Tinjauan Pustaka Tinutuan Bubur Manado
Tinjauan Pustaka Tinutuan Bubur Manado
Tinjauan Pustaka Tinutuan Bubur Manado
dikonsumsi menurut golongan etnik dan wilayah tertentu dengan bahan utama dari
daerah setempat clan mempunyai rasa relatif cocok dengan selera masyarakat
bersangkutan.
v
Sebagian besar dari tubuh dan otak manusia dibeiltuk dari berbagai jenis
makanan yang berabad-abad telah akrab dengan nenek moyang, ibu dan bapak kita.
Makanan yang berasal dari tempat di mana kita lahir dan dibesarkan sesuai dengan
yang diolah berdasarkan resep nenek moyang yang terus menerus digunakan secara
turun temurun dari dikonsumsi oleh golongan etnik dan wilayah tertentu dengan
yang dikonsumsi oleh suatu kelompok masyarakat berdasarkan golongan suku dan
daerah wilayah yang spesifik berdasarkan kepada : 1) resep makanan yang telah biasa
digunakan oleh keluarga dari waktu ke waktu, 2) bahan makanan yang digunakan
berasal dari daerah setempat baik merupakan hasil usaha tani maupun tersedia dalam
sistem pasar setempat serta, 3) rasa dan tekstur sesuai dengan selera anggota keluarga
dan masyarakat setempat. Tetagi karena teknologi dan menejemen pemasaran masih
tradisional, pengembangan makanan tradisional masih kalah dengan fast food impor
(Hadisantosa, 1993).
identifikasi makanan tradisional yang meliputi tidak hanya kebiasaan dan kesukaan
konsumen tetapi juga termasuk produsen usaha tani yang beranekaragam, pengelola
dan pedagang (Susanto, 1993). Sedangkan keragaan pola pangan lokal dari studi
mcngenai kebiasaan pangan pada 1 I golongan etnik yang dominan di Indonesia yakni
6)Banjar, 7) Bugis, 8) Kaili, 9) Minahasa, 10) Urani dan 11) Sika pada penduduk
yang tinggal di wilayah pedesaan dan pinggiran kota masih tergantung pada komuditi
bayam, daun gedi, jagung muda (milu mudu), labu kuning, (sambiki), singkong (ubi
kuyu), ubi jalar merah (batatu, meruh), beras, daun kemangi, (belukumu), daun
A dan C serta mineral Kalsium dan Pospor (Sastrahidayat & Soemarmo), 1991).
Bayam adalah sayutran daun yang rasanya enak dan lnengandung vitamin A,
Thiamin dan vitamin C serta mineral (Sastrahidayat & Soemarmo, 1991), Bayam
adalah sayuran daun bentuknya tipis dan berwarna hijau tua, cocok untuk anak-anak
(Oomen, et al, 1984). Kandungan zat gizi bayam disajikan pada Tabel 1.
Indonesia bagian Timur dan Irian jaya. Pucuk daun mudanya dibuat sayur, dan bila
dimasak agak berlendir (Oomen, et al, 1984). Kandungan zat gizi daun gedi belum
pernah diteliti, sehingga belum tercantum dalam Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan
1
Indonesia (1995).
Jagung adalah bahan pangan bijian yang sangat penting bagi manusia dan
ternak, dan memiliki banyak kegunaan sebagai pangan dan non-pangan. Semula
jagung (corn) adalah istilah umum untuk bijian atau serealia. Di Inggris, corn adalah
istilah untuk gandum, sedangkan di Irlandia dan Skotlandia untuk oat. Jadi corn
digunakan untuk menarnai spesis bijian baru yang ditemukan penduduk di benua
Amerika. Sebagian besar penduduk dunia mengenal Zea Mays sebagai jagung
(Rubatzky & Yamaguchi, 1998). Kandungan zat gizi jagung muda disajikan pada
Tabel 1.
Labu kuning dikenal buahnya yang sangat berguna, daun maupun bunganya
merupakan sayuran yang bergizi tinggi. Tumbuhnya menjalar atau merambat, yang
merambat hanya sedikit memakan tempat (Oomen, et al, 1984). Kandungan zat gizi
Singkong kaya akan karbohidrat, tetapi miskin protein (Oomen, et al, 1084). Sekitar
65% produksi ubi kayu digunakan untuk pangan manusia, baik dalam bentuk segar
maitpitn olaliati. Nilai itbi kayit adalali karcna nilui kulorinyu ynng linggi, itbi liuyit
segar mengandung 35% - 40% bahan kering. Dan 90% daripadanya adalah
karbohidrat (Rubatzky & Yamaguchi, 1998). Kandungan zat gizi singkong disajikan
pada Tabel 1.
