Makalah Sastra Melayu Klasik

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SASTRA MELAYU KLASIK

DOSEN PENGAMPU: IRWANSYAH, M.Pd

DI SUSUN OLEH:

NAMA : MUHAMMAD FURKAN

NIM : MJ.22.01.085

PRODI : MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

STIE YAPIS DOMPU

TAHUN AKADEMIK 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-

Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang

berjudul “Sastra Melayu Klasik”.

Penulis berharap tugs kelompok ini mampu menambah informasi

mengenai “Sastra Melayu Klasik”. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima

kasih kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyelesain tugas makalah ini.

Semoga kedepannya penulis dapat memberikan gambaran serta wawasan yang

lebih luas lagi kepada pembaca serta membawa manfaat.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini, baik

dari materi maupun teknik penyajiannya. Oleh karena itu kritik dan saran yang

membangun sangat di harapkan.

Dompu, 20 Desember 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1

1.1. Latar belakang.....................................................................................1

1.2. Rumusan masalah................................................................................1

1.3. Rumusan masalah................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

2.1. Pengertian Sastra Melayu....................................................................3

2.2. Sejarah Perkembangan Sastra Melayu Di Indonesia...........................4

2.3. Ragam Jenis Sastra M.........................................................................6

2.4. Keunikan Sastra Melayu......................................................................12

2.5. Tokoh-Tokoh Pada Kesusastraan Melayu...........................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................17

3.1. Kesimpulan..........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………18

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra (Sansekerta/Shastra) merupakan kata serapan dari bahasa

Sansekerta, sastra, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau

“pedoman”, dari kata sas yang berarti “instruksi” atau “ajaran”. Dalam

bahasa Indonesia kata ini biasa digunakan untuk merujuk kepada

“kesusastraan” atau sebuah jenis tulisan yang memiliki arti atau keindahan

tertentu. (Redaksi PM, 2012:30)

Banyak yang belum mengetahui ranah kesusastraan Melayu karena

Sastra Melayu merupakan salah satu Sastra Nusantara yang sudah lama.

Oleh karena itu kami menyusun tentang keberadaan Sastra Melayu beserta

pengertian, sejarah, ragam jenis, keunikan, tokoh, dan contohnya.

1.2 Rumusan Masalah

Serangkaian permasalahan tentang Sastra Melayu yang akan kami

bahas dalam makalah ini, antara lain tertuang dalam rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa pengertian Sastra Melayu?

2. Bagaimana sejarah perkembangan Sastra Melayu di Indonesia?

3. Apa saja ragam jenis Sastra Melayu?

4. Apa keunikan Sastra Melayu?

5. Siapa tokoh-tokoh pada Kesusastraan Melayu?

1
1.3 Tujuan

Dalam pembuatan makalah ini kami memiliki beberapa tujuan,

yang sebisa mungkin kami dapat jelaskan hal-hal yang berkaitan dengan

Sastra Melayu dan perkembangannya. Adapun, tujuan-tujuan tersebut

antara lain:

1. Menjelaskan pengertian Sastra Melayu,

2. Menjelaskan seberapa jauh perkembangan Sastra Melayu,

3. Menjelaskan berbagai ragam Sastra Melayu,

4. Menjelaskan apa saja keunikan Sastra Melayu,

5. Menjelaskan tokoh-tokoh yang ada pada kesusastraan Melayu.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sastra Melayu

Sastra Melayu adalah sastra lama yang lahir pada masyarakat lama

atau tradisional yakni suatu masyarakat yang masih sederhana dan terikat

oleh adat istiadat.Sastra Melayu disebut juga Sastra Melayu Klasik yang

berarti sastra melayu lama. Sastra melayu lama adalah sastra yang

terbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari suatu ajaran atau

ucapan. Sastra melayu lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan

masuknya agama Islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat

pada dua bait syair pada batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh

(www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015).

