LP DHF ANAK LENGKAP-dikonversi
LP DHF ANAK LENGKAP-dikonversi
LP DHF ANAK LENGKAP-dikonversi
OLEH :
PASIEN DHF
Diajukan oleh:
NIM. C2220051
Perseptor Akademik
NIK: 16.02.0084
Mengetahui
NIK: 11.01.0045
LAPORAN PENDAHULUAN
Darah adalah jaringan cair dan terdiri atas dua bagian, bagian cair yang
disebut plasma dan bagian padat yang disebut sel-sel darah. (Pearce Evelyn, 2013).
1. Plasma : ialah cairan darah ( 55 % ) sebagian besar terdiri dari air ( 95%), 7%
protein, 1% nutrien . Didalam plasma terdapat sel-sel darah dan lempingan
darah, Albumin dan Gamma globulin yang berguna untuk mempertahankan
tekanan osmotik koloid, dan gamma globulin juga mengandung antibodi
(imunoglobulin ) seperti IgM, IgG, IgA, IgD, IgE untuk mempertahankan tubuh
terhadap mikroorganisme. Didalam plasma juga terdapat zat/faktor-faktor
pembeku darah, komplemen, haptoglobin, transferin, feritin, seruloplasmin,
kinina, enzym, polipeptida, glukosa, asam amino, lipida, berbagai mineral, dan
metabolit, hormon dan vitamin-vitamin. Pearce Evelyn (2013) menyatakan
bahwa terdapat bagian darah encer tanpa sel-sel darah warna bening kekuningan
hampir sebanyak 90% plasma darah yang terdiri dari :
a. Fibrinogen yang berguna dalam proses pembekuan darah.
b. Garam-garam mineral (garam kalsium, kalium, natrium, dan lain-lain yang
berguna dalam metabolisme dan juga mengadakan osmotik).
c. Protein darah (albumin dan globulin) meningkatkan viskositas darah dan
juga menimbulkn tekanan osmotik untuk memelihara keseimbangan cairan
dalam tubuh.
d. Zat makanan (zat amino, glukosa lemak, mineral, dan vitamin).
e. Hormon yaitu suatu zat yang dihasilkan dari kelenjar tubuh.
2. Sel-sel darah : kurang lebih 45 % terdiri dari Eritrosit ( 44% ), sedang sisanya
1% terdiri dari Leukosit atau sel darah putih dan Trombosit. Sel Leukosit terdiri
dari Basofil, Eosinofil, Neutrofil, Limfosit, dan Monosit.
a. Eritrosit (sel darah merah)
Eritrosit merupakan cakram bikonkaf yang tidak berhenti, ukurannya kira-
kira 8 m, tidak dapat bergerak, banyaknya kira-kira 5 juta dalam mm3..
Fungsi dari eritrosit adalah mengikat CO2 dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru. Eristrosit di buat dalam sumsum tulang,
limpa dan hati, yang kemudian akan beredar keseluruh tubuh selama 14-15
hari, setelah itu akan mati. Eritrosit berwarna kuning kemerahan karena
didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin. Warna ini
akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung O2.
b. Leukosit (sel darah putih)
Sel darah yang bentuknya dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel
sehingga dapat dibedakan berdasar inti sel. Leukosit berwarna bening (tidak
berwarna), banyaknya kira-kira 4.000-11.000/mm3. Leukosit berfungsi
sebagai serdadu tubuh, yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit atau
bakteri yang masuk ke dalam tubuh jaringan RES (Retikulo Endotel
Sistem). Fungsi yang lain yaitu sebagai pengangkut, dimana leukosit
mengangkut dan membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa ke
pembuluh darah. Sel leukosit selain didalam pembuluh darah juga terdapat
di seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan
karena kemasukan kuman atau infeksi maka jumlah leukosit yang ada dalam
darah akan meningkat.
c. Sel Trombosit
Trombosit dalam darah berfungsi sebagai faktor pembeku darah dan
hemostasis ( menghentikan perdarahan ). Jumlahnya dalam darah dalam
keadaan normal sekitar 150.000 sampai dengan 300.000 /ml darah dan
mempunyai masa hidup sekitar 1 sampai 2 minggu atau kira-kira 8 hari.
