Desainpenelian

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

DESAIN PENELITIAN DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA

DALAM PENELITIAN

Herdayati, S.Pd., M.Pd1 dan Syahrial, S.Th.I2


1
[email protected]
2
[email protected]

Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bertujuan


untuk mengetahui apa dan bagaimana desain penelitian dan teknik
pengumpulan data dalam penelitian berikut dengan contohnya. Berdasarkan
hasil kajian pustaka dari beberapa sumber dalam metodologi (metode)
penelitian, bahwa teknik pengumpulan data dalam desain penelitian berupa:
Teknik Observasi dan Teknik Komunikasi baik secara langsung maupun
tak langsung berikut dengan contonya.

Kata kunci: Desain Penelitian, Teknik Pengumpulan Data

I. Pendahuluan

Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu
yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku
untuk dapat menghasilkan suatu penelitian yang baik. Untuk dapat menghasilkan
penelitian yang baik, maka dibutuhkan desain penelitian untuk menunjang dan
memberikan hasil penelitian yang sistematik. Desain penelitian adalah semua proses
yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu
penelitian dalam pengumpulan dan menganalisis data (Sekaran, 2006 : 30).
Kedudukan peneliti baik itu dalam penelitian kualitatif maupun kuantitatif
cukup rumit. Peneliti sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data,
analisis, penafsir data, dan pada akhirnya peneliti menjadi pelapor hasil penelitiannya.
Pengertian instrumen atau alat penelitian di sini tepat karena menjadi segalanya dari
keseluruhan proses penelitian. Namun, instrumen penelitian di sini dimaksudkan
sebagai alat (teknik) pengumpul data (Moleong, 2013 : 168).
Dari pendahuluan tersebut, maka kajian penelitian ini menguraikan
permasalahan berupa: Teknik Pengumpulan Data dalam Desain Penelitian berikut
contohnya.

1
II. Pembahasan

2.1 Pengertian Desain Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Pengertian desain penelitian dan teknik pengumpulan data tidak terlepas dari
arti satu persatu kata yang menyusun kalimatnya. Kata desain dan kata penelitian
mengandung arti: kerangka bentuk atau rancangan; dan motif (corak) (Depdikbud,
1990 : 200), sedangkan penelitian berarti: 1) Pemeriksaan yang teliti; penyelidikan;
dan 2) Kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang
dilakukan secara sistematis dan obyektif, untuk memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsip umum (Depdikbud, 1990 :
920).
Penelitian atau penyelidikan dapat diartikan sebagai usaha untuk menemukan,
mengembangkan, dan menguji suatu kebenaran pengetahuan yang dilaksanakan
dengan menggunakan metode ilmiah. Usaha menemukan berarti usaha mendapatkan
sesuatu yang baru, usaha mengembangkan berarti usaha memperdalam dan
memperluas temuan yang sudah ada dan dugaan-dugaan tentang kebenaran tersebut
(Zulkifli, 2001 : 3).
Jadi arti dari kata desain penelitian mengandung makna rancangan kegiatan
pengumpulan, pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara
sistematis dan obyektif, untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu
hipotesis untuk mengembangkan prinsip umum.
Sementara kata teknik, kata pengumpulan, dan kata data, masing-masing
mengandung makna :
a. Teknik berarti : 1) pengetahuan dan kepandaian membuat sesuatu yang
berkenaan dengan hasil industri (bangunan, mesin, dan sebagainya); dan
2) cara (kepandaian dan sebagainya) membuat sesuatu atau melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan seni (Depdikbud, 1990 : 915).
b. Pengumpulan berarti proses, cara, perbuatan mengumpulkan atau
penghimpunan dan pengerahan (Depdikbud, 1990 : 475).

2
c. Data mengandung arti : 1) keterangan yang benar dan nyata; dan 2)
keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau
kesimpulan) (Depdikbud, 1990 : 190).
Dari pengertian tersebut, teknik pengumpulan data adalah instrumen (alat)
dalam rangka proses mengumpulkan keterangan atau bahan nyata yang dapat
dijadikan dasar penelitian.

