DESY KTI - Revisi 2
DESY KTI - Revisi 2
DESY KTI - Revisi 2
URAT
Oleh:
DESY ARIZA EKA PUTRI
(NIM. 14401.16.17006)
Oleh:
DESY ARIZA EKA PUTRI
(NIM. 14401.16.17006)
i
HALAMAN PERSETUJUAN
Menyetujui,
(Mariani, S.Kep.,Ns.,MPH.)
NIK/NIDN. 0713088001
ii
HALAMAN PENGESAHAN
PENGUJI
Ketua Penguji : Dodik Hartono,S.Kep,Ns.,M,Tr,Kep (………………)
NIK/NIDN: 0721018705
(Mariani, S.Kep.,Ns.,MPH.)
NIK/NIDN. 0713088001
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang saya tulis
ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan
tulisan atau pikiran orang lain. Apabila dikemudian hari dibuktikan bahwa hasil
Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi
atas perbuatan saya tersebut.
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpah rahmat dan hidayah-
Nya pada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal karya tulis
ilmiah (Proposal Studi Kasus) ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
karya tulis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya
Keperawatan pada Program Studi D3 Keperawatan Stikes Hafshawaty Pesantren
Zainul Hasan Probolinggo.
Peneliti menyadari bahwa keberhasilan dan kelancaran proposal karya tulis
ilmiah ini bukan hanya karena kemampuan peneliti, tetapi banyak ditentukan oleh
bantuan dari berbagai pihak, yang telah dengan ikhlas membantu peneliti demi
terselesainya penulisan, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. KH. Muhammad Hasan Mutawakil Alallah, SH., MM., selaku ketua yayasan
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo.
2. Dr. H. Nur Hamim, SKM., S.Kep., Ns., M.Kes., selaku Ketua STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan Probolinggo
3. Mariani, S.Kep., Ns., MPH., selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
dan sekaligus sebagai pembimbing II yang dengan tulus ikhlas bersedia
meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian dalam memberikan
dukungan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan proposal karya tulis
ilmiah ini.
4. Widya Addiarto, S.Kep., Ns., M.Kep., selaku pembimbing I yang dengan
tulus ikhlas bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran serta perhatian
dalam memberikan dorongan, bimbingan dan arahan dalam penyusunan
proposal karya tulis ilmiah ini.
5. Bapak dan ibu Dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKES Hafshawaty
Pesantren Zainul Hasan Probolinggo yang telah memberikan bekal bagi
penulis melalui materi-materi kuliah yang penuh nilai dan makna dalam
penyempurnaan penulisan proposal karya tulis ilmiah (Proposal Studi Kasus),
v
juga kepada seluruh tenaga administrasi yang telah tulus ikhlas melanyani
keperluan penulis selama menjalani studi dan penulisannya.
6. Orang tua dan keluarga saya yang telah memberikan bantuan dukungan
material, motivasi dan do’a, saya ucapkan terimakasih banyak.
7. Sahabat- sahabat seperjuangan tersayang dalam naungan Yayasan Hafshawaty
Zainul Hasan Genggong yang telah memberikan dorongan semangat sehingga
proposal karya tulis ilmiah (Proposal Studi Kasus) ini dapat terselesaikan,
saya hanya dapat mengucapkan semoga hubungan persahabatan tetap terjalin.
8. Semua pihak yang tidak sempat peneliti sebutkan satu persatu, terima kasih
atas bantuannya. Peneliti hanya bisa berdoa kepada Allah SWT membalas
semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian proposal karya
tulis (Proposal Studi Kasus) ini.
Selanjutnya peneliti menyadari bahwal karya tulis ilmiah ini masih
banyak kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu saran
dan kritik yang konstruktif senantiasa peneliti harapkan. Akhirnya peneliti
berharap, semoga proposal karya tulis (Proposal Studi Kasus) ini dapat
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca terutama civitas Program
Studi D3 Keperawatan STIKES Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan
Probolinggo.
Peneliti
vi
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................5
1.4.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan...............................................5
1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Keperawatan............................................5
1.4.3 Manfaat Bagi Lahan Penelitian....................................................5
1.4.4Manfaat Bagi Subjek Penelitian....................................................6
1.4.5 Manfaat Bagi Peneliti...................................................................6
vii
2.2.4 Konsumsi Makanan........................................................................14
2.3 Konsep AsamUrat..................................................................................16
2.3.1 Definisi AsamUrat..........................................................................16
2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Asam Urat...........................17
2.3.3 Gejala Asam Urat............................................................................18
2.3.4 Klasifikasi.......................................................................................18
2.3.5 Komplikasi Asam Urat...................................................................19
2.3.6 Penatalaksanaan Asam Urat...........................................................19
2.3.7 Pencegahan Asam Urat...................................................................20
2.3.8 Solusi Mengatasi Asam Urat .........................................................20
2.4 Kerangka Berfikir..................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................35
LAMPIRAN
viii
DAFTAR BAGAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
Data yang didapat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO),
menyebutkan 20% penduduk dunia dimana 5-10% adalah berusia 5-20 tahun
dan 20% adalah usia 55 tahun menderita asam urat. Menurut Depkes RI tahun
2015. Bahwa di Indonesia terdapat 5,240 (8,4%) kasus Asam Urat di Jawa
Timur terdapat 28% penderita asam urat (Smart, 2014). Di kota Probolinggo
terdapat 8,239 (1,80%) penderita asam urat (Dinas Kesehatan Kota
Probolinggo, 2014).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 11 April 2020
bahwa sebagian besar penderita asam urat di wilayah kerja Puksesmas
Wonoasih Kota Probolinggo memiliki pola makan yang kurang baik
sebanyak 10 orang (23,7 %) menurut analisis peneliti, penderita memiliki
pola makan yang kurang baik dikarenakan penderita tidak menerapkan pola
makan yang baik di rumah sehingga penderita mengalami pola makanan yang
kurang baik dalam dikonsumsi dan tidak bisa dikonsumsi atau dikurangi
porsinya.