C. Etiologi
Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1,
DEN 2, DEN 3, dan DEN 4. Virus tersebut termasuk dalam group B Arthropod
borne viruses (arboviruses). Virus Dengue merupakan virus RNA rantai tunggal,
genus flavivirus, terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Struktur antigen ke-4 serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi
terhadap masing-masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang
(Zulkoni, 2010).
Kebiasaan masyarakat menampung air untuk keperluan sehari-hari seperti
manampung air hujan, menampung air sumur atau membeli air penjual di penjual air
sehingga bak mandi atau drum/tempayan jarang dikuras berpotensi sebagai tempat
perkembangbiayakan nyamuk. Kebiasaan masyarakat menyimpan barang-barang
bekas tetapi kurang rajin memeriksa lingkungan terhadap adanya air yang
tertampung di dalam Tempat Penampungan Air (TPA) serta kurang melaksanakan
kebersihan lingkungan, akibat anjuran 3M Plus (menguras, menutup, mengubur,
menaburkan larvasida, memelihara ikan pemakan jentik, serta pemakaian insektisida
rumah tangga) untuk mencegah DBD belum terlaksana secara efektif (Pratamawati,
2012).
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis infeksi dengue amat bervariasi dari yang amat ringan,
demam tanpa sebab yang jelas, hingga yang sedang seperti DF sampai ke DHF
dengan manifestasi demam akut, pendarahan serta kecenderungan terjadi renjatan
yang dapat berakibat fatal. Masa inkubasi dengue antara 3- 15 hari, rata-rata 5- 8 hari
(Hendrawanto, dkk, 2013).
Gejala klinis DHF diawali dengan demam mendadak, disertai dengan muka
kemerahan, dan gejala klinis tidak khas yang menyerupai gejala DHF, seperti
anoreksia, muntah, sakit kepala, dan nyeri pada otot dan sendi. Gejala lain yaitu
perasaan tidak enak di daerah epigastrium, nyeri di bawah lengkung iga kanan,
kadang-kadang nyeri perut dapat dirasakan di seluruh perut. Terdapat 4 gejala utama
DHF yaitu demam tinggi, fenomena pendarahan, hepatomegali, dan kegagalan
sirkulasi (Hendrawanto, dkk, 2013).
Penyakit ini didahului demam tinggi yang mendadak, berlangsung terus
menerus 2-7 hari, kemudian turun secara cepat. Jenis pendarahan terbanyak adalah
pendarahan kulit. Selain gejala–gejala tersebut diatas dapat pula ditemukan
manifestasi klinis yang tak lazim pada berbagai organ tubuh, antara lain : sakit
kepala, kejang demam, encepalopati dengue, edema paru, gagal ginjal akut dan
gejala gastroenteritis akut.
E. Patofisiologi
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty dan
kemudian akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks virus-
antibody.Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami
keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang
mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar
getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh
darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit
yang membedakan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena
pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain
yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya
volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan
renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler dibuktikan dengan
ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura
dan perikard. Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan
menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan factor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal
pada DHF. Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi,
trombositopenia dan diathesis hemorrhagic, renjatan terjadi secara akut. Nilai
hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoxia jaringan, acidosis metabolic dan kematian
Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak
segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab
lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya
dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan
fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses
imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang
fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi
atau tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat
F. Pathway
(Terlampir)
G. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Hendarwanto (2015) pemeriksaan penunjang untuk penyakit DHF yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
demam dengue adalah melalui pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis
relatif.
a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulai hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (>45% dari total leukosit) disertai adanya limfosit
plasma biru (LPB) >15% dari jumlah total leukosit yang pada fase syok
akan meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8
c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit > 20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam.
d. Hemostasis: dilakukan pemeriksaan PT, APTT, fibrinogen, D-Dimer, atau
FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
e. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): dapat meningkat
g. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal
h. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan
i. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan
transfusi darah atau komponen darah
2. Pemeriksaan Serologi
Uji serologi dengan mendeteksi kenaikan antibodi jauh lebih sederhana dan
lebih cepat, tetapi kros reaksi antibodi antara virus dengue dan virus dari
kelompok flavirus dapat memberikan hasil positif palsu.
