Optimalisasi Posbindu PTM Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
Optimalisasi Posbindu PTM Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
Optimalisasi Posbindu PTM Sebagai Upaya Peningkatan Kesehatan
OLEH :
RIAN HADI WARMAN, A.Md. Kep
NDH : 25
OLEH
RIAN HADI WARMAN, A.Md. Kep
NDH : 25
Coach Mentor
Drg. Erminda
Ir. Nuraini Arsianty, M.Si
Pembina
Widyaiswara Ahli Madya NIP. 196312091992032003
NIP. 196307091990032006
Diketahui/Disetujui Oleh:
Kepala Balai Pendidikan dan Pelatihan
Penerbangan Palembang
M.Andra Adityawarman
Pembina TK.I (IV/b)
NIP. 196807291996031001
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur senantiasa kita haturkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan
Laporan Rancangan Aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Sebagai Upaya
Peningkatan Kesehatan Pada Puskesmas Taman Bacaan Kota
Palembang Tahun 2019”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang
membantu terlaksananya penyusunan Rancangan Aktualisasi ini. Ucapan
terima kasih ini saya sampaikan kepada:
1. Drg. Erminda selaku Kepala Puskesmas Taman Bacaan Kota
Palembang sekaligus Mentor pada penyusunan Laporan Rancangan
Aktualisasi.
2. Ibu Ir. Nuraini Arsianty, M.Si selaku Coach pada penyusunan Laporan
Rancangan Aktualisasi.
3. Teman-teman di Puskesmas Taman Bacaan yan telah memberikan
dukungan pada penyusunan Rancangan Aktualisasi.
4. Widyaiswara yang sudah memberikan materi dengan tulus dan ikhlas
kepada kami.
5. Orang tua dan keluarga yang senantiasa memberikan dukungan baik
moril maupun material.
6. Teman seperjuangan Latsar Golongan II Angkatan VI yang telah
memberikan semangat dan inspirasi selama membuat Laporan
Rancangan Aktualisasi ini.
Penulis menyadari bahwa laporan Rancangan Aktualisasi ini masih
terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, Penulis meminta masukan demi
perbaikan di masa yang akan datang.
Palembang, 04 Juli 2019
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN......................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................iii
DAFTAR ISI............................................................................................iv
DAFTAR TABEL.....................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Tujuan dan Manfaat.............................................................................3
C. Ruang Lingkup.....................................................................................4
A. Deskripsi Organisasi............................................................................5
1. Profil Organisasi..............................................................................5
2. Visi, Misi, Motto dan Nilai-nilai Organisasi......................................8
B. Deskripsi Isu/Situasi Problematik......................................................10
C. Analisis Isu.........................................................................................14
D. Argumentasi Terhadap Core Issue Terpilih.......................................16
E. Nilai-nilai Dasar Profesi PNS.............................................................17
F. Matriks Rancangan............................................................................31
G. Jadwal Kegiatan................................................................................40
H. Kendala dan Antisipasi......................................................................41
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................42
BIODATA...............................................................................................vii
iv
DAFTAR TABEL
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Berdasarkan Undang-Undang Keperawatan Nomor 38 Tahun 2014
disebutkan bahwa Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan
kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik dalam
keadaan sakit maupun sehat. Pelayanan keperawatan merupakan suatu
bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat Keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat, baik
sehat maupun sakit. Ada empat indikator atau kategori yang dilakukan
oleh seorang tenaga kesehatan khususnya perawat dalam melakukan
pelayanan kepada pasien untuk mencapai derajat kesehatan yang
optimal, diantaranya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Hal ini
juga tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 836/Menkes/SK/VI/2005 tentang Pedoman Pengembangan
Manajemen Kinerja Perawat Dan Bidan.
Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyakit yang seringkali
tidak terdeteksi karena tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Biasanya
ditemukan dalam tahap usia lanjut sehingga sulit disembuhkan dan
berakhir dengan kecacatan atau kematian dini. Untuk mencegah angka
tersebut maka pemerintah mencanangkan program pos pembinaan
terpadu (posbindu) penyakit tidak menular (Kemenkes RI, 2009).
Posbindu PTM ini merupakan salah satu suatu unit terkecil dari kegiatan
puskesmas dimana dapat dilakukan pemeriksaan/pelayanan berkala
setiap satu bulan sekali atau lebih. Pelaksanaan posbindu PTM
memerlukan pedoman sebagai acuan bagi para pemangku kepentingan
maupun pengelola program di berbagai tingkatan administrasi untuk
memfasilitasi terselenggaranya Posbindu PTM di masyarakat (Kemenkes
RI, 2012)
Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM adalah peran serta
masyarakat dalam melakukan kegiatan dini dan monitoring terhadap
faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin dan periodik. Pelaksanaan tindaklanjutnya dalam bentuk
2
konseling dan rujukan ke fasilitas kesehatan dasar. Upaya
pengembangan program posbindu PTM sedang gencar dilakukan dan
diharapkan kedepan Posbindu PTM dapat dijadikan kendaraan program
pengendalian penyakit tidak menular di masyarakat. Agar upaya ini dapat
berjalan baik, benar dan tepat sasaran, perlu disusun satu pedoman untuk
melaksanakannya sehingga implementasi dari Posbindu PTM mempunyai
daya ungkit dalam pengendalian faktor risiko PTM (Panduan Posbindu
PTM, Kemenkes 2012).
