Laporan PKL Pandu 1-Comment
Laporan PKL Pandu 1-Comment
Laporan PKL Pandu 1-Comment
Disusun oleh :
No Mhs : 17612103
YOGYAKARTA
2020
PENGARUH SO3 TERHADAP SETTING TIME PADA
SAMPEL SEMEN DI PT INDOCEMENT TUNGGAL
PRAKARSA Tbk
CITEUREUP-BOGOR
Disusun oleh :
PANDU PUTRA SATIONO
No. Mhs : 17612103
ii
Assalamualaikum, Wr Wb
Alhamdulillah, wassholaatu wassalamu’alaa rosulillahi, wa’alaa ‘aalihi
wasohbihi waman waalah.
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkah rahmat dan karunia-Nya
lah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul
“PENGARUH SO3 TERHADAP SETTING TIME PADA SAMPEL SEMEN DI
PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk CITEUREUP-BOGOR
”.Penyusunan Laporan Praktik Kerja Lapangan ini adalah salah satu syarat mata
kuliah praktik kerja lapangan (PKL) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Islam Indonesia dan laporan ini juga sebagai bukti penulis
telah melaksanakan dan menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk.
Laporan ini dibuat dan di selesaikan dengan adanya bantuan dari berbagai
pihak yang turut andil membantu penulis baik secara langsung maupun tidak
langsung, oleh karena itu saya selaku penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada :
1. Allah SWT karena berkatnya penulis diberi kemudahan untuk
menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu.
2. Orang tua serta keluarga (Ayah, Mamah, dan Adik) yang telah
membantu dan memberikan dukungannya dalam mengerjakan Laporan
Praktik Kerja Lapangan ini.
3. Bapak Prof. Riyanto, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
4. Bapak Dwiarso Rubiyanto M.Si, selaku Ketua Program Studi Kimia, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia.
5. Bapak Yulius Hadi Wijaya selaku Corp. People Development Dept.Head
PT.Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Citeureup-Bogor .
Ibu Ika Yanti, M.Sc., selaku pembimbing dari Universitas Islam Indonesia
yang telah memberikan motivasi, nasehat dan saran hingga laporan ini dapat
tersusun dengan baik.
iii
6. Bapak Resta Juliansyah, S.Si selaku pembimbing lapangan di PT Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
7. Seluruh karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, khususnya karyawan
di laboratory Physical yang telah membantu dan memberikan ilmu selama
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
8. Firman dan Galih selaku teman perjuangan di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa, Tbk.
9. Teman-teman kelompok Praktik Kerja Lapangan di PT. Indocement Tunggal
Prakarsa Tbk periode 3-28 Februari 2020 yang telah memberikan canda tawa
dan bantuan selama melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
iv
PENGARUH S03 TERHADAP SETTING TIME PADA SAMPEL SEMEN
DI PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk
CITEUREUP-BOGOR
Oleh:
Pandu Putra Sationo.
NIM 17612103
INTISARI
Analisis dilakukan untuk mengetahui nilai setting time pada setiap sampel semen
jenis A, B, dan C. Pengujian ini dilakuan bertujuan untuk mengetahui nilai Initial
dan nilai waktu final, pada pengujian ini melihat pengaruh dari Kosentrasi
gypsum (SO3) pada setiap sampel semen, dimana konsentrasi gypsum (SO3)
mempengaruhi lamanya waktu final, karena penambahan gypsum (SO 3) pada
semen adalah untuk pencegahan pengerasan pada semen. Dari hasil pengujian dan
dilakukan pengujian statistic didapat nilai rata-rata pada initial (waktu pengikat
awal) adalah 140,94 menit untuk sampel semen jenis A, 142,142 menit untuk
sampel semen jenis B, dan 201,81 menit untuk sampel semen jenis C. Pada
pengujian ini juga melihat nilai waktu final (penetrasi akhir) dengan nilai rata-rata
yaitu 232,5 menit untuk sampel semen jenis A, 212 menit untuk sampel semen
jenis B, dan 281 menit untuk sampel semen jenis C. Penelitian ini juga melihat
pengaruh konsentrasi gypsum (SO3) dimana jika konsentrasi gypsum (SO 3)
dimana bila konsentrasinya terlalu tinggi makan akan meyebabkan
lama/panjangnya waktu final.