Ditemukannya anti bodi IgG ataupun AgM yang meningkatkan tinggi
titernya mencapai empat kali lipat terhadap satu atau lebih antigen dengue dalam
spesimen serta berpandangan. Dibuktikan adanya virus dengue dari jaringan
otopsi dengan cara immunokimiawi atau dengan cara immuno-flouresens, ataupun
di dalam spesimen serum dengan uji ELISA.
Tabel 1. Interpretasi IgG-IgM pada DHF
Hasil Interpretasi
Ig G IgM
+ + Dengue Sekunder
- + Dengue Primer
+ - Dengue Sekunder
Retest 4-7 hr
Selain itu juga bisa dengan rasio IgM/IgG. Rasio > 1,8 lebih mendukung
infeksi dengue primer. Sedangkan < 1,8 lebih mengarah ke dengue sekunder
3. Pemeriksaan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pleura, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi pemrembesan plasma hebat, efusi pleura dapat dijumpai pada
kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan). Asites dan efusi
pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak ( 1 ½ - 2 Liter / hari )
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan
kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal ( antionvulsan ) untuk anak
<1th>1th 75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi , beri lagi
luminal dengan dosis 3mg / kb BB ( anak <1th>1th diberikan 5 mg/
kg BB.
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
2) DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL dan NaCL dipertahankan selama 12-24 jam.
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander ( 20
- 30 ml/ kg BB )
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intake dan output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda
vital tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1
½ liter - 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres.
II. Konsep Tumbuh Kembang dan Hospitalisasi
A. Konsep Pertumbuhan Usia
1. Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau seluruhnya karena adanya multiflikasi sel-sel tubuh dan juga
karena bertambah besarnya sel yang berarti ada pertambahan secara kuantitatif
seperti bertambahnya ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala
(IDAI, 2008).
Secara umum, pertumbuhan fisik dimulai dari arah kepala ke kaki.Kematangan
pertumbuhan tubuh pada bagian kepala berlangsung lebih dahulu, kemudian
secara berangsur-angsur diikuti oleh tubuh bagian bawah.Pada masa fetal
pertumbuhan kepala lebih cepat dibandingkan dengan masa setelah lahir, yaitu
merupakan 50 % dari total panjang badan. Selanjutnya, pertumbuhan bagian
bawah akan bertambah secara teratur.
Ada beberapa ahli yang mengemukakan tentang teori-teori pertumbuhan dan
perkembangan anak.
a Kartini Kartono membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak
menjadi 5, yaitu:
0 – 2 tahun adalah masa bayi
1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
12 – 14 adalah masa remaja
14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal
b Aristoteles membagi masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 3,
yaitu :
0 – 7 tahun adalah tahap masa anak kecil
7 – 14 tahun adalah masa anak-anak, masa belajar, atau masa sekolah
rendah
14 – 21 tahun adalah masa remaja atau pubertas, masa peralihan dari
anak menjadi dewasa.
2. Ciri-ciri Pertumbuhan
Hidayat (2008) menyatakan bahwa seseorang dikatakan mengalami
pertumbuhan bila terjadi perubahan ukuran dalam hal bertambahnya ukuran
fisik, seperti berat badan, tinggi badan/panjang badan, lingkar kepala, lingkar
lengan, lingkar dada, perubahan proporsi yang terlihat pada proporsi fisik atau
organ manusia yang muncul mulai dari masa konsepsi sampai dewasa, terdapat
ciri baru yang secara perlahan mengikuti proses kematangan seperti adanya
rambut pada daerah aksila, pubis atau dada, hilangnya ciri-ciri lama yang ada
selama masa pertumbuhan seperti hilangnya kelenjar timus, lepasnya gigi susu,
atau hilangnya refleks tertentu.
