Makalah Keperawatan Gerontik Pada Perubahan Dan Masalah Kesehatan Pada Lansia

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

PADA PERUBAHAN DAN MASALAH KESEHATAN PADA LANSIA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN


AKPER BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
TAHUN 2016-2017
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Usia lanjut adalah suatu kejadian yang pasti akan dialami oleh semua orang yang
dikaruniai usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun, namun manusia
dapat berupaya untuk menghambat kejadiannya. Ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia, yaitu aspek
biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial (Al-Isawi, 2002).
Secara biologis penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses
penuaan secara terus – menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu
semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. Hal
ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem
organ.
Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai beban dari pada
sebagai sumber daya. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi
memberikan banyak manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan
masa tua, sering kali dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan
masyarakat.
Dari aspek sosial, penduduk lanjut usia merupakan satu kelompok sosial sendiri.
Di negara Barat, penduduk lanjut usia menduduki strata sosial di bawah kaum muda. Hal
ini dilihat dari keterlibatan mereka terhadap sumber daya ekonomi, pengaruh terhadap
pengambilan keputusan serta luasnya hubungan sosial yang semakin menurun, akan
tetapi di Indonesia penduduk lanjut usia menduduki kelas sosial yang tinggi yang harus
dihormati oleh warga muda.
Banyak orang merasa takut memasuki masa lanjut usia, karena mereka sering
mempunyai kesan negatif atas orang yang lanjut usia. Menurut mereka lanjut usia itu
adalah tidak berguna, lemah, tidak punya semangat hidup, penyakitan, pelupa, pikun,
tidak diperhatikan oleh keluarga dan masyarakat, menjadi beban orang lain, dan
sebagainya.
Memang pada masa lanjut usia orang mengalami berbagai perubahan, secara fisik
maupun mental. Tapi perubahan-perubahan ini dapat diantisipasi sehingga tidak datang
lebih dini. Proses penuaan pada setiap orang berbeda-beda, tergantung pada sikap dan
kemauan seseorang dalam mengendalikan atau menerima proses penuaan itu.
Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia
mengalami penurunan. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perubahan :
1. Perubahan penampilan pada bagian wajah, tangan, dan kulit,
2. Perubahan bagian dalam tubuh seperti sistem saraf : otak, isi perut : limpa, hati.
3. Perubahan panca indra : penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa, dan belajar
keterampilan baru.
Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduruan
kesehatan fisik dan psikis yang akhirnya akan berpengaruh juga pada aktivitas ekonomi
dan sosial. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada aktivitas kehidupan sehari-
hari.
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis. Dengan
berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa
rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak berguna lagi. Pada umumnya masalah
kesepian adalah masalah psikologis yang paling banyak dialami lanjut usia. Beberapa
penyebab kesepian antara lain :
1. Longgarnya kegiatan dalam mengasuh anak-anak karena anak-anak sudah dewasa,
dan bersekolah tinggi sehingga tidak memerlukan penanganan yang terlampau rumit
2. Berkurangnya teman/relasi akibat kurangnya aktifitas di luar rumah
3. Kurangnya aktifitas sehingga waktu luang bertambah banyak
4. Meninggalnya pasangan hidup
5. Anak-anak yang meninggalkan rumah karena menempuh pendidikan yang lebih
tinggi.
6. Anak-anak telah dewasa dan membentuk keluarga sendiri.

Beberapa masalah tersebut akan menimbulkan rasa kesepian lebih cepat bagi orang
lanjut usia. Dari segi inilah lanjut usia mengalami masalah psikologis, yang banyak
mempengaruhi kesehatan psikis, sehingga menyebabkan orang lanjut usia kurang mandiri
(Wirakartakusuma: 1994)
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Perubahan Fisik dan Motorik pada Lansia


1. Perubahan pada Sistem Sensoris
Persepsi sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling
berhubungan dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan
baru, berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Pada lansia yang mengalami penurunan persepsi sensori akan terdapat
keengganan untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang
dimiliki. Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,
penciuman dan perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
a. Perubahan Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi, konstriksi
pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata, yaitu katarak.
Semakin bertambahnya usia, lemak akan berakumulasi di sekitar kornea dan
membentuk lingkaran berwarna putih atau kekuningan di antara iris dan sklera.
Kejadian ini disebut arkus sinilis, biasanya ditemukan pada lansia.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat proses
menua:
Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.
Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan kendur, dan
lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan
untuk memusatkan penglihatan jarak dekat. Implikasi dari hal ini yaitu kesulitan
dalam membaca huruf-huruf yang kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak
pandang dekat. Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter
pupil mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang pandang
dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat tertentu.
Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang terakumulasi
dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah penglihatan menjadi kabur
yang mengakibatkan kesukaran dalam membaca dan memfokuskan penglihatan,
peningkatan sensitivitas terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari,
gangguan dalam persepsi kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian
ketinggian), perubahan dalam persepsi warna.
Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi terjadi
sindrom mata kering.
b. Perubahan Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada penglihatan akibat
proses menua:
Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini terjadi
karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi dengan baik
sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan
pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk mendeteksi volume suara dan
ketidakmampuan dalam mendeteksi suara dengan frekuensi tinggi seperti beberapa
konsonan (misal f, s, sk, sh, l).
Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran timpani,
pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi lemah dan kaku.
Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara.
Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi lebih
tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini adalah potensial
terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan konduksi suara.
c. Perubahan Perabaan
Perabaan merupakan sistem sensoris pertama yang menjadi fungisional apabila
terdapat gangguan pada penglihatan dan pendengaran. Perubahan kebutuhan akan
sentuhan dan sensasi taktil karena lansia telah kehilangan orang yang dicintai,
penampilan lansia tidak semenarik sewaktu muda dan tidak mrngundang sentuhan
dari orang lain, dan sikap dari masyarakat umum terhadap lansia tidak mendorong
untuk melakukan kontak fisik dengan lansia.
d. Perubahan Pengecapan
Hilangnya kemampuan untuk menikmati makanan seperti pada saat seseorang
bertambah tua mungkin dirasakan sebagai kehilangan salah satu keniknatan dalam
kehidupan. Perubahan yang terjadi pada pengecapan akibat proses menua yaitu
penurunan jumlah dan kerusakan papila atau kuncup-kuncup perasa lidah. Implikasi
dari hal ini adalah sensitivitas terhadap rasa (manis, asam, asin, dan pahit) berkurang.
e. Perubahan Penciuman
Sensasi penciuman bekerja akibat stimulasi reseptor olfaktorius oleh zat kimia
yang mudah menguap. Perubahan yang terjadi pada penciuman akibat proses menua
yaitu penurunan atau kehilangan sensasi penciuman kerena penuaan dan usia.
Penyebab lain yang juga dianggap sebagai pendukung terjadinya kehilangan sensasi
penciuman termasuk pilek, influenza, merokok, obstruksi hidung, dan faktor
lingkungan. Implikasi dari hal ini adalah penurunan sensitivitas terhadap bau.