Selama ini, masyarakat malas untuk pergi ke puskesmas dengan
alasan yang bermacam-macam, ada yang karena jarak tempuh yang jauh
dari puskesmas, ada yang takut kalau berobat di puskesmas karena
meski memakai BPJS mereka kadang tak percaya diri untuk berobat
kesana, belum lagi melalui prosesdur yangg berbelit-belit, antrian yang
cukup panjang sehingga tambah membuat mereka lebih malas. Dengan
adanya posbindu PTM ini diharapkan sangat benar-benar membantu di
masyarakat khususnya yang jauh dari pelayanan kesehatan (puskesmas).
Pembinaan posbindu oleh tenaga kesehatan (perawat) terhadap
masyarakat sangatlah penting dalam upaya peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang bahayanya penyakit tidak menular. Kinerja tenaga
kesehatan dapat optimal dalam kegiatan pembinaan, bila ada ikutserta,
peran dan kontribusi dari masyarakat setempat. Jadi, dalam hal ini, untuk
terwujudnya peningkatan kesehatan masyarakat yang lebih optimal,
efektif dan efisien di wilayah kerja puskesmas taman bacaan, maka
diperlukan optimalisasi posbindu PTM sebagai upaya peningkatan
kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas taman bacaan.
3
1. Mampu mengidentifikasikan Nilai-nilai Dasar Profesi PNS, Peran
dan Kedudukan PNS dalam NKRI dalam aktualisasi.
2. Mampu meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan posbindu
PTM di Puskesmas Taman Bacaan.
3. Mengoptimalkan proses pelaksanaan pemeriksaan posbindu PTM
di Puskesmas Taman Bacaan.
2. Manfaat
3. Ruang Lingkup
4
5
BAB II
RANCANGAN AKTUALISASI (HABITUASI)
A. Deskripsi Organisasi
1. Profil Organisasi
5
LETAK DEMOGRAFI
6
STRUKTUR ORGANISASI PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT TAMAN BACAAN PALEMBANG TAHUN 2019
KEPALA PUSKESMAS
drg.Erminda
Indira Utami, SKM,Rini Rahmawati,,Ria Apriyanti, Lusiana Am Moriskha AMAK. Indira Utami, Heni Yusnita
AMd.PK.Rahman,Nur A .W Amd,Sofi Fariasti AMd Keb, Keb,Alri SKM SKM AMG
PENANGGUNG JAWAB UKM UKP,KEFARMASIAN,UNIT LABORATORIUM PENANGGUNG JAWAB JEJARING PELAYANAN PUSKESMAS
JARINGAN FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN
Indira Utami SKM dr.Sisca Yulistianan,
dr. Sisca Yulistiana
Visi
Tercapainya masyarakat wilayah kerja puskesmas Taman Bacaan
sehat yang optimal dengan bertumpu pada pelayanan yang prima dan
pemberdayaan masyarakat.
Misi
Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan perseorangan sesuai
standar
Meningkatkan profesionalitas dan kualitas SDM
Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan yang bermutu
prima
Meningkatkan pemberdayaan dan peran serta masyarakat
Nilai Organisasi
1. Beretika : Berbudi pekerti
2. Bersemangat : Bekerjasama secara optimal untuk mencapai
hasil yang terbaik
3. Bekerjasama : Usaha bersama orang perorang untuk
mencapai tujuan bersama
4. Profesional : Menjalankan profesi sesuai dengan keahlian
Tupoksi
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan
untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Fungsi pokok
puskesmas secara umum, yaitu:
1. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayahnya
2. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka
meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.
8
3. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat di wilayah kerjanya.
Uraian Tugas :
9
Tanggung Jawab :
1. Kelengkapan dan kerahasiaan data dan rekam medis pasien
2. Kebersihan peralatan dan perlengkapan kerja
3. Kesehatan pasien dalam perawatan
4. Kesesuaian pelaksanaan tugas terhadap penugasan pimpinan
Wewenang :
1. Menilai kelengkapan data/informasi/bahan kerja yang diterima
2. Menggunakan perangkat kerja yang tersedia
10
berkaitan dengan manajemen ASN, pelayanan publik dan whole of
government diantaranya sebagai berikut:
a. Kurang optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan
yang dilakukan oleh tenaga kesehatan Puskesmas.
Setiap keluhan dan catatan medis pasien harus di catat di rekam
medis pasien sebagai dokumentasi sehingga pelayanan yang
dilakukan untuk fase selanjutnya (bila pasien kontrol ulang), tenaga
kesehatan mampu menganalisa kembali atau melakukan pendidikan
dan rencana keperawatan yang lebih optimal dari sebelumnya.