c. Tahap-Tahap Perkembangan
Perkembangan manusia berjalan secara bertahap melalui berbagai fase
perkembangan. Dalam setiap fase perkembangan ditandai dengan bentuk
kehidupan tertentu yang berbeda dengan fase sebelumnya.Sekalipun
perkembangan itu dibagi-bagi ke dalam masa-masa perkembangan, hal ini
dapat dipahami dalam hubungan keseluruhannya. Secara garis besar seorang
anak mengalami tiga tahap perkembangan penting, yaitu kemampuan motorik,
perkembangan fisik dan perkembangan mental.Kemampuan motorik
melibatkan keahlian motorik kasar, seperti menunjang berat tubuh di atas kaki,
dan keahlian motorik halus seperti gerakan halus yang dilakukan oleh tangan
dan jari. Pertumbuhan dan perkembangan fisik mengacu pada perkembangan
alat-atal indra. Perkembangan mental menyangkut pembelajaran bahasa,
ingatan, kesadaran umum, dan perkembagan kecerdasan (Wong. 2009).
a. Anak usia 0-7 tahun
Pada tahun pertama perkembangannya bayi masih sangat tergantung pada
lingkungannya,kemampuan yang dimiliki masih terbatas pada gerak-gerak,
menangis. Usia setahun secara berangsur dapat mengucapkan kalimat satu
kata, 300 kata dalam usia 2 tahun, sekitar usia 4-5 tahun dapat menguasai
bahasa ibu serta memiliki sifat egosentris, dan usia 5 tahun baru tumbuh
rasa sosialnya kemudian usia 7 tahun anak mulai tumbuh dorongan untuk
belajar. Dalam membentuk diri anak pada usia ini belajar sambil bermain
karena dinilai sejalan dengan tingakt perkembangan usia ini.
b. Anak usia 7-14 tahun
Pada tahap ini perkembangan yang tampak adalah pada perkembangan
intelektual, perasaan, bahasa, minat, sosial, dan lainnya sehingga rasullullah
menyatakan bahwa bimbingan dititik beratkan pada pembentukan disiplin
dan moral.
c. Anak usia 14-21 tahun
Pada usia ini anak mulai menginjak usia remaja yang memiliki rentang masa
dari usia 14/15 tahun hingga usia 21/22 tahun. Pada usia ini anak berada
pada masa transisi sehingga menyebabkan anak menjadi bengal, perkataan-
perkataan kasar menjadi perkataan harian sehingga dengan sikap emosional
ini mendorong anak untuk bersikap keras dan mereka dihadapkan pada masa
krisis kedua yaitu masa pancaroba yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke
masa pubertas. Dalam kaitannya dengan kehidupan beragama, gejolak batin
seperti itu akan menimbulkan konflik.
C. Konsep Hospitalisasi Usia
1. Pengertian
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan
dirawat di rumah sakit.Keadaan ini terjadi karena anak berusaha untuk
beradaptasi dengan lingkungan asing dan baru yaitu rumah sakit, sehingga
kondisi tersebut menjadi faktor stressor bagi anak baik terhadap anak
maupunorang tua dan keluarga (Wong, 2009).
Hospitalisasi merupakan suatu proses karena alasan berencana atau darurat
yang mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit untuk menjalani
terapi dan perawatan. Meskipun demikian dirawat di rumah sakit tetap
merupakan masalah besar dan menimbulkan ketakutan, cemas, bagi anak
(Supartini, 2007).
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi
adalah suatu proses karena alasan berencana maupun darurat yang
mengharuskan anak dirawat atau tinggal di rumah sakit untuk mendapatkan
perawatan yang dapat menyebabkan beberapa perubahan psikis pada anak.
2. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi pada anak dapat menyebabkan kecemasan dan stres pada
semua tingkat usia. Penyebab dari kecemasan dipengaruhi oleh banyaknya
faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter, dan tenaga kesehatan
lainnya), lingkungan baru, maupun lingkungan keluarga yang mendampingi
selama perawatan.Keluarga sering merasa cemas dengan perkembangan
keadaan anaknya, pengobatan, dan biaya perawatan. Meskipun dampak
tersebut tidak bersifat langsung terhadap anak, secara fisiklogis anak akan
merasakan perubahan perilaku dari orang tua yang mendampingi selama
perawatan. Anak menjadi semakin stres dan hal ini berpengaruh pada proses
penyembuhan, yaitu menurunnya respon imun. Pasien anak akan merasa
nyaman selama perawatan dengan adanya dukungan social keluarga,
lingkungan perawatan yang terapeutik, dan sikap perawat yang penuh
dengan perhatian akan mempercepat proses penyembuhan. Fakta tersebut
merupakan masalah penting yang harus mendapatkan perhatian perawat
dalam pengelolah asuhan keperawatan (Supartini, 2007).
