Cover Tradisi Lisan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 10

TRADISI LISAN DAN TIPE

KEBUDAYAAN INDONESIA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata
Kuliah Tradisi Lisan Dan Tulisan Jawi

Disusun Oleh:
- Aulia Rahmadan (190704034)
- Muhammad Reza Rachman (190704070)
- Suci Nuraisah (190704032)
- Almaida Cielvani (190704024)
- Amanah (190704026)
- Devani Asy Syam Sagala (190704030)
- Namira Az-Zahra (190704028)

PROGRAM STUDI SASTRA ARAB


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami ucapkan
puji syukur atas kehadirat-Nya. yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tradisi Lisan Dan Tipe Kebudayaan
Indonesia”.
Shalawat dan salam senantiasa kita curahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad
SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna
dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Pratama Lubis, S.S, M.Hum.
selaku dosen mata kuliah “Tradisi Lisan Dan Tulisan Jawi” dan teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Makalah ini ditujukan sebagai tugas kelompok mata kuliah Tradisi Lisan Dan Tulisan Jawi di
jurusan Sastra Arab, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara. Kami menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh sebab itu, kami menerima adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami
buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sasaran yang
membangun. Semoga makalah ini mudah dipahami dan dapat bermanfaat bagi pembaca maupun
penyusunnya.

Medan, 22 April 2020

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................i
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
a. Latar Belakang.........................................................................................................1
b. Rumusan Masalah....................................................................................................1
c. Tujuan Penulisan......................................................................................................1

BAB II..................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..................................................................................................................2
1. Pengertian Tradisi Lisan dan Kebudayaan...............................................................2
2. Hubungan antara Tradisi Lisan dan Kebudayaan ....................................................2
3. Tipe Kebudayaan .....................................................................................................3

BAB III.................................................................................................................................6
PENUTUP............................................................................................................................6
A. Kesimpulan ..............................................................................................................6
B. Saran ........................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tradisi lisan di tengah kemajuan peradaban umat manusia yang ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan komunikasi modern. Tradisi lisan sebagai
kekuatan kultural merupakan sumber terbentuknya peradaban dalam berbagai aspek kehidupan
penting dilestarikan. Dalam bentuk dan isinya yang kompleks tidak hanya mengandung cerita,
mitos, legenda, dan dongeng, tetapi juga mengandung berbagai hal yang menyangkut hidup dan
kehidupan komunitas pemiliknya. Misalnya, kearifan lokal (local wisdom), sistem nilai,
pengetahuan tradisional (lokal knowledge), sejarah, hukum, adat, pengobatan, sistem
kepercayaan, religi, dan astrologi, serta berbagai hasil seni (Abdul Rozak, 2012).
Tradisi bukanlah hal yang sudah selesai dan berhenti, melainkan suatu hal yang masih ada terus
dalam berproses dan berkembang berkaitan dengan situasi dan kondisi kehidupan pendukungnya.
Tradisi biasanya berkembang mengikuti arus perubahan sosial, dan kehidupan pendukungnya
namun perubahan yang terjadi tidaklah melenceng jauh dari akarnya.
Tradisi lisan di Indonesia telah berkembang sebelum masyarakat Indonesia mengenal aksara.
Tradisi lisan pada awalnya berkembang di seluruh Nusantara dan menjadi salah satu kekayaan
budaya masyarakat Indonesia. Setelah aksara masuk ke Nusantara, perkembangannya beriringan
dengan tradisi tulisan.
Tradisi lisan merupakan tradisi yang berkembang di dalam masyarakat yang diceritakan dari
mulut ke mulut dan secara turun -temurun, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Tradisi lisan
erat kaitannya dengan adat-istiadat yang melekat pada suatu masyarakat (Okta Adetya, 2010).
Tradisi lisan yang ada di suatu wilayah dapat berupa mitos, dongeng, legenda, adat-istiadat atau
kebiasaan, dan bentuk-bentuk yang lain. Kebanyakan dari tradisi lisan itu mengandung filosofi
yang diyakini oleh masyarakat sehingga menjadikannya kepercayaan.
Sedangkan kebudayaan menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan perilaku
dari manusia dan hasil yang diperoleh melalui proses belajar dan segalanya tersusun dalam
kehidupan masyarakat.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tradisi lisan dan kebudayaan?
2. Apakah hubungan antara tradisi lisan dan kebudayaan?
3. Apa sajakah tipe kebudayaan indonesia?

