Makalah ASKEB PRANIKAH

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA PRANIKAH

DI RUANGAN KIA PUSKESMAS SOCAH


KABUPATEN BANGKALAN

Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Ketuntasan


Stase Asuhan Kebidanan Remaja dan Pra Nikah
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

Disusun Oleh :

Nama : Siti Amalia

NIM : 19159010027

KELAS :A

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA

2019
LEMBAR PERSETUJUAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA REMAJA ATAU PRANIKAH


DI RUANGAN KIA PUSKESMAS SOCAH
KABUPATEN BANGKALAN

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Nama : Siti Amalia

NIM : 19159010027

KELAS : A

Tanggal 14 november 2019


PEMBERIAN ASUHAN KEBIDANAN
PADA REMAJA ATAU PRANIKAH

DISETUJUI :

Kepala Ruangan Bikor / Kasus : Hj. Nur Hikmawati, S.ST


NIDN.

Di : PUSKEMAS SOCAH

Pembimbing Institusi / Kasus : Nailufar Firadaus, S.ST, M.AP


NIDN.

Di : STIKES NGUDIA HUSADA


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang

dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan selama di

Rumkital Dr. Ramelan Surabaya.

Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di Akademi

kebidanan Stikes ABI Surabaya untuk memenuhi target yang telah ditetapkan. Tidak

lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu

dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama:

1. Dr. M. Hasinuddin, S.Kep.,M.Kes selaku ketua STIKES NGUDIA HUSADA

Madura.

2. Hamimatus Zainiyah,S.ST, M.Pd. M.keb selaku ketua Program Studi

Pendidikan Profesi Bidan

3. Hj Nur Hikmawati, S.ST selaku pembimbing Praktek di PUSKESMAS SOCAH.

4. Nailufar Firadaus, S.ST, M.AP selaku pembimbing Akademik Profesi Bidan.

5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.

Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam

penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan penyusunan

Asuhan Kebidanan selanjutnya.

                                                                                     Bangkalan,                      2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1    latar belakang

dinegara maju tetanus sangat jarang dijumpai yaitu berkat imunisasi yang

teratur dan tertib, bukti bahwa imunisasi tetanus sangat bermanfaat dapat diketahui

dari frekuensi tetanus selama perang dunia II yaitu hanya didapatkan 6 kasus dari

setengah juta prajurit Amerika Serikat yang luka, dibanding dengan 700 kasus selama

perang

dinegara yang sudah maju. Tetanus neonatorum sudah tidak terdapat lagi

karena setiap kelahiran ditolong oleh tenaga terdidik. Di Indonesia penyakit ini terjadi

karena masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun yang memotong talpus

dengan sebilah bambu, pisau atau gunting yang kotor dapat pula terjadi.

Cara mencegah tetanus neonatorum selain kebersihan sewaktu dan sesudah persalinan

juga dapat dilakukan dengan cara pemberian toksoid sebelum pra nikah dimana

tujuannya utuk melindungi janin ketika ibu tersebut melahirkan. Selain itu TT juga

bisa diberikan lagi ketika ibu tersebut hamil. TT diberikan seumur hidup kurang lebih

5 kali. Sehingga apabila imunisasi TT digunakan secara teratur dan tertib dengan

demikian insident tetanus neonatorum dapat diperkecil 0,5 % dari semua kelahiran.

1.2 Rumusan Masalah

sebagaimana kita ketahui secara umum imunisasi mempunyai lingkup yang

cukup luas. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan demi keefektifan pelayananserta

penulisan laporan ini maka kami membatasi hanya pada CPW dengan imunisasi TT

pranikah.

1.3 TUJUAN

1.3.1 Tujuan Umum


diharapkan selama dilapangan mahasiswa mampu melaksanakan Asuhan

Kebidanan secara nyata dengan menerapkan teori yang telah ada.

1.3.2 Tujuan Kasus

mahasiswa mampu

1.      melakukan pengkajian data.