3. Reaksi anak terhadap Hospitalisasi
Seperti telah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai
perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reksi tersebut
bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia perkembangan
anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit, sistem pendukung yang
tersedia, dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya, reaksi
anak terhadap sakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan,
perlukaan tubuh, dan rasa nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap sakit dan
dirawat di rumah sakit sesuai dengan tahapan perkembangan usia anak
yaitu:
a. Masa Bayi (0 sampai 1 tahun)
Masalah yang utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan
dengan orang tua sehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya dan
kasih sayang. Pada anak usia lebih dari enam bulan terjadi stranger
anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak
dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang sering muncul
pada anak usia ini adalah menangis, marah, dan banyak melakukan
gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi
akan merasakan cemas karena perpisahan dan perilaku yang ditunjukkan
adalah dengan menangis keras. Respons terhadap nyeri atau adanya
perlukaan biasanya menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan
ekspresi wajah yang tidak menyenangkan (Supartini, 2007).
b. Masa Todler (2 sampai 3 tahun)
Anak usia todler bereaksi terhadap hospitalisasi sesuai dengan sumber
stresnya. Sumber stres yang utama adalah cemas akibat perpisahan.
Respons perilaku anak sesuai dengan tahapannya,yaitu tahap protes, putus
asa, dan pengingkaran (denial). Pada tahap protes, perilaku yang
ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua atau
menolak perhatian yang diberikan orang lain. Pada tahap putus asa,
perilaku yang ditunjukkan adalah menangis berkurang, anak tidak aktif,
kurang menunjukkan minat untuk bermain dan makan, sedih, dan apatis.
Pada tahap pengingkaran, perilaku yang ditunjukkan adalah secara samar
mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal, dan anak
mulai terlihat menyukai lingkungannya. Oleh karena adanya pembatasan
terhadap pergerakannya, anak akan kehilangan kemampuannya untuk
mengontrol diri dan anak menjadi tergantung pada lingkungannya.
Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau
regresi. Walaupun demikian, anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri
dan mengomunikasikan rasa nyerinya (Supartini, 2007).
c. Masa Sekolah (6 sampai 12 tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak untuk berpisah dengan
lingkungan yang dicintainya, yaitu keluarga dan terutama kelompok
sosialnya dan menimbulkan kecemasan. Kehilangan control juga terjadi
akibat dirawat di rumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas.
Kehilangan control tersebut berdampak pada perubahan peran dalam
keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya karena ia biasa melakukan
kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan adanya
kelemahan fisik. Reaksi terhadap perlukaan atau rasa nyeri akan
ditunjukkan dengan ekspresi baik secara verbal maupun nonverbal
karena anak sudah mampu mengomunikasikannya. Anak usia sekolah
sudah mampu mengontrol perilakunya jika merasa nyeri, yaitu dengan
menggigit bibir dan/atau menggigit dan memegang sesuatu dengan erat
(Supartini, 2007).
d. Masa Remaja (12 sampai 18 tahun)
Anak usia remaja mempersepsikan perawatan di rumah sakit menyebabkan
timbulnya perasaan cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya.
Apabila harus dirawat di rumah sakit, anak akan merasa kehilangan dan
timbul perasaan cemas karena perpisahan tersebut. Pembatasan aktivitas di
rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya dan
menjadi bergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah
sakit.Reaksi yang sering muncul terhadap pembatasan aktivitias ini adalah
dengan menolak perawatan atau tindakan yang dilakukan padanya atau
anak tidak mau kooperatif dengan petugas kesehatan atau menarik diri dari
keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan (isolasi). Perasaan sakit
karena perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanya-
tanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang
lain (Supartini, 2007).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan menelan makanan, anoreksia, mual, muntah.
3. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis.
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
5. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif.