Kesusastraan Melayu kemudian masih dibagi berdasarkan cerita

yang mendasarinya, yaitu sastra zaman peralihan Hindu-Islam dan sastra

zaman Islam. Bahasa yang digunakan dalam karya-karya sastra Melayu

klasik memang belum menggunakan bahasa Indonesia, melainkan masih

menggunakan bahasa daerah dan bahasa Melayu. Akan tetapi sastra ini

dapat dikatakan merupakan bagian dari sastra Indonesia jika telah

ditentukan batasan yang jelas mengenai bahasa yang digunakan dalam

sastra Indonesia itu sendiri (www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015)

3
2.2 Sejarah Sastra Melayu

Menurut Hollander, bahasa Melayu masuk ke Sumatra dan

sekitarnya pada pertengahan abad ke-14, dibawa oleh orang Jawa Hindu.

Oleh karena itulah, bahasa Melayu juga disebut bahasa Jawi, bentuk

derivat kata Jawa untuk menunjuk berbagai hal yang menyangkut

Nusantara, termasuk orang Melayu. Hollander membagi sastra Melayu

menjadi dua periode, yaitu:

a) Periode pertama, sebagai periode sastra Melayu kuno mulai pada

pertengahan abad ke-14 hingga kedatangan bangsa Barat(akhir abad

ke-16)

b) Periode kedua, akhir abad ke-16 hingga sekarang (Hollander, 1984:

228-229)

Braginsky (1993:29) membatasi perkembangan sastra Melayu kuno mulai

paro kedua abad ke-16 hingga paro pertama abad ke-19.

Kebudayaan Melayu, sebagaimana kebudayaan Jawa, memperoleh

pengaruh yang sangat kuat dari India kira-kira semenjak abad ke-5 M

hingga abad ke-14 M. Namun pencapaian keduanya cenderung berbeda.

Kebudayaan Jawa telah menorehkan prestasi menonjol dalam bidang seni

ukir seperti candi, patung dan relief, sedangkan pencapaian terbesar

kebudayaan Melayu terletak di bidang kesusasteraan.

Ketika orang Melayu mulai mengenal agama Hindu dan Buddha

yang berasal dari India, mereka turut mengadopsi bahasa dan aksara yang

digunakan di dalam dua agama tersebut. Lantas mereka

4
mengintegrasikannya dengan bahasa asli, dan mulai menciptakan karya-

karya tertulis berdasarkan kaidah-kaidah yang terserap. Tujuan mulanya,

tentu agar perasaan dan pikiran mereka yang tercurahkan dalam karya

bahasa, memiliki kemungkinan lebih besar untuk kekal.

Namun, keberadaan aksara, alat tulis serta kemahiran menulis saja

tidak cukup. Karya-karya sastra tertulis yang muncul pada masa integrasi

Melayu dengan Hindu-Buddha sangat sukar ditemukan, karena hampir

tidak ada satu pun yan selamat, kecuali karya-karya yang dituliskan pada

material yang tidak rentan dengan perubahan cuaca, seperti pada prasasti

atau nisan. Bahkan menurut penulis, belum diketemukan karya sastra

Melayu pada kedua artefak itu.

Jadi, melenyapnya karya-karya sastra dari masa yang cukup jauh

ini, sanggup dikorelasikan dengan hakikat sastra: baik dalam bentuk

maupun isinya, pasti mengandung nilai-nilai tertentu yang dianut, diyakini

dan diamalkan oleh masyarakat atau anggota masyarakat yang

menciptakannya. Karya-karya sastra pada masa pengaruh India tentu

mengandung nilai-nilai keagamaan dan norma-norma fundamental Hindu-

Buddha yang sangat lekat, sehingga ketika pengaruh Islam muncul, nilai-

nilai tersebut musti disisihkan dan digantikan oleh nilai-nilai Islam.

Meski, Api Sejarah milik Ahmad Mansur Suryanegara, sedikit

kontroversial dengan data historik yang umum ditemukan, mengatakan

bahwa Islam sudah memasuki Indonesia jauh sebelum Hindu-Buddha.

