Transformasi SCM - Mandom
Transformasi SCM - Mandom
Transformasi SCM - Mandom
PENDAHULUAN
Virus Corona atau Covid-19 yang pertama kali diumumkan di Wuhan, sebuah
provinsi di China pada akhir 2019 yang lalu, terus berkembang penyebarannya. Oleh karena
itu, pada tanggal 12 Maret 2020, badan organisasi kesehatan dunia WHO mengumumkan
bahwa Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
Pandemi adalah wabah yang berjangkit serempak dimana-mana dan meliputi daerah
geografi yang luas.
Sejak itu, berbagai aturan dilaksanakan mulai dari social distancing, konsumsi
vitamin, penggunaan masker dan hand sanitizer, hingga kerja dari rumah atau Work-From-
Home. Akibatnya, jumlah permintaan masker dan hand sanitizer melonjak tinggi hingga
tidak sesuai dengan supply dari pabrik dan distributor.
Kondisi ini tidak hanya berdampak pada sisi kesehatan dan keselamatan jiwa
manusia, namun juga yang sangat berdampak pada ekonomi dunia, secara khusus di
Indonesia. Salah satu sektor yang paling berdampak adalah manufaktur sehingga penulis
mengangkat satu masalah pada salah satu perusahaan manufaktur di Indonesia yaitu PT.
Mandom Indonesia Tbk.
PROFIL PERUSAHAAN
PT. Mandom Indonesia Tbk melakukan transformasi bertujuan untuk menjaga agar
perusahaan tetap berproduksi sekaligus memanfaatkan kesempatan untuk meluncurkan lini
produk yang baru yaitu Hand Sanitizer dengan merk Mandom. Transformasi pada
perusahaan salah satunya berguna untuk membuat terobosan baru dalam peningkatan
kinerja perusahaan (Levgine, 1995). Perusahaan memutuskan untuk bekerja sama dengan
supplier dalam negeri, dengan tujuan agar, ekonomi tetap terjaga dan pekerja di Indonesia
turut dilibatkan serta meminimalisir hambatan dalam pengiriman kemasan dan bahan baku
ke produksi yang akan terjadi jika bahan baku tersebut diimpor dari negara-negara
terjangkit Covid-19. Pada awal April 2020, PT Mandom sudah mendistribusikan produk hand
sanitizer yang baru dengan planning yang cukup singkat namun untuk jangka yang panjang.
Strategi penerapan rantai pasok pada perusahaan Menurut Hau Lee (2002),
didasarkan pada demand uncertainty dan supply uncertainty. Masing-masing uncertainty
tersebut memiliki karakteristik yang berbeda. Pada Demand terdapat 2 karakteristik, yaitu
Functional dan Innovative.
Functional adalah produk yang memiliki life-cycle yang panjang, dan permintaannya stabil.
Kemudian untuk inovatif, adalah produk yang memiliki life-cycle yang singkat dengan inovasi
yang tinggi, sehingga memiliki permintaan yang tidak dapat diprediksi.
Berikut ringkasan karakteristik pada Demand menurut Hau Lee:
Sedangkan pada Supply uncertainty memiliki 2 karakteristik, yaitu stable dan evolving.
Pada karakteristik stable, proses di manufaktur dan teknologi yang digunakan sudah
matang, dan suplai mendasar sudah diterapkan secara tepat. Sedangkan pada kondisi
evolving, proses di manufaktur dan teknologi yang digunakan masih dalam pengembangan.
Sehingga berdampak kepada suplai masih tergolong sangat terbatas, dalam hal jumlah dan
kualitas. Jika dilihat dari kompleksitasnya, proses suplai stable lebih sederhana dan lebih
bisa dikelola, cenderung sudah terotomatisasi, sedangkan proses manufaktur pada
evolving, masih sangat memerlukan banyak perbaikan, sehingga pada kondisi ini para
suplier harus lebih bisa berinovasi.
Berikut ringkasan karakteristik supply menurut Hau Lee:
Berdasarkan karakteristik uncertainty di atas, dalam jurnalnya, Hau Lee (2002)
mengemukakan terdapat 4 tipe strategi seperti di bawah ini:
KESIMPULAN
Dalam situasi pandemi covid-19, perusahaan dipaksa untuk tetap ‘hidup’ di tengah
daya beli atau minat konsumen terhadap suatu barang non medis/non kebutuhan pokok
menurun. PT. Mandom Indonesia memutuskan melakukan transformasi melalui supplier k
guna menjaga stabilitas rantai pasok produksi sehingga stabilitas perusahaan juga tetap
terjaga. Pengubahan supplier mereka dengan menggunakan supplier dari Indonesia
memberikan dampak positif bagi keberlangsungan produksi manufaktur di PT. Mandom
Indonesia Tbk.
Dalam hal transformasi pada rantai pasoknya, PT. Mandom menggunakan strategi
rantai pasok Efficient Supply Chain menurut Hau Lee, dan push strategi menurut Simchi-
Levi, dikarenakan pada strategi Efficient supply chain, Produk hand sanitizer ini merupakan
produk yang demand uncertainty rendah, dan juga produk yang akan selalu diproduksi ke
konsumen, pada masa pandemi maupun ketika pandemi berakhir, karena produk ini
merupakan produk sederhana yang dapat terus digunakan oleh masyarakat sebagai alat
untuk menjaga kesehatan dan kebersihan diri.
Pasar untuk Hand Sanitizer kini menjadi semakin luas dan semakin banyak
dikarenakan penggunaan Hand Sanitizer kini dianjurkan, seperti penggunaan masker. Oleh
karena pandemi Covid-19, penggunaan Hand Sanitizer kini meluas hampir ke semua orang
yang ingin menjaga kesehatannya apabila berpergian dan kesulitan akses untuk mencuci
tangan.
DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/pandemi
http://library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/Bab%202_09-172.pdf
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200324163937-12-486574/polri-masker-
hand-sanitizer-langka-karena-permintaan-tinggi