2.      Merumuskan masalah.

3.      Menentukan rencana.

4.      Menentukan rencana tindakan.

5.      Melakukan evaluasi.

1.4    BATASAN MASALAH

sebagaimana kita ketahui secara umum imunisasi mempunyai lingkup yang

cukup luas. Oleh karena itu keterbatasan waktu dan demi keefektifan pelayananserta

penulisan laporan ini maka kami membatasi hanya pada CPW dengan imunisasi TT

pranikah.

1.5 MANFAAT

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka peneliti berharap hasil

penelitian yang dilakukan dapat bermanfaat, baik itu secara teoritis maupun secara

praktis bagi para pembacanya.

1.4.1 Manfaat Teoritis

a. Memberikan pengetahuan serta menambah wawasan bagi peneliti lain

khususnya tentang imunisasi TT (untuk keluarga yang akan menikah di

kecamatan socah).

b. Sebagai sumber referensi bagi para mahasiswa khususnya tentang imunisasi TT

pada pranikah atau konseling pranikah dalam membentuk keluarga sehat.


2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menyadarkan para calon

pengantin di kecamatan socah mengenai pentingnya imunisasi TT sehingga

tujuan pemberian imunisasi TT dapat terwujud.

b. Hasil dari penelitian ini diharapkan calon pengantin di kecamatan socah

mengetahui dan memahami resiko bahanya tetanus toxoid.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah suatu proses dimana sepasang mempelai, penghulu dan

kepala agama tentunya juga para saksi dan sejumlah hadirin untuk kemudian

disyahkan secara resmi menjadi suami istri dengan ucapan dimana pada akhirnya para

sepasang pria dan wanita disatukan untuk memiliki satu sama lain.

                                                                  (Johanes. Lowwellyn Bert. 1997)

2.2  Alasan Untuk Menikah

a. Primer

Hasrat berdamping hidup bebahagia dengan pribadi yang dicintai, khususnya

dengan perkawinan. Orang mengharapkan bisa mendapatkan pengalaman hidup

baru bersama dengan seseorang yang secara esklusif menjadi milik untuk

mendapatkan pengakuan dan jaminan hidup sepanjang hidupnya.

b. Sekunder

1. hasrat untuk mendapatkan kewenangan hidup.

2. Ambisi yang besar untuk mendapatkan sicial yang tinggi.

3. Mempunyai keinginan untuk mendapatkan asuransi hidup dimasa tua.

4. Mempuyai keinginan mendapatkan kepuasan sex dengan pasangan

hidupnya.

5. Dorongan cinta terhadap anak ingin mendapatkan keturunan.

6. Keinginan mendapatkan nama luhur.

2.3  imunisasi tetanus toxoid

a. pengertian

adalah tindakan untuk memberi  kekebalan dalam tubuh klien bertempat

langsung mencegah terjadinya tetanus neonatorum dengan memasukkan kuman

yang sudah dilemahkan.

b. jenis dan vaksinasi

vaksinasi yang digunakan untuk imunisasi aktif kemasan tunggal vaksin

tetanus texoid (TT) kombinasi defteri (DI) kombinasi defteri tetanus pertusis
(DPT) vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif ATS (Anti Tetanus Serum)

dapat digunakan untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit tetanus.

c. cara penyimpanan vaksin TT pqda lemari es rak no 2 dengan suhu 8-9°C.

d. Cara jadwal pemberian

pada calon pengantin wanita 2 kali langsung terjadi kehamilan dengan

jarak waktu ≥ 2 tahun dilakukan TT ulang pada ibu hamil masing-masing pada

kehamilan ke 7 dan ke 8. Dimasa mendatang diharapkan setiap perempuan telah

menghadapi imunisasi tetanus 5 kali, sehingga daya perlindungan terhadap

tetanus seumur hidup, dengan demikian bayi yang dikandung kelak akan

terlindung dari penyakit tetanus neonatorum. Bentuk vaksin TT cir agak putih

keruh dalam vial dosis 0,5 ml/ dalam di olutus maxi atau lengan.