5
Harus ditekankan pula bahwa agama Hindu-Buddha memmpunyai

watak elitis, yakni pendalaman pengetahuan tentang kedua agama tersebut

hanya mampu dilakukan oleh kalangan tertentu, misalnya kelas brahmana

atau bhiksu (Marwati Djoened Pusponegoro & Nugroho

Notosusanto, Sejarah Nasional Indonesia, Balai Pustaka Pendidikan dan

Kebudayaan). Karakter elitis ini membuat Islam yang tidak membedakan

kasta (egaliter, pen.) memberikan kesempatan bagi siapa saja yang ingin

mendalaminya dan dapat diterima, juga tersebar luas di kalangan orang

Melayu. Dengan karakter egaliter pula, aksara jawi yang diperkenalakan

oleh kebudayaan Islam/Arab-Persia, mendapatkan dukungan penuh ketika

mendesak karya-karya dan aksara sebelumnya yang masih mengandung

bentuk maupun nilai-nilai budaya yang elitis.

2.3 Jenis-jenis Sastra Melayu

Jenis-jenis sastra Melayu sebagaimana berikut:

1. Fabel adalah suatu cerita atau dongeng yang pelakunya binatang yang

berprilaku seperti manusia. Pada umumnya fabel mempunyai tendens

didaktis. Fabel ini sangat terkenal di Indonesia. Di tiap-tiap daerah

mempunyai pelaku-pelaku binatang yang berlainan.

Di Jawa dan di Melayu dipusatkan pada planduk (kancil), di Sunda

pada kura-kura, di Toraja pada kera hantu (www.ilmu.tehninih.com, 6

Maret 2015).

Contoh:

6
Kura-kura dan Monyet

Ada seekor kura-kura dan monyet sedang bertengkar untuk

mempertahankan kehormatan.

“hai monyet daripada kita bertengkar mendingan kita berlomba” kata

kura-kura

“ya sudah kamu mau berlomba apa dengan ku” kata monyet

“bagaimana kalau kita bertanding memanen buah pisang” kata kura-

kura.

“ya aku terima tantangan mu” kata monyet

Kura-kura dan monyet menuju lokasi lomba memanen buah pisang.

Seekor burung menjadi wasit

“siap bersedia mulai” kata burung

Kura kura dan monyet langsung memanjat pohon

“kura kura kamu pasti kalah” kata monyet

“Tidak akan aku pasti menang” kata kura kura

Waktu nya semakin berkurang, monyet dan kura kura tergesa-gesa

untuk memanen buah pisang

Akhirnya waktunya habis “prit.. prit.. prit…” suara periwit sang wasit.

Monyet dan kura kura segera turun dari pohon pisang

“pasti punyaku yang lebih banyak” kata kura kura

“tidak mungkin pasti punyaku yang lebih banyak” kata monyet

Wasit segera menghitung hasil memanen buah pisang

“pasti aku yang menang” kata kura kura

7
“aku yang menang” kata monyet dengan kesal

“aku yang menang” kata kura kura dengan kesal

“sudah sudah jangan bertengkar aku sudah menghitung semua buah

pisang yang kalian ambil” kata wasit

“siapa siapa pasti aku ya yang menang” kata monyet

“jangan terlalu berharap pasti aku yang menang” kata kura kura

“jadi pemenangnya… tidak ada” kata wasit

“kok bisa tidak ada yang menang” kata kura kura dan monyet

“karena hasil buah pisangnya sama (seri)” kata wasit

Kura kura dan monyet terkejut

“saranku ya kalian berdamai saja” kata wasit (burung)

Keduanya saling minta maaf dan mereka berjanji tidak akan bertengkar

kembali

2. Legenda adalah cerita yang dikaitkan dengan kepercayaan suatu daerah

tentang asal muasal terjadinya sesuatu.

Contoh: Danau Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Danau Toba,

Terjadinya Danau Maninjau (www.ilmu.tehninih.com, 6 Maret 2015).

Sangkuriang

Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang puteri raja di Jawa

Barat bernama Dayang Sumbi.Ia mempunyai seorang anak laki-laki

yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu. Ia

berburu dengan ditemani oleh Tumang, anjing kesayangan istana.

Sangkuriang tidak tahu, bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga

8
bapaknya. Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya

untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke

dalam hutan.

Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian

itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu

mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang

dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat

kecewa dan pergi mengembara. Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi

sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa.

Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan

selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.

Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya

berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana, kerajaan itu

sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak

lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut

maka, Sangkuriang melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat

tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya. Pada suatu hari

Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi

untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi

demi melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis

seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama

diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah

anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.