2.2 Teknik Pengumpulan Data dalam Desain Penelitian

Teknik pengumpulan data merupakan bagian yang terpenting dalam desain


penelitian, karena jika judul karya ilmiah dari desain penelitian sudah disetujui untuk
diteliti, maka peneliti sudah dapat mulai mengumpulkan data. Langkah pertama yang
harus ditempuh dalam pengumpulan data adalah mencari informasi dari kepustakaan
mengenai hal-hal yang ada relevansinya dengan judul tulisan. Informasi yang relevan
diambil sarinya dan dicatat pada kartu informasi. Di samping pencarian informasi
dari kepustakaan, peneliti juga dapat memulai terjun ke lapangan. Informasi yang
dicatat pada kartu informasi atau terjun langsung ke lapangan, inilah salah satu yang
dinamakan teknik pengumpulan data (Dwiloka & Riana, 2005 : 23).
Teknik pengumpulan data sering menggunakan cara-cara yang lazim
dipergunakan dalam penyelidikan. Teknik yang kerapkali dipergunakan adalah
observasi dan wawancara (Komaruddin, 1974 : 112 – 113). Menurut Winarno
Surakhmad, teknik pengumpulan data terbagi ke dalam dua jenis teknik yaitu :
a. Teknik Observasi (pengamatan) langsung dan tak langsung.
b. Teknik Komunikasi (Wawancara) langsung dan tak langsung (Surakhmad,
1994 : 162).
Berikut penjelasan dari teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara
dalam desain penelitian.

3
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan metode yang pertama-tama digunakan
dalam melakukan penelitian ilmiah (Koentjaraningrat, 1993 : 108). Yang
mengandung pengertian sebagai “pemilihan, pengubahan, pencatatan, dan pengodean
serangkaian perilaku dan suasana yang berkenaan dengan organisme in situ, sesuai
dengan tujuan-tujuan empiris”.
Pemilihan menunjukkan bahwa pengamat ilmiah mengedit dan memfokuskan
pengamatannya secara langsung atau tak langsung. Pemilihan mempengaruhi apa
yang diamati, apa yang dicatat, dan kesimpulan apa yang diambil. Pengubahan
berarti observasi tidak hanya dilakukan secara pasif. Peneliti boleh mengubah
perilaku atau suasana tanpa mengganggu kewajarannya (Natural). Pencatatan adalah
upaya merekam kejadian-kejadian dengan menggunakan catatan lapangan, sistem
kategori, dan metode lainnya.
Pengkodean berarti proses menyederhanakan catatan-catatan melalui metode
reduksi data. Rangkaian perilaku dan suasana menunjukkan bahwa observasi
melakukan serangkaian pengukuran yang berlainan pada berbagai perilaku dan
suasana.
In situ berarti pengamatan kejadian dalam situasi alamiah (natural) walaupun
tidak berarti tanpa menggunakan manipulasi eksperimen. Untuk tujuan empiris
menunjukkan bahwa observasi mempunyai bermacam-macam fungsi dalam
penelitian, berupa deskripsi, melahirkan teori dan hipotesis, atau menguji teori dan
hipotesis (Rakhmat, 1997 : 83 – 84).
2. Wawancara
Salah satu metode pengumpulan data yang kedua ialah dengan jalan
wawancara yaitu mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung atau tak
langsung kepada responden. Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting
dari setiap survey. Tanpa wawancara, peneliti akan kehilangan informasi yang hanya
dapat diperoleh dengan jalan bertanya langsung kepada responden. Data semacam ini

4
merupakan tulang punggung suatu penelitian survey (Singarimbun & Effendi, 1995 :
192).
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan
kepada terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan. Maksud
mengadakan wawancara, antara lain :
1) Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan;
2) Merekonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa
lalu;
3) Memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami
pada masa yang akan datang;
4) Memverifikasi, mengubah, dan memperluas informasi yang diperoleh dari
orang lain; dan
5) Memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi yang dikembangkan
oleh peneliti sebagai pengecekan anggota (Moleong, 2013 : 186).
Wawancara dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan
keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat, dan juga
dipergunakan untuk banyak hal lain, misalnya : oleh wartawan untuk mendapatkan
keterangan bagi suatu berita yang akan dimuat dalam surat kabarnya; oleh pimpinan
perusahaan untuk menyeleksi karyawan baru; oleh psikoanalis untuk diagnosis dan
terapi dan sebagainya (Koentjaraningrat, 1993 : 129).
Menurut Winarno Surakhmad, teknik komunikasi langsung yaitu interview
(wawancara), dan teknik komunikasi tak langsung yaitu angket (questioner).
1. Interview
Interview menghendaki komunikasi langsung antara peneliti dengan subyek
atau sampel. Memang cara yang paling lazim dan paling efektif dalam interview ialah
jenis interview pribadi. Karena mudah nampak dari luar bahwa perlu sekali terjadi
perhubungan yang lancar antara keduanya (antara peneliti dan subyek atau sampel).