2. Perubahan pada Sistem Integumen


Pada lasia, epidermis tipis dan rata, terutama yang paling jelas diatas tonjolan-
tonjolan tulang, telapak tangan, kaki bawah dan permukaan dorsalis tangan dan kaki.
Penipisan ini menyebabkan vena-vena tampak lebih menonjol. Poliferasi abnormal
pada terjadinya sisa melanosit, lentigo, senil, bintik pigmentasi pada area tubuh yang
terpajan sinar mata hari, biasanya permukaan dorsal dari tangan dan lengan bawah.
Sedikit kolagen yang terbentuk pada proses penuaan, dan terdapat penurunan
jaringan elastik, mengakibatkan penampiln yang lebih keriput. Tekstur kulit lebih
kering karena kelenjar eksokrin lebih sedikit dan penurunan aktivitas kelenjar eksokri
dan kelenar sebasea. Degenerasi menyeluruh jaringan penyambung, disertai
penurunan cairan tubuh total, menimbulkan penurunan turgor kulit.
Massa lemak bebas berkurang 6,3% BB per dekade dengan penambahan massa
lemak 2% per dekade. Massa air berkurang sebesar 2,5% per dekade.
a. Stratum Koneum
Stratum korneun merupakan lapisan terluar dari epidermis yang terdiri dari
timbunan korneosit. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada stratum
koneum akibat proses menua:
1. Kohesi sel dan waktu regenerasi sel menjadi lebih lama. Implikasi dari hal ini
adalah apabila terjadi luka maka waktu yang diperlukan untuk sembuh lebih
lama.
2. Pelembab pada stratum korneum berkurang. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit lebih kasar dan kering.
b. Epidermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada epidermis akibat proses
menua:
1. Jumlah sel basal menjadi lebih sedikit , perlambatan dalam proses perbaikan
sel, dan penurunan jumlah kedalaman rete ridge. Implikasi dari hal ini adalah
pengurangan kontak antara epidermis dan dermis sehingga mudah terjadi
pemisahan antarlapisan kulit, menyebabkan kerusakan dan merupakan faktor
predisposisi terjadinya infeksi.
2. Terjadi penurunan jumlah melanosit. Implikasi dari hal ini adalah
perlindungan terhadap sinar ultraviolet berkurang dan terjadinya pigmentasi
yang tidal merata pada kulit.
3. Penurunan jumlah sel langerhans sehingga menyebabkan penurunan
konpetensi imun. Implikasi dari hal ini adalah respon terhadap pemeriksaan
kulit terhadap alergen berkurang.
4. Kerusakan struktur nukleus keratinosit. Implikasi dari hal ini adalah
perubahan kecepatan poliferasi sel yang menyebabkan pertumbuhan yang
abnormal seperti keratosis seboroik dan lesi kulit papilomatosa.1
c. Dermis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada dermis akibat proses menua:
1. Volume dermal mengalami penurunan yang menyebabkan penipisan dermal
dan jumlah sel berkurang. Implikasi dari hal ini adalah lansia rentan terhadap
penurunan termoregulasi, penutupan dan penyembuhan luka lambat,
penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat
topikal.
2. Penghancuran serabut elastis dan jaringan kolagen oleh enzim-enzim.
Implikasi dari hal ini adalah perubahan dalam penglihatan karena adanya
kantung dan pengeriputan disekitar mata, turgor kulit menghilang.
3. Vaskularisasi menurun dengan sedikit pembuluh darah kecil. Implikasi dari
hal ini adalah kulit tampak lebih pucat dan kurang mampu malakukan
termoregulasi.
d. Subkutis
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada subkutis akibat proses menua:
1. Lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan. Implikasi dari hal ini adalah
penampilan kulit yang kendur/ menggantung di atas tulang rangka.
2. Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh. Implikasi dari hal ini adalah
gangguan fungsi perlindungan dari kulit.
e. Bagian tambahan pada kulit
Bagian tambahan pada kulit meliputi rambut, kuku, korpus pacini, korpus
meissner, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Berikut ini merupakan
perubahan yang terjadi pada rambut, kuku, korpus pacini, korpus meissner,
kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea akibat proses menua:
1. Berkurangnya folikel rambut. Implikasi dari hal ini adalah Rambut bertambah
uban dengan penipisan rambut pada kepala. Pada wanita, mengalami
peningkatan rambut pada wajah. Pada pria, rambut dalam hidung dan telinga
semakin jelas, lebih banyak dan kaku.
2. Pertumbuhan kuku melambat. Implikasi dari hal ini adalah kuku menjadi
lunak, rapuh, kurang berkilsu, dan cepet mengalami kerusakan.
3. Korpus pacini (sensasi tekan) dan korpus meissner (sensasi sentuhan)
menurun. Implikasi dari hal ini adalah beresiko untuk terbakar, mudah
mengalami nekrosis karenan rasa terhadap tekanan berkurang.
4. Kelenjar keringat sedikit. Implikasi dari hal ini adalah penurunan respon
dalam keringat, perubahan termoregulasi, kulit kering.
5. Penurunan kelenjar apokrin. Implikasi dari hal ini adalah bau badan lansia
berkurang.
3. Perubahan pada Sistem Muskuloskeletal
Otot mengalami atrofi sebagai akibat dari berkurangnya aktivitas, gangguan
metabolik, atau denervasi saraf. Dengan bertambahnya usia, perusakan dan
pembentukan tulang melambat. Hal ini terjadi karena penurunan hormon esterogen
pada wanita, vitamin D, dan beberapa hormon lain. Tulang-tulang trabekulae menjadi
lebih berongga, mikro-arsitektur berubah dan seiring patah baik akibat benturan
ringan maupun spontan.
a. Sistem Skeletal
Ketika manusia mengalami penuaan, jumlah masa otot tubuh mengalami
penurunan. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem skeletal
akibat proses menua:
1. Penurunan tinggi badan secara progresif karena penyempitan didkus
intervertebral dan penekanan pada kolumna vertebralis. Implikasi dari hal
ini adalah postur tubuh menjadi lebih bungkuk dengan penampilan barrel-
chest.
2. Penurunan produksi tulang kortikal dan trabekular yang berfungsi sebagai
perlindungan terhadap beban geralkan rotasi dan lengkungan. Implikasi
dari hal ini adalah peningkatan terjadinya risiko fraktur.
b. Sistem Muskular
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem muskular akibat
proses menua:
1. Waktu untuk kontraksi dan relaksasi muskular memanjang. Implikasi dari
hal ini adalah perlambatan waktu untuk bereaksi, pergerakan yang kurang
aktif.
2. Perubahan kolumna vertebralis, akilosis atau kekakuan ligamen dan sendi,
penyusustan dan sklerosis tendon dan otot, den perubahan degeneratif
ekstrapiramidal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan fleksi.
c. Sendi
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sendi akibat proses
menua:
1. Pecahnya komponen kapsul sendi dan kolagen. Implikasi dari hal ini
adalah nyeri, inflamasi, penurunan mobilitas sendi da deformitas.
2. Kekakuan ligamen dan sendi. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
risiko cedera.
d. Estrogen
Perubahan yang terjadi pada sistem skeletal akibat proses menua, yaitu
penurunan hormon esterogen. Implikasi dari hal ini adalah kehilangan unsur-
unsur tulang yang berdampak pada pengeroposan tulang.