Ubi jalar merupakan bahan pangan pokok bagi berjuta-juta penduduk, dan
diberbagai negara konsumsi ubi jalar mencapai 70% dari total penggunaan kalori
harian (Rubatzky & Yamaguchi, 1998). Kandungan zat gizi ubi jalar disajikan pada
Tabel 1.
Beras
Beras adalah makanan yang mengandung banyak energi dalam pola makanan
Indonesia makanan pokoknya adalah beras (nasi). Makanan pokok selain sebagai
surnber karbohidrat juga kaya akan serat yang diperlukan juga untuk melancarkan
Daun lteinangi muda sering dimakan sebagai lalap, baunya harum (Oomen, et
al. 1984). Selain sebagai lalap juga digunakan sebagai bumbu untuk makanan juga
memberiltan rasa dan aroma pada makanan karena baunya yang khas dan harun~.
Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Bahan Pembuat Tinutu'an Per 100 gram
Ill~i
I)UIIII
Jalar Ileris
Kemangi
Merah
I I I I
Air (g) 90 87 64 91 63 69 13 85
Sumber : ~ediaoetama,(1996).
Anal< Balita (Bawah Lima Tahun) merupakan salah satu sasaran utama dalam
(Winarno, 1995). Menurut Soekirman (2000) bahwa bayi sampai anak-anak berusia
lima tahun, yang lazim disebut Balita, kemudian ibu hamil dan ibu menyusui, dalam
ilmu gizi diltelompokkan sebagai golongan yang rawan terhadap kekurangan gizi.
Menurut Hardinsyah dan Martianto (1992) saat seorang anak berada pada usia
kurang dari lima tahun termasuk salah satu masa tergolong rawan. Pada umumnya
anak mulai susah makan atau hanya suka pada makanan jajanan yang tergolong
hampa kalori dan hampa gizi. Perhatian kesehatan bagi anak pada usia ini sangat
diperlukan.
Upaya untuk membina kebiasaan yang baik mengenai makna makan dan cara
makan menurut Suhardjo (1992) dengan menambah variasi makanan sebagai suatu
umur ini.
Tinutu'an adalah salah. satu variasi makanan yang bergizi dari campuran
sayuran daun hijau, serealia dan umbi yang dapat diberikan pada anak sekolah taman
Kanak-Kanak ataupun balita. Oomen, et al, (1984) ineilgemukakan bahwa bila bahail
sayuran daun hijau dari tinutu'an ini dihaluskan, bubur ini sungguh cocok untuk
diberikan pada bayi sebagai makanan tambahan pada saat giginya mulai tumbuh.
Sayuran daun hijau umumnya kaya akan sumber gizi penting. Pengikutsertaan
sayuran daun hijau dalam makanan akan meningkatkan mutu gizi keseluruhan.
Penggunaan sayuran daun hijau dalam makanan merupakan salah satu masalah yang
berkaitan dengaq kepercayaan, kebiasaan dan kecurigaan yang ada pada masyarakat
mengonsumsi sayuran dan buah-buahan sedini mungkin, karena vitamin tidak dapat
disintesa di dalam tubuh, sehingga harus masuk dalam bentuk makanan (Suhardjo &
Kusharto, 1992).
anak-anak sebanyak 30 gram per hari akan dapat memberikan sekitar 150-300 mg
Kalsium, 6-10 mg zat besi, 1.000-3.000 pg Folat, 50-150 pg Riboflavin dan 15-30
mg asam Askorbat. Oomen, et al, (1984) berpendapat bahwa konsumsi sayuran daun
mencegah timbulnya masalah gizi, terutama KVA, dan anemi gizi bagi anak yaiig
vitamin A serta mineral seperti kalsium, phosfor dan zat besi yang sangat diperlukan
Berbeda dengan fast food, buah dan sayuran justru memiiiki banyak
keunggulan selain berkadar serat tinggi, juga mengandung pektin, aneka enzim, asam
amino. bioflavonoid dan berbagai vitamin dan mineral. Serat tinggi bermanfaat
mengikat racun dan radikal bebas yang beredar di seluruh tubuh serta menurunkan
kolesterol darah (Lampe, 1999). Lebih lanjut dikatakan bahwa pektin adalah bentuk
serat dalam perut yang akan melnbentuk gel dan melilpercepat proses pencernaan
racun dan kandungan klorofil pada sayuran hijau berfungsi antiseptik dan membantu
pembentukan sel darah merah. Hasil penelitian Dittus, et al, (1995) menunjukkan
bahwa komponen nutrisi yang ada pada buah dan sayuran dapat mengurangi resiko
kanker, dan hasil penelitian dari Larnpe (1999) menunjukkan buah dan sayuran
dengan komponen aktif biologis memiliki mekanisme aksi yang saling melengkapi
dalam metabolisme hormon, reduksi tekanan darah, efek anti oksidan, anti virus dan
anti bakteri.