Namun, pada kenyataannya, hanya catatan dokter yang ada di
rekam medis pasien, sedangkan catatan keperawatan tidak
ada/minim. Sehingga pengoptimalan untuk pelayanan yang prima
pada pasien belum terlaksana dengan maksimal.
b. Kurangnya promosi kesehatan tentang penyakit hipertensi pada
pasien di Puskesmas Taman Bacaan.
Pengetahuan masyarakat tentang penyakit kurang menjadi perhatian
bagi petugas kesehatan untuk melakukan promosi kesehatan yang
optimal. Hal ini berkaitan dengan prinsip pelayanan kesehatan, yaitu
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Sebelum adanya penyakit
tersebut, seharusnya tenaga medis melakukan promosi kesehatan
yang optimal dan maksimal agar terciptanya pemerataan dan
peningkatan derajat kesehatan yang prima.
c. Kurang optimalnya pelayanan lansia.
Banyaknya pasien lansia yang berkunjung ke puskesmas
menjadikan tenaga kesehatan tidak optimal dalam melakukan
pemberian pelayanan. Lansia yang telah berumur lebih dari 70 tahun
seharusnya dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Hal ini
dikarenakan fisik dan jasmani lansia telah mengalami penurunan sel
dan melemah, sehingga tidak mampu bila menunggu terlalu lama.
Bila perlu, tenaga kesehatan yang menhampiri pasien dan
11
melayaninya untuk meminimalisir angka kejadian tak diharapkan dan
angka cidera pada lansia.
d. Kurangnya promosi kesehatan tentang kepatuhan pasien dalam
melakukan pemeriksaan berkala di Puskesmas Taman Bacaan.
Pasien yang telah berobat ke puskesmas, haruslah kontrol ulang
kembali untuk memastikan bahwa derajat kesehatan masyarakat
memang benar-benar optimal. Banyaknya pasien yang tidak kembali
karena kurangnya pendidikan dari tenaga kesehatan dan
pengetahuan masyarakat tentang penyakit yang diderita tersebut
untuk melakukan kontrol ulang secara berkala dan periodik. Secara
teoritis, misalnya pada pasien dengan hipertensi, pasien yang
berobat harus dilakukan pemeriksaan berkala dan pengobatan yang
tepat agar tercapai kesehatan yang optimal.
e. Kurang optimalnya pos pembinaan terpadu PTM di Puskesmas
Taman Bacaan.
Masyarakat sekitar banyak belum mengetahui tentang keberadaan
posbindu PTM. Hal ini terjadi, karena kurang sosialisasinya tenaga
kesehatan kepada masyarakat mengenai program pemerintah
dengan gerakan CERDIK. Program ini sebenarnya telah lama
dicanangkan dan dilaksanakan oleh pemerintah sebagai upaya
peningkatan kesehatan yang merata dengan metode pendekatan
kepada masyarakat. Karena kurang optimalnya kegiatan ini,
sehingga perlu kerja sama dan kerja keras tenaga kesehatan agar
tercipta pemerataan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun 5 (lima) isu diatas akan dijelaskan secara ringkas pada tabel
dibawah ini :
12
Tabel 1. Deskripsi Isu / Situasi Problematik
Materi
1. Kurangnya promosi Adanya Pelayanan Media yang
kesehatan tentang penyuluhan Publik digunakan untuk
penyakit hipertensi dan penyuluhan
pendidikan terbatas
kesehatan
secara berkala
dalam
menginformasi
kan masalah
kesehatan.
2. Kurang optimalnya Adanya Whole of Posbindu dalam
pos pembinaan pemeriksaan Government lingkup kerja
terpadu PTM di secara masih sedikit dan
Puskesmas Taman
periodik di masyarakat
Bacaan
posbindu PTM kurang
mengetahui
3. Kurang optimalnya Pelayanan Pelayanan Rekam medis
pelayanan lansia prima dan Publik pasien yang
optimal pada masuk dahulu
pasien lansia yang di panggil
berdasarkan
klasifikasi usia
4. Kurangnya promosi Pasien Pelayanan Jarak tempuh
kesehatan tentang kembali dalam Publik untuk berobat ke
kepatuhan pasien waktu yang puskesmas
dalam melakukan terlalu jauh
telah di
pemeriksaan
berkala di tentukan untuk
Puskesmas Taman melakukan
Bacaan pemeriksaan
kembali.
5. Kurang optimalnya Dalam rekam Manajemen Keterbatasan
pendokumentasian medik pasien ASN waktu dalam
asuhan harus ada melakukan
keperawatan pada
asuhan pelayanan
Puskesmas Taman
Bacaan keperawatan
C. Analisis Isu
13
Analisis isu dilakukan untuk menetapkan kriteria isu dan kualitas isu.
Oleh karena itu perlu dilakukan analisis kriteria isu. Terdapat dua alat
analisis kriteria isu yang dapat digunakan yaitu dengan menggunakan alat
analisis AKPK (Aktual, Kekhalayakan, Problematika, Kelayakan) dan alat
analisis USG (Urgency, Seriousness, Growth).
