Laporan PKL Pandu 1-Comment

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 50

PENGARUH S03 TERHADAP SETTING TIME PADA SAMPEL

SEMEN DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk


CITEUREUP-BOGOR

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN

Diajukan untuk memenuhi prasyarat menyelesaikan Matakuliah Praktik Kerja


Lapangan (PKL)

Disusun oleh :

PANDU PUTRA SATIONO

No Mhs : 17612103

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2020
PENGARUH SO3 TERHADAP SETTING TIME PADA
SAMPEL SEMEN DI PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk
CITEUREUP-BOGOR

Disusun oleh :
PANDU PUTRA SATIONO
No. Mhs : 17612103

Telah diujikan dihadapan panitia penguji Praktik Kerja Lapangan


Prodi Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Islam Indonesia
Yogyakarta, 28 Februari 2020
Mengetahui,
Pembimbing Instansi Corp. People Development Dept.Head

Resta Juliansyah, S.Si. Rahmanto Basuki


Menyetujui
KATA PENGANTAR
Dosen Pembimbing, Dosen Penguji,

Ika Yanti, S.Si., M.Sc.

Ketua Prodi Kimia


FMIPA UII

Dwiarso Rubiyanto M.Si.

ii
Assalamualaikum, Wr Wb
Alhamdulillah, wassholaatu wassalamu’alaa rosulillahi, wa’alaa ‘aalihi
wasohbihi waman waalah.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya
lah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul
“PENGARUH SO3 TERHADAP SETTING TIME PADA SAMPEL SEMEN DI
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk CITEUREUP-BOGOR
”.Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah salah satu syarat mata
kuliah praktik kerja lapangan (PKL) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Islam Indonesia dan laporan ini juga sebagai bukti penulis
telah melaksanakan dan menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Laporan ini dibuat dan di selesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak yang turut andil membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Allah SWT karena berkatnya penulis diberi kemudahan untuk
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
2. Orang tua serta keluarga (Ayah, Mamah, dan Adik) yang telah
membantu dan memberikan dukungannya dalam mengerjakan Laporan
Praktik Kerja Lapangan ini.
3. Bapak Prof. Riyanto, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak Dwiarso Rubiyanto M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
5. Bapak Yulius Hadi Wijaya selaku Corp. People Development Dept.Head
PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor .
Ibu Ika Yanti, M.Sc., selaku pembimbing dari Universitas Islam Indonesia
yang telah memberikan motivasi, nasehat dan saran hingga laporan ini dapat
tersusun dengan baik.

iii
6. Bapak Resta Juliansyah, S.Si selaku pembimbing lapangan di PT Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
7. Seluruh karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, khususnya karyawan
di laboratory Physical yang telah membantu dan memberikan ilmu selama
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
8. Firman dan Galih selaku teman perjuangan di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk.
9. Teman-teman kelompok Praktik Kerja Lapangan di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk periode 3-28 Februari 2020 yang telah memberikan canda tawa
dan bantuan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam


penulisan laporan kerja praktik ini, sehingga penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan laporan kerja praktek ini. Akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih, semoga laporan kerja praktik ini dapat
bermanfaat bagi pengembangan ilmu kimia dimasa yang akan datang.

Atas perhatian dan waktunya saya ucapkan Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Citeureup, 28 Februari 2020

Pandu Putra Sationo

iv
PENGARUH S03 TERHADAP SETTING TIME PADA SAMPEL SEMEN
DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk

CITEUREUP-BOGOR
Oleh:
Pandu Putra Sationo.
NIM 17612103

INTISARI

Analisis dilakukan untuk mengetahui nilai setting time pada setiap sampel semen
jenis A, B, dan C. Pengujian ini dilakuan bertujuan untuk mengetahui nilai Initial
dan nilai waktu final, pada pengujian ini melihat pengaruh dari Kosentrasi
gypsum (SO3) pada setiap sampel semen, dimana konsentrasi gypsum (SO3)
mempengaruhi lamanya waktu final, karena penambahan gypsum (SO 3) pada
semen adalah untuk pencegahan pengerasan pada semen. Dari hasil pengujian dan
dilakukan pengujian statistic didapat nilai rata-rata pada initial (waktu pengikat
awal) adalah 140,94 menit untuk sampel semen jenis A, 142,142 menit untuk
sampel semen jenis B, dan 201,81 menit untuk sampel semen jenis C. Pada
pengujian ini juga melihat nilai waktu final (penetrasi akhir) dengan nilai rata-rata
yaitu 232,5 menit untuk sampel semen jenis A, 212 menit untuk sampel semen
jenis B, dan 281 menit untuk sampel semen jenis C. Penelitian ini juga melihat
pengaruh konsentrasi gypsum (SO3) dimana jika konsentrasi gypsum (SO 3)
dimana bila konsentrasinya terlalu tinggi makan akan meyebabkan
lama/panjangnya waktu final.

Kata kunci: setting time, initial, semen, A,B,C.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
INTISARI .......................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. viii
BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 3
2.1 Sejarah PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.................................... 3
2.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan.......................................................... 6
2.3 Logo Perusahaan dan produk................................................................ 7
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan ............................................................ 8
2.5 Jenis-jenis Produk.................................................................................. 8
2.6 Sifat Kimia Semen ................................................................................ 12
2.7 Sifat Fisika Semen ................................................................................ 13
2.8 Klarifikasi Semen ................................................................................. 16
2.9 Analisis Semen ..................................................................................... 17
2.10 Uji Normal Konsentrasi ( Setting Time ) ……………………………. 17
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................... 20
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 20
3.2 Alat dan Bahan...................................................................................... 20
3.3 Metode Analisis .................................................................................... 20
3.4 Cara kerja ............................................................................................. 22
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 23
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 29

vi
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 29
5.2 Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31

vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Logo Perusahaan............................................................................ 6
Gambar 2.1 Logo Produk................................................................................... 8
Gambar 2.3 Struktur Organisasi……………………………………………….. 8
Gambar. 2.4 Portland Composite Cement (PCC)……………………………....8
Gambar 2.5 Ordinary Portland Cement (OPC)…………………………….... . 9
Gambar 2.6 Oil Well Cement (OWC)……………………………………........ 9
Gambar 2.7 Semen Putih…………………………………………………….... 10
Gambar 2.8 Acian TR30…………………………………………………….... 10
Gambar 2.9 Semen Rajawali…………………………………………………. . 11
Gambar 4.1. Grafik Semen A…….…………..……………………................ 25
Gambar 4.1. Grafik Semen B……..…………..……………………………… 26
Gambar 4.1. Grafik Semen C……..…………..……………………………… 27

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Setting Time ................................................................. 21
Tabel 2. Hasil Analisis Setting Time.................................................................. 22
Tabel 3. Hasil Analisis Setting Time.................................................................. 23
Tabel 4 Hasil Analisis Setting Time …….......................................................... 25

viii
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan dengan
berkembangnya teknologi dan system produksi yang mendukung saat ini.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan produk dari tahun ke
tahun juga merupakan salah satu pemicu percepatan tumbuhnya industri di
Indonesia. Salah satu jenis industri tersebut ialah industri manufaktur yang
bergerak disektor semen yang semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016
kebutuhan akan konsumsi semen di Indonesia mengalami kenaikan secara terus
menerus, pada tahun 2014 sekitar 60.000 juta ton semen dan terus naik sampai
tahun 2016 yaitu mencapai 65.000 juta ton semen.

Salah satu produsen semen di Indonesia adalah PT Indocement Tunggal


Prakarsa Tbk yang merupakan salah satu produsen semen terbesar di Indonesia
dengan merek dagang “Tiga Roda”. Dengan mengedepankan kualitas terbaik dan
inovasi yang berbaur dengan alam, semen Tiga Roda diproduksi guna memenuhi
kebutuhan pembangunan di dalam dan luar negeri.