9
Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk menggagalkan

proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia

meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia

minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk

menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi

sebelum fajar menyingsing.

Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktiannya

ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan

pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan

tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi

memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di

sebelah timur kota.Ketika menyaksikan warna memerah di timur kota,

Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan

pekerjaannya. Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat

memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi.Dengan kekuatannya, ia

menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda

seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang

dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung

yang bernama "Tangkuban Perahu."

3. Mite adalah cerita yang mempunyai latar belakang sejarah, dipercayai

oleh masyarakat sebagai cerita yang benar-benar terjadi, dianggap suci,

banyak mengandung hal-hal yang ajaib, dan umumnya ditokohi oleh

dewa. Mite berasal dari bahasa Yunani, mythos.

10
Contoh: Si Kelambai dan Setan Penanggalan.

4. Sage adalah cerita yang mengandung sejarah, tetapi juga tidak terlepas

dari fantasi dan imajinasi agar lebih menarik.

Contoh: Hang Tuah Joko Tingkir.

5. Hikayat adalah cerita yang sumbernya berasal dari kisah-kisah

kehidupan raja atau dewa. Hikayat berasal dari bahasa Arab yang

berarti cerita. Hikayat ini mirip dengan dongeng, penuh khayal, isinya

tentang kehidupan istana, oleh karena itu dapat disebut dongeng

istana.pelaku utama dalam hikayat adalah raja, permaisuri, putra raja

yang gagah berani, serta putrinya yang cantik jelita.

Ciri-ciriHikayat:

a. Isi ceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya

b. Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang

menyebutkannya fantastis

c. Mempergunakan banyak kata arkais (klise). Misalnya Hatta,

Syah dan Sohibul dan lain-lain

d. Nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim)

Contoh:

Hikayat Si Miskin

Ada seorang suami istri yang dikutuk hidup miskin. Pada suatu

hari mereka mendapatkan anak yang diberi nama Marakarma, dan sejak

anak itu lahir hidup mereka pun menjadi sejahtera dan berkecukupan.

Ayahnya termakan perkataan para ahli nujum yang mengatakan bahwa

11
anak itu membawa sial dan mereka harus membuangnya.Setelah

membuangnya, mereka kembali hidup sengsara. Dalam masa

pembuangan, Marakrama belajar ilmu kesaktian dan pada suatu hari ia

dituduh mencuri dan dibuang ke laut. Ia terdampar di tepi pantai tempat

tinggal raksasa pemakan segala. Ia pun ditemukan oleh Putri Cahaya

dan diselamatkannya.Mereka pun kabur dan membunuh raksasa

tersebut. Nahkoda kapal berniat jahat untuk membuang Marakarma ke

laut, dan seekor ikan membawanya ke Negeri Pelinggam Cahaya, di

mana kapal itu singgah.

Marakrama tinggal bersama Nenek Kebayan dan ia pun

mengetahui bahwa Putri Mayang adalah adik kandungnya. Lalu

Marakarma kembali ke Negeri Puspa Sari dan ibunya menjadi

pemungut kayu. Lalu ia memohon kepada dewa untuk mengembalikan

keadaan Puspa Sari. Puspa Sari pun makmur mengakibatkan Maharaja

Indra Dewa dengki dan menyerang Puspa Sari. Kemudian Marakrama

menjadi Sultan Mercu Negara.

2.4 Keunikan Sastra Melayu

Keunikan-keunikan yang terdapat dalam sastra Melayu antara lain:

1. Dimulai dengan menceritakan asal-muasal tokoh utama,

2. Tokoh utama hidup ditengah-tengah rakyat atau merakyat,

3. Diceritakan secara lisan dari mulut ke mulut,

4. Tidak diketahui tahun awal munculnya cerita,

5. Tidak diketahui siapa pengarangnya,

12
6. Umumnya dimulai dengan kata-kata "hatta, syahdan, arkian, alkisah,

atau sebermula",

7. Sangat kental dengan pengaruh Islam.

(Redaksi PM, 2012:34).