Dengan demikian sayuran daun hijau dapat merupakan sumber karoten utama
(karoten) yang termurah adalah jenis sayilran hijau (Winarno, 1995). Sela~~jutnya
untuk pengaturan makan, jenis dan kuantitas nlakanan yang diberiltan perlu
disesuaikan dengan keinginan anak akan tetapi perlu diperhatikan agar tidak
Beaton (1985) mengemukakan bahwa makanan bernilai gizi baik untuk balita,
masukan 10-15% kalori berasal dari protein, 2535% dari lemak, dan 45-55% atau
sisanya berasal dari karbohidrat. Selain itu mengandung cukup zat gizi lain yaitu
asam amino dan asam lemak esensial, vitamin dan mineral, dan mengandung cukup
Masalah konsumsi pangan dan gizi bukanlah masalah yang berdiri sendiri,
tapi merupakan bagian dari suatu sistem yang ditentukan oleh berbagai faktor yang
saling terkait. Masalah yang berkaitan dengan konsumsi pangan dan gizi seperti
tingkat pendapatan, ketersediaan pangan setempat, teknologi, tingkat pengetahuan,
seperti kebiasaan makan, sikap dan pandangan masyarakat terhadap bahan makanan
Latar belakang pendidikan orang tua merupakan salah satu unsur yang ikut
menentukan konsumsi makanan anak yang pada akhirnya akan menentukan keadaan
status gizi anak. Tingkat pendidikan orang tua mempunyai hubungan dengan keadaan
gizi anak. Tingkat pendidikan ayah dapat menentukan keadaan ekonomi keluarga,
sehingga dapat meningkatkan daya beli pangan, sedangkan tingkat pendidikan ibu di
formal yang tinggi diharapkan mempunyai pengetahuan gizi yang tinggi pula.
Susanto (1985) mengemukakan bahwa orang tua yang berpendidikan tinggi akan
lebih mudah menerima inovasi baru sehingga konsumsi keluarga akan semakin baik
dan beragam. Sedangkan menurut Huzaini & Huzaini (1986) tingkat pendidikan ibu
yang rendah merupakan salah satu faktor penyebab kerawanan gizi anak balita karena
ibu adalah aaorwng yang bartanggung jaw& tarhadap konsumsi makana11 anak balita.
yang terdiri dari usia, pendidikan formal, pendidikan non-formal, pekerjaan dan besar
keluarga. Faktor ekonomi yang terdiri dari pendapatan keluarga dan pengeluaran
keluarga untuk pangan. Faktor keluarga yang terdiri dari pengambilan keputusan
menu makanan keluarga, pemegang uang belanja, memilill dan membeli serta
Seseorang yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilill lnakanall
yang paling menarik pancaindra dan tidak mengadakan pemilihan berdasarkan nilai
gizi makanan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih
makanan tersebut.
Dengan status ekonomi yang tinggi belum menjamin tercapainya keadaan gizi
bila tidak disertai pengetahuan gizi seperti cara memilih, memperoleh dan mengelola
makanan yang baik, murah dan bergizi (Madanijah, et al, 1986) karena seorang ibu
memiliki peranan besar dalam keluarga, dialah yang berbelanja pangan, mengatur
(Suhardjo, 1996), sedangkan tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang bahan
biasanya ibu lebih berperan dalam mengatur menu makanan sehari-hari, oleh karena
itu ibu-ibu merupakan sasaran utama pendidikan gizi keluarga (Sajogyo, 1981).
Sajogyo, et al, (1981) menyatakan pada keluarga yang mampu pangan dalam
jumlah yang cukup dapat dengan mudah terbeli tetapi jika kurang pandai memilih
jenis pangan yang baik mutu dan keragalnan pangannya, maka keluarga tersebut
masih belum dapat mencukupi kenbutuhan zat gizi yang diperlukan oleh anggota
keluarganya. Khumaidi (1 994) .menyatakan bahwa masalah gizi dapat terjadi karena
sayuran dapat sarnpai kc miilut anaknya, Iceragaman bahan dan jcnis musakan,
makanan, akan tetapi pengeluaran uang yang lebih banyak untuk pangan tidak
untiik pangan yang semakin besar akan mengakibatkan lebih banyaknya pangan yang
tangga dibelanjakan untuk pangan dan sebaliknya di negara maju 45 persen saja.