C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui dan memahami pengertian tradisi lisan dan kebudayaan.
2. Mengetahui hubungan antara tradisi lisan dan kebudayaan.
3. Mengetahui tipe kebudayaan Indonesia dan pembagiannya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tradisi Lisan dan Kebudayaan

a. Tradisi Lisan

Secara umum, tradisi lisan merupakan suatu adat kebiasaan turun-temurun yang dijalankan oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu untuk menyampaikan suatu pesan dalam bentuk lisan (bahasa
lisan) kepada masyarakat generasi penerus. Roger dan Pudentia (dalam Endraswara, 2013: 200)
mendefinisikan tradisi lisan sebagai bagian dari folklore yang berisikan beragam pengetahuan dan
wujud gagasan kebiasaan yang disampaikan melalui lisan dengan cara turun-temurun dan
mencangkup cerita rakyat, legenda, mite, serta sistem kognasi (kekerabatan) asli yang lengkap,
dijadikan sebagai contoh sejarah, pelaksanaan hukum, peraturan yang menjadi kebiasaan, dan
pengobatan.

b. Kebudayaan

Secara etimologis, kata “Kebudayaan” berasal dari bahasa Sanskerta, Buddhayah, bentuk jamak
dari kata buddhi yang berarti akal atau budi. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.
Kebudayaan menurut Ki Hajar Dewantara berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran di
dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada
lahirnya bersifat tertib dan damai. Menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan
perilaku dari manusia dan hasil yang diperoleh melalui proses belajar dan segalanya tersusun
dalam kehidupan masyarakat.

