Aspek Ontologi Ilmu Pengetahuan
Aspek Ontologi Ilmu Pengetahuan
Aspek Ontologi Ilmu Pengetahuan
PENDAHULUAN
Ilmu tidak dapat tumbuh dengan baik tanpa kritik dari filsafat. Perkembangan ilmu
pengetahuan semakin lama semakin maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya
memunculkan pula sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan kearah ilmu pengetahuan yang lebih
khusus lagi seperti spesialisasi-spesialisasi.
Dengan semakin meluasnya filsafat dan tepecah menjadi ilmu-ilmu yang baru maka dirasa perlu
untuk mengetahui pembagian filsafat dalam cabang-cabang filsafat serta aliran-alian yang ada
dalam filsafat sehingga kita bisa mengetahui arah pikir dalam mempelajari suatu ilmu
pengetahuan serta penggolongannya dalam filsafat.
Secara singkat dapat dikatakan Filsafat adalah refleksi kritis yang radikal. Refleksi adalah upaya
memperoleh pengetahuan yang mendasar atau unsur-unsur yang hakiki atau inti. Apabila ilmu
pengetahuan mengumpulkan data empiris atau data fisis melalui observasi atau eksperimen,
kemudian dianalisis agar dapat ditemukan hukum-hukumnya yang bersifat universal. Oleh
filsafat hukum-hukum yang bersifat universal tersebut direfleksikan atau dipikir secara kritis
dengan tujuan untuk mendapatkan unsur-unsur yang hakiki, sehingga dihasilkan pemahaman
yang mendalam. Kemudian apa perbedaan Ilmu Pengetahuan dengan Filsafat. Apabila ilmu
pengetahuan sifatnya taat fakta, objektif dan ilmiah, maka filsafat sifatnya mempertemukan
berbagai aspek kehidupan di samping membuka dan memperdalam pengetahuan. Apabila ilmu
pengetahuan objeknya dibatasi, misalnya Psikologi objeknya dibatasi pada perilaku manusia saja,
filsafat objeknya tidak dibatasi pada satu bidang kajian saja dan objeknya dibahas secara filosofis
atau reflektif rasional, karena filsafat mencari apa yang hakikat. Apabila ilmu pengetahuan
tujuannya memperoleh data secara rinci untuk menemukan pola-polanya, maka filsafat
tujuannya mencari hakiki, untuk itu perlu pembahasan yang mendalam. Apabila ilmu
pengetahuannya datanya mendetail dan akurat tetapi tidak mendalam, maka filsafat datanya tidak
perlu mendetail dan akurat, karena yang dicari adalah hakekatnya, yang penting data itu
dianalisis secara mendalam.
BAB II
PEMBAHASAN
Ciri-ciri khas terpenting yang terkait dengan ontologi antara lain, pertama, yang ada
(being) artinya yang dibahas eksistensi keilmuan. Kedua, kenyataan atau realitas, yaitu
fenomena yang didukung oleh data-data yang valid. Ketiga, eksistensi yaitu keadaan
fenomena yang sesungguhnya yang secara hakiki tampak dan tidak tampak. Keempat,
esensi yaitu pokok atau dasar suatu ilmu yang lekat dalam suatu ilmu. Kelima, substansi,
artinya membicarakan masalah isi dan makna suatu ilmu sebagai kehidupan manusia.
Keenam, perubahan, artinya ilmu atau cair berubah setiap saat menuju suatu
kesempurnaan. Ketujuh, tunggal dan jamak artinya keadaan suatu ilmu dan fenomena itu
terbagi menjadi dua. Ontology akan mengungkap apa dan seperti apa benda, sesuatu, dan
fenomena itu ada. Ontology merupakan salah satu objek lapangan penelitian kefilsafatan
yang paling kuno. Untuk memberi arti tentang suatu objek ilmu, ada beberapa asumsi
yang perlu diperhatikan yaitu pertama, suatu objek bisa dikelompokkan berdasarkan
kesamaan bentuk, sifat dan kuantitatif asumsi. Kedua, kelestarian relative artinya ilmu
tidak mengalami perubahan dalam periode tertentu. Ketiga, determinasi, artinya ilmu
menganut pola tertentu atau tidak terjadi secara kebetulan. Objek ontology sama halnya
dengan objek filsafat yang sudah dibahas sebelumnya. Yakni pertama objek formal yaitu
objek formal ontology sebagai hakikat seluruh realitas. Objek formal ini yaitu cara
memandang yang dilakukan penelitian terhadap objek materialnya. Kedua, objek material
yaitu sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran, sesuatu yang diselidiki atau sesuatu
yang di pelajari.
Ontologi yang merupakan salah satu kajian filsafat ilmu mempunyai beberapa
manfaat, di antaranya sebagai berikut:
a. Membantu untuk mengembangkan dan mengkritisi berbagai bangunan sistem pemikiran yang
ada.
b. Membantu memecahkan masalah pola relasi antar berbagai eksisten dan eksistensi.
c. Bisa mengeksplorasi secara mendalam dan jauh pada berbagai ranah keilmuan maupun
masalah, baik itu sains hingga etika.
BAB III
PENUTUP
Pembahasan di atas dapat di tarik kesimpulan :
Ontologis; cabang ini menguak tentang objek apa yang di telaah ilmu? Bagaimana ujud yang
hakiki dari objek tersebut ? bagaimana hubungan antara objek tadi dengan daya tangkap manusia
(sepert berpikir, merasa dan mengindera) yang membuakan pengetahuan?.
Watak atau cirri-ciri ilmu pengetahuan adalah bersifat sistematis, dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya, dan objektif.
Pengetahuan adalah hasil pengamatan yang bersifat tetap, karena tidak memberikan tempat bagi
pengkajian dan pengujian secara kritis oleh orang lain, dengan demikian tidak bersifat sistematik
dan tidak objektif serta tidak universal.
Sedangkan Ilmu pengetahuan merupakan kerangka konseptual atau teori uang saling berkaitan
yang memberi tempat pengkajian dan pengujian secara kritis dengan metode ilmiah oleh ahli-ahli
lain dalam bidang yang sama, dengan demikian bersifat sistematik, objektif, dan universal.
Objek Material dari ilmu pengetahuan adalah sesuatu hal yang dijadikan sasaran pemikiran,
sesuatu hal yang diselidiki atau sesuatu hal yang dipelajari. Objek material mencakup hal konkrit
misalnya manusia,tumbuhan, batu ataupun hal-hal yang abstrak seperti ide-ide, nilai-nilai, dan
kerohanian.
Sedangkan Objek formal dalam ilmu pengetahuan adalah cara memandang, cara meninjau yang
dilakukan oleh peneliti terhadap objek materialnya serta prinsip-prinsip yang digunakannya.
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2016