5
Sebelum melakukan interview ada baiknya melakukan persiapan berupa langkah-
langkah yang dapat mempertinggi hasil pengumpulan data, sebagai berikut :
a. Menetapkan sampel yang akan diinterview. Pada penetapan sampel perlu
diperhatikan apakah subyek masuk dalam sampel benar-benar memiliki
informasi yang diperlukan untuk masalah yang dihadapi;
b. Menyusun pedoman interview. Pedoman berisikan hal-hal yang menunjukkan
siapa yang akan dihubungi dan dalam bentuk-bentuk pertanyaan. Hal ini
penting artinya bila peneliti telah benar-benar berhadapan dengan orang yang
dimintai keterangan, sebab dapat timbul hal-hal yang tak terduga yang mudah
menarik dan membelokkan perhatian peneliti dari tujuannya yang semula;
c. Mencobakan interview. Maksudnya tidak lain untuk menguji efektif tidaknya
interview. Dari percobaan ini diharapkan sudah dapat diketahui berapa lama
interview dapat berjalan, perkataan-perkataan apa yang menimbulkan keragu-
raguan pengertian, serta jenis kesulitan-kesulitan yang perlu diatasi; dan
d. Berhubungan dengan orang yang akan diinterview. Menjelaskan dengan
singkat dan jelas maksud dan tujuan interview kepada subyek, terlebih dahulu
mengadakan janji pertemuan (waktu dan tempat) untuk menjamin suasana
yang bebas dan tidak mudah terganggu (Surakhmad, 1994 : 175 – 176).

2. Angket (daftar pertanyaan)


Cara ini dapat juga dipandang sebagai interview tertulis dalam bentuk daftar
pertanyaan dengan beberapa langkahnya :
a. Menyusun daftar pertanyaan. Konstruksi daftar pertanyaan (angket) berbentuk
angket berstruktur, angket tak berstruktur, atau campuran keduanya.
b. Menyusun surat pengantar adalah hal yang tidak boleh dilupakan. Surat
pengantar ini penting artinya, karena sebagai pengganti peneliti untuk
menghubungi responden untuk : 1) menciptakan suasana yang kooperatif; 2)
menjelaskan maksud dan pentingnya jawaban; serta 3) memberikan

6
keterangan-keterangan mengenai isi angket pada umumnya (Surakhmad, 1994
: 180 – 181).
Jalaluddin Rakhmat, memberikan petunjuk pembuatan questioner yang harus
disusun dengan secermat mungkin :
a. Perjelas lagi hubungan antara metode dengan masalah dan hipotesis.
b. Rumuskan pertanyaan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1) Sesuaikan bahasa dengan tingkat pengetahuan responden. Untuk daerah
pedesaan, misalnya, lebih baik kita menggunakan bahasa daerah setempat.
2) Gunakanlah kata-kata yang mempunyai arti yang sama bagi setiap orang.
3) Hindari pertanyaan yang panjang karena pertanyaan panjang seringkali
mengaburkan dan membingungkan.
4) Janganlah beranggapan bahwa responden memiliki informasi factual.
Seorang ibu mungkin melaporkan acara televise yang disenangi anak,
tetapi pendapat ibu tidak selalu sesuai dengan pendapat anak.
5) Bentuklah kerangka pemikiran yang ada dalam benak anda. Janganlah
bertanya : Berapa majalah yang Anda baca ? Bertanyalah : Apa saja
majalah yang And abaca ?
6) Sarankanlah semua alternatif atau tidak sama sekali.
7) Lindungi harga diri responden. Janganlah bertanya : Sebutlah kalimat-
kalimat yang benar di antara kalimat yang tercantum di bawah ini.
Katakanlah : Saya ingin tahu pendapat Bapak, manakah diantara kalimat-
kalimat di bawah ini yang menurut Bapak benar.
8) Jika Anda terpaksa menanyakan hal yang kurang mengenakkan
responden, mulailah bertanya tentang hal-hal yang posititf.
9) Tentukan apakah Anda memerlukan pertanyaan langsung, tak langsung,
atau pertanyaan tak langsung disusul dengan pertanyaan langsung.
10) Hindari Kata-kata yang bermakna banyak, kata-kata seperti “partisipasi”,
“pengaruh”, “solidaritas”, “rasa bangga”, harus diganti dengan kata-kata
yang lebih spesifik seperti “ikut KB”, “menyumbangkan uang”, dan
“menyimpan piagam penghargaan”.
11) Hindari pertanyaan yang bersifat mengarahkan responden pada jawaban
tertentu. Janganlah bertanya : Apakah Anda selalu berperan serta dalam
program pembangunan ? Bertanyalah : Apakah Anda menganjurkan orang
lain untuk menjadi akseptor KB ?
12) Pertanyaan harus dibatasi pada satu gagasan saja. Janganlah bertanya :
Apakah Anda membaca surat kabar/majalah/buku ? Jadikanlah pertanyaan
tersebut menjadi tiga kalimat pertanyaan.
c. Organisasikan quesioner secara sistematis.
1) Mulailah dengan pertanyaan yang mudah dan disenangi oleh responden.
Ajukan pertanyaan yang membangkitkan minat.