Dasar gangguan metabolik asam urat adalah peningkatan kadar asam
urat dalam darah (hiperurisemia) yang disebabkan oleh peningkatan produksi,
penurunan pengeluaran asam urat melalui ginjal, atau kombinasi keduannya
(Wachjudi, 2014). Faktor yang dapat mempengaruhi asam urat adalah
makanan yang di konsumsi, umumnya makanan-makanan yang tidak
seimbang, asupan protein yang mengandung purin terlalu tinggi (Utami,
2014). Asam Urat merupakan hasil pengolahan atau metabolisme zat-zat di
dalam tubuh, yang kadarnya tidak boleh berlebihan. Setiap orang memiliki
asam urat di dalam tubuh, karena pada setiap proses pengolahan suatu zat
yang bernama purin. Purin adalah bentuk turunan nukleo protein, yaitu salah
satu komponen asam urat nukleat dalam tubuh manusia dan dijumpai pada
semua makanan dari sel hidup, yakni makanan seperti sayur-mayur, buah-
buahan, kacang-kacangan dan lain- lain. Sedangkan hewan seperti danging,
jeroan, ikan sarden dan lain-lain purin ini diolah oleh tubuh dan hasilnya
berupa asam urat (Umar, 2018).
Penanganan pada penderita asam urat di bagi menjadi 2 yaitu secara
farmakologi dan nofarmakologi. Untuk farmakologi meggunakan obat seperti
2
NSAIDS, colchine, corticosteroid, probenecid allopurinol dan urocisuric
(Helmi, 2016). Sedangkan nonfarmakologi dengan membatasi asupan purin
atau rendah purin, asupan energi sesuai dengan kebutuhan mengonsumsi
lebih banyak karbohidrat, mengurangi konsumsi lemak mengonsumsi banyak
cairan tidak mengonsumsi minuman berakohol, mengomsumsi cukup vitamin
dan mineral, mengonsumsi buah dan sayurun, dan olahraga ringan secara
teratur (Ardhilla, 2015).
Pola makan yang baik atau pola makan yang benar dan sesuai dengan
pola makan yang seimbang. Menurut peneliti pola makan yang benar pada
pra lansia ini sudah bisa menghindari makanan yang mengandung zat purin
tinggi seperti bebek, jeroan, kacang-kacangan, dan belinjo. Hal ini di
karenakan jika makanan tersebut dikonsumsi terus akan mengakibatkan
peningkatan kadar asam urat dalam darah.
Pola makan merupakan susunan jenis dan jumlah pangan yang di
konsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu (Bliwati,
2014). Pola makan dapat diartikan sebagai cara seseorang atau sekelompok
orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi
pengaruh-pengaruh fisiologi, psikologi budaya dan sosial (Sulistyoningsih,
2014). Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi jumlah
frekuensi, jenis atau berbagai macam makanan (Santosa, 2015). Pola makan
merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan tiap hari oleh suatu orang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Pola makan yang baik mengandung makanan sumber energi, sumber
zat pembangun dan sumber zat pengatur karena semua zat gizi diperlukan
untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta perkembangan otak dan
produktifitas kerja, serta dimakan dalam jumlah cukup sesuai dengan
kebutuhan. Dengan pola sehari-hari yang seimbang dan aman, berguna untuk
mencapai dan mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal
(Almatsier, 2013)
Pola makan responden diukur dengan kuesioner food frequency
Questin. Berdasarkan hasil analisis deskriptif di dapatkan untuk makanan
3
yang mengandung karbohidrat sebanyak 5 (50,2%) penderita yang sering
mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat dan 4 (15,8%) penderita
yang sering mengkonsumsi makanan mengandung karbohidrat, untuk
makanan yang mengandung protein hewani terdapat 6 (86,85%) penderita
yang sering mengkonsumsi makanan yang mengandung protein hewani dan 3
penderita (19,2%) yang tidak sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein hewani. Untuk makanan yang mengandung protein
nabati terdapat 9 penderita (100%) yang tidak sering mengkonsumsi makanan
yang mengandung protein nabati. Untuk makanan yang mengandung lemak
terdapat 7 penderita (89,5%) yang sering mengandung protein dan 2
penderita (10,5%) yang tidak sering mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak. Untuk jajanan makanan terdapat 6 penderita (50 % )
yang tidak sering mengkonsumsi jajanan, untuk sayur-sayuran terdapat 7
penderita (76%) yang sering mengkonsumsi sayur-sayuran dan 9 penderita
(23,7%) yang tidak sering mengkonsumsi sayur-sayuran, untuk buah-buahan
dan 3 penderita (79%) yang tidak sering mengkonsumsi buah –buahan.