Dosis Saat pemberian % perlindungan Lama perlindungan


TT I Pada saat kunjungan 0 % 1 tahun

pertama atau sedini

TT II mungkin pada kehamilan 80 % 2   tahun

TT III Minimal 4 minggu setelah 95 % 5 tahun

TT I

TT IV Minimal 6 minggu setelah 99 % 10 tahun

TT II atau selama

TT V kehamilan berikutnya 99% Selama seumur

Minimal setahun setelah TT hidup

III kehamilan berikutnya

Minimal setahun setelah TT

kehamilan berikutnya

Imunisasi TT 5 x untuk kesadaran penuh

TT 1 Langkah awal untuk mengembangkan kekebalan tubuh terhadap

TT 2 infeksi

TT 3 4 minggu setelah TT I untuk menyempurnakan kekebalan

TT 4 6 bulan atau lebih setelah TT 2 untuk menguatkan kekebalan


TT 5 1 tahun atau lebih setelah TT 3 untuk meneluarkan kekebalan

1 tahun atau lebih setelah TT 4 untuk mendapat kekebalan penuh

 2.4 Regulasi dalam perkawinan

Kebudayaan manusia terdiri dari landasan norma-norma untuk

menetapkan  batas-batas hak kewajiban setiap individu seperti hukum dan regulasi

terhadap perkawinan berlandaskan kepada kepentingan insaniah untuk menjamin

keamanan pribadi dan stabilisasi sosial sehingga dapat mencegah perbuatan

merampas hak anak istri serta orang lain.

2.4.1 Regulasi / peraturan perkawinan meliputi :

Faktor umur seks, upacara perkawinan, pembayaran uang nikah, hak dan

kewajiban suami istri, batas kekuasaan sebagai suami, pembagian harta dan warisan,

peraturan perceraian dan kewajiban memelihara anak keturunan dan sebagaimana.

Regulasi sosial mengenai perkawinan kita sampai pada banyak suku bangsa primitif

yang kebudayaannya relatif sangat rendah.

Regulasi sosial untuk terjaminnya kesejahteraan sosial keluarga melalui hal-hal

sebagai berikut :

1. mencegah perkawinan dengan keluarga dekat yaitu mencegah incest dan

iriendt menjamin kelestarian umat manusia.

2. Alasan-alasan eugenee / memperbaiki ras seperti larangan kawin bagi orang

gila- penderita penyakit yang berat.

3. Larangan kawin bagi mereka yang menderita penyakit spilis, dan

keturunannya serta patnernya.

4. Adanya hukum dan undang-undang perkawinan diperlukan untuk mencecah

timbulnya perceraian semena-mena.

5. Adanya kesiapan lahir (materi fisik) dan garis (mental psikologis) social

spiritual dan kedua belah pihak.

2.5  Dasar Pertimbangan Memilih Jodoh

1. Faktor bibit
Mempertimbangkan benih asal keturunan yaitu memilih sumber bibit

keluarga yang sehat jasmani dan rohaninya dari kasus penyakit keturunan atau

penyakit mental tertentu, sebab bibit yang baik akan menurunkan / menghasilkan

keturunan baik dan sehat.

2. Faktor bebet

Berarti keluarga, keturunan dianggap seorang calon suami istri yang

mempunyai keturunan bangsawan (darah biru) akan menghasilkan orang cerdik

pandai yang mempunyai martabat yang baik, berani dan selalu intropeksi diri,

tepat, teliti, akurat, menjalankan ibadah dan hukum serta kepribadian terpuji.

Tujuan wawasan hatinya. Sehingga dengan faktor keturunan yang unggul itu

diharapkan sepasang suami istri memiliki atribut-atribut terpuji untuk selanjutnya

mampu membina keluarga bahagia dan mendapatkan keturunan yang baik.

3. Faktor bobot

Artinya berbobot yaitu mempunyai harkat. Ilmu pengetahuan yang lengkap

memiliki harta kekayaan, kekuasaan dan status social yang cukup mantap

sehingga dhargai oleh masyarakat memiliki kekayaan spiritual dan nilai rohaniah

serta akherat yang mantap.

Dijaman modern sekarang pada umumnya seseorang akan mengawini seorang

pribadi. Karena orang telah dikenalnya. Dimana cinta itu akan berkembamg

dengan lewatnya waktu lebih lama, cinta kasih keduanya akan semakin terbiasa

terhadap satu sama lain dalam satu periode tertentu.