Alat analisa dengan menggunakan AKPK (kriteria isu)
1. Aktual : Benar-benar terjadi, sedang hangat dibicarakan di
masyarakat.
2. Kekhalayakan: Isu menyangkut hajat hidup orang banyak
3. Problematik: Isu memiliki dimensi masalah yang kompleks sehingga
perlu dicarikan solusinya sesegera mungkin.
4. Kelayakan: masuk akal, realisitis, relevan untuk dimunculkan inisiatif
pemecahan masalahnya.
Berikut ini tabel penetapan kriteria kualitas Isu metode AKPK dan tabel
analisis isu menggunakan AKPK.
Tabel 2. Bobot Penetapan Kriteria Kualitas ISU AKPK
Bobot Keterangan
5 Sangat kuat pengaruhnya
4 Kuat pengaruhnya
3 Sedang pengaruhnya
2 Kurang pengaruhnya
1 Sangat kurang pengaruhnya
3. Kurang optimalnya 4 3 3 4 14 V
14
pelayanan lansia
Kurangnya promosi
kesehatan tentang
kepatuhan pasien dalam
4. 4 4 4 3 15 IV
melakukan pemeriksaan
berkala di Puskesmas
Taman Bacaan
Kurang optimalnya
pendokumentasian
5. asuhan keperawatan 4 5 4 4 17 II
pada Puskesmas
Taman Bacaan
15
Tabel 4. Tabel Analisis Isu Menggunakan USG
U S G
NO ISU JML PERINGKAT
(1-5) (1-5) (1-5)
Kurangnya promosi
1. kesehatan tentang 3 4 4 11 II
penyakit hipertensi
Kurang optimalnya
pendokumentasian
3. asuhan keperawatan 3 3 3 9 III
pada Puskesmas
Taman Bacaan
16
Peningkatan pelayanan posbindu yang baik dan optimal dapat
meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja petugas pelayanan kesehatan.
Karena dengan baiknya pelayanan posbindu maka akan mempermudah
petugas puskesmas dalam hal mencegah dan mengobati pasien dengan
kesadaran masyarakat tentunya. Namun, dengan kurang optimalnya
pelayanan posbindu maka akan memperlambat dan menghambat kinerja
petugas puskesmas pada saat pemberian pelayanan pada pasien.
Jadi, untuk mengatasi hal ini penulis mengajukan gagasan
pemecahan isu yaitu dengan cara melakukan sosialisasi tentang posbindu
melalui senam sehat ataupun skrining di Puskesmas Taman Bacaan.
Nilai-nilai yang harus ada di dalam diri seorang Apartur Sipil Negara
yaitu ANEKA. ANEKA merupakan singkatan dari Akuntabilitas,
Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi. Indikator-
indikator dari nilai-nilai dasar tersebut yaitu :
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakn kewajiban untuk menyampaikan
pertanggung jawaban /untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan
tindakan seseorang kepada pihak yang meminta pertanggung jawaban.
Akuntabilitas sering disamakan dengan responbilitas. Namun pada
dasarnya, kedua konsep itu memiliki makna yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab. Akuntabilitas
adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.
Setiap individu, kelompok atau institusi wajib untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah
menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara
lain adalah:
1. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik;
2. Menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis;
17
3. Adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik;
4. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan
sebagai penyelenggara pemerintahan.
Akuntabilitas terdiri dari beberapa aspek. Menurut LAN RI (2015:8),
aspek-aspek tersebut terdiri dari:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan
4. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi
5. Akuntabilitas memperbaiki kinerja
Berdasarkan aspek-aspek tersebut seorang PNS harus
memiliki sikap tanggung jawab dalam menjalankan setiap tugasnya.
Bofens (dalam LAN RI, 2015:10) menyatakan bahwa akuntabilitas
publik memiliki tiga fungsi utama yaitu:
1. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokratis);
Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
(peran konstitusional);
2. Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
Selain itu, menurut LAN RI (2015:11) akuntabilitas memiliki
tingkatan hierarkis. Tingkatan akuntabilitas terdiri dari 5 tingkatan yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok,
akuntabilitas organisasi dan akuntabilitas stakeholder.
Menurut Widita (2015) dalam menciptakan lingkungan kerja
yang akuntabel, ada beberapa indikator dari nilai-nilai dasar
akuntabilitas yang harus diperhatikan yaitu kepemimpinan,
transparansi, integritas,tanggung jawab, keadilan, kepercayaan,
keseimbangan, kejelasan dan konsistensi.
2. Nasionalisme
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak hanya sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
18
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya merupakan hal yang lebih penting.
Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang
meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa
lain sebagaimana mestinya. Keadaan seperti ini sering disebut
chauvinisme. Sedangkan dalam arti luas, nasionalisme merupakan
pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan
negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain (LAN RI, 2015:1).