Pola makan dapat diartikan sebagai sebagai cara seseorang atau
sekelompok orang untuk memilih makanan dan mengkonsumsinya sebagai
reaksi pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan social (Sulistyoningsih,
2014). Studi epidiologi dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa
konsumsi ikan jangka panjang dapat menyebabkan awal hiperurisemia
asimtomatik dan meningkatkan resiko asam urat (Wijiyanti, 2017).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat
Dusun pakis jaya, Desa Kedungasem, Kecamatan Wonoasih memiliki kadar
asam urat yang tidak normal. Sehingga menyebabkan ketidakmampuan dalam
manajemen pola makan pasien yang mengalami asam urat. Sehingga di
sarankan kepada klien untuk memperhatikan makanan yang dikonsumsi dan
tidak membatasi aktivitas sehari-harinnya.
Berdasarkan fenomena di atas maka peneliti ingin meneliti tentang
“Manajemen pola makan pasien yang mengalami asam urat di Dusun Pakis
Jaya RT 01 RW 02 Desa Kedungasem, Kecamatan Wonoasih Probolinggo”
4
1.2 Rumusan Masalah
Pada penelitian ini rumusan masalahnya adalah bagaimanakah
‘’Manajemen pola makan pasien yang megalami Asam Urat di Dusun Pakis
Jaya RT 01/RW 02 Desa Kedungasem, Kecamatan Wonoasih Kota
Probolinggo ?”
5
1.1.3 Bagi Subyek
Sebagaimana tambahan informasi bagi responden atau keluarga
dalam manajemen pola makan pasien yang mengalami asam urat di
Dusun Pakis jaya RT 01/RW 02 Desa Kedungasem, Kecamatan
Wonoasih KotaProbolinggo.
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
Jumlah maksimal asupan protein bagi penderita asam urat yaitu sekitar
50 – 70 g/hari setara dengan 1 – 11/2 potong per hari (Febry, 2008).
Selain itu, purin juga diproduksi oleh tubuh manusia sekitar 80–85% dan
sisanya berasal dari konsumsi makanan yang mengandung purin. Ketika
konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, ginjal akan kesulitan
untuk mengeluarkan kelebihan asam urat di dalam tubuh sehingga dapat
menyebabkan terjadinya penumpukan kristal asam urat pada area
persendian.Penumpukan kristal asam urat inilah yang menimbulkan
peradangan dan rasa nyeri, karena kristal asam urat yang saling
bergesekan saat sendi bergerak (Herliana, 2013).
8
laktat di dalam tubuh dapat menyebabkan terhambat ekskresi asam
urat melalui urin. Terhambatnya ekskresi asam urat inilah akan
menimbulkan peningkatan asam urat dalam darah (Ramayulis,
Wibowo, & Sukma, 2014).
9
b. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses dan rangkaian kegiatan dalam
pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh
anggota kelompok pekerjaan, penentuan hubungan pekerjaan yang baik
diantara mereka, serta pemeliharaan lingkungan dan fasilitas pekerjaan
yang pantas.
c. Pengarahan (Directing)
Pengarahan adalah satu rangkaian kegiatan untuk memberi petunjuk
atau instruksi dari seorang atasan kepada bawahan atau beberapa
bawahan, atau kepada orang yang diorganisasikan dalam kelompok
formal dan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
d. Pemotivasian (Motivating)
Pemberian motivasi adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan yang
seorang manajer dalam memberikan inspirasi, semangat, dan kegairahan
kerja serta dorongan kepada karyawan untuk dapat melakukan suatu
kegiatan sebagaimana yang diharapkan.
e. Pengendalian (Controlling)
Pengendalian adalah suatu proses dan rangkaian kegiatan untuk
mengusahakan agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan dan tahapan yang harus dilalui. Dengan
demikian, apabila ada kegiatan yang tidak sesuai dengan rencana dan
tahapan, perlu diadakan suatu tindakan perbaikan (corrective action)
(Nursalam, 2013).
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah
dan jenis makanan dengan informasi gambaran dengan meliputi
mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu
kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2016).
10
Pengertian pola makan menurut Handajani adalah tingkah laku
manusia atau sekelompok manusia dalam memenuhi makanan yang
meliputi sikap, kepercayaan dan pilihan makanan, sedangkan menurut
suhardjo pola makan di artikan sebagai cara seseorang atau sekelompok
orang untuk memilih makanan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis,
budaya dan sosial. Dan menurut seorang ahli mengatakan bahwa pola
makan didefinisikan sebagai karakteristik dari kegiatan yang berulang kali
makan individu atau setip orang makan dalam memenuhi kebutuhan
makanana (Sulistyoningsih, 2014). Secara umum pola makan memiliki 3
(tiga) komponen yang terdiri dari : jenis, frekuensi, dan jumlah makanan.
a. Jenis makanan
Jenis makan adalah sejenis makanan pokok yang dimakan setiap hari
terdiri dari makanan pokok, lauk , hewani , lau nabati , sayuran dan buah
yang di konsumsi setiap orang atau sekelompok masyarakat yang teridiri
dari beras, jagung, sagu, umbi-umbian dan tepung (Sulistyoningsih,
2015).
b. Frekuensi makan
c. Jumlah makan
11
a. Faktor ekonomi
Variebel ekonomi mencakup dalam peningkatan peluang untuk
daya beli pangan dengan kualitas dalam pendapatan menurun daya beli
pangan secara kualitas mampu kuantitas masyarakat. Pendapatan yang
tinggi dapat mencakup kurangnya daya beli dengan kurangnya pola
makan masyarakat sehingga pemilihan suatu bahan makanan lebih
didasarkan dalam pertimbangan selera dibandingkan aspek gizi.