6. Risiko perdarahan berhubungan dengan koagulopati inheren
(trombositopenia).
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
1 Hipertermi Setelah diberikan NIC : Thermoregulation dan
berhubungan
tindakan keperawatan Fever Treatment
dengan peningkatan
laju metabolisme selama 2x24 jam
1. Observasi suhu tiap 2 jam
diharapkan Hipertermi
2. Kaji ketepatan jenis pakaian
pada pasien dapat teratasi
yang digunakan, sesuai dengan
dengan kriteria hasil :
suhu lingkungan.
NOC : Temparature 3. Pantau hidrasi (misalnya, turgor
Regulation kulit, kelembapan membrane
mukosa).
1. Suhu tubuh dalam
4. Pantau aktivitas kejang
batas normal (36 –
5. Beri pasien kompres hangat di
37 c). aksila, kening, tengkuk dan
2. Mukosa bibir lipatan paha.
lembab. 6. Anjurkan pasien mengenakan
3. Klien merasa pakaian yang menyerap keringat.
nyaman tanpa rasa 7. Anjurkan asupan cairan oral,
panas. sedikitnya 2 liter sehari, dengan
tambahan cairan selama aktivitas
yang berlebih atau aktivitas
sedang dalam cuaca panas.
8. Kolaborasi pemberian
antipiretik.1
D. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
E. Evaluasi
Adapun sasaran evaluasi pasien DHF pada anak adalah sebagai berikut :
1. Suhu tubuh dalam batas normal.
- Suhu tubuh dalam batas normal (36 – 37 ◦C).
- Mukosa bibir lembab.
- Klien merasa nyaman tanpa rasa panas.
2. Asupan nutrisi adekuat.
- Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan.
- Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
- Tidak ada tanda tanda malnutrisi.
- Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti.
3. Nyeri pasien terkontrol.
- Klien melaporkan nyeri berkurang.
- Ekspresi wajah rileks.
- Berpartisipasi dalam aktivitas dengan tepat.
4. Melakukan aktivitas dengan baik.
- Tidak mudah lelah.
- Pasien mengungkapkan peningkatan tingkat energy.
- Menunjukkan kemampuan untuk beraktifitas sesuai dengan keinginan
pasien.
5. Tidak terjadi kekurangan volume cairan.
- Pasien mampu mempertahankan keseimbangan cairan.
- Membran mukosa lembab.
- Turgor kulit elastis.
6. Tidak terjadi perdarahan.
- Trombosit dalam batas normal (150.000/uL).
- Membrane mukosa lembab.
- Turgor kulit elastis.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA, NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction
Evelyn C.Pearce.2013. Anatomi Fisiologi Untuk Para Medis. Jakarta: PT. Gramedia
Hendrawanto. 2010. Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam.Jakarta:Selemba Medika
Pratamawati. (2012). Peran Juru Pantau Jentik dalam Sistem Kewaspadaan Dini Demam
Berdarah Dengue di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No.
6, Juni 2012.
Menstimulasi Risiko
ReaksiImunitas
Merangsang medulla vomiting perdarahan
hipotalamus melepaskan
prostaglandin Pengaktifan system
Mual dan muntah
complement dan dilepaskannya
anvilaktoksin C3a dan C5a
Perangsangan pusat Anoreksia
thermostat di Melepaskan histamine yang
hypothalamus Intake bersifat vasoaktif
nutrisikurang
Peningkatan Permeabilitas dinding
thermostat tubuh pembuluh darah
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang
Dari
Peningkatan
KebutuhanTubuh Gangguan Kebocoran plasma intertisium
suhu tubuh
Keseimbangan
Cairan dan Penurunan jumlah cairan
Hipertermi Elektrolit intravaskuler
Intoleransi Energy
Aktifitas Kelemahan Aliran darah terhambat
berkurang
Metabolisme anaerob
Iritasi terhadap ujung –
Nyeri Akut Penimbunan asam laktat di jaringan
ujung saraf oleh asam
laktat
TEMPLATE SOAL PERAWAT
(beri warna hijau pada item yang sesuai pada kolom jabaran)
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)
Anak perempuan usia 6 tahun sudah dirawat 4 hari di ruang perawatan anak karena DHF. Dari hasil
pengkajian anak tidak mau makan, menolak ketika dilakukan tindakan oleh perawat dan dokter, tidak
menjawab jika ditanya, wajah tampak murung dan bersedih. Ibu mengatakan anaknya ingin segera sembuh
agar bisa bertemu teman – teman sekolahnya.