v
DAFTAR ISI
vi
5.1 Kesimpulan ............................................................................................ 29
5.2 Saran ...................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 30
LAMPIRAN ...................................................................................................... 31
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Logo Perusahaan............................................................................ 6
Gambar 2.1 Logo Produk................................................................................... 8
Gambar 2.3 Struktur Organisasi……………………………………………….. 8
Gambar. 2.4 Portland Composite Cement (PCC)……………………………....8
Gambar 2.5 Ordinary Portland Cement (OPC)…………………………….... . 9
Gambar 2.6 Oil Well Cement (OWC)……………………………………........ 9
Gambar 2.7 Semen Putih…………………………………………………….... 10
Gambar 2.8 Acian TR30…………………………………………………….... 10
Gambar 2.9 Semen Rajawali…………………………………………………. . 11
Gambar 4.1. Grafik Semen A…….…………..……………………................ 25
Gambar 4.1. Grafik Semen B……..…………..……………………………… 26
Gambar 4.1. Grafik Semen C……..…………..……………………………… 27
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Setting Time ................................................................. 21
Tabel 2. Hasil Analisis Setting Time.................................................................. 22
Tabel 3. Hasil Analisis Setting Time.................................................................. 23
Tabel 4 Hasil Analisis Setting Time …….......................................................... 25
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1 Latar Belakang
Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan dengan
berkembangnya teknologi dan system produksi yang mendukung saat ini.
Meningkatnya kebutuhan masyarakat akan kebutuhan produk dari tahun ke
tahun juga merupakan salah satu pemicu percepatan tumbuhnya industri di
Indonesia. Salah satu jenis industri tersebut ialah industri manufaktur yang
bergerak disektor semen yang semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2016
kebutuhan akan konsumsi semen di Indonesia mengalami kenaikan secara terus
menerus, pada tahun 2014 sekitar 60.000 juta ton semen dan terus naik sampai
tahun 2016 yaitu mencapai 65.000 juta ton semen.
1
1.2 Tujuan
2. Mengetahui hasil Final ( waktu ikat akhir ) pada semen jenis Semen A,
Semen B, Semen C.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2. PT. Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE). Perusahaan ini memiliki 2
Plant, yaitu Plant 3 dan Plant 4 dengan kapasitas produksi masing-masing
plant sebesar 1.000.000 ton per tahun. Produk yang dihasilkan adalah
Ordinary Portland Cement (OPC) Tipe 1. Plant 3 mulai beroperasi pada
tanggal 26 Oktober 1978 sedangkan Plant 4 mulai beroperasi pada tanggal
17 November 1980. Peralatan yang digunakan dibuat oleh KHD Humboldt
Wedag AG, Jerman Barat.
3. PT. Perkasa Indah Indonesia Cement Enterprise (PIICE). Perusahaan ini
menjadi Plant 5 dengan kapasitas produksi sebesar 200.000 ton/tahun.
Produk yang dihasilkan adalah White Cement (WC) dan Oil Well Cement
(OWC). Plant 5 mulai beroperasi pada tanggal 16 Maret 1981. Peralatan
yang digunakan dibuat oleh Kawasaki Heavy Industries Lts, Jepang dan
Nihon Cement Co,Ltd.
4. PT. Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprice (PT. PAUICE).
Perusahaan ini menjad Plant 6 dan mulai beroperasi sejak September 1983.
Plant 6 mempuyai kapasitas produksi 1.500.000 ton per tahun. Peralatan
yang digunakan dibuat oleh KHD Humboldt Wedag AG, Jerman Barat.
5. PT. Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprice (PT. PIAICE)
beroperasi pada tanggal 16 Desember 1984. Perusahaan ini merupakan
Plant 7 dan memiliki kapasitas produksi sebesar 1.500.000 ton per tahun.
Peralatan yang digunakan dibuat oleh Polysus Heavy Industries, Perancis.
6. PT. Perkasa Abadi Mulia Indonesia (PT. PAMICE) menjadi PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. Plant 8 dengan kapasitas produksi 1.500.000
ton/tahun. Plant 8 beroperasi pada tanggal 16 Juli 1985. Peralatan yang
digunakan dibuat oleh Polysus Heavy Industries, Perancis. Tepat pada
tanggal 16 Januari 1985 enam perusahaan tersebut melakukan merger,
kemudian perusahaan ini resmi berbentuk badan hukum pada tanggal 17
Mei 1985 dengan nama PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Akta
Pendiriannya disahkan pada tanggal 15 Juni 1985 oleh Departemen
Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusan No. C2-
4
3641.HT.01.01.th.85 yang ditanda tangani oleh Menteri Kehakiman. Tujuan
dari merger ini adalah untuk merapikan biaya operasional perusahaan.