Kecendrungan untuk mengkonsumsi makanan impor (Sulistyoningsih,
2015).
b. Faktor sosial budaya
Pantangan dalam mengkonsumsi jenis makanan dapat di pengaruhi
oleh faktor budaya sosial dalam kepercayaan budaya adat daerah yang
menjadi kebiasaan atau adat. Kebudayaan disuatu masyarakat memiliki
cara mengkonsumsi pola makan dengan cara sendiri. Dalam budaya
mempunyai suatu cara bentuk macam pola makan seperti dimakan,
bagaimana pengelolahnya, persiapan dan penyajian (Sulistyoningsih,
2016).
c. Agama
Dalam agama pola makan ialah suatu cara makan dengan diawali
berdoa sebelum makan dengan diawali makan memggunakan tangan
kanan ( Depkes RI, 2015).
d. Pendidikan
Dalam pendidikan pola makan ialah salah satu pengetahuan yang
di pelajari dengan berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan dan
penentuan kebutuhan gizi (Sulistyoningsih, 2016).
e. Lingkungan
Dalam lingkungan pola makan ialah berpengaruh terhadap
pembentuk prilaku makan berupa lingkungan keluarga melalui adanya
promosi, media cetak (Sulistyoningsih, 2014).
f. Kebiasaan Makan
Kebiasaan makan ialah salah satu cara seseorang yang mempunyai
keterbatasan makan dalam jumlah tiga kali makan dengan frekuensi dan
12
jenis makanan yang dimakan (Depkes, 2014). Menurut (willy, 2013)
mangatakan bahwa suatu penduduk mempunyai kebiasaan makan dalam
tiga kali sehari adalah kebiasaan makan dalam setiap waktu.
a) Umur
Kebutuhan zat gizi pada orang dewasa berbeda dengan kebutuhan gizi
pada usia balita karena pada masa balita terjadi pertumbuhan dan
perkembangan sangat pesat. Semakin bertamabah umur kebutuhan zat
gizi seseorang lebih rendah untuk tiap kilogram berat badan orang
dewasa.
b) Aktivitas
Aktifitas dalam angka kecukupan gizi ialah suatu kegiatan seseorang
yang beraktifitas dalam menjalankan pekerjaan setiap hari.
c) Jenis Kelamin
Dalam angka kecukupan gizi pada jenis kelamin ialah untuk mengetahui
identitas seorang individu maupun sekelompok masyarakat.
d) Daerah Tempat Tinggal
Suatu penduduk yang bertinggal perkotaan atau pendesaan membutuhkan
pengetahuan tentang pola makan dengan cara yang benar dan baik dalam
tempat waktu makan teratur .
13
Makan seimbang ialah makanan yang memiliki banyak kandungan gizi
dan asupan gizi yang terdapat pada makanan pokok, lauk, hewani, dan
lauk nabati, sayur dan buah.
Bahan makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur dan buah
banyak mengandung vitamin dan mineral yang berperan untuk
melancarkan fungsi organ tubuh.
14
perorangan atau kelompok atau kelompok. Tujuan survey konsumsi
makanan adalah untuk pengukuran jumlah makanan yang di konsumsi
pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan, sehingga di ketahui
kebiasaan makan dan dapat dinilai kecukupan makanan yang dikonsumsi
seseorang.
1. Kebisaan Makan
Kebiasaan makan ialah seseorang atau suatu kebiasaan individu
dalam keluarga maupun di msayarakat yang mempunyai cara makan
dalam bentuk jenis makan, jumlah makan, sayur dan buah yang
dikonsumsi setiap hari.
2. Makanan Sehat
Makanan sehat adalah suatu makanan yang seimbang dengan
berada ragam dengan mengandung zat gizi yang di perlukan oleh tubuh
dalam jumlah yang cukup energy makanan sehat dapat mengkonsumsi
makanan dengan gizi seimbang berbagai jenis makanan yang banyak
mengandung banyak jumlah kalori .
15
(Ariani,2014).
Kadar Asam urat normal pada pria dan perempuan berbeda. Kadar
asam urat normal pada pria berkisar 3,5-7 mg/dl dan pada perempuan 2,6-
6mg /dl. Untuk mengetahui kadar asam urat dalam darah dengan
menggunakan tes asam urat dengan menggunakan AU sure digital asam
16
urat. Kadar asam urat tidak mengalami disebut hiperurisemia. Asam urat
cenderung dialami pria, asam uratnya cenderung lebih tinggi daripada
perempuan karena tidak memiliki estrogen yang ikut membantu
pembuangan asam urat lewat urine . Sementara pada pria, asam uratnya
cenderung lebih tinggi daripaa perempuan karena tidak memiliki hormone
estrogen tersebut. Selain itu usia juga berpengagyruh terhadap kadar asam
urat dimana pada orang tua kadar asam urat dimana pada orang tua kadar
asam urat cenderung sedikit lebih tinggi. Gangguan asam urat terjadi bila
kadar tersebut sudah mencapai lebih dari 12 mg/dl (Fatmah, 2014).