4. Perubahan pada Sistem Neurologis


Berat otak menurun 10 – 20 %. Berat otak ≤ 350 gram pada saat kelahiran,
kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai
menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11% dari berat maksimal.
Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun. Otak
mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi
menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.
Pada penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat
mengirimkan signal kepada sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan
atrofi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur-
angsur tonjolan dendrit di neuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan
batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel
terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma,
kemungkinan berasal dari lisosom atau mitokondria. Berikut ini merupakan
perubahan yang terjadi pada sistem neurologis akibat proses menua:
1. Konduksi saraf perifer yang lebih lambat. Implikasi dari hal ini adalah
refleks tendon dalam yang lebih lambat dan meningkatnya waktu reaksi.
2. Peningkatan lipofusin sepanjang neuron-neuron. Implikasi dari hal ini
adalah vasokonstriksi dan vasodilatasi yang tidak sempurna.
3. Termoregulasi oleh hipotalamus kurang efektif. Implikasi dari hal ini
adalah bahaya kehilangan panas tubuh.

5. Perubahan pada Sistem Kardiovaskular


Jantung dan pembuluh darah mengalami perubahan baik struktural maupun
fungisional. Penurunan yang terjadi berangsur-angsur sering terjadi ditandai dengan
penurunan tingkat aktivitas, yang mengakibatkan penurunan kebutuhan darah yang
teroksigenasi.
Jumlah detak jantung saat istirahat pada orang tua yang sehat tidak ada
perubahan, namun detak jantung maksimum yang dicapai selama latihan berat
berkurang. Pada dewasa muda, kecepatan jantung di bawah tekanan yaitu, 180-200
x/menit. Kecepatan jantung pada usia 70-75 tahun menjadi 140-160 x/menit.
a. Perubahan Struktur
Pada fungsi fisiologis, faktor gaya hidup berpengaruh secara signifikan terhadap
fungsi kardiovaskuler. Gaya hidup dan pengaruh lingkungan merupakan faktor
penting dalam menjelaskan berbagai keragaman fungsi kardiovaskuler pada lansia,
bahkan untuk perubahan tanpa penyakit-terkait.
Secara singkat, beberapa perubahan dapat diidentifikasi pada otot jantung, yang
mungkin berkaitan dengan usia atau penyakit seperti penimbunan amiloid, degenerasi
basofilik, akumilasi lipofusin, penebalan dan kekakuan pembuluh darah, dan
peningkatan jaringan fibrosis. Pada lansia terjadi perubahan ukuran jantung yaitu
hipertrofi dan atrofi pada usia 30-70 tahun. Berikut ini merupakan perubahan struktur
yang terjadi pada sistem kardiovaskular akibat proses menua:
1. Penebalan dinding ventrikel kiri karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat-serat elastis. Implikasi dari hal ini adalah
ketidakmampuan jantung untuk distensi dan penurunankekuatan
kontraktil.
2. Jumlah sel-sel peacemaker mengalami penurunan dan berkas his
kehilangan serat konduksi yang yang membawa impuls ke ventrikel.
Implikasi dari hal ini adalah terjadinya disritmia.
3. Sistem aorta dan arteri perifer menjadi kaku dan tidak lurus karena
peningkatan serat kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial
arteri. Implikasi dari hal ini adalah penumpulan respon baroreseptor dan
penumpulan respon terhadap panas dan dingin.
4. Vena meregang dan mengalami dilatasi. Implikasi dari hal ini adalah vena
menjadi tidak kompeten atau gagal dalam menutup secara sempurna
sehingga mengakibatkan terjadinya edema pada ekstremitas bawah dan
penumpukan darah.