Berdasarkan peraturan pemerintah No 32, pada tanggal 25 Juni Pemerintah
Indonesia memutuskan untuk turut berperan serta dalam penyerahan modal pada
PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sebesar 35% dari total saham yang
berjumlah Rp 364.333.840,00 dan selebihnya dimiliki oleh pihak swasta.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. terus berusaha meningkatkan
kapasitas produksinya. Hal ini ditunjukkan dengan pembelian sebuah pabrik
semen yang dikelola oleh PT. Tridaya Manunggal Prakarsa Cement yang
berlokasi di Palimanan, Cirebon pada tanggal 27 November 1991. Kemudian
pabrik ini dijadikan plant 9 dan mulai beroperasi pada tahun 1997 dengan
kapasitas produksi sebesar 1.200.000 ton per tahun. Kemudian pada tahun 1997
tepat bersebelahan dengan plant 9 dibangun pabrik baru yaitu plant 10 yang
memiliki kapasitas produksi sama yaitu 1.200.000 ton per tahun. PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk. juga menjalin kerja sama dengan pihak asing untuk
mendirikan pabrik semen baru dengan kapasitas produksi 2.400.000 ton per tahun
yang berlokasi di Tarjun, Kalimantan Selatan dibawah PT. Indo Kodeco Cement
dengan sistem joint venture dimana 51% saham dimiliki oleh PT. Indocement
Tunggal Prakarsa, Tbk., 46% saham dimiliki oleh Korea Devt. Co., dan 3% saham
dimiliki oleh Marubeni Corp.
Berdasarkan RUPS Luar Biasa pada tanggal 20 Oktober 2000 diputuskan
bahwa anak perusahaan PT. Indo Kodeco Cement langsung berada dibawah
operasional PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. dan menjadi plant 12. Usaha
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. selanjutnya untuk meningkatkan
kapasitas produksinya adalah dengan adanya pembangunan plant 11 yang
berlokasi di Citeureup, Bogor pada tahun 1997 dengan kapasitas produksi
2.400.000 ton per tahun dan mulai beroperasi sejak maret 1999. Dengan
beroperasinya plant 11, maka PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Memiliki
jumlah total kapasitas produksi sebesar 15.420.000 ton per tahun. Hal ini
menjadikan PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk sebagai produsen semen
terbesar di Indonesia.
5
Pada tahun 2001, Kimmeridge Enterprice Pte, Ltd. sebagai anak perusahaan
Heidelberger Cement Group yang merupakan salah satu pemimpin pasar global
dalam bidang agregat dan produsen terkemuka di dunia yang berpusat di Jerman
Barat membeli saham perseroan milik Badan Penyehaan Perbankan Nasional
(BPPN) dan milik PT. Holkido Perkasa sehingga dengan demikian Kimmeridge
Enterprise Pte, Ltd. Menjadi pemegang saham pengendali perseroan dengan total
1.674133.233 saham atau setara dengan 45,48% dari modal yang dtempatkan di
perseroan. Dengan adanya permasalahan terebut, Perseroan bertekad untuk
memulihkan kembali kondisi keuangan yang normal seperti semula sebelum
terjadinya krisi keuangan di Asia. Dengan dukungan Heidelberger Cement Group,
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. Mampu memulihkan kondisi
keuangannya. Hal ini dibuktikan dengan total penjualan perseroan yang mencapai
lebih dari Rp 5.592.000.000. Pada tahun 2016 , tepatnya tanggal 20 Oktober 2016
diresmikannya pabrik semen plant 14 dengan kapasitas 4 juta ton/tahun yang
bertempat di Citeurep, Bogor , Jawa Barat.
6
Gambar 2.1 Logo Perusahaan
7
2.4 Struktur Organisasi Perusahaan
8
Gambar 2.4 Portland Composite Cement (PCC)
9
Gambar 2.6 Oil Well Cement (OWC)
OWC adalah tipe semen khusus untuk pengeboran minyak dan gas baik di
darat maupun lepas pantai.OWC dicampur menjadi suatu adukan semen kemudian
disuntikkan diantara pipa bor dan cetakan sumur bor dimana semen tersebut dapat
mengeras dan kemudian mengikat pipa pada cetakannya.OWC diproduksi dengan
standar mutu sesuai API (American Petroleum Institute).
10
Gambar 2.8 Acian Putih TR30
Acian Putih TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat. Komposisi
Acian Putih TR30 antara lain Semen Putih ”Tiga Roda”, kapur (Kalsium
Karbonat) dan bahan aditif khusus lainnya. Keuntungan menggunakan Acian
Putih TR30 adalah menghasilkan permukaan acian yang lebih halus, mengurangi
retak dan terkelupasnya permukaan karena mempunyai sifat plastis dengan daya
rekat tinggi, cepat dan mudah dalam pengerjaan, hemat dalam pemakaian bahan
serta dapat dipergunakan pada permukaan beton dengan menambahkan bonding
agent.