Pertanyaan soal
Pilihan jawaban
a. Ketakutan
b. Efek Hospitalisai
c. Hilang kontrol Anak
d. Cemas terhadap orang asing
e. Perpisahan dengan teman-temanya
Kunci Jawaban: E
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)
Anak laki-laki usia 10 tahun dirawat diruang anak dengan keluhan demam, sakit kepala serta mual dan
muntah. Dari hasil pengkajian didapatkan anak terlihat lemas, wajah pucat , terdapat bercak ptekie dan gusi
berdarah. Saat ini anak sudah terpasang infus untuk rehidrasi agar tidak terjadi syok. Suhu 37,8 o C, Nadi 70
x/menit, Tensi 90/60 mmhg, Respirasi 24 x/menit.
Pertanyaan soal
Pilihan jawaban
Kunci Jawaban: C
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)
Seorang anak perempuan usia 9 tahun dirawat diruang anak . Anak mengeluh badan panas dan lemas,
mual, muntah, nyeri sendi serta sakit kepala seperti ditusuk-tusuk. Hasil pengkajian data di dapatkan Suhu
37,8oC, RR = 22x/menit, Nadi 72 x/menit, TD = 100/60 mmhg, skala nyeri 6 dari 10. Terpasang infus
pada tangan kanan dan tampak ptekie pada kedua tangan.
Pertanyaan soal
Pilihan jawaban
a. Nyeri Akut
b. Hipertermi
c. Intoleransi aktifitas
d. Resiko Perdarahan
e. Defisit volume cairan
Kunci Jawaban: A
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)
Bayi laki-laki usia 13 bulan dibawa ke UGD oleh ibunya karena kejang demam. Hasil pengkajian
menunjukan anak kejang, suhu badan 40,1 oC, badan kaku, kehilangan kesadaran, dan kemudian terjadi
gerakan klonik, pernapasan tidak teratur, dan air liur keluar. Keluarga nampak sangat khawatir dengan
keadaan anaknya.
Pertanyaan soal
Pilihan jawaban
a. Hipertermi
b. Resiko Cidera
c. Resiko Aspirasi
d. Koping Keluarga tidak Efektif
e. Perubahan Perfusi Jaringan Cerebral
Kunci Jawaban: C
Tinjauan Jabaran
Tinjauan 6 Oksigenenasi / Cairan &.elektrolit / Nutrisi / Eliminasi / Aman & nyaman/ aktifitas &
istirahat / Seksual / nilai dan keyakinan / Psikosisial/ belajar/ komunikasi
Tinjauan 7 Sistem pernafasan / Sistem Kardiovaskuler &limfatik/ Sistem Pencernaan & hepatobilier /
: Sistem saraf dan perilaku / Sistem Endokrin / Muskuloskeletal / Sistem Ginjal dan saluran
kemih / Sistem Reproduksi/ Sistem Integument / Sistem Imuno-hematologi / Sistem
Penginderaan/ kesehatan mental/ pelayanan kesehatan
Kasus (vignete)
Anak laki-laki usia 5 tahun dirawat di ruang anak dengan keluhan panas tinggi dan mimisan. Hasil pengkajian
didapatkan Suhu 38,6oC. Ibu mengatakan bahwa seluruh badan anaknya sudah diurut dengan minyak bawang
agar panasnya mau turun, pertawat hanya mendengarkan pendapat ibunya.
Pertanyaan soal
Pilihan jawaban
a. Justice
b. Fidelity
c. Otonomi
d. Beneficence
e. Non-Malficence
Kunci Jawaban: E
Referensi:
Hockenberry&Wilson D(2011), Essential of pediatric nursing. Herdman,T
&Kamitsuru ,S (Ed.),(2014) NANDA International ;Nursing Diagnoses; Defenition
&Classification 2015-2017