Bab I Pengantar Kosmetologi
Bab I Pengantar Kosmetologi
Bab I Pengantar Kosmetologi
2. Kosmetik tradisional:
a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan
alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional
d. BUHLER TEST
1. Tiga kelompok marmut, masing-masing terdiri dari 10-20 ekor.
2. Kelompok eksperimen diuji dengan bahan yang akan dites plus pelarut.
3. Kelompok kontrol hanya dengan pelarut.
4. Kelompok negatif kontrol hanya dengan bahan yang akan dites.
5. Bahan dicairkan dan dioleskan ke kulit binatang dengan sistem occlusive patch
selama 6 jam.
6. Aplikasi dengan jarak 1 minggu selama 3 minggu.
7. Dapat dipakai untuk produk jadi.
8. Tes ini banyak menguntungkan, kurang menimbulkan iritasi, hanya menimbulkan
sedikit kesan positif yang palsu.
9. Digunakan sebagai penyaringan pertama untuk produk jadi.
a. PRECLINICAL TEST
1. Iritasi karena bahan-bahan kimia adalah satu-satunya penyebab peradangan pada
mata.
2. Tes yang dapat dilakukan: DRAIZE EYE IRRITATION TEST pada kelinci albino.
3. Iritasi pada mata karena bahan kimia dapat dites pada bagian mata: conjunctiva,
iris, dan cornea.
4. Reaksi yang timbul: conjunctiva (erythema, edema), iris (hyperaemia), cornea
(opacity).
b. CLINICAL TEST
1. Test iritasi objektif dilakukan pre-clinically, sedangkan tes subjektif dievaluasi
langsung di mata.
2. Tes langsung berupa pemberian bahan yang akan dites ke mata dan menentukan
responsnya: sakit, panas, gatal, air mata.
7.5 Phototoxicity
a. ANIMAL TESTING
1. Tikus dan kelinci yang sudah tidak berbulu diekspos ke bahan kimia selama 5-10
menit sebelum dikenai cahaya.
2. Pada manusia dibutuhkan waktu yang lebih lama (optimal 1 jam).
b. HUMAN TESTING
1. Tes ini cukup aman karena hanya sebagian kecil daerah yang dites dan dapat
dilakukan di daerah lengan dan belakang tubuh, sehingga daerah wajah dapat
dihindari.
2. Tes ini menimbulkan dermatitis setempat yang mudah sembuh.
3. Kemungkinan dalam waku beberapa minggu sampai beberapa bulan timbul
hiperpigmentasi.
7.6 Test Iritasi untuk Sabun dan Detergent Bars
a. CHAMBER TEST
1. Digunakan 80% larutan dengan melarutkan potongan sabun di air dan dipanaskan
perlahan-lahan. Bila dingin, larutan akan menjadi pasta. Dengan memanaskannya
40o C, pasta itu akan mencair kembali.
2. Cara:
Cairan yang akan diuji dioleskan ke kulit lengan bawah bagian dalam
orang-orang yang telah dipilih.
Dengan teknik occlusive digunakan duhring chambers, dengan volume 0,1
ml.
6-8 chamber difiksasikan di lengan bawah dengan gulungan pita yang
berpori-pori.
Pertama-tama dioleskan selama 24 jam, lalu larutan yang baru
diaplikasikan kekulit yang sama 6 jam sehari selama 4 hari berturut-turut.
Pada saat bebas (7 jam dihari kedua dan 14-16 jam pada hari selanjutnya)
kulit tidak dilindungi atau diberi apa-apa.
Reaksi kulit dinilai pada hari ke-8 sesudah aplikasi pertama, dengan nilai
sebagai berikut:.
Erythema (kemerahan):
1+ : Sedikit, flek, atau menyeluruh
2+ : Sedang, merah seluruhnya
3+ : Hebat
4+ : Merah sekali, dengan pembengkakan atau kerusakan epidermis
Scaling (Pengelupasan):
1+ : Kekeringan
2+ : Pengelupasan ringan
3+ : Pengelupasan sedang
4+ : Pengelupasan hebat
Fissures (Retak-retak):
1+ : Retak halus
2+ : Satu atau lebih retak yang lebih lebar
3+ : Retak yang luas dengan pendarahan atau eksudasi
Bila timbul erythema hebat (4+), tes dihentikan.
b. WASH TEST
1. Antecubital Wash test
Daerah antecubital orang-orang yang dipilih dicuci dengan bahan yang
akan dites dua kali sehari.
Sepotong kapas non-woven (5x5 cm) dilembabkan dengan air hangat.
Busa dibuat di tempat sabun, lalu kulit dicuci selama 1 menit dengan
kapas yang diberi busa.
Sesudah dibilas ringan, prosedur nomer 3 diulang selama 1 menit lagi.
Busa ditinggalkan di kulit selama 2 menit, lalu dibilas bersih.
Kulit dikeringkan dengan handuk yang lembut.