2.5.5 Semen Rajawali
11
2.5.6 Beton Siap-Pakai
2.5.7 Agregat
Agregat digunakan dalam proses produksi RMC. Pengembangan baru
tambang agregat (batu andesit atau batu pecah-belah) di Rumpin dan Purwakarta,
Jawa Barat dengan total cadangan 80 juta ton andesit.
12
Kandungan SO3 dalam semen adalah untuk mengatur sifat setting
time (pengikat) dari mortar (sebagai reterder) dan juga untuk kuat tekan.
Karena jika pemberian reterder terlalu banyak akan menimbulkan kerugian
pada sifat expansive dan dapat menurunkan tekan. Sebagai sumber utama
SO3 yang sering digunakan adalah gypsum.
Hilang Pijar (Loss On Ignition)
Persyaratan hilang pijar dicantumkan dalam standard adalah untuk
mencegah adanya mineral-mineral yang dapat diurai dalam pemijaran.
Kristal mineral-mineral tersebut pada umumnya dapat mengalami
metamorfosa dalam waktu beberapa tahun. Dimana metamorfosa tersebut
dapat menimbulkan kerusakan.
Residu tak Larut
Bagian tak larut dibatasi dalam standard semen. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah tercampurnya semen dengan bahan-bahan
alami lainnya yang tidak dapat dibatasi dari persyaratan fisika mortar.
Alkali (Na2O dan K2O)
Alkali pada semen akan menimbulkan keretakan pada beton
maupun pada mortar, apabila dipakai agregat yang mengandung silkat
reaktif terhadap alkali. Apabila agregatnya tidak mengandung silikat yang
reaktif terhadap alkali, maka kandungan alkali dalam semen tidak
menimbulkan kerugian apapun. Oleh karena itu tidak semua standard
mensyaratkannya.
Mineral Compound (C3S, C2S, C3A, C4AF)
Pada umumnya standard yang ada tidak membatasi besarnya
mineral compound tersebut, karena pengukuran membutuhkan peralatan
mikroskopik yang baik. Mineral compound tersebut dapat diestimasi
melalui perhitungan dengan rumus. Tetapi ada standar yang mensyaratkan
mineral compound ini untuk jenis-jenis semen tertentu. Misalnya ASTM
untuk standar semen type IV dan type V . Salah satu mineral yang penting
adalah C3A, adanya kandungan C3A dalam semen pada dasarnya adalah
untuk mengontrol sifat plastisitas adonan semen dan beton. Tetapi karena
13
C3A bereaksi dengan sulfat, maka untuk pemakaian di daerah yang
mengandung sulfat dibatasi. Karena reaksi C3A dengan sulfat
menimbulkan korosi pada beton.
2.7 Sifat Fisika Semen
1. Waktu Pengikatan
Waktu pengikatan adalah waktu yang dibutuhkan oleh pasta semen
dari mulaidi tambahkan air sampai didapatkan semen yang keras dan tidak
dapat di bentuk lagi.Periode waktu pengikatan ini dapat dibagi menjadi 4
yaitu dormant periode, initial set(pengikatan awal), final set (pengikatan
akhir), dan hardening (pengerasan).Campuran semen dengan air akan
membentuk adonan yang bersifat kenyal dandapat di bentuk (workable).
Untuk beberapa saat sifat pasta tidak dapat berubah.Periode ini dikenal
dengan periode tidak aktif (dormant periode). Pada tahap selanjutnya,
pasta yang terbentuk menjadi semakin kaku hingga mencapai tingkat
dimana pada tetap lunak, tetapi sudah tidak dapat dibentuk lagi. Periode
ini disebut inital set, sedang waktu yang dibutuhkan untuk mencapai
tingkatan ini disebut initial setting time (waktu pengikatan awal).
Selanjutnya pasta menjadi semakin kakumenjadi semakin padatan yang
keras dan etas (rigid ). Tahap ini disebut final set danwaktu yang di
butuhkan untuk mencapai tingkatan ini disebutfinal setting time (waktu
pengikatan akhir). Proses ini berlanjut terus hingga pasta semen
menjadisemakin keras dan kuat yang disebut dengan pengerasan atau
hardening.