Semen merupakan suatu perekat anorganik yang dapat merekatkan bahan-


bahan padat menjadi satu kesatuan massa yang kokoh dan dapat membentuk suatu
bangunan dengan berbagai macam model. Kemampuan semen sebagai perekat ini
merupakan contoh kongrit perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dengan perlakuan tertentu bahan-bahan dari alam ( tanah liat dan batu serta bahan-
bahan pembantu lainnya ) dicampur dengan komposisi tertentu sehingga
membentuk semen, dalam proses pembuatan semen melewati tahapan-tahapan
yang cukup panjang, salah satu bagian penting yaitu proses pengikatan, dimana
waktu pengikatan diperlukan.

1
1.2 Tujuan

1. Mengetahui nilai Initial pada semen jenis Semen A, Semen B, Semen C.

2. Mengetahui hasil Final ( waktu ikat akhir ) pada semen jenis Semen A,
Semen B, Semen C.

3. Mengetahui pengaruh konsentrasi SO3 pada semen jenis Semen A, Semen


B, Semen C.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.


PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk merupakan salah satu produsen
semen terbesar di Indonesia dengan merk produknya adalah semen “tiga roda”.
Perusahaan ini didirikan tahun 1985 yang merupakan hasil penggabungan enam
perusahaan yang menghasilkan sebuah perusahaan semen dengan delapan pabrik
sejak 1975. Produksi semen Indocement dapat mencapai total sekitar 16,5 juta ton
per tahun. Saat ini industri pembuatan semen PT. Indocement Tunggal Prakarsa,
Tbk. tersebar di 3 kawasan di Indonesia yang pertama berada di Citeureup, Bogor
dengan 10 Plant yaitu Plant 1, Plant 2, Plant 3, Plant 4, Plant 5, Plant 6, Plant 7,
Plant 8, Plant 11, dan Plant 14. Kawasan industri PT Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk. yang kedua berada di Palimanan, Cirebon yang memiliki 2 Plant,
yaitu Plant 9 dan Plant 10. Kawasan industri yang ketiga terletak di Tarjun,
Kalimantan Selatan yang hanya memiliki satu Plant, yaitu Plant 12.
Indocement Group mulai beroperasi pada tahun 1975 dengan nama PT
District Indonesia Cement Enterprise (DICE) dan berada di Citereup, Bogor yang
saat ini dikenal dengan Plant 1 dan Plant 2. Perusahaan ini diresmikan pada
tanggal 4 Agustus 1975 dengan kapasitas sebesar 500.000 ton/tahun. Seiring
dengan pembangunan infrastruktur nasional, permintaan konsumen akan semen
semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan untuk menambah jumlah
kapasitas produksi perusahaan dengan didirikannya pabrik-pabrik baru,
diantaranya:
1. PT. Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE). Perusahaan ini memiliki
Plant 1 dan Plant 2 dengan kapasitas produksi dari masing-masing plant
sebesar 500.000 ton/tahun. Perusahaan ini memproduksi semen jenis
Ordinary Portland Cement (OPC) tipe 1. Plant 1 mulai beroperasi pada
tanggal 18 Juli 1975 sedangkan Plant 2 beroperasi pada tanggal 14 Juli
1976. Peralatan yang digunakan dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries Lts,
Jepang.

3
2. PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE). Perusahaan ini memiliki 2
Plant, yaitu Plant 3 dan Plant 4 dengan kapasitas produksi masing-masing
plant sebesar 1.000.000 ton per tahun. Produk yang dihasilkan adalah
Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe 1. Plant 3 mulai beroperasi pada
tanggal 26 Oktober 1978 sedangkan Plant 4 mulai beroperasi pada tanggal
17 November 1980. Peralatan yang digunakan dibuat oleh KHD Humboldt
Wedag AG, Jerman Barat.
3. PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Enterprise (PIICE). Perusahaan ini
menjadi Plant 5 dengan kapasitas produksi sebesar 200.000 ton/tahun.
Produk yang dihasilkan adalah White Cement (WC) dan Oil Well Cement
(OWC). Plant 5 mulai beroperasi pada tanggal 16 Maret 1981. Peralatan
yang digunakan dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries Lts, Jepang dan
Nihon Cement Co,Ltd.
4. PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprice (PT. PAUICE).
Perusahaan ini menjad Plant 6 dan mulai beroperasi sejak September 1983.
Plant 6 mempuyai kapasitas produksi 1.500.000 ton per tahun. Peralatan
yang digunakan dibuat oleh KHD Humboldt Wedag AG, Jerman Barat.
5. PT. Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprice (PT. PIAICE)
beroperasi pada tanggal 16 Desember 1984. Perusahaan ini merupakan
Plant 7 dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.500.000 ton per tahun.
Peralatan yang digunakan dibuat oleh Polysus Heavy Industries, Perancis.
6. PT. Perkasa Abadi Mulia Indonesia (PT. PAMICE) menjadi PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. Plant 8 dengan kapasitas produksi 1.500.000
ton/tahun. Plant 8 beroperasi pada tanggal 16 Juli 1985. Peralatan yang
digunakan dibuat oleh Polysus Heavy Industries, Perancis. Tepat pada
tanggal 16 Januari 1985 enam perusahaan tersebut melakukan merger,
kemudian perusahaan ini resmi berbentuk badan hukum pada tanggal 17
Mei 1985 dengan nama PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Akta
Pendiriannya disahkan pada tanggal 15 Juni 1985 oleh Departemen
Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-

4
3641.HT.01.01.th.85 yang ditanda tangani oleh Menteri Kehakiman. Tujuan
dari merger ini adalah untuk merapikan biaya operasional perusahaan.
Berdasarkan peraturan pemerintah No 32, pada tanggal 25 Juni Pemerintah
Indonesia memutuskan untuk turut berperan serta dalam penyerahan modal pada
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 35% dari total saham yang
berjumlah Rp 364.333.840,00 dan selebihnya dimiliki oleh pihak swasta.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. terus berusaha meningkatkan
kapasitas produksinya. Hal ini ditunjukkan dengan pembelian sebuah pabrik
semen yang dikelola oleh PT. Tridaya Manunggal Prakarsa Cement yang
berlokasi di Palimanan, Cirebon pada tanggal 27 November 1991. Kemudian
pabrik ini dijadikan plant 9 dan mulai beroperasi pada tahun 1997 dengan
kapasitas produksi sebesar 1.200.000 ton per tahun. Kemudian pada tahun 1997
tepat bersebelahan dengan plant 9 dibangun pabrik baru yaitu plant 10 yang
memiliki kapasitas produksi sama yaitu 1.200.000 ton per tahun. PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. juga menjalin kerja sama dengan pihak asing untuk
mendirikan pabrik semen baru dengan kapasitas produksi 2.400.000 ton per tahun
yang berlokasi di Tarjun, Kalimantan Selatan dibawah PT. Indo Kodeco Cement
dengan sistem joint venture dimana 51% saham dimiliki oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk., 46% saham dimiliki oleh Korea Devt. Co., dan 3% saham
dimiliki oleh Marubeni Corp.
Berdasarkan RUPS Luar Biasa pada tanggal 20 Oktober 2000 diputuskan
bahwa anak perusahaan PT. Indo Kodeco Cement langsung berada dibawah
operasional PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dan menjadi plant 12. Usaha
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. selanjutnya untuk meningkatkan
kapasitas produksinya adalah dengan adanya pembangunan plant 11 yang
berlokasi di Citeureup, Bogor pada tahun 1997 dengan kapasitas produksi
2.400.000 ton per tahun dan mulai beroperasi sejak maret 1999. Dengan
beroperasinya plant 11, maka PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Memiliki
jumlah total kapasitas produksi sebesar 15.420.000 ton per tahun. Hal ini
menjadikan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk sebagai produsen semen
terbesar di Indonesia.