Dilakukan tes yang sama dengan bahan yang sama di daerah antecubital
lain untuk perbandingan.
2. Facial Wash Test
Kedua belah pipi dicuci 2x sehari sama seperti wash test kecuali bahwa
busa segera dibilas setelah pipi dicuci dengan sabun selama 2 menit.
Reaksi dikulit dinilai 30 menit setelah itu, dengan penilaian sebagai
berikut:
Erythema (kemerahan):
1+ : Tipis, flat
2+ : Sedang (diameter < 3 cm)
3+ : Hebat (diameter > 3 cm)
4+ : Sangat hebat (diameter > 10 cm, dengan erasi punctata
Discomfort (rasa terganggu):
1+ : Sedikit tegang
2+ : Tegang yang hebat
3+ : Sakit ringan (rasa terbakar)
4+ : Sakit hebat
Pencucian dikedua pipi dihentikan bila segera timbul iritasi hebat atau 3 +, 4 +
ketidaknyamanan.
c. SCARIFICATION TEST
1. Untuk menilai jaringan yang sebenarnya.
2. Tanpa stratum corneum (lapisan tanduk) sebagai penghalang.
3. Test dilakukan pada sekelompok sabun dan detergent bar, dibedakan dengan kulit
yang utuh.
4. Sesudah kulit dilukai dengan jarum halus, produk dengan konsentrasi 0,1% dan
1,5% diaplikasikan dengan sistem occlusive selama 3 hari ke bagian dalam lengan
bawah 10 sukarelawan.
5. Reaksi dinilai pada hari terakhir dengan nilai: 0 = negatif, 4+ = kemerahan hebat
dengan nekrosis.
b. HUMAN TESTING
1. Langsung pada wajah
Dipilih remaja yang telah menderita jerawat atau yang mudah mengidap
jerawat.
Sebelum tes dilakukan, jerawat yang ada dihitung, bahan diaplikasikan
selama 4-8 minggu, lalu dinilai kembali.
2. Patch test pada bagian belakang tubuh
Dipilih 4-6 pria yang mudah timbul jerawat pada tubuh bagian belakang.
Tes dilakukan di area yang cukup luas secara tertutup selama 30 hari,
dengan beberapa penggantian.
Pada awal dan akhir tes dilakukan biopsi pada folikel di daerah yang dites
dan lapisan keratinnya yang paling atas telah dihilangkan.
Hasil tes yang menunjukan penyumbatan keratin menunjukan peningkatan
serbuk keratin pada pemeriksaan mikroskopis.
Tingkat respon positif tergantung dari derajat sumbatannya.
Baru
Sejak zaman dahulu, ilmu kedokteran telah turut berperan dalam dunia kosmetik dan
kosmetologi. Data dari hasil penyelidikan antropologi, arkeologi, dan etnologi di Mesir dan India
membuktikan pemakaian ramuan seperti bahan pengawet mayat dan salep-salep aromatik, yang
dapat dianggap sebagai bentuk awal kosmetik. Penemuan tersebut menunjukkan telah
berkembangnya keahlian khusus di bidang kosmetik pada masa lalu.
Hippocrates (460-370 SM) dan kawan-kawannya berperan penting pada awal
perkembangan kosmetik dan kosmetologi modern melalui dasar-dasar dermatologi, diet, dan
olahraga sebagai sarana yang baik untuk kesehatan dan kecantikan. Pada zaman Renaisans
(1300-1600), banyak universitas didirikan di Inggris, Eropa Utara, Eropa Barat, dan Eropa
Timur. Karena ilmu kedokteran semakin bertambah luas, maka kosmetik dan kosmetologi
dipisahkan dari ilmu kedokteran (Henri De Modevili, 1260-1325).
Di Indonesia baru pada tahun 1970 kosmetologi dalam lingkungan dermatologi secara
resmi dikembangkan di Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, yaitu dengan didirikannya
Sub-Bagian Bedah Kulit dan Kosmetik pada Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin yang
sekarang menjadi Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUI-RSCM, oleh Dr. Retno I.S
Tranggono dengan restu Kepala Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan KelaminFKUI saat itu, yaitu
(alm) Prof. Dr. M. Djoewari.
Kosmetik berasal dari kata Yunani “kosmetikos” yang berarti keterampilan menghias,
mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
445/MenKes/Permenkes/1998 adalah “Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap
untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin
bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah, daya tarik, mengubah
penampakan, melindungi supaya tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak
dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit.”