Penyebab asam urat adalah metabolisme tubuh yang tidak
sempurna. Penyebab asam urat bisa juga dari kegagalan ginjal
mengeluarkan asam urat melalui air seni. Adapun faktor dari luar adalah
makanan yang tinggi purin contohnya kacang-kacangan, emping, melinjo,
daging (Jeroan), ikan, coklat, minuman yang mengandung kafein seperti
kopi dan teh. Faktor dari dalam dikarenakan terjadinya proses penyimpanan
metabolism yang umumnya berkaitan dengan faktor usia, dimana usia lebih
dari 40 tahun atau manula lebih beresiko besar terkena asam urat
(Nabyluro’y, 2011).
17
oksigen maka glikogen yang menjadi produk akhir glikosis akan
menghilang dan muncul laktat sebagai produksi akhir utama. Peningkatan
asam laktat dalam darah akan menyebabkan penurunan pengeluaran asam
urat oleh ginjal (Tahta, 2012).
2.3.4 Klasifikasi
Menurut (Suyanto, 2013) penyakit asam urat digolongkan
menjadi penyakit gout primer dan penyakit gout sekunder (Nuceuaprecine
new later).
1) Penyakit gout primer
Sebanyak 99% penyebabnya belum diketahui idiopatik diduga
berkaitan dengan kombinasi factor genetic dan factor hormonal yang
menyebabkan gangguan metabolism yang dapat mengakibatkan
meningkatnya produksi asam urat atau bias juga diakibatkan karena
berkurangnya pengeluaran asam urat dan tubuh.
1) Penyakit gout sekunder
Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi, yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar
purin yang tinggi purin adalah salah satu senyawa luas organic yang
menyusun asam nukleat (asam inti dan sel) dan termasuk dalam
kelompok asam amino, unsur pembentuk protein produksi asam urat
meningkat juga bias karena pnyakit darah (penyakit autrosium tulang,
polissitemia) obat-obatan alcohol, obat-obat kanker. Penyebab lainnya
adalah obesitas (kegemukan), dan kadar triglisarida yang tinggi.
18
2.3.5 Komplikasi Asam Urat
1. Penyakit Ginjal
Komplikasi asam urat yang paling umum adalah gangguan –
gangguan pada ginjal. Gangguan pada ginjal terjadi akiat dari
penanganan pada penderita asam urat akut terlambat menangani
penyakitnya pada penderita asam urat akut terlambat menangani
penyakitnya. Pada penderita asam urat ada dua penyebab gangguan
pada ginjal yaitu terjadinya batu ginjal (batu asam urat) dan risiko
kerusakan ginjal . Batu asam urat terjadi pada penderita yang memiliki
asam urat lebih tinggi dari 13 mg/dl (Rosdiana, 2017).
Asam urat merupakan hasil buangan dari metabolism tubuh melalui
urine, seperti yang telah diketahui, urine diproses di ginjal. Oleh sebab
itu, jika kadar di dalam darah terlalu tinggi maka asam urat yang
berlebih akan membentuk kristal dalam, darah. Apabila jumlahnya
semakin banyak, akan mengakibatkan penumpukan dan pembentukan
batu ginjal (Sari, 2015).
Batu ginjal terbentuk ketika urine mengandung substansi yang
membentuk kristal, seperti kalsium, oksalat dan asam urat. Pada saat
yang sama, urine mungkin kekurangan substansi yang mencegah kristal
menyatu. Kedua hal ini menjadikannya sebuah lingkungan yang ideal
untuk terbentuknya batu ginjal. Batu ginjal tidak menampakan gejala
sampai batu ginjal tersebut bergerak di dalam ginjal atau masuk ke
saluran kemih (ureter) suatu saluran yang menghubungkan gnjal dan
kandungan kemih (Noviyanti, 2015).
Sekitar 20-40% penderita asam urat minimal mengalami
albuminnuri sebagai akibat gangguan fungsi ginjal. Terdapat tiga bentuk
kelainan ginjal yang diakibatkan hiperurisemia dan gout (Hidayat, 2011).
19
tindakan darurat yang bisa dilakukan adalah (Sustrani, Alam, Hadibroto,
2007 ) :
1. Istirahatkan sendi agar lekas sembuh, beri kompres dingin beberapa
jam sekali selama 15 sampai 20 menit pada sendi yang nyeri untuk
mengurangi nyeri .
2. Minum obat penahan sakit (analgesik biasa), untuk menghilangkan
rasa nyeri.
3. Minum banyak air (lebih dari 3,5 liter atau 8 sampai 10 gelas sehari)
untuk membantu mengeluarkan asam urat dari tubuh melalui urin.
4. Bila terjadi komplikasi kelumpuhan pada penderita berusia sangat
lanjut, perlu dilakukan perawatan khusus untuk melatih agar dapat
bergerak mandiri.
20
normalnya adalah 2,4 hingga 6 untuk wanita dan 3,0 hingga 7 untuk
pria.
2. Kontrol makanan yang di konsumsi.
3. Banyak minum air putih, dengan banyak minum air putih kita dapat
membantu membuang purin yang ada dalam tubuh (Damayanti, 2014).
21
2.4 Kerangka Pikir
22
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
23
3.2.2 Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Penyusunan KTI
Bulan
No. Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agust
2020 2020 2020 2020 2020 2020
1. Pembuatan Proposal
2. Study Pendahuluan
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan April 2020 s/d selesai.