7
2) Jangan mengondisikan jawaban pada pertanyaan berikutnya dengan
pertanyaan sebelumnya.
3) Gunakan urutan pertanyaan untuk melindungi harga diri responden.
4) Pertanyaan terbuka sebaiknya dikurangi.
5) Topik dan pertanyaan harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat
dipahami oleh responden. Urutan pertanyaan harus wajar dan mudah
ditangkap maksudnya.
d. Lakukan prauji quesioner. Pilihlah sejumlah responden yang representative.
Ajukan pertanyaan-pertanyaan itu dan lihat kemungkinan salah paham atau
makna yang membingungkan (Rakhmat, 1997 : 87 – 89).

2.3 Contoh Teknik Pengumpulan Data

Berikut ini contoh sederhana dalam teknik pengumpulan data dalam desain
penelitian sebagai berikut :
a. Contoh teknik observasi
Mengubah perilaku artinya dengan sengaja mengundang respons tertentu.
Contohnya untuk meneliti pengaruh teladan pada perilaku orang lain. Peneliti
bernama Bryan dan Test (1967), menempatkan dua orang wanita di dekat pusat
pertokoan, untuk membunyikan bel sebagai tanda meminta sumbangan untuk the
Salvation Army. Peneliti mengatur agar pada jarak waktu tertentu seseorang (yang
diatur peneliti) pura-pura memberikan sumbangan. Penelitian membuktikan bahwa
terjadi 2X lebih banyak pemberian sumbangan bila ada teladan (model) atau contoh
daripada tidak ada. Di sini, Peneliti (Bryan dan Test) mempengaruhi perilaku tanpa
mengganggu kewajaran (situasi alamiah kejadian) (Rakhmat, 1997 : 84).
b. Contoh teknik wawancara
Mengingat bahwa individu yang dipilih untuk diwawancara itu mempunyai
fungsi serta tugas sebagai warga masyarakat dan mengingat bahwa kadang-kadang
mereka mempunyai kesibukan pekerjaan dan kesibukan hidup mereka sendiri, maka
perlu bagi peneliti untuk mengetahui lebih dahulu saat manakah individu dari
golongan tertentu menurut kelaziman mempunyai waktu senggangnya. Hal ini supaya
si peneliti dapat menentukan waktu manakah yang paling cocok untuk menghubungi
subyek wawancara. Kalau waktu wawancara cocok, dan orang yang menjadi subyek