5
Pada tahun 2001, Kimmeridge Enterprice Pte, Ltd. sebagai anak perusahaan
Heidelberger Cement Group yang merupakan salah satu pemimpin pasar global
dalam bidang agregat dan produsen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman
Barat membeli saham perseroan milik Badan Penyehaan Perbankan Nasional
(BPPN) dan milik PT. Holkido Perkasa sehingga dengan demikian Kimmeridge
Enterprise Pte, Ltd. Menjadi pemegang saham pengendali perseroan dengan total
1.674133.233 saham atau setara dengan 45,48% dari modal yang dtempatkan di
perseroan. Dengan adanya permasalahan terebut, Perseroan bertekad untuk
memulihkan kembali kondisi keuangan yang normal seperti semula sebelum
terjadinya krisi keuangan di Asia. Dengan dukungan Heidelberger Cement Group,
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Mampu memulihkan kondisi
keuangannya. Hal ini dibuktikan dengan total penjualan perseroan yang mencapai
lebih dari Rp 5.592.000.000. Pada tahun 2016 , tepatnya tanggal 20 Oktober 2016
diresmikannya pabrik semen plant 14 dengan kapasitas 4 juta ton/tahun yang
bertempat di Citeurep, Bogor , Jawa Barat.

2.2 Visi, Misi dan Motto Perusahaan


2.2.1 Visi Perusahaan
Menjadi pemain utama dalam bisnis semen domestik dan pemimpin pasar di
bidang beton siap-pakai, agregat dan bisnis pasir di Jawa . (Premium domestic
player in cement business and market leader in ready-mix concrete, aggregates
and sand businesses in Jawa).
2.2.2 Misi Perusahaan
Kami berkecimpung dalam bisnis penyediaan semen dan lahan bangunan
berkualitas dengan harga kompetitif dan tetap memperhatikan pembangunan
berkelanjutan. (We are in the business of providing quality cement and building
materials at competitive prices, in a way that promotes sustainable development).
2.2.3 Moto Perusahaan
Turut membangun kehidupan bermutu. (Better shelter for a better life).

2.3 Logo Perusahaan dan Produk

6
Gambar 2.1 Logo Perusahaan

Gambar 2.2 Logo Produk


Logo semen tiga roda tampil lebih futuristic dengan
sentuhan 3D (3 dimensi). Kehadiran logo 3D (3 dimensi) semen
Tiga Roda mencerminkan semangat Indocement untuk selalu
dinamis mengikuti perkembangan pasar. Konsep desain logo
Indocement ini memiliki makna tersendiri. Logo tiga lingkaran
mencerminkan kekuatan dan kedinamisan serta usaha keras untuk
menjadi yang terbaik dalam menjaga kualitas. Warna dapat
memberikan sejuta warna. Konsep desain perwarnaan yang
diusung menggunakan warna merah mencerminkan keberanian
serta usaha keras untuk menjadi yang terbaik dalam inovasi dan
kualitas. Sedangkan warna biru mencerminkan kepercayaan,
stabilitas, dan kemapanan perusahaan yang telah teruji melalui
pengalaman selama bertahun tahun.

7
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan

Gambar 2.3 Struktur Organisasi

2.5 Jenis-jenis Produk


2.5.1 Portland Composite Cement (PCC)

8
Gambar 2.4 Portland Composite Cement (PCC)

Portland Composite Cement dibuat untuk konstruksi umum seperti rumah,


bangunan tinggi, jembatan, jalan beton, beton precast dan beton stress. PCC
mempunyai kekuatan yang sama dengan Portland Cement Tipe I. PCC
mempunyai komposisi beda denganOPC yaitu pada jumlah pemakaian klinker
dan bahan aditifnya, untuk PCC menggunakan bahan aditif berupa limestone
aditif sebagai filler, gipsum, trass atau slag.
2.5.2 Ordinary Portland Cement (OPC)

Gambar 2.5.Ordinary Portland Cement (OPC)

Ordinary Portland Cement juga dikenal sebagai semen abu-abu, terdiri


dari lima tipe semen standar. Indocement memproduksi OPC Tipe I, II, dan V.
OPC Tipe I merupakan semen kualitas tinggi yang sesuai untuk berbagai
penggunaan, seperti konstruksi rumah, gedung tinggi, jembatan, dan jalan.OPC
Tipe II dan V memberikan perlindungan tambahan terhadap kandungan sulfat di
air dan tanah.

2.5.2 Oil Well Cement (OWC)

9
Gambar 2.6 Oil Well Cement (OWC)

OWC adalah tipe semen khusus untuk pengeboran minyak dan gas baik di
darat maupun lepas pantai.OWC dicampur menjadi suatu adukan semen kemudian
disuntikkan diantara pipa bor dan cetakan sumur bor dimana semen tersebut dapat
mengeras dan kemudian mengikat pipa pada cetakannya.OWC diproduksi dengan
standar mutu sesuai API (American Petroleum Institute).

2.5.3 Semen Putih

Gambar 2.7 Semen Putih

Semen putih digunakan untuk dekorasi eksterior dan interior


gedung.Indocement merupakan satu-satunya produsen semen putih di Indonesia.
Hal paling utama yang harus diperhatikan dalam pembuatan semen putih adalah
pencegahan terhadap ikut masuknya komponen Fe2O3.Hal ini karena pembakaran
Fe menyebabkan warna gelap sehingga merusak warna semen putih. Oleh karena
itu, dalam pembuatan semen putih, batu kapur yang digunakan harus dicuci
terlebih dulu sehingga kadarnya tidak mencapai 0,3 % serta menggunakan gas
sebagai bahan bakar di kiln agar tidak menghasilkan residu pembakaran.
2.5.4 Acian Putih TR30

10
Gambar 2.8 Acian Putih TR30

Acian Putih TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat. Komposisi
Acian Putih TR30 antara lain Semen Putih ”Tiga Roda”, kapur (Kalsium
Karbonat) dan bahan aditif khusus lainnya. Keuntungan menggunakan Acian
Putih TR30 adalah menghasilkan permukaan acian yang lebih halus, mengurangi
retak dan terkelupasnya permukaan karena mempunyai sifat plastis dengan daya
rekat tinggi, cepat dan mudah dalam pengerjaan, hemat dalam pemakaian bahan
serta dapat dipergunakan pada permukaan beton dengan menambahkan bonding
agent.
2.5.5 Semen Rajawali

Gambar 2.9. Semen Rajawali

Semen bertype PPC dengan merk Rajawali baik digunakan untuk


pasangan bata dan plesteran, acian, juga pengerjaan beton. Diproduksi dengan
teknologi ramah lingkungan. Sifat semen PPC Rajawali akan menghasilkan
pengerjaan yang tidak mudah retak.Saat ini baru ada di daerah Karawang,
Purwakarta, Sukabumi, Cianjur, Serang, Cilegon.

11
2.5.6 Beton Siap-Pakai

Gambar 2.10. Beton Siap-Pakai

Beton siap-pakai (ready-mix concrete/RMC) diproduksi dengan


mencampur OPC dengan bahan campuran yang tepat (pasir dan batu) serta air dan
kemudian dikirimkan ke tempat pelanggan menggunakan truk semen untuk
dicurahkan.

2.5.7 Agregat
Agregat digunakan dalam proses produksi RMC. Pengembangan baru
tambang agregat (batu andesit atau batu pecah-belah) di Rumpin dan Purwakarta,
Jawa Barat dengan total cadangan 80 juta ton andesit.