Dalam UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN, salah satu fungsi
ASN adalah menjalankan kebijakan publik. Kebijakan publik
diharapkan dapat dilakukan dengan integritas tinggi dalam melayani
publik sehingga dalam menjadi pelayan publik yang profesional.
ASN diharapkan mampu mengaktualisasikan wawasan
kebangsaan dan jiwa nasionalisme yang kuat dalam menjalankan
profesinya sebagai pelayanan publik yang berintegritas.
Jadi indikator Nasionalisme yang harus dimiliki aparatur sipil
Negara adalah berwawasan kebangsaan yang kuat, memahami
pluralitas, beroientasi kepublikan yang kuat, serta mementingkan
nasional di atas segalanya.
Selain profesional dan melayani, ASN juga dituntut harus
memiliki integritas tinggi yang merupakan bagian dari kode etik dan
kode etik perilaku yang telah diatur dalam Undang-Undang ASN.
Etika-etika dalam kode etik tersebut harus diarahkan pada pilihan-
pilihan yang benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat
luas.
3. Etika Publik
Etika adalah refleksi atas nilai tentang benar/salah, baik/buruk
atau pantas tidak panas yang harus dilakukan. Dalam kaitannya
dengan pelayan publik, etika publik adalah standar/norma yang
19
menentukan baik buruk, benar salah prilaku tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik.
Kode etik adalah aturan-aturan yang mengatur tingkah laku
dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis (LAN,
2015:9).
Berdasarkan undang-undang ASN, kode etik dan kode perilaku
ASN yakni sebagai berikut:
1. Jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. Cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku;
5. Melaksanakan perintah atasan sejauh tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
6. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
7. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
Dengan diterapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik
harus berubah dari penguasa menjadi pelayan, dari wewenang
menjadi peranan, dan menyadari bahwa jabatan publik adalah
amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia
namun juga di akhirat.
4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri sendiri untuk bekerja
sesuai kompetensi agar dapat menjaga mutu kinerja. Mutu merupakan
persepsi pengguna layanan terhadap kemampuan suatu organisasi
dalam menjawab kebutuhan dan harapan pelanggan.
Untuk mewujudkan sistem pelayanan publik yang bermutu
harus memerlukan komitmen. Komitmen untuk melakukan perubahan
20
melalui penyelenggaraan tugas secara efektif, efisien dan inovatifi
guna meningkatkan mutu pelayanan. Inovasi kemudian muncul
karena adanya dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk
beradaptasi dengan tuntutan perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Mutu bersifat dinamis, sehingga setiap organisasi dituntut untuk
memperbaiki kinerjanya. Berikut metode yang sering digunakan untuk
perbaikan mutu yaitu
1. Metode Plan Do Check Act (PDCA)
Metode ini digunakan untuk membantu organisasi dalam
melakukan perbaikan secara terus menerus. Metode ini terdi dari
empat langkah yaitu plan (perencanaan), Do (melaksanakan), Check
(pemeriksaan), dan Act/Action (tindakan).
2. Diagram sebab dan akibat
Merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi
berbagai faktor yang menjadi akar permasalahan yang dianggap
menjadi masalah dalam mutu.
Jadi target utama kinerja ASN dalam komitmen mutu yaitu
mewujudkan kepuasan masyarakat yang menerima layanan.Mutu
kerja aparatur dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
dewasa ini masih banyak yang tidak mengindahkan peraturan
perundang-undangan.
5 . Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu Corruptio yang
artinya kerusakan, kebobrokan dan kebusukan. Korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus maupun pegawai negeri yang
secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
mereka yang dekat dengan dirinya, dengan cara menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka.
21
Indikator dari nilai-nilai dasar anti korupsi yang harus
diperhatikan, yaitu Jujur, Peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab,
kerja keras, sederhana, berani serta adil.
Kesadaran anti korupsi yang dibangun melalui pendekatan
spiritual, dengan selalu ingat akan tujuan keberadaannya sebagai
manusia di muka bumi dan selalu ingat bahwa seluruh ruang dan
waktu kehidupannya harus dipertanggungjawabkan sehingga dapat
menjadi benteng kuat untuk antikorupsi. Tanggung jawab spiritual
yang baik akan menghasilkan niat yang baik dan mendorong untuk
memiliki visi dan misi yang baik, hingga selalu memiliki semangat
untuk melakukan proses atau usaha terbaik danmendapatkan hasil
terbaik agar dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
22
pegawai ASN secara tetap. Sedangkan PPPK adalah seseorang
yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan
perjanjian.
2. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang
menjalankan kebijakan yang ditetapkan oleh pimpinan instansi
pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik.
b. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukan pegawai ASN, maka pegawai
ASN berfungsi dan bertugas sebagai berikut:
a. Pelaksana kebijakan publik
ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat
luas.
b. Pelayan publik
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif
dengan tujuan kepuasan pelanggan.
c. Perekat dan pemersatu bangsa
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat
persatuan dan kesatuan NKRI.
23
setiap SN diberikan hak. Hak ASN dan PPPK yang diatur dalam
UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN.