Peristiwa tersebut mendorong kita untuk tidak memungkiri adanya proses jatuh

cinta pada pandangan pertama yang akan diperkuatnya dengan peristiwa

mengenal lebih inti sehingga timbullah kesadaran menerima dan mentoleransi

ciri-ciri karakteristik masing-masing kedua belah pihak (pria dan wanita).

Biasanya seorang pria akan mengawini seorang wanita, karena itu mencintai atau

suka pada wanita tersebut, tidak disebabkan represonsederhana ciri-ciri feminine

yang unggul tetapi person ini contreton atau pribadi tertentu yang dicintainya. Namun

demikian akibat-akibat dari seorang wanita itu menentukan suksesnya suatu


perkawinan. Sedangkan criteria akibat dari seorang wanita itu jauh sebelum usia

perkawinan tiba sudah dikhayalkan dan ditentukan tadi.

Berdasarkan penelitian bahwa ada kecenderungan sangat kuat untuk melakukan

perkawinan dengan lawan jenis dari status sosial yang atau hampir sama tingkat nya

seperti kalangan kaum wanita melihat terdapat kecenderungan untuk melakukan

perkawinan dengan pertner pria  dar status ekonom lebih tinggi.

Sedangkan pada pihak kaum pria dengan profesi uang tinggi terdapat tendensi untuk

kawin membawah yaitu mengawini wanita dari status intelektual dan ekonomi sedikit

lebih rendah dari strata sosialnya sendiri ada 2 teori dalam tendensi umum

perkawinan :

1. Homogami (ikatan perkawinan berdasarkan persamaan ciri-ciri tertentu).

2. Pasangan yang berjodoh mempunyai sifat-sifat karakteristik yang justru

bertentangan, namun saling melengkapi. Mengisi dan sifatnya komplementer.

2.6  Asuhan Kebidanan

Asuhan kebidanan adalah bantuan yang diberikan oleh bidan kepada individu

pasien atau klien yang pelaksanaannya dilakukan dengan cara :

-     Bertahap dan sistematis.

-     Melalui suatu proses yang disebut manajemen kebidanan.

2.6.1 Manajemen kebidanan menurut Varney, 1997

1. Pengertian

a. Proses pemecahan masalah.

b. Digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah.

c. Penemuan-penemuan keterampilan dalam rangkian atau tahapan yang logis.

Untuk pengambilan suatu keputusan.

d. Yang berfokus pada klien.

2. Langkah-langkah

a. Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk memulai keadaan klien

secara keseluruhan.
b. Menginterprestasikan data untuk mengindentifikasi diagnosa atau masalah.

c. Mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi

penanganannya.

d. Menetapkan tindakan terhadap kebutuhan segera, konsultasi, kolaborasi

dengan tenaga kesehatanlain serta rujukan berdasarkan kondisi pasien.

e. Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional

berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah-langkah sebelumnya.

f. Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman.

g. Mengevaluasi keefektifan asuhan yang dilakukan, mengulang kembali

manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif.

h. Langkah I : Tahap Pengumpulan data dasar.

Pada langkah pertama ini berisi semua informasi yang akurat dan

lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Yang

terdiri dari data subjektif data objektif. Data subjektif adalah yang

menggambarkan pendekumentasian hasil pengumpulan data klien melalui

anamnesa. Yang termasuk data subyektif antara lain biodata, riwayat

menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan nifas,

biopsikologis spiritual, pengetahuan klien.

Data objektif adalah yang menggambarkan pendekumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan test diagnostik lain yang

dirumuskan dalam data fokus. Data objektif terdiri dari pemeriksaan fisik

yang sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,

pemeriksaan khusus (inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi), pemeriksaan

penunjang (laboratorium, catatan baru dan sebelumnya).

 Langkah II : Interprestasi data dasar.

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interprestasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan.


 Langkah III : mengindentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan

mengantisipasi penanganannya.

Pada langkah ini kita mengindentifikasi masalah potensial atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah

ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan

diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap diagnosa atau masalah potensial ini

benar-benar terjadi.

 Langkah IV : menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, untuk melakukan

konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segara oleh bidan atau dokter untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan ang lain

sesuai dengan kondisi klien.

 Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh.

Pada langkah ini direncanakan usaha yang ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi.

 Langkah VI : pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman.

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebaian lagi oleh

klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukan sendiri

ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

 Langkah VII : Evaluasi.

Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar tetap

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi

didalam  diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dianggap efektif jika memang

benar dalam pelaksanaannya.


BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 PENGKAJIAN :
Tanggal : 4 – 11 – 2019                              

 Jam : 09.00 WIB

3.1.1 IDENTITAS PASIEN :

Identitas Calon Istri Identitas Calon Suami

Nama                  : Nn “I” Nama : Sdr “A”

Umur                : 26 tahun Umur : 29 tahun

Agama               : Islam Agama : Islam

Pendidikan        : SMP Pendidikan : SMA

Pekerjaan          : Tidak bekerja Pekerjaan : Swasta

Suku / Bangs  : Madura /Indonesia Suku/Bangsa  : Madura/ Indonesia

Alamat               : Bargan Alamat : Pamekasan

1. DATA SUBJEKTIF

1. Keluhan Utama

Klien mengatakan ingin mendapatkan TT pranikah.

2.  Riwayat kesehatan sekarang.

Klien mengatakan sudah mengikuti konseling pranikah di KUA setempat dan

mengatakan bahwa salah satu syarat klien harus mendapatkan imunisasi TT

pranikah, saat ini klien merasa sehat dan siap diimunisasi pranikah.

3. Riwayat kesehatan keluarga.

Klien mengatakan baik dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit

keturunan seperti DM, Hipertensi, Asma, Jantung, dan tidak ada penyakit

menular seperti (TBC, Hepatitis, HIV / AIDS)

4.  Riwayat kesehatan yang lalu.

Klien mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular (TBC, Hepatitis)

dan penyakit menurun (DM, Asma, Jantung) dan tidak pernah dirawat dirumah

sakit.

5. Riwayat haid.

Menarche                          : 13 tahun
Siklus                                 : 28 hari

Lama haid                          : 7 hari

Jumlah                               : ± 3 x / hari ganti kotex. Konsistensi encer.

Nyeri haid                          : kadang-kadang.

Flour albus                         : ada dan sebelum haid tidak bau, tidak gatal.

6. Riwayat kebiasaan sehari-hari.

a. Pola nutrisi.

Makan 3 x/ hari dengan porsi, nasi lauk, sayur, minum ± 6-8 gelas/hari air

putih. Tidak ada pantang makanan,dan tidak ada alergi.

b. Pola istirahat dan tidur.

Tidur siang ± 1-2 jam.

Tidur malam ± 7-8 jam.

c.  Pola aktivitas.

Pekerjaan klien setiap hari di perusahaan swasta dan jika libur klien

membantu pekerjaan orang tuanya. Mengerjakan pekerjaan rumah tangga

seperti membantu. Mencuci dan menyetrika.

d. Personal hygiene

Mandi 2 x / hari,gosok gigi 3 x / hari, ganti pakaian 2 x / hari atau bila kotor,

keramas 2-3 x / minggu atau bila perlu ganti celana dalam 2-3 x / hari.

e. Pola eleminasi.

BAB I x / hari konsistensi lembek.

BAK 4-5 x / hari warna kuning jernih, bau khas, tidak ada nyeri.

f.   Pola kebiasaan lain

Klien mengatakan tidak pernah merokok, minum jamu, minum alkohol, dan

obat - obatan

7.  Riwayat Psiklogis dan Spiritual

Klien mengatakan sudah siap lahir batin melaksanakan pernikahan yang

direncanakan 1 bulan lagi, klien mengatakan cukup bahagia dengan rencana


pernikahannnya dan kedua belah pihak keluarga sudah menyetujui atas rencana

pernkahannya. Hubungan dengan keluarga baik, hubungan dengan petugas

kesehatan baik  klien mau menjawab pertanyaan petugas dengan terbuka. Klien

beragama islam dan mengatakan rajin beribadah 

II. Data objektif.

1. Pemeriksaan Umum

a.  Keadaan umum : baik

Kesadaran : composmentis

BB/TB : 58 kg/16 cm

IMT : BB = 48 = 48 = 22.6 (normal)


