandang sebagai suatu pribadi. Tubuh itu
berbeda dengan jiwa (Mzm. 63:2; 73:26). Karena itu PL dapat berbicara mengenai nefesy atau “jiwa”
orang yang mati atau “mayat orang” (Im. 21:11; Bil. 6:6; 19:13) untuk membedakan orang dengan
5
Dianne Bergant, CSA dan Robert J. Karris, OFM, hlm. 36
6
Robert P. Borrong, Etika Bumi Baru (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009), hlm. 242
7
bid., hlm. 128
mayat secara fisik. Tubuh itu pada dasarnya bersifat fana. Kematian tidak dapat dielakkan, dan hanya
2.3.1 Tanggung Jawab Manusia yang Mempunyai Akal Budi Atas Ciptaan Allah Lainnya
2.3.1.1 Manusia Sebagai Patner Allah Dalam Karya Penciptaan (Co-Creator) Menurut teologi
antropologi, ada tiga aspek dasariah dalam hidup manusia yaitu manusia pembangun, pencinta dan
pendosa.8 Dalam konteks manusia pembangun kita ditemukan dalam Kitab Suci, bahwa manusia
diciptakan untuk bekerja demi membangun hidupnya.(bdk. Kej 2:15; 3:17), dengan menaklukan bumi
dan megolahnya dan memelihara kepada Allah. Karena itu manusia merupakan citra Allah, maka
segala perkembangan yang diusahakan manusia, sejauh sungguh bersifat manusiawi membawa dunia
lebih dekat kepada tujuannya yaitu Allah Pencipta. Karena itu setiap tindakan kerja dan keputusan
untuk mengambil jalan hidup harus secara benar sesuai dengan kehendak Allah yang mencipta dan
mencintai.
8
George Kirchberger SVD, Antropologi Teologi (Manuskrip), (Maumere: STFK Ledalero, 1997), Hal. 25