2.6 Sifat Kimia Semen


 Lime Saturated Factor (LSF)
batasan agar semen yang dihasilkan tidak tercampur dengan bahan-
bahan alami lainnya.
 Magnesium Oksida (MgO)
Pada umumnya standar semen membatasi kandungan MgO dalam
semen Portland, Karena MgO akan menimbulkan magnesia expansion
pada semen setelah jangka waktu lebih dari setahun, berdasarkan
persamaan reaksi :
Mgo + H2O Mg (OH)2
Reaksi tersebut diakibatkan MgO bereaksi dengan H2O menjadi
magnesium hidroksida yang memiliki volume yang lebih besar.
 SO3

12
Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur sifat setting
time (pengikat) dari mortar (sebagai reterder) dan juga untuk kuat tekan.
Karena jika pemberian reterder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian
pada sifat expansive dan dapat menurunkan tekan. Sebagai sumber utama
SO3 yang sering digunakan adalah gypsum.
 Hilang Pijar (Loss On Ignition)
Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk
mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran.
Kristal mineral-mineral tersebut pada umumnya dapat mengalami
metamorfosa dalam waktu beberapa tahun. Dimana metamorfosa tersebut
dapat menimbulkan kerusakan.
 Residu tak Larut
Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah tercampurnya semen dengan bahan-bahan
alami lainnya yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika mortar.
 Alkali (Na2O dan K2O)
Alkali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton
maupun pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat
reaktif terhadap alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang
reaktif terhadap alkali, maka kandungan alkali dalam semen tidak
menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena itu tidak semua standard
mensyaratkannya.
 Mineral Compound (C3S, C2S, C3A, C4AF)
Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya
mineral compound tersebut, karena pengukuran membutuhkan peralatan
mikroskopik yang baik. Mineral compound tersebut dapat diestimasi
melalui perhitungan dengan rumus. Tetapi ada standar yang mensyaratkan
mineral compound ini untuk jenis-jenis semen tertentu. Misalnya ASTM
untuk standar semen type IV dan type V . Salah satu mineral yang penting
adalah C3A, adanya kandungan C3A dalam semen pada dasarnya adalah
untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan beton. Tetapi karena

13
C3A bereaksi dengan sulfat, maka untuk pemakaian di daerah yang
mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi C3A dengan sulfat
menimbulkan korosi pada beton.
2.7 Sifat Fisika Semen
1. Waktu Pengikatan
Waktu pengikatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh pasta semen
dari mulaidi tambahkan air sampai didapatkan semen yang keras dan tidak
dapat di bentuk lagi.Periode waktu pengikatan ini dapat dibagi menjadi 4
yaitu dormant periode, initial set(pengikatan awal), final set (pengikatan
akhir), dan hardening (pengerasan).Campuran semen dengan air akan
membentuk adonan yang bersifat kenyal dandapat di bentuk (workable).
Untuk beberapa saat sifat pasta tidak dapat berubah.Periode ini dikenal
dengan periode tidak aktif (dormant periode). Pada tahap selanjutnya,
pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga mencapai tingkat
dimana pada tetap lunak, tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi. Periode
ini disebut inital set, sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkatan ini disebut initial setting time (waktu pengikatan awal).
Selanjutnya pasta menjadi semakin kakumenjadi semakin padatan yang
keras dan etas (rigid  ). Tahap ini disebut final set danwaktu yang di
butuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebutfinal setting time (waktu
pengikatan akhir). Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen
menjadisemakin keras dan kuat yang disebut dengan pengerasan atau
hardening.
 
2. Panas Hidrasi Semen
Panas Hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga
padasaat proses hidrasi berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas. Ya
ng paling pentingdalam pengontrolan panas hidrasi adalah pengontrolan
komposisi klinker, dimanayang potensial mengeluarkan panas hidrasi
tinggi pada saat proses hidrasi berlangsung adalah C3S dan C3A. Oleh
karena itu untuk menghasilkan semen dengan

14
panas hidrasi rendah diperlukan klinker dengan kandungan C3S dan C3A
yang rendah pula.
3. Kuat Tekan Semen
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen
penyusun, terutama oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan
awal (misalnya mencapai umur 28 hari), didominasikan oleh C3S yang
didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan kontribusi
terhadap kuat tekan pada umur yang lebih lama. Selain itu yang
mempengaruhi pengembangan kuat tekan adalah kehalusan semen
terhadap pengembangan kuat tekan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pengembangan kuat tekan semen berasal dari pengembangan kuat tekan
masing-masing komponen penyusun semen.
4. Soundness
Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang
mengeras untuk mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan
berakhir. Kestabilan volume ini dapat terganggu karena adanya CaO bebas
(free lime) dan MgO bebas (periclase) yang berlebihan (mengakibatkan
ekspansi).
5. Ketahanan Terhadap Sulfat (Durabily)
Salah satu hal penting dalam penggunaan semen dalam struktur
beton adalah ketahanan terhadap sulfat. Komponen penyusun semen yang
mempengaruhi terhadap ketahanan terhadap sulfat adalah C 3A. Pada saat
terjadi proses hidrasi semen, C3A akan bereaksi dengan sulfat dan air
membentuk ettringete. Ettringite ini memiliki volume komponen
penyusunnya sehinnga bila berlebihan mengakibatkan terjadinya ekspansi
yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur Benton. Dari uraian
diatas, maka semen yang tahan terhadap sulfat ( semen type V) kandungan
C3A-nya dibatasi maksimal 5%.
6. Shringkage (pengerutan)
Pengaruh komposisi kimia semen terhadap shringkage tidak
diketahui secara pasti. Gonnerman menemukan C3S dan C2S mempunyai

15
tingkat pengaaruh yang sama terhadap terjadinya peristiwa shrinkage,
sedangkan menurut Roper, naiknya kandungan C3A akan mengakibatkan
shrinkage menjadi lebih besar. Pengaruh C3A terhadap shrinkage ini
dipengaruhi oleh besarnya kadar gypsum dalam semen, dengan kata lain
semen yang memiliki kandungan C3A akan mengakibatkan shrinkage yang
berbeda bila kandungan gypsumnya berbeda.
2.8 Klarifikasi Semen
Bedasarkan dari perbedaan komposisi pada setiap type dan jenis semen yang
berbeda-beda, bedasarkan dari jenisnya dibagi menjadi 3 yaitu:

2.8.1 PCC (Portland Composite Cement)


Semen Portland Composite, merupakan bahan pengikat hidrolisis
hasil penggilingan bersama-sama terak semen portland dan gyps dengan
satu atau lebih bahan anorganik atau hasil pencampuran antara bubuk
semen portland dengan bubuk bahan anorganik lain. Bahan anorganik
tersebut antara lain Terak Tanur Tinggi (blast Furnace Slag), pozzolan,
senyawa silicat, batu kapur dengan kadar total bahan anorganik 6% – 35 %
dari massa semen portland composite.
Sifat-sifat yang dimiliki Semen PCC :
1. Mempunyai panas hindrasi rendah sampai sedang
2. Tahan terhadap serangan sulfat
3. Kekuatan tekan awal kurang, namun kekuatan akhir lebih tinggi
Ditinjau dari sifat yang dimiliki oleh Semen PCC maka semen
tersebut dapat digunakan sebagai alternatif atau pengganti semen portland
tipe II,IV atau V.
2.8.2 OPC (Ordinary Portland Cement)
Ordinary Portland Cement atau yang akan disebut semen portland
adalah semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menggiling terak
semen portland terutama yang terdiri atas kalsium silikat yang bersifat
hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambahan berupa satu

16
atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain.
2.8.3 PPC (Portland Pozzoland Cement)
suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen
antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan
menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau
mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan,
atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6
% sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan.

2.9 Analisis Semen


2.9.1. Uji Kuat Tekan Semen

Penentuan kuat tekan mortar semen portland mengacu kepada


ASTM C 109/109M-02, Standard Test Method for compressive strength of
hydraulic cement mortar. Metoda uji ini melingkupi penentuan kuat tekan
mortar semen hidrolis dengan menggunakan cetakan kubus berukuran sisi
50 mm.