(TB)² (1.6)² (2.56)

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Suhu : 20 x/menit

b.  Pemeriksaan fisik

Cara berjalan baik, bentuk tubuh sedang

Rambut  : Tidak ada ketombe,bersih, tidak rontok

Muka      : Tidak pucat

Mata       : Simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus

Hidung    : Simetris, tidak ada polip, tidak ada pengeluaran atau sekret

Telinga    : Tidak ada serumen pendengaran baik

Mulut      : Bibir tidak pucat, tidak ada stomatitis, lidah bersih

Gigi          : Tidak ada karies

Leher  :Tidak ada pembesaran kelenjar lympe, tidak ada

pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada bendungan vena

jugularis

Ketiak : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada nyeri

tekan, tidak ada massa

Dada : Nafas normal, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi

Perut : Tidak ada pembesaran, tidak kembung


Kaki        : simetris, pergerakan baik, tidak ada odem, tidak ada varices

Vulva dan anus : Tidak ada odem, tidak ada varices, tidak ada hemoroid

III. ANALISA DATA

Nn “I” usia 26 thn imunisasi TT4 Pranikah

IV. PENATALAKSANAAN

1. Menginformasikan tentang hasil pemeriksaan, hasil pemeriksaan dalam batas

normal dan pasien memahami

2. Memberikan suntikan TT4 di lengan kiri 3 jari dibawah prosesus acromion

secara IM, TT4 sudah disuntikkan

3. Menganjurkan untuk mengkompres dengan air hangat di bekas suntikan

pasien

4. Menganjurkan untuk mengkonsumsi gizi seimbang 4 sehat 5 sempurna, pasien

memahami

5. Memberikan terapi fe 1x1, pasien mengerti

6. Menjadwalkan untuk suntik TT ulang 1 tahun lagi, pasien memahami

BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Selama pelaksanaan asuhan kebidanan pada Nn.”I” dengan pranikah dan mengau

pada tujuan yang ada maka dapat ditemukan suatu diagnosa kebidanan yaitu :

1.      Calon pengantin wanita dengan imunisasi TT.

2.      Potensial drop out TT II.


Dalam melaksanakan asuhan kebidanan ini pasien mempunyai pengaruh terhadap

palaksanaan asuhan kebidanan antara lain :

1.      Pasien memberikan kepercayaan petugas.

2.      Keterbukaan pasien dalm mengungkapkan masalah kepada petugas.

3.      Kesediaan pasien dalam menjalankan saran tulis.

4.       Adanya pengertian dan kesadaran pasien dalam mempersiapkan

pernikahannya dan dukungan keluarga serta petugas.

5.       Faktor penghambat.

Adanya keterbatasan waktu dsan kemampuan penulis atau petugas dalam

memberikan asuhan kebidanan dan konseling pada pasien pranikah.

4.2 SARAN

a. Untuk tenaga kesehatan

-       Menggunakan komunikasi terpeutik

-       Menunjukkan sikap bersedia mau membantu pasien

-       Memberikan motivasi atau dukungan

b. Untuk Pasien

Hendaknya pasien dan calon suaminya mempersiapkan sematang mungkin

pernikahannya.Memegang teguh norma perkawinan (regulasi) dan mematangkan

diri  secara bertanggung jawab melalui kehidupan bersama yang akan dijalani

yaitu sbagai suami istri.Bisa menjaga keseimbangan biologis, psikologis, spiritual

sehingga tenang dan lancar dalam menghadapi kehidupannya.Hendaknya mau

kotrol ke bida setelah 1 bulan TT 1 untuk mendapatka TT II.

Daftar pustaka

Jones lewcilnya Derek, 1997. Kesehatan Wanita. Jakarta : Gaya favorit

Kartono kartini, 1992. Mengenal Gadis Remaja dan Wanita Dewasa. Bandung : CV

Mandar Maju.

Kartono kartini, 1997. Konseling Pra Perkawinan. Bandung : CV Mandar Maju.

Anda mungkin juga menyukai