2.5 Tokoh-Tokoh Kesusastraan Melayu

Rasanya tidak cukup mengulas sejarah sastra Melayu tanpa

membahas tokoh-tokoh ternama pada saat itu, yang karya-karyanya cukup

mempengaruhi perkembangan sastra pada masa-masa selanjutnya. Tidak

hanya dunia sastra saja, mereka turut mempengaruhi tata bahasa Indonesia

dengan buku-buku ensiklopedi ataupun kamus yang mereka rancang.

Ataupun dengan karya-karya sastra lain yang turut mewarnai situasi politik

saat itu.

Beberapa tokoh yang mengukir sejarah pada masa itu, adalah:

1. Raja Ali Haji

Karena pentingnya bahasa Melayu dalam skema konsolidasi

kolonial, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda bersikap lunak, dan

bahkan menyokong secara penuh semua aktivitas literer Raja Ali Haji

(1804-1872) di Pulau Penyengat, pusat kerajaan Riau-Lingga, melalui

seorang utusan yang bernama H. Van Eysinga. Raja Ali Haji membina

bahasa Melayu dengan membuat sebuah buku tata bahasa Melayu yang

berjudul Bustan al-Katibin, terbit pada 1857.Buku ini kemudian disusul

oleh semacam kamus yang mirip ensiklopedi dengan

judul Pengetahuan Bahasa pada 1859.Dengan kitab tata bahasa dan

13
kamus itu, para pemakai bahasa Melayu, baik Bumiputera maupun

kolonial, mendapat panduan untuk memakai bahasa Melayu yang baik.

Selain karya-karya kebahasaan Melayu, Raja Ali Haji juga menciptakan

karya-karya sastra lain. Yang paling terkenal tentu saja Gurindam Dua

Belas,(1847).Selain itu, Raja Ali Haji juga menulis Silsilah Melayu dan

Bugis (1861), Tuhfat Al-Nafis (1866) dan lain-lain.

2. Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi

Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi (1797-1854) mengawali karir

kepenulisan sebagai pembantu bagi ayahnya, yang membantu Marsden

menyusun A History of Sumatra. Abdullah juga mengumpulkan naskah-

naskah lama dari Lingga, Riau, Pahang, Trengganu, dan Kelantan.

Menurut Piah, sebagian besar dari manuskrip yang ada dalam koleksi

Library of Royal Asiatic Society of London dan koleksi lengkap di

American Library of Congress berasal dari tangan Abdullah. Sepanjang

hidupnya, Abdullah meniti karir sebagai guru bahasa dan juru bahasa

untuk para sarjana Barat dan misionaris Kristen.Karya Abdullah yang

paling terkenal tentu sajaHikayat Abdullah (1849) yang merupakan

riwayat hidupnya sendiri dan diterbitkan di Singapura. Karya-karyanya

yang lain adalah Kisah Pelayaran Abdullah Sampai ke Negeri Kelantan

(1838), Syair Singapura Dimakan Api (1843), Cerita Kapal Asap

(1843), Syair Kampung Gelam/ Terbakar (1847).

Selain itu, Abdullah juga terlibat dalam kerja kolaboratif dengan para

misionaris seperti Thomsen, North, dan Krasberry.Para sarjana kolonial

14
memberikan tanggapan yang positif dan bertendens terhadap kerja-kerja

literer, dan memandang karya-karya Abdullah terutama dengan

pendekatan sejarah.Selain itu, dalam isinya pun Abdullah telah berani

mengupas masalah sosial dan kehidupan sehari-hari, dan bahkan

melontarkan kritik yang sangat pedas terhadap adat istiadat yang

berlaku pada waktu itu. Walaupun memperoleh berbagai tanggapan

bernada positif, namun Amin Sweeney (2005) menerangkan bahwa

posisi Abdullah yang kokoh dalam sejarah sastra Melayu tersebut

adalah tendens yang didukung oleh penguasa kolonial pada masa

Abdullah hidup. Begitu juga, nilai yang terkandung dalam karya-karya

Abdullah, sebenarnya telah disunting oleh para penyunting karya-

karyanya yang merupakan misionaris Kristen dan membawa agenda-

agenda budaya dan politik Barat.