Dengan demikian pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas dan
kuantitas makanan. Lebih lanjut lagi Berg menyatakan bahwa keluarga dengan
tingkat pendapatan yang tinggi dapat membeli pangan yang lebih beragam dan
jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan tingkat pendapatan yang rendah.
mempunyai pengaruh yang cukup kuat terhadap konsumsi pangan keluarga. Hal ini
karena semakin besar jumlah pengeluaran untuk pangan akan semakin banyak jumlah
yang dibeli bahkan ada kemungkinan akan semakin beragam. Dengan demikian
ltonsulnsi pungan dan zat gizi yang dikonsulllsi aka11 diimbangi ole11 kcmampuan
antara lain karena data pengeluaran meliputi penghasilan ditambah dengan hasil-hasil
Ukuran Keluarga
Keluarga batih merupakan kelompok sosial kecil yang terdiri dari suami, istri beserta
anak-anaknya yang belum menikah. Keluarga batih lazim disebut rumah tangga
(Soekanto, 1992). Sedangkan menurut Suhardjo (1996) keluarga inti terdiri dari
sepasang suami istri dengan anak-anaknya. Keluarga dalam arti luas adalah yang
tidak terbatas hanya pada keluarga inti, melainkan terdiri dari beberapa generasi
solain orang tuw dongan wnak-anaknya terdapwt pula kakek, nsnek, paman, bibi,
saudara sepupu, menantu dan cucu. Kebutuhan keluarga ditanggung oleh kepala
keluarga. Hasil penelitian Sri Prihartini, et al, (1996) bahwa jumlah anggota rumah
tangga sangat berpengaruh terhadap jumlah bahan makanan yang harus disediakan,
dan semakin sedikit ju,nlah anggota keluarga semakin sedikit pula jumlah bahan
keluarga miskin akan lebih mudah jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit.
Pangan yang tersedia untuk suatu keluarga besar, mungkin hanya cukup untuk
keluarga yang besarnya setengah dari keluarga tersebut. Keadaan yang demikian jelas
tidak cukup untuk mencegah timbulnya gangguan gizi pada keluarga besar.
makanan tertentu dipilih dan dikonsumsi pada jangka waktu tertentu, serta seringkali
kurang memperhatikan segi-segi lain yang mungkin terkait, seperti harga dan
martabat'. Keunikan perilaku dan kebiasaan makan seseorang dapat dikaji dari
Menurut Khumaidi (1994) pengertian dari kebiasaan makan adalah suatu pola
perilaku konsumsi pangan yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Lebih lanjut
dikemukakan bahwa definisi 'kebiasaan makan' sebagai cara individu dan kelompok
yang diperoleh dari lingkungan dan mempunyai aspek kognitif, afektif dan
latar belakang sosial budaya tempat dialmereka hidup. Sanjur (1982) mengemukakan
bahwa terdapat dua dasar pemukiran mengenai kebiasaan makan yang terdapat pada
diri seseorang yaitu : 1) kebiasaan makan yang terbentuk pada diri seseorang sebagai
faktor budaya karena dipelajari (learned), dan 2) kebiasaan makan yang sengaja
dipelajari (unlearned).
yang menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tidak kurang pula yang jelek
antara lain adanya tabu (pantangan) yang justm berlawanan dengan konsep-konsep
gizi, lebih lanjut lagi dikatakan bahwa kebiasaan makan dapat dipelajari dan diukur
menurut prinsip-prinsip ilmu gizi melalui pendidikan, latihan dan penyuluhan sejak
manusia mulai mengenal makanan untuk kelangsungan hidupnya. Dan untuk program
perbaikan gizi agar kebiasaan makan yang baik dapat dilestarikan dan kebiasaan
makan yang jelek dapat diganti dengan ide-ide baru untuk menunjang tercapainya
kecukupan gizi. Sedangkan menurut Baliwati dan Asngari (1995) kebiasaan makan
adalah cara-cara seseorang atau kelompok orang memilih pangan dan memakannya.
Hal ini tampak pada susunan beragam bahan pangan yang dikonsumsi oleh seseorang