24
Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah subyek primer dan
subyek cros check yang memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Subyek primer
a. Penderita asam urat yang memiliki gangguan pola makan
2. Subyek cros check
a. Keluarga/saudara terdekat dari subyek
b. Tetangga yang tinggal berdekatan dengan subyek
25
yang dihadapi subyek, pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-
pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara.
Pedoman wawancara yang disusun, ditujukan kepada yang lebih ahli
dalam hal ini adalah pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap
pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan
wawancara. Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat
pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap
perilaku subyek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan
atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subyek dan
pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan
observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera
mungkin mencatatnya setelah wawancara.
Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan
karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara
dilaksanakan peneliti bertanya kepada subyek tentang kesiapannya untuk
diwawancarai. Setelah subyek bersedia untuk diwawancarai, peneliti
membuat kesepakatan dengan subyek tersebut mengenai waktu dan
tempat untuk melakukan wawancara.
26
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interview
dengan memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaannya dapat disesuaikan dengan masing-masing
individu.
c. Menjadi satu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat teknik ini sudah
tidak dapat dilakukan.
Menurut Yin (2008) dalam buku karangan Arikumto (2010)
disamping kekuatan, metode wawancara juga memiliki kelemahan yaitu:
a. Rentan terhadap yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang
penyusunannya kurang baik.
b. Rentan terhadap yang ditimbulkan oleh respon yang tidak sesuai.
c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi
kurang akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya menyebabkan jawaban yang ingin
didengar oleh interview.
3.5.2 Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode
observasi. Menurut Arikunto (2010) observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara sistemik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini, observasi diperlukan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subjek, prilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti
dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Nursalam (2013) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian
27
dilihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati
tersebut.
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami
proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam
konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap
subyek, prilaku subyek selama wawancara, interaksi subyek dengan peneliti
dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Nursalam (2013) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang
berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian
di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati
tersebut.
Menurut Nursalam (2013) salah satu hal yang penting, namun
sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.
Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data
penting karena:
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam
hal yang akan diteliti atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi
pada penemuan dari pada pembuktian dan mempertahankan pilihan
untuk mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal oleh subyek penelitian
sendiri yang kurang disadari.
d. Observasi memunginkan peneliti memperoleh data hal-hal yang karena
sebab tidak diungkapkan oleh subyek penelitian secara terbuka dalam
wawancara.
e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap
introspektif terhadap penelitian yang dilakukan impresi perasan
pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
3.5.3 Alat Perekam
28
Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara,
agar peneliti dapat berkonsentrasi pada saat pengambilan data tanpa harus
berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subyek. Dalam pengumpulan
data, alat perekam baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari
subyek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara
berlangsung. Alat perekam yang digunakan pada saat melakukan melakukan
penelitian dengan menggunakan handphone Oppo A5S
29
bertindak sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan
masukan terhadap hasil pengumpulan data.
c. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai
teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji
terkumpulnya data tersebut.
d. Triangulasi Metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti memilih
menggunakan triagulasi metode, yakni dengan cara melakukan
wawancara pada saat melakukan penelitian dan ditunjang dengan metode
observasi pada saat wawancara dilakukan.
30
Keajekan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang
penelitian yang sama, sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajekan mengacu pada kemungkinan
penelitian selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian
dilakukan sekali lagi dengan subyek yang sama. Hal ini menunjukkan
bahwa konsep kegiatan keajekan penelitian kualitatif selain menekankan
pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan
data.
31
kembali membaca transkrip wawancara dan melakukan coding, melakukan
pemulihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan
diberi kode dengan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau
dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.
Pada analisis ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang
diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman
terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah
dikelompokkan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan
ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat
menangkap pengalamann, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada
subyek.
32
3.7.6 Penulis Hasil Penelitian
Penulisan data subyek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan
suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah
kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulis yang
dipakai adalah persentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil
penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subyek
dan signifikan other. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subyek
dan signifikan other, dibaca berulang sehingga penulis mengerti benar
permasalahannya, kemudian dianalisis sehingga didapat gambaran mengenai
penghayatan pengalaman dari subyek. Selanjutnya dilakukan interprestasi
secara keseluruhan dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan
dari hasil penelitian.
33
hanya kelompok tertentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
penelitian.
3.8.5 Beneficience
Peneliti melaksanakan penelitian susuai dengan prosedur penelitian
guna mendapatkan hasil yang bermanfaat semaksimal mungkin bagi subjek
penelitian dan dapat digeneralisasikan ditingkat populasi (beneficience),
peneliti meminimalkan dampak yang merugikan bagi subjek.
3.8.6 Honesty
Penelitian dilakukan secara jujur, hati-hati, prefesional,
berperikemanusiaan, dan memperhatikan factor-factor ketepatan,
keseksamaan kecermatan, intimitas, psiologis serta perasaan regilius subjek
penelitian. Menekankan kebijakan penelitian, membagikan keuntungan dan
beban secara merata atau menurut kebutuhan, kemampuan konstribusi dan
pilihan bebas masayarakat. Peneliti memperhatikan aspek keadilan gender
dan hak subjek untuk mendapatkan perlakuan yang sama baik sebelum,
selama, maupun sesudah berpartisipasi dalam penelitian.