8
wawancara tak merasa terganggu waktunya, maka subyek juga akan bersikap
kooperatif.
Seorang peneliti yang hendak mewawancarai petani di desa (di Jawa
misalnya), supaya berhasil menemui mereka di rumah, harus mengetahui bahwa
petani di Jawa itu dalam waktu sibuk bercocok tanam sudah bangun pada waktu
subuh untuk melakukan berbagai pekerjaan persiapan pergi ke sawah, kemudian
bekerja di sawah sampai kira-kira pukul 10 atau 11 pagi, kalau matahari mulai panas
terik. Kemudian mereka pulang untuk istirahat dan sarapan, atau makan siang.
Kadang-kadang mereka tidur untuk kemudian bangun dan pergi lagi ke sawah
sesudah kira-kira pukul 3 siang, sampai pukul 5 atau 6 sore. Pada waktu maghrib
kalau tidak melakukan kewajiban agama, mereka duduk ngobrol dengan keluarga
atau tetangga menunggu matahari terbenam. Mengingat jadwal harian terurai di atas,
maka sebaiknya waktu untuk mewawancarai seorang petani di Jawa adalah waktu
siang antara pukul 11 dan 1 siang.
Dalam masyarakat kota, irama dan jadwal hidup sehari-hari tentu berlainan
bagi individu dari segi berbeda-beda tingkat dan kelas masyarakat. Orang dari tingkat
pekerja tangan dan buruh kecil yang sering bekerja sampai waktu maghrib, mungkin
paling cocok dihubungi pada waktu malam hari. Orang dari kelas pegawai
pemerintah mungkin paling cocok dikunjungi pada waktu sesudah istirahat siang,
sedangkan orang dari lain kelas dan golongan masyarakat harus diteliti dulu kapankah
waktu senggang yang paling cocok untuk dihubungi. Hal ini dapat segera diketahui
oleh peneliti dengan beberapa kunjungan percobaan. Adapun individu dari golongan
terpelajar dan kelas pegawai menengah dan tinggi, biasanya dapat dihubungi untuk
diwawancarai dengan suatu perjanjian waktu terlebih dahulu (Koentjaraningrat,
1993 : 133 – 134).
Contoh kalimat daftar pertanyaan (angket) berstruktur : Menurut pendapat
Saudara, cara-cara apakah yang tepat dilakukan untuk memperbaiki keadaan X ?
Berilah tanda V dalam lajur menurut kepentingannya ( Lajur I : terpenting, Lajur II :
cukup penting, dan Lajur III : kurang penting).

9
Tabel cara-cara yang tepat untuk memperbaiki keadaan X

Cara yang disarankan I II III


Cara P
Cara Q
Cara R

Sedangkan contoh kalimat daftar pertanyaan (angket) tak berstruktur :


Menurut pendapat Saudara, usaha-usaha atau cara-cara apakah yang penting
dilakukan untuk memperbaiki keadaan X? Uraikanlah pendapat tersebut, dan jelaskan
alasan-alasannya (Surakhmad, 1994 : 183 – 184).

III. Simpulan

Adapun yang menjadi simpulan dari penelitian ini sebagai berikut :


a. Kata desain penelitian mengandung makna rancangan kegiatan pengumpulan,
pengolahan, analisis, dan penyajian data yang dilakukan secara sistematis dan
obyektif, untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji suatu hipotesis
untuk mengembangkan prinsip umum.
b. Teknik pengumpulan data adalah instrumen (alat) dalam rangka proses
mengumpulkan keterangan atau bahan nyata yang dapat dijadikan dasar
penelitian.
c. Teknik pengumpulan data terbagi ke dalam dua jenis teknik yaitu : 1) Teknik
Observasi (pengamatan) langsung dan tak langsung; dan 2) Teknik
Komunikasi (Wawancara) langsung dan tak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

10
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990

Dwiloka, Bambang & Rati Riana, Teknik Menulis Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis,
Disertasi, Artikel, Makalah dan Laporan), Rineka Cipta, Jakarta, 2005

J. Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung,


2013

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama,


Jakarta, 1993

Komaruddin, Metode Penulisan Skripsi dan Tesis, Angkasa, Bandung, 1974

Rakhmat, Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis


Statistik, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997

Sekaran, Uma, Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Salemba Empat, Jakarta, 2006

Singarimbun, Masri & Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta,
1995

Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian Ilmiah (Dasar, Metoda, Teknik), Tarsito,


Bandung, 1994

Zulkifli, Dasar-dasar Penyusunan Proposal Penelitian Bidang Ilmu Agama Islam,


Universitas Sriwijaya, Palembang, 2001

11

Anda mungkin juga menyukai