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan
pasal 70 UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan bahwa
setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk
mengembangkan kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 pemerintah
juga wajib memberikan perlindungan berupa:
1. Jaminan kesehatan;
2. Jaminan kecelakaan kerja;
3. Jaminan kematian;
4. Bantuan hukum.
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan
yang bersifat kontraktual. Dengan kata lain kewajiban adalah
suatu yang sepatutnya diberikan.Pegawai ASN berdasarkan UU
No. 5 Tahun 2014 tentang ASN wajib:
a. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. melaksanakan kebijakan;
d. menaati peraturan perundang-undangan;
e. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian,
kejujuran, kesadaran, dan tanggung jawab;
f. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku,
ucapan dan tindakan;
g. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan
rahasia jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
h. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
24
Kode etik dan kode perilaku ASN
Dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang ASN disebutkan
bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan
kode perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk
menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik dan kode
perilaku pegawai ASN
1. jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
2. cermat dan disiplin;
3. hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan
atau Pejabat yang berwenang;
6. menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara
bertanggung jawab, efektif, dan efisien;
7. menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam
melaksanakan tugasnya;
8. memberikan informasi secara benar;
9. tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas,
status, kekuasaan, dan jabatannya untuk mendapat atau
mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atau
untuk orang lain;
10. memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga
reputasi dan integritas ASN; dan
11. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai disiplin Pegawai ASN.
Whole of Government
A. Pengertian Whole of Government (WoG)
25
WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan
pemerintahan yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan pembangunan
kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Oleh
karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang
terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
26
lingkungan formalnya untuk berkonsentrasi dalam proses
koordnasi tadi.
4. Koalisi sosial
Koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan
koordinasi antar sektor atau lembaga,tanpa perlu mebentuk
pelembagaan khusus dalam koordinasi.
27
(1) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan
publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen
resmi yang dibutuhkan warga masyarakat.
(2) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan
berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan warga
masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan,
ketenagakerjaan, perhubungan dan lain-lain.
(3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan
jenis barang yang dibutuhkan warga masyarakat, seperti
jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan lain-lain.
(4) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan
hukuman dan peraturan perundang-undangan.
Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan sebagai
berikut:
28
lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat
yang bersangkutan.
(5) Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik
yang dilakukan menggunakan teknologi infromasi dan
komunikasi.
Pelayanan Publik
A. Konsep pelayanan publik
1. Pengertian pelayanan publik
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui,
yaitu melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah
membantu menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan
seseorang". Sedangkan pengertian pelayanan adalah "usaha
rnelayani kebutuhan orang lain" (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1995).
Pelayanan merupakan suatu proses. Proses tersebut menghasilkan
suatu produk yang berupa pelayanan, kemudian diberikan kepada
pelanggan. Pelayanan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok
(Gonroos, 1990), yaitu :
1. Coreservice adalah pelayanan yang ditawarkan kepada
pelanggan,yang merupakan produk utamanya. Misalnya untuk
pelayanan pembuatan KTP.
2. Facilitating service adalah fasilitas pelayanan tambahan
kepada pelanggan,misalnya terkait dengan pelayanan
administrasi kependudukan (KTP, aktekelahiran, dll), maka
pemerintah menyediakan layanan satu atap.
2. Pelayanan prima
Pelayanan prima merupakan terjemahan dari istilah
"Excellent Service" yang secara harfiah berarti pelayanan yang
sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik. Karena sesuai
29
dengan standar pelayanan yang berlaku atau dimiliki oleh instansi
yang memberikan pelayanan. Jadi pelayanan prima dalam hal ini
sesuai dengan harapan pelanggan
Tujuan pelayanan prima adalah memberikan pelayanan yang
dapat memenuhi dan memuaskan pelanggan atau masyarakat
serta memberikan fokus pelayanan kepada pelanggan.
Pelayanan prima kepada masyarakat didasarkan pada tekad
bahwa "pelayanan adalah pemberdayaan". Pelayanan prima yang
diberikan kepada masyarakat pada dasarnya tidaklah mencari
untung, tetapi memberikan pelayanan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat secara sangat baik atau terbaik.
Nilai-nilai dasar pelayanan publik
Perhatian pemerintah terhadap perbaikan pelayanan kepada
masyarakat, sebenarnya sudah diatur dalam beberapa pedoman,
antara lain adalah Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara (MENPAN) Nomor 63 Tahun 2003 yang
mengemukakan tentang prinsip-prinsip pelayanan publik sebagai
berikut: kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi,
keamanan, tanggung jawab, kelengkapan sarana dan prasarana,
kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan, keramahan dan
kenyamanan.