Jadi, tidak aneh jika karya-karya Abdullah (yang telah disunting)

terbit dalam media seperti Cermin Mata di Singapura yang dikelola

oleh misionaris Protestan.Naguib Al-Attas bahkan menyatakan bahwa

peranan pelopor modernisasi kesusastraan Melayu seharusnya ditarik

lebih jauh lagi kepada Hamzah Fansuri, bukan Abdullah.Pendapat Al-

Attas dilandasi argumen bahwa Abdullah mengambil teladan

kebahasaan dari Sejarah Melayu, padahal bahasa dalam karya teladan

itu adalah bahasa yang membayangkan pandangan hidup lampau yang

dipengaruhi konsep-konsep Animisme-Hindu-Buddha.(Naguib Al-

15
Attas, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu, cetakan keempat,

Mizan, Bandung)

3. Multatuli

Seiring dengan giatnya pemerintah kolonial dalam

mengembangkan bahasa Melayu, bangsa Barat juga mengembangkan

kesusastraannya sendiri dengan menggunakan medium bahasa-bahasa

Barat namun mengambil inspirasi dan tema dari dunia Melayu.Hasil-

hasil kesusastraan bangsa Barat semacam ini meninggalkan pengaruh

yang besar pada masyarakat jajahan, dan salah satu di antaranya bahkan

sanggup menentukan arah politik kolonial Belanda.Multatuli menulis

roman Max Havelaar yang ditulis dalam bahasa Belanda dan berkisah

tentang kehidupan rakyat jajahan di Banten yang menderita di bawah

birokrasi kolonial selama masa Tanam Paksa.

Roman ini diajarkan di sekolah-sekolah negeri pada masa kolonial,

dan bahkan tetap diajarkan juga setelah Indonesia merdeka, terutama

dalam pelajaran sejarah. Roman ini dianggap sanggup membuka mata

politisi di Negeri Belanda akan kebobrokan administrasi pemerintahan

di Hindia Belanda sehingga rakyat petani Indonesia menderita. Karena

pengaruh buku ini, maka sistem Tanam Paksa kemudian diganti dengan

sistem liberal yang menyerahkan kekuasaan ekonomi kepada pihak

swasta di Hindia Belanda.Walhasil, roman ini kemudian berkembang

menjadi semacam mitos tentang kedigdayaan karya sastra dalam

mengubah arah politik suatu pemerintahan (Fang,1991:117-119)

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa sastra Melayu

merupakan sastra lama yang berada di Nusantara. Sastra Melayu

berkembang bersamaan dengan agama Islam pada abad ke-13. Sastra

Melayu memiliki beragam jenis seperti; fabel, legenda, mite, dll. Setiap

jenisnya memiliki keunikan tersendiri.

3.2 Saran

Saran dari kami adalah mari kita mengenal dan mendalami karya-

karya sastra nusantara. Jangan sampai sastra nusantara hilang dari

peradaban yang semakin berkembang. Terutama salah satu sastra

nusantara adalah sastra Melayu yang tidak kalah penting untuk kita

pelajari.

17
DAFTAR PUSTAKA

Cerita Jenaka Pak Belalang, humanities,


http://id.shvoong.com/humanities/theory-criticism/2328277-cerita-jenaka-pak-
belalang-prosa.blogspot.com. 19 April 2015

Dipodjojo, Asdi S. 1986. Kesusasteraan Indonesia Lama pada Zaman Pengaruh


Islam.Yogyakarta : Percetakan Lukman.

Hendy, Zaidan. 1991. Pelajaran Sastra 1. Jakarta : Gramedia Widiasarana


Indonesia.
Kilas Singkat Sejarah Sastra Melayu, ideku
bagus,www.idekubagus.com/2013/10/sastra-melayu-dan-perannya-dalam.html, 13
Maret 2015

Sastra Melayu Klasik: Sastra Indonesia Tradisional,ilmu


tehninih,http://www.ilmu.tehninih.com/2006/10/islam-dan-sastra-melayu-klasik-
7-14-m.html. 6 Maret 2015

Tokoh-tokoh Kesusastraan Melayu,Melayu


online,http://melayuonline.com/ind/literatur/dig/2490/latar-belakang-sejarah-
kesusastraan-melayu-masa-pengaruh-kolonial, 13 Maret 2015

18

Anda mungkin juga menyukai