2. Hubungan antara Tradisi Lisan dan Kebudayaan

Membicarakan kehidupan tradisi lisan secara keseluruhan tidak terlepas dari nilai budaya dan
persoalan kesusastraan daerah, khususnya tradisi lisan yang merupakan warisan budaya daerah secara
turun-temurun dan mempunyai nilai luhur yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan dalam usaha
menangkal efek negatif globalisasi. Nilai budaya itu merupakan konsep hidup di dalam alam pikiran
sebagian besar warga masyarakat, terutama hal-hal yang dianggap bernilai, sehingga selalu menjadi dasar
dan pedoman bagi masyarakat dalam kehidupannya. Tradisi lisan di Indonesia telah berkembang sebelum
masyarakat Indonesia mengenal aksara. Tradisi lisan pada awalnya berkembang di seluruh Nusantara dan
menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Indonesia. Setelah aksara masuk ke Nusantara,
perkembangannya beriringan dengan tradisi tulisan. Tradisi lisan yang ada di suatu wilayah dapat berupa
mitos, dongeng, legenda, adat-istiadat atau kebiasaan, dan bentuk-bentuk yang lain. Kebanyakan dari
tradisi lisan itu mengandung filosofi yang diyakini oleh masyarakat sehingga menjadikannya
kepercayaan. Jadi, dapat disimpulkan tradisi lisan erat kaitannya dengan antropologi karena berhubungan
dengan masyarakat dan kebudayaan di suatu daerah.
Kedudukan tradisi lisan sebagai bagian dari warisan budaya bangsa ditetapkan dalam Konvensi
UNESCO, 17 September 2003. Sebagai bagian dari intangible cultural heritage, dikatakan bahwa “Oral
traditions is important to be transmitted value things: oral traditions is going to be the source of identity
for humanity in this millenium”. Selain merupakan identitas komunitas dan salah satu sumber penting
dalam pembentukan karakter bangsa, tradisi lisan juga sebagai pintu masuk memahami permasalahan
dalam masyarakat pemilik tradisi yang bersangk utan (tradisilisan.blogsport.com diakses 8 April 2013).
Tradisi lisan dituturkan, didengarkan, dan dihayati secara bersama-sama pada peristiwa tertentu,
dengan maksud dan tujuan tertentu pula. Peristiwa- peristiwa tersebut antara lain berkaitan dengan
upacara perkawinan, upacara menanam dan menuai padi, kelahiran bayi dan upacara yang bertujuan
magis.
Contoh pengaruh tradisi lisan terhadap kebudayaan adalah adanya suatu kawasan pertanian di Bali di
wilayah pegunungan, yaitu desa Tambakan yang terletak di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten
Buleleng. Desa ini mempunyai sejumlah teks mitos yang memiliki makna penting bagi masyarakatnya,
serta eksistensinya masih dipercaya sampai sekarang. Salah satunya adalah teks mitos bulu geles.
Demikian juga bagi masyarakat yang mempunyai masalah dalam kehidupannya seperti panen kurang
berhasil, tidak punya keturunan, ingin punya anak laki-laki, naik pangkat ataupun permasalahan yang
lain, dapat memohon di Pura Dalem desa setempat dengan perjanjian apabila permohonannya telah
dikabulkan yang bersangkutan akan melepas seekor anak sapi jantan (bulu geles). Di kemudian hari
apabila permohonannya telah dikabulkan maka perjanjian itu harus dipenuhi. Sapi tersebut di kemudian
hari dipercaya akan memberikan petunjuk bagi masyarakat mengenai kesuburan, lingkungan sosial dan
alam, kesejahteraan, rejeki dan tidak ketinggalan malapetaka bagi masyarakatnya. Kepercayaan
masyarakat tentang teks mitos bulu geles ini masih kuat dalam kehidupan masyarakat, khususnya
masyarakat desa Tambakan.
Di desa Tambakan, masyarakat sampai sekarang masih melakukan tradisi seperti pelepasan bulu geles.
Bulu geles di upacarai dengan sarana bebantenan barulah dilepas, bulu geles inilah yang disebut i dewa .
Teks mitos ini awalnya adalah bertujuan untuk membayar kaul, naik jabatan, ingin punya anak, ingin
punya anak laki-laki, naik kelas, dan sebagainya. Masyarakat desa Tambakan meyakini sapi yang dilepas
itu akan menjadi sapi jagiran (sapi jantan yang besar), dan pada saat tertentu berkeliling desa. Setiap desa
atau sawah yang dilalui oleh i dewa dipercaya akan memperoleh kesuburan. Hal yang tidak boleh
dilakukan oleh masyarakat pada saat i dewa itu berkeliling adalah berkata kasar atau mencaci. Menurut
kepercayaan masyarakat setempat, apabila berkata kasar apalagi mencaci i dewa, maka bencana akan
melanda baik bagi pelaku maupun masyarakat setempat.

3. Tipe Kebudayaan

Kebudayaan adalah keseluruhan kebiasaan kelompok masyarakat yang tercermin dalam pengetahuan ,
tindakan, dan hasil karyanya sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk memahami lingkungannya
dan yang menjadi pedoman tingkah lakunya untuk mencapai kedamaian dan kesejahteraan hidupnya.
Tipe kebudayaan yang dibicarakan disini menyangkut realita variasi budaya dalam hal originalitasnya,
cakupan budaya itu dan muncul kebiasaan baru yang bertentangan dengan kebudayaan yang telah mapan.
Dalam kenyataan perkembangan budaya bangsa kita dewasa ini, berdasarkan orginalitas tradisi, paling
tidak ada 4 tipe kebudayaan kita, yaitu:

1. Kebudayaan etnik (ethnic culture), yakni kebudayaan setiap etnik yang relatif masih
murni.
Kebudayaan tipe pertama yakni kebudayaan etnik masih mudah kita temukan karena semua
kebudayaan suku bangsa yang masih dipelihara oleh masyarakat termasuk kebudayaan etnik.
Oleh karena itu penghitungan etnik dan penghitungan kebudayaan sering paralel dengan jumlah
bahasa etnik, maka jumlah bahasa etnik boleh saja sama dengan jumlah budaya etnik. Bahasa
etnik di Indonesia kurang lebih 750 dan karena itu kebudayaan dan bahasa etnik mencerminkan
bangsa itu sendiri, dalam hal bahasa juga sebagai bagian kebudayaan yang digunakan oleh
masyarakat etnik sebagai alat komunikasi untuk mengungkapkan pikiran dan
perasaannya.perkembang bahasa etnik di indonesia cukup pesat karena terjadi persebaran dan
perpisahan bahasa dari satu bahasa proto ke bangsa-bahasa turunanya,yang dimulai dari dialek
menjadi bahasa.

2. Kebudayaan etnik-baru (new-ethnic culture), yakni kebudayaan baru yang berakar pada
kebudayaan etnik.
Kebudayaan tipe kedua, yakni kebudayaan baru yang berakar dari kebudayaan etnik adalah
semua kebudayaan baru yang masih memperlihatkan unsur atau akar budaya etniknya.
Kebudayaan ini dapat disingkat dengan kebudayaan Etnik-Baru untuk menunjukkan bahwa
kebudayaan itu yang baru dikenal bangsa kita , tetapi masih memiliki nuansa tradisi etnik. Dalam
hal bahasa, bahasa indonesia merupakan tipe kedua ini karena bahasa indonesia sudah menjadi
kebudayaan yang baru jelas-jelas berakar dari kebudayaan etnik. Akar utamanya adalah bahasa
melayu tetapi sudah mendapat penambahan kosakata baru yang bukan hanya berasal dari
kebudayaan etnik.

3. Kebudayaan etnik-asing (Foreign Etnic Culture) yakni kebudayaan etnik yang langsung
dipengaruhi kebudayaan asing.
Kebudayaan tipe ketiga, yakni kebudayaan etnik yang langsung berorientasi pada kebudayaan
asing (etnik-asing) sudah mulai muncul dalam kebudayaan kita seperti musik etnik yang digabung
dengan musik asing dan pakaian modern yang menggunakan bahan etnik, yang bermanfaat untuk
mengangkat kebudayaan etnik terutama dengan konsep industri kreatif atau industri budaya.
Persoalan yang akan diangkat dalam hal ini adalah bagaimana menjadikan keragaman budaya
etnik atau tradisi lisan sebagai potensi industri kreatif dengan bantuan teknologi informasi
sebagaimana yang telah diuraikan.

4. Kebudayaan Baru-Asing (Foreign-New Culture), yakni kebudayaan baru yang berorientasi


pada kebudayaan asing (Sibarani, 2004:22).
Kebudayaan tipe keempat, yakni kebudayaan baru yang berorientasi pada kebudayaan asing
tampak jelas pada pola kehidupan generasi muda,singkatnya kebudayaan ini disebut dengan
kebudayaan Baru-asing. Pola makan anak-anak kita , cara berpakain kita dan pola hidup generasi
kita sudah mengarah pada kebudayaan asing,yang sering kita anggap kebudayaan “modern”.
● Kebudayaan berdasarkan sifatnya :
a. Kebudayaan Subjektif adalah faktor nilai, idealisme, dan perasaan yang bila disimpulkan dapat
disebut sebagai sebuah faktor batin dalam kebudayaan.
b. Kebudayaan Objektif adalah faktor lahiriah dari sebuah kebudayaan, yang berupa teknik
pengajaran, lembaga sosial, seni rupa, seni suara, seni sastra, upacara budi bahasa.