Obat adalah bahan, zat, atau benda yang dipakai untuk diagnosa, pengobatan, dan pencegahan
suatu penyakit atau yang dapat mempengaruhi struktur dan faal tubuh. Tidak ada bahan kimia
yang bersifat indeferens (tidak menimbulkan efek apa-apa) jika dikenakan pada kulit
(Lubowe,1955, Kligman 1982, Celleno, 1988). Karena itu pada tahun 1955 Lubowe menciptakan
istilah “Cosmedics” yang merupakan gabungan dari kosmetik dan obat yang sifatnya dapat
mempengaruhi faal kulit secara positif, namun bukan obat. Pada tahun 1982 Faust
mengemukakan istilah “Medicated Cosmetics”. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada
masyarakat modern adalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik melalui make-up,
meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang, melindungi kulit dan rambut dari kerusakan
sinar UV, polusi dan faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan, dan secara umum,
membantu seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup.
Penggolongan kosmetik antara lain menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI, menurut
sifat modern atau tradisionalnya, dan menurut kegunaannya bagi kulit.
2. Kosmetik tradisional:
a. Betul-betul tradisional, misalnya mangir, lulur, yang dibuat dari bahan
alam dan diolah menurut resep dan cara yang turun-temurun.
b. Semi tradisional, diolah secara modern dan diberi bahan pengawet agar
tahan lama.
c. Hanya namanya yang tradisional, tanpa komponen yang benar-benar
tradisional dan diberi zat warna yang menyerupai bahan tradisional
2. Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up)
Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan
penampilan yang lebih menarik serta menimbulkan efek psikologis yang baik, seperti percaya
diri (self confidence). Dalam kosmetik riasan, peran zat warna dan zat pewangi sangat besar.
Tanda iritasi pada mata: merah, bengkak, sakit, panas (erythema, edema, pain, heat).
a. PRECLINICAL TEST
1. Iritasi karena bahan-bahan kimia adalah satu-satunya penyebab peradangan
pada mata.
2. Tes yang dapat dilakukan: DRAIZE EYE IRRITATION TEST pada kelinci
albino.
3. Iritasi pada mata karena bahan kimia dapat dites pada bagian mata:
conjunctiva, iris, dan cornea.
4. Reaksi yang timbul: conjunctiva (erythema, edema), iris (hyperaemia), cornea
(opacity).
b. CLINICAL TEST
c. HUMAN USE TEST
1. Dengan memakai produk jadi untuk meneliti potensi iritasi pada mata.
2. Dilakukan setiap hari selama 1 bulan.
3. Dilakukan pemeriksaan setiap minggu oleh dermatologist dan atau
ophthalmologist.
7.5 Phototoxicity
a. ANIMAL TESTING
1. Tikus dan kelinci yang sudah tidak berbulu diekspos ke bahan kimia selama
5-10 menit sebelum dikenai cahaya.
2. Pada manusia dibutuhkan waktu yang lebih lama (optimal 1 jam).
b. HUMAN TESTING
1. Tes ini cukup aman karena hanya sebagian kecil daerah yang dites dan dapat
dilakukan di daerah lengan dan belakang tubuh, sehingga daerah wajah dapat
dihindari.
2. Tes ini menimbulkan dermatitis setempat yang mudah sembuh.
3. Kemungkinan dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan timbul
hiperpigmentasi.
2. Cara:
Cairan yang akan diuji dioleskan ke kulit lengan bawah bagian
dalam orang-orang yang telah dipilih.
Dengan teknik occlusive digunakan duhring chambers, dengan
volume 0,1 ml.
6-8 chamber difiksasikan di lengan bawah dengan gulungan pita
yang berpori-pori.
Pertama-tama dioleskan selama 24 jam, lalu larutan yang baru
diaplikasikan kekulit yang sama 6 jam sehari selama 4 hari
berturut-turut.
Pada saat bebas (7 jam dihari kedua dan 14-16 jam pada hari
selanjutnya) kulit tidak dilindungi atau diberi apa-apa.
Reaksi kulit dinilai pada hari ke-8 sesudah aplikasi pertama,
dengan nilai sebagai berikut:.
Erythema (kemerahan):
1+ : Sedikit, flek, atau menyeluruh
2+ : Sedang, merah seluruhnya
3+ : Hebat
4+ : Merah sekali, dengan pembengkakan atau kerusakan epidermis
Scaling (Pengelupasan):
1+ : Kekeringan
2+ : Pengelupasan ringan
3+ : Pengelupasan sedang
4+ : Pengelupasan hebat
Fissures (Retak-retak):
1+ : Retak halus
2+ : Satu atau lebih retak yang lebih lebar
3+ : Retak yang luas dengan pendarahan atau eksudasi
Bila timbul erythema hebat (4+), tes dihentikan.
b. WASH TEST
c. SCARIFICATION TEST
b. RABBIT SKIN IRRITATION TEST (OCCULUSIVE)
1. Digunakan 6 ekor kelinci: satu sisi badan dilukai, sisi yang lain utuh.
2. Satu aplikasi dilakukan dengan occlusive bandage.
3. Satu gram bahan diaplikasikan tanpa dibilas pada area seluas 4 x 4 cm.
4. Kemerahan dievaluasi pada jam ke-24 dan 48.
c. RABBIT EYE IRRITATION TEST