3.8.7 Accurate
Setiap informasi yang didapatkan benar berdasarkan bukti bukti
fakta yang memadai, serta dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
34
DAFTAR PUSTAKA
35
Supariasa, dkk, 2012.Pengertian pola makan. http://repository.usu.ac.id/bitstream
Diakses 09/04/2016.
Supriyadi. 2014. Asam Urat. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/125/jtptunimus
Diakses 5/04/2016.
Umar, 2012. Sembuh Dengan Satu titik 2 Bekam untuk 7 penyakit kronis. Solo.
Thibbia.
Utami, 2009. Faktor yang mempengaruhi asam urat. http://stikesmuhla.ac.id/wp-
content/uploads//jurnalsurya Diakses 07/04/2016.
Wachjudi, 2013. Gangguan metabolik gout. http://fkm.unsrat.ac.id/wp-
content/uploads Diakses 06/04/2016.
Wawan dan Dewi. 2014. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.
36
Lampiran 1
37
Lampiran 2
PENGANTAR WAWANCARA
Mengetahui,
Pembimbing Peneliti
38
Lampiran 3
Saya telah mendapat penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan manfaat
penelitian yang berjudul “Manajemen Pola Makan pada Penderita Asam Urat”
Saya mengerti bahwa saya akan menjadi obyek dalam penelitian ini, dan
saya juga mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan merugikan saya.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan
dirahasiakan termasuk mengenai informasi identitas saya juga tidak akan ditulis
pada instrument penelitian.
Saya mengerti bahwa saya juga berhak menolak atau mengundurkan diri
dalam penelitian ini setiap saat tanpa ada sanksi dan kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberi kesempatan bahwa saya juga berhak menolak atau
mengundurkan diri dalam penelitian atau mengenai peran saya dalam penelitian
ini dan telah mendapatkan jawaban yang memuaskan dari peneliti. Saya secara
sukarela dan sadar bersedia menjadi obyek penelitian dengan menandatangani
surat persetujuan ini.
Peneliti Subyek
Saksi 1 Saksi 2
(………………………….) (……………………..…….)
39
Lampiran 4
40
Lampiran 5
PEDOMAN WAWANCARA
I. Pendahuluan
1. Memberisalam, memperkenalkan diri, saya Desy Ariza Eka Putri, asal
Probolinggo, mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul HasanProbolinggo.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara. Tujuan saya disini adalah
melakukan wawancara dan atau Tanya jawab untuk mengetahui
Manajemen pola makan pada penderita asam urat
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang informan
berikan akan kami rahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan
pendidikan. Mohon kesediannya untuk memberikan informasi yang
terbuka tanpa ada yang ditutup- tutupi. Setelah selesai penelitian hasil
rekaman akan kami hapus.
4. Mempersiapkan alat perekaamnya dan setelah semua siap minta ijin
menyalakan alat perekamnya.
5. Selanjutnya peneliti mulai melakukan wawancara dengan informan.
41
I. Identitas Subyek
a. Nama (Inisial) :
b. TTL/Usia :
c. Jenis Kelamin :
d. Pendidikan Terakhir :
e. Pekerjaan :
f. Status :
g. Alamat :
No. PERTANYAAN
1. Apakah Anda mengetahui anjuran makanan untuk penderita Asam
Urat?
2. Apakah anda mengetahui bahwa makanan yang mengandung tinggi
purin bisa menyebabkan Asam urat?
3. Apakah Anda mengetahui ikan, daging dan kacang – kacangan tidak
boleh di konsumsi bagi penderita asam urat ?
4. Apakah keluarga saudara ada yang mengalami penyakit asam urat?
5. Apakah anda tahu komplikasi dari asam urat?
6. Bagaimana pola makan yang benar untuk penyakit asam urat menurut
anda?
7. Apakah Anda mengetahui cara mencegah asam urat ?
8. Apakah Anda mengetahui makanan apa saja yang dilarang untuk
penderita asam urat ?
9. Apakah Anda mengetahui aktivitas apa saja yang dapat mengurangi
gejala asam urat ?
10. Apakah Anda mengetahui cara mengatur pola makan pada penderita
asam urat ?
42
PEDOMAN WAWANCARA TRIANGGULASI DATA
I. Pendahuluan
1. Memberisalam, memperkenalkan diri, saya Desy Ariza Eka Putri, asal
Probolinggo, mahasiswa Program Studi D3 Keperawatan STIKES
Hafshawaty Pesantren Zainul HasanProbolinggo.
2. Menjelaskan maksud dan tujuan wawancara. Tujuan saya disini adalah
melakukan wawancara dan atau Tanya jawab untuk mengetahui
Manajemen Pola Makan Pada Penderita Asam Urat.
3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang informan
berikan akan kami rahasiakan dan hanya digunakan untuk kepentingan
pendidikan. Mohon kesediannya untuk memberikan informasi yang
terbuka tanpa ada yang ditutup- tutupi. Setelah selesai penelitian hasil
rekaman akan kami hapus.
4. Mempersiapkan alat perekaamnya dan setelah semua siap minta ijin
menyalakan alat perekamnya.
5. Selanjutnya peneliti mulai melakukan wawancara dengan informan.
43
II. Identitas Subyek
Hari :
Tanggal :
Waktu :
Tempat :
Nama Informan :
III. Daftar Pertanyaan Manajemen Pola Makan pada Penderita Asam Urat.
No. PERTANYAAN
1. Apakah Anda tahu bagaimana anjuran makanan untuk penderita Asam
Urat?