2.9.2. Uji  Normal  Konsistensi (Setting Time)

       Metode uji ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat


kaku dari pasta semen atau untuk menetapkan semen tersebut memenuhi
batas spesifikasi cepat kaku atau tidak. Semen dengan pengikatan semu
yang sangat cepat biasanya memerlukan air sedikit lebih banyak untuk
menghasilkan konsistensi yang sama, yang dapat menghasilkan kuat tekan
sedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan
menyebabkan kesulitan dalam penanganan dan pengecoran beton yang
biasanya akan menyebabkan semen gagal memenuhi persyaratan waktu
pengikatan.
2.9.3 Uji Pengikatan Semu

17
Uji pengikatan semu pada dasarnya hampir sama prosedurnya
dengan normal konsistensi hanya saja yang membedakannya adalah
jumlah massa semen dan massa air yang akan digunakan dalam
pengadukan serta lamanya pengadukan berlangsung.

2.10 Uji Normal Konsentrasi ( Setting Time )


Metode uji ini untuk menentukan tingkat perkembangan cepat kaku
dari pasta semen atau untuk menetapkan semen tersebut memenuhi batas
spesifikasi cepat kaku atau tidak. Semen dengan pengikatan semu yang
sangat cepat biasanya memerlukan air sedikit lebih banyak untuk
menghasilkan konsistensi yang sama, yang dapat menghasilkan kuat tekan
sedikit lebih rendah dan memperbesar penyusutan. Pengikatan cepat akan
menyebabkan kesulitan dalam penanganan dan pengecoran beton yang
biasanya akan menyebabkan semen gagal memenuhi persyaratan waktu
pengikatan.
Mekanisme terjadinya setting dan hardening yaitu ketika terjadi
pencampuran dengan air, maka akan terjadi air dengan C3A membentuk
3CaO.Al2O3. 3H2O yang bersifat kaku dan berbentuk gel. Maka untuk
mengatur pengikatan perlu ditambahkan gypsum dan bereaksi dengan
3CaO.Al2O3. 3H2O, membentuk lapisan etteringete yang akan
membungkus permukaan senyawa tersebut. Namun karena ada peristiwa
osmosis lapisan etteringete akan pecah dan reaksi hidarsi C3A akan terjadi
lagi, namun akan segera terbentuk lapisan etteringete kembali yang akan
membungkus 3CaO.Al2O3. 3H2O kembali sampai gypsum habis. Proses ini
akhirnya menghasilkan perpanjangan setting time. Peristiwa diatas
mengakibatkan reaksi hidarsi tertahan, periode ini disebut
Dormant Periode yang terjadi selama 1-2 jam, dan selama itu pasta masih
dalam keadaan plastis dan mudah dibentuk, periode ini berakhir dengan
pecahnya coating dan reaksi hidrasi terjadi kembali dan initial set mulai
terjadi. Selama periode ini beberapa jam, reaksi dari 3CaO.SiO2 terjadi dan
menghasilkan C–S–H (3CaO.SiO2) semen dan akan mengisi rongga dan

18
membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap
berikutnya terjadi pengikatan konsentrasi C–S–H yang akan menghalangi
mobilitas partikel – partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku dan
final setting tercapai, lalu proses pengerasan mulai terjadi. (Julian Bagus
Hariawan: 2000).
Pada pencampuran adonan semen dengan air akan menimbulkan
terjadinya gejala kekakuan semen yang biasa dinyatakan dengan waktu
pengikatan (setting time) yaitu mulai terjadinya adonan sampai semen
mulai kaku.
Ada dua jenis setting time yaitu:
 Initial Setting Time (waktu pengikatan awal) yaitu waktu pengikatan
mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana
adonan sudah mulai tidak workable.
 Final Setting Time (waktu pengikatan akhir) yaitu waktu mulai adonan
terjadi sampai kekakuan penuh.
Hardening yaitu semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan.
Jadi setting dan hardening merupakan suatu rangkaian proses sejak
terjadinya adonan semen sampai semen tersebut mengeras dan
memberikan kekuatan.

19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu


Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di Coal Laboratory
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Citeureup – Bogor pada tanggal 1
Februari hingga 28 Februari 2018.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan antara lain Alat Viccat manual, jarum
penetrasi diameter 1mm, jarum penetrasi diameter 10mm, mixer siemens
TD200 Tonimix, neraca analitik BSA22A5, cincin kronik, spatula, Plat
kaca, curring, wadah sampel, botol aquadest dan alas karet.
3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan yaitu sampel semen jenis Semen A,


Semen B, Semen C, dan aquades.

3.3 Metode Analisis


3.3.1 Pembuatan Pasta
Menyalakan alat mixer / pengaduk, timbang sampel semen seberat
650 gram dengan ketelitian ± 0,5 gram dan siapkan aquades (mL). Jumlah
air yang dibutuhkan sesuai untuk skala vicat turun 9 – 11 mm, masukan air
kedalam mangkuk adukan setelah itu semen dimasukan kedalam mangkuk
adukan yang telah diisi dengan aquades, ditunggu 30 detik, jalankan mesin
adukan dengan kecepatan rendah ( 140 ± 5 rpm ) selama 30 detik, setelah
pengadukan, mesin dihentikan kemudian tunggu selama 15 detik, jalankan
mesin pengaduk kembali dengan kecepatan sedang (285 ± 10 rpm) selama
60 detik , hentikan mesin adukan.

3.3.2 Pencetakan Benda Uji

20
Pasta yang sudah jadi diambil segera, bentuk pasta seperti bola lalu
di lempar sebanyak enam kali dari tangan kanan ke tangan kiri dengan
jarak kurang lebih 15 cm, dilanjutkan pengisian pasta kedalam ujung yang
lebih besar dari cincin dengan sekali gerakan telapak tangan. Tepatkan
ujung yang lebih besar dari ring pada plat kaca dan iris kelebihan pasta
pada ujung yang lebih kecil pada bagian atas dari cincin dengan sekali
gerakan dari pisau segitiga tajam yang dipegang sedikit miring terhadap
permukaan atas cincin. Bila perlu haluskan bagian atas benda uji, dengan
satu atau dua sentuhan dengan ujung pisau pengaduk. Selama pemotongan
dan penghalusan jangan sampai pasta ditekan.

3.3.3 Penentuan Penetrasi Awal


Letakkan pasta dalam cincin ebonit pada pelat gelas, dibawah
batang , kira-kira 1/3 diameter dari tepi dari ujung peluncur , harus
bersentuhan dengan ruang pasta dan kencangkan sekrup. Kemudian atur
indikator tepatkan pada bagian tanda nol sebelah atas dari skala, dan
luncurkan batang tepat 20 detik setelah selesai pengadukan. Alat harus
bebas dari getaran selama pengujian. Apabila batang telah meluncur (32 ±
4) mm dibawah permukaan pasta dalam waktu 30 detik setelah
peluncuran, berarti pasta telah mencapai konsistensi yang tepat. Buat
percobaan pasta dengan variasi persentasi air hingga didapatkan
konsistensi yang tepat. Konsistensi ini adalah penetrasi awal. Selama
selang waktu 30 detik untuk penetapan penetrasi awal kembalikan
kelebihan pasta kedalam mangkuk dan kemudian tutup mangkuk dan
pengaduk.
3.3.4 Penentuan penetrasi Akhir
Setelah selesai pembacaan awal, angkat peluncur dari pasta,
bersihkan kemudian cincin serta pelat diatur kembali pada posisi yang
baru. Pengerjaan ini harus dilaksanakan dengan sedikit mungkin gangguan
pada pasta dalam cincin vicat. Kemudian peluncur disentuhkan pada
permukaan pasta, kencangkan sekrupnya dan atur indikator tepat pada

21
bagian atas skala. Lepaskan peluncur untuk keduakalinya lima menit
setelah selesai pengadukan dan catat penetrasi akhir 30 detik setelah
batang diluncurkan.