30
F. Matrik Rancangan
Identifikasi Isu :
1. Kurangnya promosi kesehatan tentang penyakit hipertensi
2. Kurang optimalnya pos pembinaan terpadu PTM di Puskesmas
Taman Bacaan
3. Kurang optimalnya pelayanan lansia
4. Kurangnya promosi kesehatan tentang kepatuhan pasien dalam
melakukan pemeriksaan berkala di Puskesmas Taman Bacaan
5. Kurang optimalnya pendokumentasian asuhan keperawatan pada
Puskesmas Taman Bacaan
31
Berikut ini tabel penjelasan matrik rancangan aktualisasi :
32
Tabel 5. Matrik Rancangan Aktualisasi
30
yang optimal pemberdayaan
peran serta
Etika Publik: masyarakat)
Wujud pelaksanaan
kebijakan dan
program
pemerintah yakni
program Posbindu
PTM dengan
gerakan CERDIK
Komitmen Mutu:
Wujud memberikan
layanan kepada
publik secara
santun untuk
mendapatkan hasil
guna dan daya
guna yang optimal
Anti Korupsi:
Wujud peduli dan
tanggung jawab
terhadap pelayanan
31
kepada
masyarakat.
2. Pelaksanaan 1. Menghadap mentor 1. Mendapatkan Akuntabilitas: Adanya bentuk Adanya
senam sehat dalam hal kegiatan persetujuan Adanya tanggung koordinasi profesionalitas
senam sehat PTM dari mentor jawab, wewenang antar lini dan semangat
PTM sebagai
2. Persiapan sarana perihal dan peran perawat petugas dalam dan kerjasama
pendekatan dan prasarana serta pelaksanaan sebagai konselor pelaksanaan kinerja dalam
konseling. instruktur. senam sehat untuk memberikan kegiatan dan pelaksanaan
3. Menyusun rencana PTM konseling kepada peningkatan kegiatan demi
kegiatan senam 2. Masyarakat pasien. derajat meningkatkan
sehat PTM rutin kesehatan standar
4. Menginformasikan melakukan Nasionalisme: yang prima pelayanan
kepada masyarakat aktivitas fisik Wujud pelaksanaan sehingga yang prima.
bahwa akan (olahraga) butir pancasila memberikan
diadakannya senam minimal satu kemanusiaan yang penguatan
sehat PTM minggu sekali adil dan beradab pada visi dan
5. Pelaksanaan senam 3. Masyarakat dalam misi organisasi
sekaligus konseling sadar akan meningkatkan (pemberdayaa
PTM pentingnya derajat kesehatan n dan peran
kesehatan yang optimal serta
jasmani Etika Publik: masyarakat
Wujud untuk
pelakasanaan dari peningkatan
komunikasi, kesehatan
konsultasi dan yang prima)
32
kerjasama yang
baik antarelemen
kegiatan
Komitmen Mutu:
Wujud pelaksanaan
dari komitmen dan
konsisten untuk
tetap melakukan
senam sehat setiap
minggu minimal
satu kali.
Anti Korupsi:
Wujud pelaksanaan
dari nilai tanggung
jawab dan kerja
keras sebagai
perawat untuk
meningkatkan
kesehatan
masyarakat
3. Melakukan 1. Menghadap mentor 1. Mendapatkan Akuntabilitas: Adanya Adanya sikap
skrining untuk pelaksanaan persetujuan Adanya tanggung pelayanan beretika, kerja
skrining kesehatan dari mentor jawab, wewenang kesehatan sama dan
33
kesehatan PTM di posbindu PTM perihal dan peran perawat yang merujuk profesional
Posbindu PTM. 2. Berkoordinasi dengan pelaksanaan sebagai care giver untuk dalam
bidan desa dalam hal skrining untuk memberikan mendekatkan melakukan
menginformasikan kesehatan asuhan pada pasien kegiatan.
kepada masyarakat posbindu keperawatan dan dengan
tentang pelaksanaan PTM pelayanan kepada kesesuaian
skrining kesehatan 2. Petugas pasien. pada program
posbindu PTM kesehatan pemerintah
3. Menyiapkan jadwal, mampu sehingga dapat
alat dan tenaga mendeteksi Nasionalisme: menguatkan
kesehatan untuk dini PTM Merupakan wujud nilai visi dan
kegiatan. pada dari butir nilai misi organisasi.
4. Pelaksanaan masyarakat / pancasila sila ke-4 (meningkatkan
kegiatan posbindu Resiko tinggi yakni musyawarah profesional dan
PTM PTM dan non dengan mentor, kualitas SDM
5. Evaluasi dari hasil Resti tenaga kesehatan dalam
kegiatan dengan 3. Masyarakat dan bidan desa pelayanan)
adanya data hasil aktif dalam pelaksanaan
pemeriksaan berpartisipasi posbindu PTM
untuk
melakukan Etika Publik:
pemeriksaan Merupakan wujud
secara dari nilai
berkala di pelaksanaan
posbindu kebijakan dan
34
PTM program
pemerintah tentang
posbindu PTM
dengan gerakan
CERDIK.
Komitmen Mutu:
Merupakan wujud
bentuk program
kerja jangka
panjang yang
berbasis mutu.