2. Apakah anda tahu bahwa makanan yang mengandung tinggi purin bisa
menyebabkan Asam urat?
3. Apakah Anda mengetahui ikan, daging dan kacang – kacangan tidak
boleh di konsumsi bagi penderita asam urat ?
4. Apa anda memiliki riwayat keturunan asam urat pada keluarga anda?
5. Apa Anda tahu komplikasi asam urat ?
6. Bagaimana pola makan yang benar untuk penyakit asam urat ?
7. Apa Anda tahu cara mencegah asam urat ?
8. Tahukah Anda makanan apa saja yang dilarang untuk penderita asam
urat ?
9. Apa Anda mengetahui aktivitas apa saja yang dapat mengurangi gejala
asam urat ?
10. Apakah Anda tahu cara mengatur pola makan pada penderita asam
urat ?
44
Lampiran 6
MAPPING JURNAL
Nama : Desy Ariza Eka Putri
NIM : 14401.16.17006
Judul : Manajemen Pola Makan pada Penderita Asam Urat
Pembimbing 1 : Widya Addiarto, S.Kep., Ns., M.Kep
Pembimbing 2 : Mariani, S.Kep., Ns., MPH
N Judul Tujuan Metode Hasil Kesimpulan
o Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian
/ Tahun/ Dan Teori
Penerbit/
Penulis
1. Manajaem Mengidentifika Jenis Hasil Kesimpulanny
Pola si hubungan penelitian
penelitian ini a adalah ada
Makan pola makan adalah hampir hubungan pola
Pada dengan kadar analitik setengahnya makan dengan
penderita asam urat pada dengan (42,2%) kadar asam
Asam Urat pra lansia di menggunaka responden urat pada pra
RT:02/RW:02 n desain pola makan lansia di
Desa penelitian adalah baik RT:02/RW:02
Candimulyo cross sejumlah 19 Desa
Kecamatan sectional. orang, Candimulyo
Jombang sebagian Kecamatan
Kabupaten besar Jombang
Jombang. (68,9%) Kabupaten
responden Jombang. Kat
kadar asam a Kunci :
urat normal Kadar Asam
sejumlah 31 Urat, Pola
orang. Uji Makan, Pra
wilcoxon Lansia
menunjukka
n bahwa
nilai
signifikansi
r = 0,000 <
a (0,05),
sehingga H1
diterima.
2. Pengaruh Penelitian ini Jenis Hasil uji Asupan purin
asupan bertujuan penelitian statistik berpengaruh
purin dan mengetahui adalah menunjukka terhadap kadar
cairan pengaruh observasiona n tidak ada asam urat,
45
terhadap asupan purin l dengan pengaruh sedangkan
asam urat dan cairan rancangan antara cairan tidak
terhadap kadar cross- cairan berpengaruh
asam urat sectional. dengan terhadap kadar
kadar asam asam urat
urat pada penderit
(p>0,05) usia 50-60
dan ada tahun.
pengaruh
positif
asupan
purin
terhadap
kadar asam
urat
(p<0,05).
3. Hubungan Mengetahui Rancangan Hasil Ada hubungan
Konsumsi hubungan penelitian ini penelitian konsumsi
Makanan konsumsi adalah studi menunujukk makanan
Sumber makanan korelasi an bahwa sumber purin
Purin sumber purin dengan paling dengan kadar
Dengan dengan kadar pendekatan banyak asam urat
Kadar asam urat pada cross- responden pada penderita
Asam Urat penderita usia sectional. yang usia 45-59
45-59 tahun mengkonsu tahun.
msi
konsumsi
makanan
sumber
purin
dengan
kategori
lebih yaitu
52,1%,
kategori
cukup
sebanyak
32,1% dan
responden
yang
mengkonsu
msi
makanan
sumber
purin dalam
kategori
kurang
sesebanyak
46
15,5%.
Sebanyak
39,4%
responden
memiliki
kadar asam
urat normal
dan 60,6%
responden
memiliki
kadar asam
urat tinggi.
4. Hubungan Mengetahui Penelitian Hasil Terdapat
pengetahua hubungan antara analitik penelitian hubungan
n diet pengetahuan dengan studi 80,7% antara
purin diet purin cross responden pengetahuan
dengan dengan kadar sectional adalah usia diet purin
kadar asam asam urat pasien dilakukan 19-60 tahun. dengan kadar
urat pasien gout pada 52 Responden asam urat
gout arthritis. responden perempuan pasien gout
arthritis dengan 55,8%. arthritis
metode Responden
consecutive tidak
sampling. bekerja
34,6%.
Pengetahuan
kurang
71,1% dan
sebagian
besar adalah
responden
hiperurisemi
a 75%.
Hasil
analisis uji
Fisher Exact
test didapat
p-value
0,005 (α <
0,05).
47
Lampiran 7
LEMBAR KONSULTASI
48
wancara
49
LEMBAR KONSULTASI
50
6. 22 April BAB 2 1) Penulisan diperhatiakan ( jarak spasi nya)
2020 2) Isi konsep Acc
3) Lanjutkan bab 3
7. 23 April BAB 2 Kerangka berfikirnya di tambahkan tentang
2020 konsep pola makan
51