6. Perubahan pada Sistem Pulmonal


Perubahan anatomis seperti penurunan komplians paru dan dinding dada turut
berperan dalam peningkatan kerja pernapasan sekitar 20% pada usia 60 tahun.
Penurunan lajuekspirasi paksa atu detik sebesar 0,2 liter/dekade.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem pulmonal akibat proses
menua:
1. Paru-paru kecil dan kendur, hilangnya rekoil elastis, dan pembesaran alveoli.
Implikasi dari hal ini adalah penurunan daerah permukaan untuk difusi gas.
2. Penurunan kapasitas vital penurunan PaO2 residu. Implikasi dari hal ini adalah
penurunan saturasi O2 dan peningkatan volume.
3. Pengerasan bronkus dengan peningkatan resistensi. Implikasi dari hal ini adalah
dispnea saat aktivitas.
4. Kalsifikasi kartilago kosta, kekakuan tulang iga pada kondisi pengembangan.
Implikasi dari hal ini adalah Emfisema sinilis, pernapasan abnominal, hilangnya
suara paru pada bagian dasar.
5. Hilangnya tonus otot toraks, kelemahan kenaikan dasar paru. Implikasi dari hal
ini adalah atelektasis.
6. Kelenjar mukus kurang produktif. Implikasi dari hal ini adalah akumulasi cairan,
sekresi kental dan sulit dikeluarkan.
7. Penurunan sensitivitas sfingter esofagus. Implikasi dari hal ini adalah hilangnya
sensasi haus dan silia kurang aktif.
8. Penurunan sensitivitas kemoreseptor. Implikasi dari hal ini adalah tidak ada
perubahan dalam PaCO2 dan kurang aktifnya paru-paru pada gangguan asam
basa.
7. Perubahan pada Sistem Endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu
sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”. Berikut ini merupakan perubahan yang
terjadi pada sistem endokrin akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah Glukosa darah
puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun, dan
waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah serum T3 dan
T4 tetap stabil.

8. Perubahan pada Sistem Renal dan Urinaria


Seiring bertambahnya usia, akan terdapat perubahan pada ginjal, bladder, uretra,
dan sisten nervus yang berdampak pada proses fisiologi terlait eliminasi urine. Hal ini
dapat mengganggu kemampuan dalam mengontrol berkemih, sehingga dapat
mengakibatkan inkontinensia, dan akan memiliki konsekuensi yang lebih jauh.
a. Perubahan pada Sistem Renal
Pada usia dewasa lanjut, jumlah nefron telah berkurang menjadi 1 juta nefron dan
memiliki banyak ketidaknormalan. Penurunan nefron terjadi sebesar 5-7% setiap
dekade, mulai usia 25 tahun. Bersihan kreatinin berkurang 0,75 ml/m/tahun. Nefron
bertugas sebagai penyaring darah, perubahan aliran vaskuler akan mempengaruhi
kerja nefron dan akhirnya mempebgaruhi fungsi pengaturan, ekskresi, dan matabolik
sistem renal.2,5. Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem renal
akibat proses menua:
1. Membrana basalis glomerulus mengalami penebalan, sklerosis pada area
fokal, dan total permukaan glomerulus mengalami penurunan, panjang dan
volume tubulus proksimal berkurang, dan penurunan aliran darah renal.
Implikasi dari hal ini adalah filtrasi menjadi kurang efisien, sehingga secara
fisiologis glomerulus yang mampu menyaring 20% darah dengan
kecepatan 125 mL/menit (pada lansia menurun hingga 97 mL/menit atau
kurang) dan menyaring protein dan eritrosit menjadi terganggu, nokturia.
2. Penurunan massa otot yang tidak berlemak, peningkatan total lemak tubuh,
penurunan cairan intra sel, penurunan sensasi haus, penurunan kemampuan
untuk memekatkan urine. Implikasi dari hal ini adalah penurunan total
cairan tubuh dan risiko dehidrasi.
3. Penurunan hormon yang penting untuk absorbsi kalsium dari saluran
gastrointestinal. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko
osteoporosis.
b. Perubahan pada Sistem Urinaria
Perubahan yang terjadi pada sistem urinaria akibat proses menua, yaitu penurunan
kapasitas kandung kemih (N: 350-400 mL), peningkatan volume residu (N: 50 mL),
peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak di sadari, dan atopi pada otot
kandung kemih secara umum. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan risiko
inkotinensia.2,5

9. Perubahan pada Sistem Gasrointestinal


Banyak masalah gastrointestinal yang dihadapi oleh lansia berkaitan dengan gaya
hidup. Mulai dari gigi sampai anus terjadi perubahan morfologik degeneratif, antara
lain perubahan atrofi pada rahang, mukosa, kelenjar dan otot-otot pencernaan. Berikut
ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal akibat proses
menua:
a. Rongga Mulut
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada rongga mulut akibat proses
menua:
1. Hilangnya tulang periosteum dan periduntal, penyusustan dan fibrosis pada
akar halus, pengurangan dentin, dan retraksi dari struktur gusi. Implikasi dari
hal ini adalah tanggalnya gigi, kesulitan dalam mempertahankan pelekatan
gigi palsu yang lepas
2. Hilangnya kuncup rasa. Implikasi dari hal ini adalah perubahan sensasi rasa
dan peningkatan penggunaan garam atau gula untuk mendapatkan rasa yang
sama kualitasnya.
3. Atrofi pada mulut. Implikasi dari hal ini adalah mukosa mulut tampak lebih
merah dan berkilat. Bibir dan gusi tampak tipis kerena penyusutan epitelium
dan mengandung keratin.
4. Air liur/ saliva disekresikan sebagai respon terhadap makanan yang yang telah
dikunyah. Saliva memfasilitasi pencernaan melalui mekanisme sebagai
berikut: penyediaan enzim pencernaan, pelumasan dari jaringan lunak,
remineralisasi pada gigi, pengaontrol flora pada mulut, dan penyiapan
makanan untuk dikunyah. Pada lansia produksi saliva telah mengalami
penurunan.1,2
b. Esofagus, Lambung, dan Usus
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada esofagus, lambung dan usus
akibat proses menua:
1. Dilatasi esofagus, kehilangan tonus sfingter jantung, dan penurunan refleks
muntah. Implikasi dari hal ini adalahpeningkatan terjadinya risiko aspirasi.
2. Atrofi penurunan sekresi asam hidroklorik mukosa lambung sebesar 11%
sampai 40% dari populasi. Implikasi dari hal ini adalah perlambatan dalam
mencerna makanan dan mempengaruhi penyerapan vitamin B12, bakteri usus
halus akan bertumbuh secara berlebihan dan menyebabkan kurangnya
penyerapan lemak.
3. Penurunan motilitas lambung. Implikasi dari hal ini adalah penurunan
absorbsi obat-obatan, zat besi, kalsium, vitamin B12, dan konstipasi sering
terjadi.
c. Saluran Empedu, Hati, Kandung Empedu, dan Pankreas
Pada hepar dan hati mengalami penurunan aliran darah sampai 35% pada
usia lebih dari 80 tahun.5 Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada
saluran empedu, hati, kandung empedu, dan pankreas akibat proses menua:
1. Pengecilan ukuran hari dan penkreas. Implikasi dari hal ini adalah terjadi
penurunan kapasitas dalam menimpan dan mensintesis protein dan enzim-
enzim pencernaan. Sekresi insulin normal dengan kadar gula darah yang
tinggi (250-300 mg/dL).
2. Perubahan proporsi lemak empedu tampa diikuti perubahan metabolisme
asam empedu yang signifikan. Implikasi dari hal ini adalah peningkatan
sekresi kolesterol.