3.3.5 Penentuan Waktu Final

Waktu final ditentukan dari jarum penetrasi yang sudah


menunjukan angka nol(0) dan dimana pada saat penetrasi jarum penetrasi yang
berdiameter 1mm tidak berbekas pada pasta semen atau setidaknya setengah
lingkaran dan sudah tidak berbentuk lingkaran utuh.

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Setting Time


Normal Concentration (NC) merupakan kebutuhan air (aquadest)
campuran yang diperlukan untuk pembuatan pasta semen standar yang
dipengaruhi oleh kandungan aluminate dan kehalusan semen.
Perhitungan
% = A/B x 100
Keterangan :
% = Persen NC
A = air (gram)
B = semen (gram)
Semen A dan B adalah jenis semen yang pembuatannya
menggunakan bowl mill penggilingan dengan menggunakan suhu yang sangat
tinggi +- 1000℃, sedangkan semen C adalah jenis semen VRM atau proses
penggilingan dan pengeringan bahan baku dengan pengering udara panas yang
berasal dari suspention-preheater dengan menggunakan suhu 300-400 ℃
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan waktu ikat awal dan
waktu ikat akhir dari semen. Standar pengujian setting time adalah SNI-
036825-2002 tentang Metode pengujian waktu ikat menggunakan alat vicat.
Waktu ikat awal akan ditentukan dari grafik penetrasi waktu, yaitu dimana
penetrasi jarum vicat mencapai nilai 25 mm.
Waktu Pengikat atau yang disebut setting time adalah pengujian
yang dilakukan untuk mengetahui berapa lamanya waktu pengikatan pada
semen, yang harus dilakukan sebelum pengujian adalah pengujian konsentrasi
normal, pengujian ini dilakukan untuk mencari persentase air yang diperlukan
untuk pengujian waktu ikat. Persentase iti didapat dengan cara trail and error
sehingga jarum penetrasi yang berdiameter 10mm bias mencapai angka 10 ± 1
(9-10) mm, dari hasil percobaan dapat dilihat pada table dibawah ini.

23
Tabel 1. Hasil Analisis Setting Time
Hal-hal N Nama Semen(g) Air NC( Initial Final SO

yang o Sampel (g) %) (menit (meni 3


) t) (%
)
1 Semen A 650 170, 0,261 145 230 1,1
25 9 2
2 Semen A 650 171, 26,34 155 255 1,1
24 2
3 Semen A 650,3 165, 25,37 127,7 245 1,2
02 5
4 Semen A 650,05 165, 25,39 136,07 200 1,1
09 8
5 Semen B 650 165 25,38 144 220 1,1
3
6 Semen B 650 165, 25,39 150 210 1,1
07 3
7 Semen B 650 165 25,4 131,4 230 1,2
1
8 Semen B 650,2 165, 25,3 145 190 1,1
12 7
9 Semen B 652,24 165, 25,41 140,31 210 1,4
15 4
1 Semen C 650 175, 26,93 201 280 0,9
0 08 6
1 Semen C 650,11 175, 26,9 196,6 290 0,9
1 49 4
1 Semen C 650,45 175, 26,9 209,1 275 0,9
2 07 2
1 Semen C 650,23 175, 27 165,83 245 0,9
3 6 8
1 Semen C 650,2 174, 0,268 196,7 280 1,3
4 4 6
1 Semen C 650,41 175, 26,9 205,75 280 1,8
5 5 2
mempengaruhi setting time :

24
 Kandungan C3A, makin besar kandungan C3A akan
menghasilkansetting time yang pendek.
 Kandungan gypsum (SO3), makin besar kandungan gypsum (SO 3)
dalam semenmenghasilkan setting time yang makin panjang.
Gypsum (SO3) yang ditambahkan dalam semen adalah pencegahan
pengerasan.
4.1.1 Semen Jenis Semen A
No Nama Seme Air NC Initial Final SO3
Sampel n (g) (g) (%) (menit (menit) (%)
)
1 Semen A 650 170,25 26,19 145 230 1,12
2 Semen A 650 171,24 26,34 155 255 1,12
3 Semen A 650,3 165,02 25,37 127,7 245 1,25
4 Semen A 650,05 165,09 25,39 136,07 200 1,18
1,16
Rata-Rata 140,94 232,5
7
Tabel 2. Hasil Analisis Setting Time
Pada tabel diatas menunjukan hasil pengujian setting time pada
semen A, semen yang memiliki konsentrasi SO 3 yag tinggi pada semen jenis
ini memiliki waktu pengikat cepat namun memiliki waktu final yang
lama,karena penambahan gypsum (SO3) pada semen bertujuan untuk
mencegah pengerasan, selain itu juga dipengaruhi oleh Normal Consistensi
(NC) dimana bila lebih banyak air maka akan mempengaruhi dari nilai initial
dan nilai finalnya. Pada sempel semen A bisa dikatakan stabil, dengan rata-
rata Initial 140,94 menit dan konsentrasi SO3 1,167%. Dapat dilihat dari grafik
dibawah ini.

25
Semen A
40
11/02/202
35 0
30 12/02/202
0
Penetrasi (mm)

25 16/02/202
0
20
15
10
5
0
1 26 51 76 101 126 151 176 201 226 251
Waktu (Menit)

Gambar 4.1. Grafik Semen A


Pada grafik diatas bisa dilihat pada sampel semen jenis Semen A
pada pembuatan sampel tanggal 11 , 12, 16, dan 18 Februari 2020 memiliki
kemiripan pada initial, pada sampel semen tanggal 11 dengan konsentrasi SO3
sebesar 1,12% dan NC sebesar 26,19% didapatkan nilai initial 145 menit
dengan waktu final 230 menit, pada sampel semen tanggal 12 dengan
konsentrasi SO3 sebesar 1,12% dan NC sebesar 26,34% didapatkan nilai initial
155 menit dengan waktu final 255 menit, pada sampel semen tanggal 16
dengan konsentrasi SO3 sebesar 1,25 % dan nilai NC sebesar 25,37%
didapatkan nilai initial 127,7 menit dengan waktu final 245 menit, dan pada
sampel semen tanggal 18 dengan konsentrasi SO3 sebesar 1,18% dan NC
sebesar 25,39% didapatkan nilai initial 136,07 menit dengan waktu final 200
menit.

4.1.2 Semen Jenis Semen B

n nama sampel Semen air (g) NC Initial Final SO3


o (g) (%) (menit) (menit (%)
)
1 Semen B 650 165 25,3 144 220 1,13
2 Semen B 650 165,0 25,3 150 210 1,13

26
7
3 Semen B 650 165 25,4 131 230 1,21
Semen B 165,1
4 650,2 2 25,3 145 190 1,17
Semen B 165,1
5 652,24 5 25,4 140 210 1,44
Rata-rata 142 212 1,216
Table 2. Hasil Analisis Setting Time
Dari hasil analisis yang didapat pada tabel menujukan bahwa nilai
waktu ikat awal semen pada tanggal yang berbeda mengalami perbedaan yang
tidak signifikan, namun waktu final memiliki jarak yang lumayan jauh bisa kita
lihat pada tabel diatas menjukan waktu final yang paling cepat ialah ditanggal
17 Februari 2020 dengan selang waktu 190 menit, sedangkan waktu final yang
paling lama adalah ditanggal 16 Februari 2020 dengan waktu final 230 menit,
hal ini disebabkan adanya pengaruh dari penambahan gypsum (SO3) dengan
selisih diantara keduanya ialah 0.08%, hasil tabel diatas juga menujukkan
initial yang berbeda, pada tanggal 11 initial didapat ialah 144 menit dengan
konsentrasi SO3 1,13% , pada tanggal 12 initial yang didapatkan ialah 150
menit dengan konsentrasi 1,13%, pada tanggal 16 initial didapat ialah 131,4
menit dengan konsentrasi SO3 1,21%, pada tanggal 17 initial didapat ialah 145
menit dengan konsentrasi SO3 1,17%, pada tanggal 18 initial didapat ialah
140,31 menit dengan konsentrasi SO3 1,44%.
Namun bisa dikatakan bahwa pada produksi ditanggal tersebut
stabil dikarenakan nilai initial yang tidak berbeda jauh dan masih bisa
ditoleransikan, bisa dilihat dari grafik dibawah ini.