2. Panas Hidrasi Semen
Panas Hidrasi dari komponen semen bersifat eksotermis, sehingga
padasaat proses hidrasi berlangsung, akan melepaskan sejumlah panas. Ya
ng paling pentingdalam pengontrolan panas hidrasi adalah pengontrolan
komposisi klinker, dimanayang potensial mengeluarkan panas hidrasi
tinggi pada saat proses hidrasi berlangsung adalah C3S dan C3A. Oleh
karena itu untuk menghasilkan semen dengan
14
panas hidrasi rendah diperlukan klinker dengan kandungan C3S dan C3A
yang rendah pula.
3. Kuat Tekan Semen
Kuat tekan semen salah satunya ditentukan oleh komponen
penyusun, terutama oleh kalsium silikat. Pada pengembangan kuat tekan
awal (misalnya mencapai umur 28 hari), didominasikan oleh C3S yang
didukung oleh C3A. Untuk C2S dan C4AF akan memberikan kontribusi
terhadap kuat tekan pada umur yang lebih lama. Selain itu yang
mempengaruhi pengembangan kuat tekan adalah kehalusan semen
terhadap pengembangan kuat tekan. Secara umum dapat dikatakan bahwa
pengembangan kuat tekan semen berasal dari pengembangan kuat tekan
masing-masing komponen penyusun semen.
4. Soundness
Soundness didefinisikan sebagai kemampuan pasta semen yang
mengeras untuk mempertahankan volumenya setelah proses pengikatan
berakhir. Kestabilan volume ini dapat terganggu karena adanya CaO bebas
(free lime) dan MgO bebas (periclase) yang berlebihan (mengakibatkan
ekspansi).
5. Ketahanan Terhadap Sulfat (Durabily)
Salah satu hal penting dalam penggunaan semen dalam struktur
beton adalah ketahanan terhadap sulfat. Komponen penyusun semen yang
mempengaruhi terhadap ketahanan terhadap sulfat adalah C 3A. Pada saat
terjadi proses hidrasi semen, C3A akan bereaksi dengan sulfat dan air
membentuk ettringete. Ettringite ini memiliki volume komponen
penyusunnya sehinnga bila berlebihan mengakibatkan terjadinya ekspansi
yang dapat menyebabkan kerusakan pada struktur Benton. Dari uraian
diatas, maka semen yang tahan terhadap sulfat ( semen type V) kandungan
C3A-nya dibatasi maksimal 5%.
6. Shringkage (pengerutan)
Pengaruh komposisi kimia semen terhadap shringkage tidak
diketahui secara pasti. Gonnerman menemukan C3S dan C2S mempunyai
15
tingkat pengaaruh yang sama terhadap terjadinya peristiwa shrinkage,
sedangkan menurut Roper, naiknya kandungan C3A akan mengakibatkan
shrinkage menjadi lebih besar. Pengaruh C3A terhadap shrinkage ini
dipengaruhi oleh besarnya kadar gypsum dalam semen, dengan kata lain
semen yang memiliki kandungan C3A akan mengakibatkan shrinkage yang
berbeda bila kandungan gypsumnya berbeda.
2.8 Klarifikasi Semen
Bedasarkan dari perbedaan komposisi pada setiap type dan jenis semen yang
berbeda-beda, bedasarkan dari jenisnya dibagi menjadi 3 yaitu:
16
atau lebih bentuk kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah
dengan bahan tambahan lain.
2.8.3 PPC (Portland Pozzoland Cement)
suatu semen hidrolis yang terdiri dari campuran yang homogen
antara semen portland dengan pozolan halus, yang di produksi dengan
menggiling klinker semen portland dan pozolan bersama-sama, atau
mencampur secara merata bubuk semen portland dengan bubuk pozolan,
atau gabungan antara menggiling dan mencampur, dimana kadar pozolan 6
% sampai dengan 40 % massa semen portland pozolan.
17
Uji pengikatan semu pada dasarnya hampir sama prosedurnya
dengan normal konsistensi hanya saja yang membedakannya adalah
jumlah massa semen dan massa air yang akan digunakan dalam
pengadukan serta lamanya pengadukan berlangsung.
18
membentuk titik-titik kontak yang menghasilkan kekakuan. Pada tahap
berikutnya terjadi pengikatan konsentrasi C–S–H yang akan menghalangi
mobilitas partikel – partikel semen yang akhirnya pasta menjadi kaku dan
final setting tercapai, lalu proses pengerasan mulai terjadi. (Julian Bagus
Hariawan: 2000).
Pada pencampuran adonan semen dengan air akan menimbulkan
terjadinya gejala kekakuan semen yang biasa dinyatakan dengan waktu
pengikatan (setting time) yaitu mulai terjadinya adonan sampai semen
mulai kaku.
Ada dua jenis setting time yaitu:
Initial Setting Time (waktu pengikatan awal) yaitu waktu pengikatan
mulai adonan terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana
adonan sudah mulai tidak workable.