10. Perubahan pada Sistem Reproduksi


Pria
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi pria akibat
proses menua:
1. Testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya penurunan secara
berangsur-angsur.
2. Atrofi asini prostat otot dengan area fokus hiperplasia. Hiperplasia noduler
benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun.
Wanita
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita akibat
proses menua:
1. Penurunan estrogen yang bersikulasi. Implikasi dari hal ini adalah atrofi jaringan
payudara dan genital.
2. Peningkatan androgen yang bersirkulasi. Implikasi dari hal ini adalah penurunan
massa tulang dengan risiko osteoporosis dan fraktur, peningkatan kecepatan
aterosklerosis.
B. Perubahan Psikologis pada Lansia
Lansia mengalami perubahan psikologis berupa ketidakmampuan untuk mengadakan
penyesuaian terhadap situasi yang dihadapi misalnya sindrom lepas jabatan dan sedih
yang berkepanjangan.

C. Perubahan Minat pada Lansia


Seperti perubahan fisik, mental dan gaya hidup pada orang-orang berusia lanjut,
juga terjadi perubahan minat dan keinginan yang tidak dapat dihindari.Terdapathubungan
yang erat antara jumlah keiginan dan minat orang pada seluruh usia dan keberhasilan
penyesuain mereka. Sebaliknya hal ini menentukan kebahagiaan atau ketidak bahagiaan
yang akan di peroleh. Pada usia lanjut, Pendapat seperti ini benar untuk setiap tingkat
usia selama kurung waktu kehidupan.
Hal itu Penting untuk Diketahui, Karena bagaimanapun juga usia lanjut sangat di
pengaruhi oleh perubahan minat dan keinginan yang dilakukan secara sukarela atau
terpaksa. Seperti Minat dan keiginan seseorang dari tinggkat usia, hal ini juga sangat
berbeda pada mereka yang sudah tua. Bagaimana juga, keiginan tertentu mungkin
diaanggap sebagai tipe keinginan berusia lanjut pada umumnya, antara lain keinginan dan
minat pribadi,minat untuk berekreasi, keiginan soasial, keiginan yang bersifat
keagamaan, dan keiginan untuk mati. Mengenai keinginan dan minat dia atas akan di
jabarkan sebagai berikut ini.
1. Minat Pribadi
Minat atau Keinginan pribadi pada usia lanjut usia antara lai meliputi minat terhadap
diri sendiri,minat terhadap penampilan, minat terhadappakaian dan pada uang.
a. Minat dalam Diri sendiri : Orang menjadi semakin dikuasai oleh diri sendiri
apabila ia semakin tua.Orang mungkin akan sangat berorenyasi pada egonya dan
pada dirinya dimana mereka lebih banyak berfikir tentang dirinya dari pada orang
laid an kurang memperhatikan keinginan dan kehendak orang lain.Bahkan apabila
mereka ada pada situasi dan kondisi fisik yang baik pun, orang lanjut usia sering
begitu dikuasai oleh kesehatan dan proses jasmaniah.Mereka cenderung untuk
mengeluh tentang kesehatan dan sering membesar-besarkan penyakit ringan yang
dideritanya.mereka juga sering menumjukkan sikap yang tampak begitu dikuasai
oleh diri mereka sendiri. Gejala ini tamak atau dapat dilihat dari cerita masa lalu
tentang diri mereka yang tidak habis-habisnya di ceritakan setiap saat, serta
berharap untuk dilayani dan selalu ingin menjadi pusat perhatian, Sikap yang
berorentasi pada diri sendiri menimbulkan sikap sosial yang tidak menyenangkan
terhadap orang yang berusia lanjut usia, yang tampak merupakan hal lazim
dewasa ini. Orang lebih muda yang menyadari tentang harapan masyarakat
terhadap kerjasama dan tidak mengetumakan diri pribadi sering merasa sangat
kontradiktif apabiala menemui orang yang berusia lanjut yang begitu bangga dan
berorentasi pada diri sendiri, karena orang yang lebih muda tersebut
menggunakan standar prilaku yang dapat diterima oleh masyarakat pada
umumnya.
b. Minat Pada Penampilan : Walaupun beberapa orang usia lanjut menganngap
penting tentang peenampilan mereka seperti yang dulu biasanya dilakukan,tetapi
banyak juga yang menunjukkan sikap tak peduli terhadap penampilannya.Mereka
mungkin akan berhenti dalam merawat pakaian, bahkan mereka tidak akan
mengambil pusing tentang perawataj diri. Sementara ada sebagian yang tampak
kotor atau jorok dalam penampilan, tetapi oaring berusia lanjut umumnya tidak
banyak menggunakaan waktu agar penampilannya lebih menarik, atau sedapat
mungkin menutup tanda-tanda ketuaan fisik mereka. Ada sejumlah penjelasan
tentang menurutnya keiginan dalam penampilan sejalan dengan pertambah usia,
makin aktif seseorang dengan kegiatan sosial, mangan terangsang mereka untuk
merawat diri agar penampilannya lebih menarik.Sebaliknya orang yang
mengundurkan diri dari kegiatan soaial mempunyai motivasi yang lebih rentah
dalam menjaga dan merawat penampilannya.
2. Status Ekonomi : Orang berusia lanjut merupakan factor penting yang menentukan
tingkatan ketertarikan mereka dalam merawat dan menjaga penampilan.Apabila
setiap rupiah dari uangna harus dihitung dan apabila beberapa hal penting
dalamkehidupan harus di hemat, maka uang yang dimamfaatkan untuk merawat dan