● Berdasarkan Wujudnya, Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga:
gagasan, aktivitas, dan artefak.
a. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-
nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau
disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga
masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka
lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis
warga masyarakat tersebut.
b. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya
konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan
c. Artefak (karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya
semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

- Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:
a. Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk
dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian
arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga
mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung
pencakar langit, dan mesin cuci.
b. Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke
generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Roger dan Pudentia (dalam Endraswara, 2013: 200) mendefinisikan tradisi lisan sebagai
bagian dari folklore yang berisikan beragam pengetahuan dan wujud gagasan kebiasaan yang
disampaikan melalui lisan dengan cara turun-temurun dan mencangkup cerita rakyat, legenda,
mite, serta sistem kognasi (kekerabatan) asli yang lengkap, dijadikan sebagai contoh sejarah,
pelaksanaan hukum, peraturan yang menjadi kebiasaan, dan pengobatan.
Menurut Koentjaraningrat kebudayaan merupakan keseluruhan perilaku dari manusia dan hasil
yang diperoleh melalui proses belajar dan segalanya tersusun dalam kehidupan masyarakat.
Tradisi lisan erat kaitannya dengan antropologi karena berhubungan dengan masyarakat dan
kebudayaan di suatu daerah. Kedudukan tradisi lisan sebagai bagian dari warisan budaya bangsa
ditetapkan dalam Konvensi UNESCO, 17 September 2003. Sebagai bagian dari intangible
cultural heritage, dikatakan bahwa “Oral traditions is important to be transmitted value things:
oral traditions is going to be the source of identity for humanity in this millenium”. Selain
merupakan identitas komunitas dan salah satu sumber penting dalam pembentukan karakter
bangsa, tradisi lisan juga sebagai pintu masuk memahami permasalahan dalam masyarakat
pemilik tradisi yang bersangkutan (tradisilisan.blogsport.com diakses 8 April 2013).
Tipe kebudayaan Indonesia terbagi kepada empat yaitu :
1. Kebudayaan etnik (ethnic culture), yakni kebudayaan setiap etnik yang relatif masih
murni.
2. Kebudayaan etnik-baru (new-ethnic culture), yakni kebudayaan baru yang berakar pada
kebudayaan etnik.
3. Kebudayaan etnik-asing (Foreign Etnic Culture) yakni kebudayaan etnik yang langsung
dipengaruhi kebudayaan asing.
4. Kebudayaan Baru-Asing (Foreign-New Culture), yakni kebudayaan baru yang berorientasi
pada kebudayaan asing (Sibarani, 2004:22).

B. Saran

Melihat bahwa tradisi lisan di Indonesia yang menjadi bagian dari kearifan lokal mempunyai
korelasi dengan kerukunan dalam berbangsa. Tradisi itu terbukti mengandung nilai-nilai luhur
yang dapat menjadi perekat kerukunan masyarakat di Indonesia. Maka dari itu sebaiknya kita
banyak melakukan kajian tentang tradisi lisan karena dengan adanya penelitian terhadap tradisi
lisan dilakukan sebagai upaya untuk penguatan literasi budaya dan agama. Karena yang dikaji
adalah tradisi lisan yang mengandung nilai-nilai luhur agama. Seperti kejujuran, integritas,
kehidupan yang harmonis antara manusia, Tuhan dan alam untuk menciptakan kehidupan yang
aman, damai dan tenteram.

DAFTAR PUSTAKA

Yanzi, Herman. “Penguatan tradisi lisan sebagai upaya eksistensi nilai-nilai multikultur
(Strengthening of oral tradition in order to preserve multicultural values)” Web. 2018.
http://repository.lppm.unila.ac.id/6637/1/Tradisi%20Lisan.pdf. (Diakses 16 April 2020)

Duija, IN. “Tradisi Lisan, Naskah dan Sejarah”.Web. 2005.


http://repository.unpas.ac.id/15928/4/BAB%20II.pdf. (Diakses 16 April 2020)

Sinta. “Latar Belakang Tradisi Lisan di Tengah kemajuan”.


https://sinta.unud.ac.id/uploads/wisuda/1190171006-2-bab%20i.pdf. (Diakses 16 April 2020)

Oleh KB di wilayah Kesepuhan. “Pengertian Kebudayaan Secara Etimologis”.


http://repository.unpas.ac.id/15928/4/BAB%20II.pdf (diakses 16 April 2020)

Kurniawan, A. “Bab II Kajian Teoritik Tradisi Lisan”. Web. 2017.


http://digilib.uinsby.ac.id/15402/50/Bab%202.pdf (diakses 16 April 2020)

Anda mungkin juga menyukai