Final Setting Time (waktu pengikatan akhir) yaitu waktu mulai adonan
terjadi sampai kekakuan penuh.
Hardening yaitu semen mulai mengeras dan memberikan kekuatan.
Jadi setting dan hardening merupakan suatu rangkaian proses sejak
terjadinya adonan semen sampai semen tersebut mengeras dan
memberikan kekuatan.
19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
20
Pasta yang sudah jadi diambil segera, bentuk pasta seperti bola lalu
di lempar sebanyak enam kali dari tangan kanan ke tangan kiri dengan
jarak kurang lebih 15 cm, dilanjutkan pengisian pasta kedalam ujung yang
lebih besar dari cincin dengan sekali gerakan telapak tangan. Tepatkan
ujung yang lebih besar dari ring pada plat kaca dan iris kelebihan pasta
pada ujung yang lebih kecil pada bagian atas dari cincin dengan sekali
gerakan dari pisau segitiga tajam yang dipegang sedikit miring terhadap
permukaan atas cincin. Bila perlu haluskan bagian atas benda uji, dengan
satu atau dua sentuhan dengan ujung pisau pengaduk. Selama pemotongan
dan penghalusan jangan sampai pasta ditekan.
21
bagian atas skala. Lepaskan peluncur untuk keduakalinya lima menit
setelah selesai pengadukan dan catat penetrasi akhir 30 detik setelah
batang diluncurkan.
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
23
Tabel 1. Hasil Analisis Setting Time
Hal-hal N Nama Semen(g) Air NC( Initial Final SO
24
Kandungan C3A, makin besar kandungan C3A akan
menghasilkansetting time yang pendek.
Kandungan gypsum (SO3), makin besar kandungan gypsum (SO 3)
dalam semenmenghasilkan setting time yang makin panjang.
Gypsum (SO3) yang ditambahkan dalam semen adalah pencegahan
pengerasan.
4.1.1 Semen Jenis Semen A
No Nama Seme Air NC Initial Final SO3
Sampel n (g) (g) (%) (menit (menit) (%)
)
1 Semen A 650 170,25 26,19 145 230 1,12
2 Semen A 650 171,24 26,34 155 255 1,12
3 Semen A 650,3 165,02 25,37 127,7 245 1,25
4 Semen A 650,05 165,09 25,39 136,07 200 1,18
1,16
Rata-Rata 140,94 232,5
7
Tabel 2. Hasil Analisis Setting Time
Pada tabel diatas menunjukan hasil pengujian setting time pada
semen A, semen yang memiliki konsentrasi SO 3 yag tinggi pada semen jenis
ini memiliki waktu pengikat cepat namun memiliki waktu final yang
lama,karena penambahan gypsum (SO3) pada semen bertujuan untuk
mencegah pengerasan, selain itu juga dipengaruhi oleh Normal Consistensi
(NC) dimana bila lebih banyak air maka akan mempengaruhi dari nilai initial
dan nilai finalnya. Pada sempel semen A bisa dikatakan stabil, dengan rata-
rata Initial 140,94 menit dan konsentrasi SO3 1,167%. Dapat dilihat dari grafik
dibawah ini.
25
Semen A
40
11/02/202
35 0
30 12/02/202
0
Penetrasi (mm)
25 16/02/202
0
20
15
10
5
0
1 26 51 76 101 126 151 176 201 226 251
Waktu (Menit)
26
7
3 Semen B 650 165 25,4 131 230 1,21
Semen B 165,1
4 650,2 2 25,3 145 190 1,17
Semen B 165,1
5 652,24 5 25,4 140 210 1,44
Rata-rata 142 212 1,216
Table 2. Hasil Analisis Setting Time
Dari hasil analisis yang didapat pada tabel menujukan bahwa nilai
waktu ikat awal semen pada tanggal yang berbeda mengalami perbedaan yang
tidak signifikan, namun waktu final memiliki jarak yang lumayan jauh bisa kita
lihat pada tabel diatas menjukan waktu final yang paling cepat ialah ditanggal
17 Februari 2020 dengan selang waktu 190 menit, sedangkan waktu final yang
paling lama adalah ditanggal 16 Februari 2020 dengan waktu final 230 menit,
hal ini disebabkan adanya pengaruh dari penambahan gypsum (SO3) dengan
selisih diantara keduanya ialah 0.08%, hasil tabel diatas juga menujukkan
initial yang berbeda, pada tanggal 11 initial didapat ialah 144 menit dengan
konsentrasi SO3 1,13% , pada tanggal 12 initial yang didapatkan ialah 150
menit dengan konsentrasi 1,13%, pada tanggal 16 initial didapat ialah 131,4
menit dengan konsentrasi SO3 1,21%, pada tanggal 17 initial didapat ialah 145
menit dengan konsentrasi SO3 1,17%, pada tanggal 18 initial didapat ialah
140,31 menit dengan konsentrasi SO3 1,44%.