menjafa penampilan seseorang juga dianggap kemewahan yang tak menghasilkan
apa-apa.
3. Tempat Tinggal juga berperan penting dapam menentukan tingkat ketertarikan
seseorang dalam merawat penampilannya. Mereka yang hidup sendiri berminat jauh
lebih baik sedikit disbanding yang tinggal dengan anaknya yang telahdewasa atau
tinggal dalam rumah bersama orang-orang berusia lanjut lainnya.
4. Kehidupan seksual orang yang lanjut usia dapat juga mempengaruhi penampilan
mereka.Pria berusia lanjut cenderung lebi tertarik untuk merawat penampilannya di
banding wanita berusia lanjut.
5. Minat Terhadap Pakaian :
Minat terhadap pakaian tergantung pada sejauh mana berusia lanjut terlibat dalan
kegiaatan sosial,sebagian tergantung pada status ekonomi, dan senbagian lagi
tergantung pada kesadaran untuk menerima kenyataan bahwa mereka telah lanjut usia
sehingga harus menywsuaikan diriBeberapa orang yang lanjutbusia ada yang masih
terus memakai gaya dan model yang biasa mereka pakai pada masa muda dan madya
sehingga menolak untuk memakai pakaian masa kini, walaupun mereka harus
memesan secari khusus pada tukang jahit
6. Minat Terhadap Uang :
Minat terhadap uang pada usia lanjut semakin berkurangl yang biasanya
kesadaran tentang itu semakin besar sejalan dengan bertambahnya usia.pensiunan
atau penganguran mungkin akan menjalani masa tuanya dengan pendapatan yang
kurang bahkan mungkin tanpa pendapatan sama sekali, kecuali mereka memenuhi
syarat untuk memproleh dana sosial atau jaminan kesejahteraan. Masalah seperti ini
menjadiakan mereka mengfocuskan perhatian pada berbagai usaha memperoleh uang
dan merangsang minat mereka untuk berusaha keras dalam mencari uang.
Apabila pendapatan orang lanjut usia secara drastic berkurang maka minat untuk
mencari uang tidak lagi berorentasi pada apa yang ingin mereka beli dan untuk
membayar simbil status yang biasa dilakukan pada awal tahun kehidupan,tetapi untuk
sekedar menjaga agar mereka tetap dapat mandiri. Yang mereka pikirkan yaitu
bagaimana mereka dapat tinggal, dimana dan bagaimana tidak tergantung pada
saudaranya atau tergantung pada bantuan. Dengan tujuanuntuk memerihara pola
hidup yang mereka sukai, walaupun dengan kondisi yang lebih sederhana dibanding
kebiasaan hidup pada masa lalu, banyak orang usia yang terpaksa menghentikan
berbagai pengeluaran untuk membeli pakaian,alat-alat perawatan,kegiatan sosial dan
rekreasional,dan keanggotaan dalam oeganisasi masyarakat yang berbeda-beda.
7. Minat Terhadap Rekreasi :
Pria dan Wanita berusia lanjut cenderung untuk tetap tertarik pada kegiatan
rekreasi yang biasa dinikmati pada masa mudanya, dan mereka hanya akan mengubah
minat tersebut.Perubahan utama yang terjadi adalah secara bertahap mempersempit
minat di banding perubahan radikal terhadap pola yang sudah di bentuknya, dan
mengubah minat ke bentuk rekreasi yang bersifat permanen.
8. Minat Sosial
Dalam bertambahnya usia mengakibatkan banyak orang yang merasa menderita
karena jumlah kegiatan sosial yang dilakukan semakin berkurang. Hal ini lazim
diistilahkan sebagai lepas dari kegiatan kemasyarakatan (sosial di sengagement) yaitu
suatu proses pengunduran diri secara timbal balik pada masa usia lanjut dari
lingkungan sosial.Dengan makin bertambahnya usia seseorang, maka partisipasi
soasialnya semakin berkurang dan cangkupnya juga menyempit.ada beberapa alasan
mengapa partisipasi seseorang dalam kegiatan sosial menurun sejalan dengan
bertambahnya usia yakni, alasan pertama. Adalah alasan kesehatan menurun. Kedua,
adalah alasan yang sama pentingnya atau bahkan kadangkala dianggap penting yaitu
keterlibatan dalam kegiatan sosial pada usia muda. Aktivitas ini sangat
mempengaruhi partisipasi pada usia lanjut.
9. Minat Agama
Biasanya seseorang memasuki usia tua menjadi lebih tertarik terhadap kegiatan
keagamaan karena merupakan titik perhatian baru atau karena hari kematian semakin
dekat .Beberapa pengaruh umum dari perubahan keagamaan selama usia lanjut :
a. Toleransi Keagamaan : Dengan meningkatnya usia, seseorang tidak sulit
mengikutin dogma-dogma agama dan melakukan kunjungan ke tempat
ibadah,ke Pembina ajaran dan orang-orang yang berbeda kepercayaan dengan
sikap yang lebih lunak.
b. Keyakinan Keagamaan : Perubahan Keyakinan keagamaan selama usia lanjut
umumnya dalam pengarahan menerima keyakinan tradisional dikaitkan
dengan kepercayaan seseorang.
c. Ibadat Keagamaan : Menurutnya kehadiran dan partisipasi dalam kegiatan di
tempat beribadah pada usia lanjut karena tidak ada minat adalah lebih sedikit
dari pada karena factor-faktor lain seperti kesehatan yang memburuk tidak ada
transportasi, malu karena tidak mampu menyumbang uang,dan perasaan tak
dibutuh oleh anggota organisasi tempat beribadah yang lebih muda. Wanita
lebih banyak berpartisipasi dalam kegiatan keagamaan dari pada pria karena
kesempatan yang mereka berikan untuk hubungan sosial.
10. Minat Kematian