27
Semen B
40
11/02/2020
35
12/02/2020
30
16/02/2020
Penetrasi (mm)

25
17/02/2020
20
18/02/2020
15
10
5
0
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220
Waktu ( menit )

Gambar 4.2. Grafik Semen B


Pada kedua sampel semen A dan semen B merupakan semen
dengan jenis yang sama yaitu jenis PCC dimana pembuatan semen ini pada
saat penggilingan dan pengeringan menggunakan suhu yang sangat tinggi yaitu
kurang lebih 1000℃ yang mengakibatkan fungsi dari SO3 kurang berpengaruh
dimana SO3 sangat rentan terhadap suhu yang tinggi dimana  CaSO4.2H2O
menjadi CaSO4. 1/2H2O yang dapat mempengaruhi setting time dan waktu
finalnya.

4.1.3 Semen Jenis Semen C


n nama sampel Semen air (g) NC Initial Final SO3
o (g) (%) (menit) (menit (%)
)
175,0
1 Semen C 650 8 26,93 201 280 0,96
Semen C 175,4
2 650,11 9 26,9 196,6 290 0,94
3 Semen C 650,45 175,0 26,9 209,1 275 0,92

28
7
4 Semen C 650,2 174,4 26,8 196,7 280 1,36
5 Semen C 650,41 175,5 26,9 205,75 280 1,82
Rata-Rata 201,81 281 1,167
Table 3. Hasil Analisis Setting Times
Dari hasil analisis yang didapat pada tabel diatas, pada semen jenis
CM 14B PCC sangat dipengaruhi oleh konsentrasi SO 3 dimana bila konsentrasi
dari SO3 lebih tinggi mengakibatkan lamanya waktu initial maupun waktu
finalnya. Namun bisa dilihat dari tabel dimana nilai initial yang didapat tidak
terlalu jauh dimana masih dalam bats wajar dimana +- 17 menit.
Dari hasil atas tersebut nilai initial hanya berbeda +- 10 menit
dimana masih batas wajar, namun pada sampel jenis Semen C ini sedikit
berbeda karena konsentrasi SO3 berpengaruh dan juga karena penggunaan air
yang lebih banyak yang mempengaruhi nilai waktu final (pengikat akhir)nya.

CM 14 B PCC
40
35
30
Penetrasi (mm)

12/02/2020
25
16/02/2020
20 17/02/2020
15 19/02/2020
20/02/2020
10
5
0
100 125 150 175 200 225 250 275 300
Waktu (menit)

Gambar 4.2. Grafik CM 14B PCC


Pada semen C ini merupakan semen jenis VRM dimana pada
proses pembuatan semen ini menggunakan alat VRM ( Vertical Roller Mill )
dimana pada saat penggilingan dan juga pengeringan menggunakan suhu
yang tidak terlalu tinggi yaitu sekitar 300-400 ℃, dimana SO3 berpengaruh
pada waktu pengikat awal (Setting Time) dan waktu pengikat akhir (waktu
final) yang mengakibatkan lebih lamanya pengikatan dari pada sampel A dan
sampel B

29
BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

30
1. Hasil analisis Setting Time didapatkan nilai initial dengan rata-rata pada
140,94 menit pada semen jenis Semen A, 142,142 menit pada jenis sampel
Semen B, dan 140,9425 menit pada jenis sampel Semen C.
2. Hasil analisa Setting Time untuk menentukan waktu akhir dengan rata-rata
232,5 menit untuk Semen A, 212 menit untuk sampel jenis Semen B dan
232,5 menit untuk sampel jenis Semen B.
3. Berdasarkan perbandingan antara hasil analisis dengan metode Setting Time
bahwa SO3 bila terlalu tinggi konsentrasinya dapat mempengaruhi initialnya
dimana waktu initial dan waktu final dengan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan penggunaan kadar SO3 rendah.

5.2 Saran
1. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) seharusnya
dilaksanakan dalam waktu lebih dari 1 bulan agar praltik kerja dan ilmu
yang didapatkan dapat lebih terserap.

DAFTAR PUSTAKA

Elonka, S.M., 1982, Standard Boiler Room Question And Answers. McGraw-Hill,
Inc.All Right Reserved.

31
Permadi, Rendy, Pulungan, Linda. 2015. Analisis Batubara dalam Penentuan
Kualitas Batubara Untuk Bahan Baku Semen. Prosiding Teknik
Pertambangan. Vol 2, hal 79-86.

R. Ward, Colin., 1984, “Coal Geology and Coal Technology”. Blackwell


Scientific Publication.

Rudi Pringadi.1995. Teknologi Pembuatan Semen. PT. Semen Tonasa : Biringere


Sulawesi Selatan.

SNI 03-6827-2002, 2002, Metode pengujian waktu ikat awal semen portland dengan
menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil.

Speight, G. James., 2005, “Handbook of Coal Analysis”. Wiley-Interscience.


Volume 166.

LAMPIRAN

Lampiran 1
Sampel semen tanggal 11 Februari 2020

32
nama semen air (g) NC(%) waktu meni penetrasi initia fina
sampe (g) t l l
l
Seme 650 170,2 26,19 08:33 0 9 145 230
nA 5 % 09:03 30 40
09:33 60 40
10:03 90 40
10:18 105 39
10:33 120 39
10:48 135 38
11:03 150 24
11:08 155 11
11:13 160 8
11:18 165 3
11:28 170 1
11:33 175 1
11:38 180 0 ( Berbekas )
11:43 185 0 ( Berbekas )
11:48 190 0 ( Berbekas )
11:53 195 0 ( Berbekas )
11:58 200 0 ( Berbekas )
12:03 210 0 ( Berbekas )
12:08 220 0 ( Berbekas )
12:13 225 0 ( Berbekas )

Nama
Seme Air NC(% Meni Fina
Sampe Waktu Penetrasi Initial
n (g) (g) ) t l
l
Semen 650 165 25,38 08:53 0 9 144 220
B 09:53 60 40
10:23 90 40
10:53 120 38
11:03 135 33
11:18 150 10
11:28 160 1
11:33 165 1
11:38 170 0 Berbekas
11:43 170 0 Berbekas
11:48 175 0 Berbekas
11:53 180 0 Berbekas
0
12:03 185
Berbekas
12:08 190 0

33
Berbekas
0
12:38 220 Tidak
Berbekas

Sampel tanggal 12 Februari 2020

Nama Seme Air Wakt


NC(%) Menit Penetrasi Initial Final
Sampel n (g) (g) u
09:00 0 9
10:00 60 40
10:30 90 40
10:45 105 40
11:00 120 39
11:15 135 37
11:30 150 33
11:45 165 8
Semen
650 171 26,34 11:50 170 5 155 255
A
11:55 175 0 ( Berbekas )
12:00 180 0 ( Berbekas )
12:55 235 0 ( Berbekas )
13:00 240 0 ( Berbekas )
13:05 245 0 ( Berbekas )
13:10 250 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
13:15 255
Berbekas )

nama seme air NC( wakt men initi fin


penetrasi
sampel n (g) (g) %) u it al al
Seme 650 16 25,39 08.30 0 9 150 21
nB 5 09:00 30 40 0
10:00 90 37
10:15 105 37
10:30 120 35
10:45 135 34
11:00 150 25
11:05 160 6
11:10 165 4
0
11:15 170
( Berbekas )
11:20 175 0
( Berbekas )