Namun bisa dikatakan bahwa pada produksi ditanggal tersebut
stabil dikarenakan nilai initial yang tidak berbeda jauh dan masih bisa
ditoleransikan, bisa dilihat dari grafik dibawah ini.
27
Semen B
40
11/02/2020
35
12/02/2020
30
16/02/2020
Penetrasi (mm)
25
17/02/2020
20
18/02/2020
15
10
5
0
40 60 80 100 120 140 160 180 200 220
Waktu ( menit )
28
7
4 Semen C 650,2 174,4 26,8 196,7 280 1,36
5 Semen C 650,41 175,5 26,9 205,75 280 1,82
Rata-Rata 201,81 281 1,167
Table 3. Hasil Analisis Setting Times
Dari hasil analisis yang didapat pada tabel diatas, pada semen jenis
CM 14B PCC sangat dipengaruhi oleh konsentrasi SO 3 dimana bila konsentrasi
dari SO3 lebih tinggi mengakibatkan lamanya waktu initial maupun waktu
finalnya. Namun bisa dilihat dari tabel dimana nilai initial yang didapat tidak
terlalu jauh dimana masih dalam bats wajar dimana +- 17 menit.
Dari hasil atas tersebut nilai initial hanya berbeda +- 10 menit
dimana masih batas wajar, namun pada sampel jenis Semen C ini sedikit
berbeda karena konsentrasi SO3 berpengaruh dan juga karena penggunaan air
yang lebih banyak yang mempengaruhi nilai waktu final (pengikat akhir)nya.
CM 14 B PCC
40
35
30
Penetrasi (mm)
12/02/2020
25
16/02/2020
20 17/02/2020
15 19/02/2020
20/02/2020
10
5
0
100 125 150 175 200 225 250 275 300
Waktu (menit)
29
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
30
1. Hasil analisis Setting Time didapatkan nilai initial dengan rata-rata pada
140,94 menit pada semen jenis Semen A, 142,142 menit pada jenis sampel
Semen B, dan 140,9425 menit pada jenis sampel Semen C.
2. Hasil analisa Setting Time untuk menentukan waktu akhir dengan rata-rata
232,5 menit untuk Semen A, 212 menit untuk sampel jenis Semen B dan
232,5 menit untuk sampel jenis Semen B.
3. Berdasarkan perbandingan antara hasil analisis dengan metode Setting Time
bahwa SO3 bila terlalu tinggi konsentrasinya dapat mempengaruhi initialnya
dimana waktu initial dan waktu final dengan waktu yang lebih lama
dibandingkan dengan penggunaan kadar SO3 rendah.
5.2 Saran
1. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) seharusnya
dilaksanakan dalam waktu lebih dari 1 bulan agar praltik kerja dan ilmu
yang didapatkan dapat lebih terserap.
DAFTAR PUSTAKA
Elonka, S.M., 1982, Standard Boiler Room Question And Answers. McGraw-Hill,
Inc.All Right Reserved.
31
Permadi, Rendy, Pulungan, Linda. 2015. Analisis Batubara dalam Penentuan
Kualitas Batubara Untuk Bahan Baku Semen. Prosiding Teknik
Pertambangan. Vol 2, hal 79-86.
SNI 03-6827-2002, 2002, Metode pengujian waktu ikat awal semen portland dengan
menggunakan alat vicat untuk pekerjaan sipil.