Bagi sebagian orang yang memasuki usia lanjut,minat terhadap dunia semakin
berkurang dan lebih cenderung minat terhadap akhirat atau kematian.Pendapat
sebagian ini khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya memburuk.“
Kapan saya akan mati?” Pertanyaan pertama tentang kematian yang menyelimuti
orang berusia lanjut adalah pertanyaan seperti diatas, padahal mereka tahu bahwa
tidak ada orang yang dapat menduga jawabannya dengan tinggakt ketepatan yang
dapat diterima. “Apakah yang menyebabkan kematian saya ?” Pertanyaan kedua
terhadap kematian yang dipikirkan orang berlanjut usia. Walaupun statistic
menunjukkan bahwa penyakit jantung,kangker,serangan terhadap otak dan
kecelakaan merupakan empat penyebab kematian yang paling umum bagi orang yang
berlanjut usia,akan tetapi masih banyak lagi yang mati karena sebab yang lain.
“Bagaimana saya dapat Mati dengan cara yang baik?” Pertanyaan ketiga bagi orang
yang berlanjut usia. Mungkin mati dengan cara yang baik mempunyai arti yang
berbeda. Keinginan untuk Mati bagi Pria dan Wanita Berbeda-beda:

Secara umun, pria memusatkan perhatian terhadap kematian mereka sendiri yang
antara lain meliputi pertanyaan tentang apa yang akan menyebabkan kematian
mereka,kapan kematian itu terjadi dan sebagainya.Walaupun sedikit banyak dia
memperhatiakna kemungkinan kematian istrinya,anak-anaknya, serta teman dekat
dan saudaranya,tetapi mereka lebih mengutamakan diri sendiri.

Bagi wanita, minat terhadap masalah kematian juga mirip dengan sikap egosentri
yang dimiliki pria, dalam arti bahwa mereka berkepentingan terhadap akibat kematian
diri sendiri dan terhadap pola hidup mereka.Ketertarikan mereka juga terpusat oada
kematiaan suami dan pada kematian diri sendiri.

Beberapa Kondisi Umum Yang Mempengaruhi Perubahan Minat Pada Usia


Lanjut :

a. Belajar
Perubahan terhadap kesehatan dan kekuatan tak dapat dilihat dari keinginan
yang meningkat untuk mencari kegiatan yang dilakukan duduk terus menerus,
dan memerlukan kekuatan fisik dan tenaga
b. Status Sosial
Orang berusia lanjut dari kelompok sosial yang lebih tinggi di bandingkan
yang berasal dari kelompok sosial yang lebih rendah.Mereka yang berasal dari
kelompok ini banyak terus melakukan kegiatan yang telah di kembangkan
pada masa awal kehidupannya
c. Status Ekonomi
Orang berusia lanjut yang tak mempunyai cukup uang untuk memenuhi
kebutuhan sehari-harinya sering menghentikan banyak kegiatan yang penting
bagi mereka yang kemudian memusatkan perhatiannya pada suatu kegiatan
yang dapat menghasilkan sesuatu,tanpa memperhatiakan apakah itu penting
bagi mereka atau memenuhi kebutuhannya.
d. Tempat Tinggal
Dimana orang yang berusia lanjut tinggal banyak dipengaruhi oleh
pertimbangan apakah yang keingin yang mereka biasa penuhi pada masa
kehidupan sebelumnya masih dapat dilakukan atau tidak. Apabila mereka
tinggal di rumah mereka sendiri dengan anggota keluarganya, maka keiginan
yang dulu biasa mereka lakukan tampaknya bisa di teruskan, dibandingkan
apabila mereka tinggal seriamh dengan anaknya yang telah menikah atau
tinggal di penampungan para pensiun.
e. Seks
Wanita sebagai kelompok. Lebih banyak mempunyai minat di usia tua dari
pada pria,seperti yang mereka lakukan dimasa mudanya. Karena hanya sedikit
keiginan yang mereka kembangkan pada waktu masih muda, maka banyak
pria usia lanjut mengalami kesulitan dalam mengolah keiginan sesuai dengan
banyak waktu luang setelah mereka pension.
f. Status Pernikahan
Seperti halnya pria dan wanita tidak menikah pada masa dewasa awal dan usia
madya yang mempunyai banyak waktu dan banyak uang untuk memenuhi
keinginan mereka dibandingka yang menikah, begitupula terjadi pada orang-
orang berusia lanjut yang tidak menikah. Beberapa keiginan mereka mungkin
hal yang baru, tetapi sebagian besar merupakan bawaan sejak masa muda
dulu.
g. Nilai
Seperti halnya berubahnya nilai, maka niali keinginan pun selalu berubah pa
tingkatan usia. Pada usia lanjut, perubahan nilai keinginan lebih umum terjadi
dan biasanya mengarah pada sikap konversi. Hal ini mempeengaruhi nialai
relati yang mereka canangkan dalam keiginan mereka.Misalnya orang berusia
lanjut lebih menghargai kontak sosial di banding melakukan hobi sebagai
konpebsasi dari kesepian karena kehilangam pasangan.
D. Perubahan Psikososial pada lansia
Pada umumnya setelah orang memasuki lansia maka ia mengalami penurunan
fungsi kognitif dan psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi,
pemahaman, pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan
perilaku lansia menjadi makin lambat. Sementara fungsi psikomotorik (konatif) meliputi
hal-hal yang berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan,
koordinasi, yang berakibat bahwa lansia menjadi kurang cekatan.
Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia juga mengalami
perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia.
Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia
sebagai berikut:
1. Tipe Kepribadian Konstruktif (Construction personalitiy), biasanya tipe ini tidak
banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.
2. Tipe Kepribadian Mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan
mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan
kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya
3. Tipe Kepribadian Tergantung (Dependent personalitiy), pada tipe ini biasanya sangat
dipengaruhi kehidupan keluarga, apabila kehidupan keluarga selalu harmonis maka
pada masa lansia tidak bergejolak, tetapi jika pasangan hidup meninggal maka
pasangan yang ditinggalkan akan menjadi merana, apalagi jika tidak segera bangkit
dari kedukaannya.
4. Tipe Kepribadian Bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah memasuki
lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-
kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi
ekonominya menjadi morat-marit.
5. Tipe Kepribadian Kritik Diri (Self Hate personalitiy), pada lansia tipe ini umumnya
terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung
membuat susah dirinya.