Anti Korupsi:
Merupakan
perwujudan nilai
perduli, kerja keras
dan kejujuran dari
tim tenaga
kesehatan dalam
melaksanakan
tugas.
4. Melakukan 1. Menghadap mentor 1. Mendapatkan Akuntabilitas: Adanya Penguatan
pemeriksaan untuk kegiatan persetujuan Merupakan nilai pelayanan pencapaian
pemeriksaan lanjut dari mentor dari koordinasi, prima yaitu nilai etika,
35
lanjutan di (rujukan posbindu) di perihal tanggung jawab, untuk semangat dan
Puskesmas Puskesmas pelaksanaan keseimbangan dan mencapai visi kerjasama
2. Berkoordinasi dengan pemeriksaan kejelasan tugas dengan serta
Taman Bacaan
dokter dalam lanjut pasien bersama dengan memberikan profesional
pada pasien pemeriksaan lanjut resti dokter. kualitas dalam
teridentifikasi 3. Melakukan 2. Masyarakat pelayanan organisasi
pemeriksaan resiko tinggi Nasionalisme: kesehatan
PTM sebagai
penunjang (bila perlu) PTM dapat Merupakan nilai perorangan
rujuk lanjut 4. Menyusun ditangani integritas dalam sesuai standar
setelah skrining penatalaksanaan dengan tepat melaksanakan
pengobatan bersama dan optimal tugas pokok dan
posbindu.
dokter 3. Masyarakat fungsi sebagai
5. Edukasi dan evaluasi mengetahui perawat
pengobatan sebagai tingkat
upaya peningkatan keparahan
perihal PTM penyakit yang Etika Publik:
diderita. Merupakan nilai
yang
mengutamakan
pencapaian hasil
dan mendorong
kinerja pegawai
serta profesional
dalam melakukan
pelayanan yang
36
optimal kepada
pasien
Komitmen Mutu:
Merupakan nilai
efektif, efisien,
kolaborasi dan
berorientasi pada
mutu.
Anti Korupsi:
Merupakan nilai
mandiri dan
tanggung jawab
sebagai perawat.
5. Pelaksanaan 1. Menghadap mentor 1. Mendapatkan Akuntabilitas: Adanya Terdapat
kunjungan rumah untuk melakukan persetujuan Merupakan nilai profesionalitas penguatan nilai
kunjungan rumah dari mentor dari integritas dan dan Integritas profesional
(Homevisit)
(homevisit) pada perihal tanggung jawab dalam dan semangat
sebagai upaya pasien terdeteksi pelaksanaan sebagai perawat pencapaian dalam
peningkatan PTM kunjungan untuk tetap pelaksanaan pelaksanaan
2. Persiapan alat dan rumah pada melaksanakan kegiatan kegiatan.
kesehatan pada
tenaga kesehatan pasien resti tugas. sesuai dengan
pasien yang tidak yang akan melakukan 2. Tenaga visi dan misi
mau dan mampu kunjungan rumah. kesehatan Nasionalisme: organisasi.
37
ke Puskesmas 3. Mencari data pasien dan Merupakan wujud (profesional
resiko tinggi yang masyarakat dari butir pancasila dan
akan dikunjungi menjadi lebih sila ke-2 dengan meningkatkan
4. Menentukan tanggal dekat tetap memberikan kualitas
kunjungan 3. Masyarakat pelayanan kepada pelayanan
(homevisit) mampu pasien meski harus perseorangan
5. Melakukan kunjungan meningkatka berkunjung yang prima)
kepada pasien n derajat kerumah pasien
dengan resti kesehatan untuk dapat
sekaligus edukasi yang optimal meningkatkan
dan evaluasi. 4. Masyarakat derajat kesehatan
resti masih yang optimal.
bisa diberikan Etika Publik:
pengobatan, Merupakan nilai
meskipun tugas secara
pasien malas profesional dan
ke mempertanggung
puskesmas jawabkan kinerja
pada publik
Komitmen Mutu:
Merupakan nilai
dari pemberian
pelayanan kepada
publik secara jujur,
38
tanggap, cepat,
tepat, akurat
berdayaguna,
berhasilguna dan
santun.
Anti Korupsi:
Merupakan nilai
tanggung jawab,
adil dan perduli
pada pasien.
G. Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal rencana pelaksanaan habituasi dimulai tanggal 08 Juli – 10 Agustus 2019 yang dapat dilihat pada tabel.
39
konseling. Juli Juli Juli Agustus Agustus
3. Melakukan skrining kesehatan PTM di Posbindu PTM. 15-20
Juli
Melakukan pemeriksaan lanjutan di Puskesmas Taman
4. Bacaan pada pasien teridentifikasi PTM sebagai rujuk 22 Juli-3 Agustus
lanjut setelah skrining posbindu.
Pelaksanaan kunjungan rumah (Homevisit) sebagai
5-10
5. upaya peningkatan kesehatan pada pasien yang tidak
Agustus
mau dan mampu ke Puskesmas
40
H. Kendala dan Antisipasi
41
DAFTAR PUSTAKA
42
BIODATA
vi