34
0
11:25 180
( Berbekas )
0
11:30 185
( Berbekas )
0
11:35 190
( Berbekas )
0
11:40 195
( Berbekas )
0
11:45 200
( Berbekas )
0
11:50 205
( Berbekas )
0 ( Tidak
11:55 210
Berbekas )

nama seme air NC( wakt men initi fin


penetrasi
sampel n (g) (g) %) u it al al
09:20 0 9
10:20 60 40
10:50 90 40
11:05 105 40
11:20 120 40
11:35 135 40
11:50 150 40
12:05 165 38
12:55 215 15
13:00 220 11
Seme 17 28
650 26,93 13:05 225 4 201
nC 5 0
13:15 235 1
13:20 240 1
13:25 245 1
0
13:30 250
( Berbekas )
0
13:35 255
( Berbekas )
0
13:40 260
( Berbekas )
0 ( Tidak
13:45 265
Berbekas )

Sampel tanggal 16 Februari 2020

nama semen air NC(% initia fina


waktu menit penetrasi
sampel (g) (g) ) l l

35
08:30 0 10
09:30 60 40
10:00 90 40
10:30 120 40
10:45 135 39
11:00 150 39
11:15 165 37
11:30 180 37
11:45 195 27
11:55 205 15
Semen
650 175 26,9 12:00 210 0 ( Berbekas ) 197 290
C
12:30 240 0 ( Berbekas )
12:40 250 0 ( Berbekas )
12:45 255 0 ( Berbekas )
12:55 260 0 ( Berbekas )
13:00 265 0 ( Berbekas )
13:05 270 0 ( Berbekas )
13:10 275 0 ( Berbekas )
13:15 280 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
13:20 290
Berbekas )

nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
Seme 650 16 25,4 09:0 23
0 10 131
nB 5 0 0
10:0
60 40
0
10:3
90 40
0
10:4
105 40
5
11:0
120 38
0
11:1
135 21
5
11:2
140 12
0
11:2
145 3
5
11:3 150 1
0

36
11:3 0
160
5 ( Berbekas )
11:4 0
165
0 ( Berbekas )
11:4 0
170
5 ( Berbekas )
11:5 0
175
0 ( Berbekas )
11:5 0
180
5 ( Berbekas )
12:0 0
210
0 ( Berbekas )
12:3 0
220
0 ( Berbekas )
12:4 0
225
0 ( Berbekas )
12:4 0 ( Tidak
230
5 Berbekas )

nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
Seme 650 16 25,37 09:2 128 24
0 9
nA 5 0 5
10:2
60 40
0
10:5
90 40
0
11:0
105 39
5
11:2
120 39
0
11:2
125 35
5
11:4
130 17
0
11:4
135 7
5
11:5
140 3
0
11:5 0
145
5 ( Berbekas )
12:0 0
150
0 ( Berbekas )
12:3 0
180
0 ( Berbekas )
12:4 190 0
0 ( Berbekas )

37
12:4 0
195
5 ( Berbekas )
12:5 0
200
0 ( Berbekas )
12:5 0
205
5 ( Berbekas )
13:0 0
210
0 ( Berbekas )
13:0 0
215
5 ( Berbekas )
13:1 0
220
0 ( Berbekas )
13:3 0
240
0 ( Berbekas )
13:3 0 ( Tidak
245
5 Berbekas )

Sampel tanggal 17 Februari 2020

nama seme air wakt


NC(%) menit penetrasi initial final
sampel n (g) (g) u
08:50 0 9
09:50 60 40
10:20 90 40
10:50 120 40
11:05 135 39
11:30 160 39
Semen 11:45 175 39
650 175 26,9 209 275
C 11:55 185 35
13:00 250 6
13:05 255 0 ( Berbekas )
13:10 260 0 ( Berbekas )
13:20 270 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
13:25 275
Berbekas )

nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l

38
08:3
0 9
5
09:3
60 40
5
10:0
90 37
5
10:3
105 37
5
10:5
120 37
0
11:0
135 35
5
11:1
150 20
0
Seme 16 11:1 19
650 25,3 155 1 145
nB 5 5 0
11:2 0
160
0 ( Berbekas )
11:2 0
165
5 ( Berbekas )
11:3 0
170
0 ( Berbekas )
11:3 0
175
5 ( Berbekas )
11:4 0
180
0 ( Berbekas )
11:4 0
185
5 ( Berbekas )
11:5 0 ( Tidak
190
0 Berbekas )

Sampel tanggal 18 Februari 2020

nama semen air NC(% initia fina


waktu menit penetrasi
sampel (g) (g) ) l l
08:40 0 9
09:40 60 40
Semen 10:20 100 39
B 652 165 25,41 10:35 115 36 140 210
10:50 130 36
11:05 145 20
11:10 150 18

39
11:15 155 2
11:20 160 1
11:25 165 1
11:30 170 0 ( Berbekas )
11:35 175 0 ( Berbekas )
11:40 180 0 ( Berbekas )
11:45 185 0 ( Berbekas )
11:50 190 0 ( Berbekas )
11:55 195 0 ( Berbekas )
12:00 200 0 ( Berbekas )
12:05 205 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
12:10 210
Berbekas )

nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
08:5
0 9
5
09:5
60 40
5
10:2
90 40
5
10:4
105 40
0
10:5
120 38
5
11:1
135 28
0
11:1
Seme 16 5
140 14 20
650 25,39 136
nA 5
11:2
0
145 7
0
11:2
150 4
5
11:3
155 1
0
11:3
160 1
5
11:4 0
165
0 ( Berbekas )
11:4 0
170
5 ( Berbekas )
11:5 175 0

40
0 ( Berbekas )
11:5 0
180
5 ( Berbekas )
12:0 0
185
0 ( Berbekas )
12:0 0
190
5 ( Berbekas )
12:1 0
195
0 ( Berbekas )
12:1 0 ( Tidak
200
5 Berbekas )

nama semen air meni initia


NC(%) waktu penetrasi final
sampel (g) (g) t l
11:00 0 11
12:00 60 40
13:00 120 39
13:30 150 38
13:45 165 37
13:55 175 3
14:00 180 1
14:05 185 1
Semen
14:10 190 1
C 650
17
27 166 245
6 14:15 195 0 ( Berbekas )
14:20 200 0 ( Berbekas )
14:25 210 0 ( Berbekas )
14:30 215 0 ( Berbekas )
14:35 220 0 ( Berbekas )
14:40 230 0 ( Berbekas )
14:45 235 0 ( Berbekas )
14:50 240 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
14:55 245
Berbekas )

Sampel tanggal 19 Februari 2020

nama semen air initia


NC(%) waktu menit penetrasi final
sampel (g) (g) l
09:00 0 10
26,80 10:00 60 40
Semen 650 174 197 280
% 10:30 90 40
C
11:00 120 40
11:30 150 39

41
11:45 165 39
12:00 180 38
12:45 225 3
12:50 230 0 ( Berbekas )
13:15 255 0 ( Berbekas )
13:20 260 0 ( Berbekas )
13:25 265 0 ( Berbekas )
13:30 270 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
13:40 280
Berbekas )

Sampel tanggal 20 Februari 2020

nama semen air NC(% initia fina


waktu menit penetrasi
sampel (g) (g) ) l l
10:40 0 9
12:50 130 40
13:05 145 40
13:20 160 39
13:35 175 37
13:50 190 37
14:05 205 26
14:10 210 23
14:15 215 15
14:20 220 4
14:25 225 3
Semen
650 176 26,9 14:30 230 1 206 280
C
14:35 235 1
14:40 240 1
14:45 245 0 ( Berbekas )
14:50 250 0 ( Berbekas )
14:55 255 0 ( Berbekas )
15:00 260 0 ( Berbekas )
15:02 265 0 ( Berbekas )
15:10 270 0 ( Berbekas )
15:15 275 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
15:20 280
Berbekas )

42

Anda mungkin juga menyukai