E. Penyakit pada lansia


1. Osteo Artritis (OA)
OA adalah peradangan sendi yang terjadi akibat peristiwa mekanik dan biologik
yang mengakibatkan penipisan rawan sendi, tidak stabilnya sendi, dan perkapuran.
OA merupakan penyebab utama ketidakmandirian pada usia lanjut, yang dipertinggi
risikonya karena trauma, penggunaan sendi berulang dan obesitas.
2. Osteoporosis
Osteoporosis merupakan salah satu bentuk gangguan tulang dimana masa atau
kepadatan tulang berkurang. Terdapat dua jenis osteoporosis, tipe I merujuk pada
percepatan kehilangan tulang selama dua dekade pertama setelah menopause,
sedangkan tipe II adalah hilangnya masa tulang pada usia lanjut karena terganggunya
produksi vitamin D.

3. Hipertensi
Hipertensi merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih
tinggi dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih tinggi dari 90mmHg, yang terjadi
karena menurunnya elastisitas arteri pada proses menua. Bila tidak ditangani,
hipertensi dapat memicu terjadinya stroke, kerusakan pembuluh darah
(arteriosclerosis), serangan/gagal jantung, dan gagal ginjal
4. Diabetes Mellitus
Sekitar 50% dari lansia memiliki gangguan intoleransi glukosa dimana gula darah
masih tetap normal meskipun dalam kondisi puasa. Kondisi ini dapat berkembang
menjadi diabetes melitus, dimana kadar gula darah sewaktu diatas atau sama dengan
200 mg/dl dan kadar glukosa darah saat puasa di atas 126 mg/dl. Obesitas, pola
makan yang buruk, kurang olah raga dan usia lanjut mempertinggi risiko DM.
Sebagai ilustrasi, sekitar 20% dari lansia berusia 75 tahun menderita DM. Beberapa
gejalanya adalah sering haus dan lapar, banyak berkemih, mudah lelah, berat badan
terus berkurang, gatal-gatal, mati rasa, dan luka yang lambat sembuh.
5. Dimensia
Merupakan kumpulan gejala yang berkaitan dengan kehilangan fungsi intelektual
dan daya ingat secara perlahan-lahan, sehingga mempengaruhi aktivitas kehidupan
sehari-hari. Alzheimer merupakan jenis demensia yang paling sering terjadi pada usia
lanjut. Adanya riwayat keluarga, usia lanjut, penyakit vaskular/pembuluh darah
(hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi), trauma kepala merupakan faktor risiko
terjadinya demensia. Demensia juga kerap terjadi pada wanita dan individu dengan
pendidikan rendah.
6. Penyakit jantung koroner
Penyempitan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah menuju jantung
terganggu. Gejala umum yang terjadi adalah nyeri dada, sesak napas, pingsan, hingga
kebingungan.
7. Kanker
Kanker merupakan sebuah keadaan dimana struktur dan fungsi sebuah sel
mengalami perubahan bahkan sampai merusak sel-sel lainnya yang masih sehat. Sel
yang berubah ini mengalami mutasi karena suatu sebab sehingga ia tidak bisa lagi
menjalankan fungsi normalnya. Biasanya perubahan sel ini mengalami beberapa
tahapan, mulai dari yang ringan sampai berubah sama sekali dari keadaan awal
(kanker). Kanker merupakan penyebab kematian nomor dua setelah penyakit jantung.
Faktor resiko yang paling utama adalah usia. Dua pertiga kasus kanker terjadi di atas
usia 65 tahun. Mulai usia 40 tahun resiko untuk timbul kanker meningkat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tugas Perkembangan pada Masa Lanjut Usia
a. Menyesuaikan diri dengan kematian teman hidup, menemukan relasi dengan
teman kelompok sebaya
b. kewajiban-kewajiban sosial dan warga Negara
c. Penyesuaian dengan gaji yang berkurang dan keadaan pensiun
d. Merealisasikan keadaan hidup fisik yang sesuai.
e. Penyesuaian terhadap kekuatan fisik yang menurun
2. Perubahan fisiologis yang terjadi pada masa usia lanjut seperti, perubahan panca
indera dan perubahan seksual.
3. Adanya penyesuaian diri terhadap perubahan fisik pada sistem saraf, sistem sensoris,
pernafasan dan sistem imun. Secara umum, mereka yang memiliki pengalaman
intelektual lebih tinggi secara relatif penurunan dalam efisiensi mental kurang
dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya rendah. Di samping ada
perbedaan dalam tingkat penurunan mental diantara individu dalam usia kronologis
yang sama, pada individu yang sama juga terjadi perbedaan tingkat penurunan
kemampuan mental yang berbeda.
4. Adanya perubahan minat pada usia lanjut, yaitu baik minat pribadi, minat untuk
rekreasi, minat sosial, minat keagamaan dan minat mati

B. Saran
Setelah penyusun membuat makalah ini, penyusun menjadi tahu tentang perkembangan
yang terjadi pada lansia. Lansia adalah masa dimana seseorang mengalami kemunduran,
dimana fungsi tubuh kita sudah tidak optimal lagi. Oleh karena itu sebaiknya sejak muda
kita persiapkan dengan sebaik – sebaiknya masa tua kita. Gunakan masa muda dengan
kegiatan yang bermanfaat agar tidak menyesal di masa tua.
Daftar Pustaka

[1] Elizabeth B. Harlock ,Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. (Jakarta:Erlangga 2002) .hal:385

[2] http://sakuraounenk.blogspot.com/2012/12/tugas-perkembangan-lansia.html?m=1

[3] Elizabeth B. Harlock ,Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. (Jakarta:Erlangga 2002) .hal:387

[4] Elizabeth B. Harlock ,Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. (Jakarta:Erlangga 2002) .hal:388

[5] Elizabeth B. Harlock ,Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang


Kehidupan. (Jakarta:Erlangga 2002) .hal:391

Anda mungkin juga menyukai