LAMPIRAN
Lampiran 1
Sampel semen tanggal 11 Februari 2020
32
nama semen air (g) NC(%) waktu meni penetrasi initia fina
sampe (g) t l l
l
Seme 650 170,2 26,19 08:33 0 9 145 230
nA 5 % 09:03 30 40
09:33 60 40
10:03 90 40
10:18 105 39
10:33 120 39
10:48 135 38
11:03 150 24
11:08 155 11
11:13 160 8
11:18 165 3
11:28 170 1
11:33 175 1
11:38 180 0 ( Berbekas )
11:43 185 0 ( Berbekas )
11:48 190 0 ( Berbekas )
11:53 195 0 ( Berbekas )
11:58 200 0 ( Berbekas )
12:03 210 0 ( Berbekas )
12:08 220 0 ( Berbekas )
12:13 225 0 ( Berbekas )
Nama
Seme Air NC(% Meni Fina
Sampe Waktu Penetrasi Initial
n (g) (g) ) t l
l
Semen 650 165 25,38 08:53 0 9 144 220
B 09:53 60 40
10:23 90 40
10:53 120 38
11:03 135 33
11:18 150 10
11:28 160 1
11:33 165 1
11:38 170 0 Berbekas
11:43 170 0 Berbekas
11:48 175 0 Berbekas
11:53 180 0 Berbekas
0
12:03 185
Berbekas
12:08 190 0
33
Berbekas
0
12:38 220 Tidak
Berbekas
34
0
11:25 180
( Berbekas )
0
11:30 185
( Berbekas )
0
11:35 190
( Berbekas )
0
11:40 195
( Berbekas )
0
11:45 200
( Berbekas )
0
11:50 205
( Berbekas )
0 ( Tidak
11:55 210
Berbekas )
35
08:30 0 10
09:30 60 40
10:00 90 40
10:30 120 40
10:45 135 39
11:00 150 39
11:15 165 37
11:30 180 37
11:45 195 27
11:55 205 15
Semen
650 175 26,9 12:00 210 0 ( Berbekas ) 197 290
C
12:30 240 0 ( Berbekas )
12:40 250 0 ( Berbekas )
12:45 255 0 ( Berbekas )
12:55 260 0 ( Berbekas )
13:00 265 0 ( Berbekas )
13:05 270 0 ( Berbekas )
13:10 275 0 ( Berbekas )
13:15 280 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
13:20 290
Berbekas )
nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
Seme 650 16 25,4 09:0 23
0 10 131
nB 5 0 0
10:0
60 40
0
10:3
90 40
0
10:4
105 40
5
11:0
120 38
0
11:1
135 21
5
11:2
140 12
0
11:2
145 3
5
11:3 150 1
0
36
11:3 0
160
5 ( Berbekas )
11:4 0
165
0 ( Berbekas )
11:4 0
170
5 ( Berbekas )
11:5 0
175
0 ( Berbekas )
11:5 0
180
5 ( Berbekas )
12:0 0
210
0 ( Berbekas )
12:3 0
220
0 ( Berbekas )
12:4 0
225
0 ( Berbekas )
12:4 0 ( Tidak
230
5 Berbekas )
nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
Seme 650 16 25,37 09:2 128 24
0 9
nA 5 0 5
10:2
60 40
0
10:5
90 40
0
11:0
105 39
5
11:2
120 39
0
11:2
125 35
5
11:4
130 17
0
11:4
135 7
5
11:5
140 3
0
11:5 0
145
5 ( Berbekas )
12:0 0
150
0 ( Berbekas )
12:3 0
180
0 ( Berbekas )
12:4 190 0
0 ( Berbekas )
37
12:4 0
195
5 ( Berbekas )
12:5 0
200
0 ( Berbekas )
12:5 0
205
5 ( Berbekas )
13:0 0
210
0 ( Berbekas )
13:0 0
215
5 ( Berbekas )
13:1 0
220
0 ( Berbekas )
13:3 0
240
0 ( Berbekas )
13:3 0 ( Tidak
245
5 Berbekas )
nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
38
08:3
0 9
5
09:3
60 40
5
10:0
90 37
5
10:3
105 37
5
10:5
120 37
0
11:0
135 35
5
11:1
150 20
0
Seme 16 11:1 19
650 25,3 155 1 145
nB 5 5 0
11:2 0
160
0 ( Berbekas )
11:2 0
165
5 ( Berbekas )
11:3 0
170
0 ( Berbekas )
11:3 0
175
5 ( Berbekas )
11:4 0
180
0 ( Berbekas )
11:4 0
185
5 ( Berbekas )
11:5 0 ( Tidak
190
0 Berbekas )
39
11:15 155 2
11:20 160 1
11:25 165 1
11:30 170 0 ( Berbekas )
11:35 175 0 ( Berbekas )
11:40 180 0 ( Berbekas )
11:45 185 0 ( Berbekas )
11:50 190 0 ( Berbekas )
11:55 195 0 ( Berbekas )
12:00 200 0 ( Berbekas )
12:05 205 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
12:10 210
Berbekas )
nama
seme air NC( wakt men initi fin
sampe penetrasi
n (g) (g) %) u it al al
l
08:5
0 9
5
09:5
60 40
5
10:2
90 40
5
10:4
105 40
0
10:5
120 38
5
11:1
135 28
0
11:1
Seme 16 5
140 14 20
650 25,39 136
nA 5
11:2
0
145 7
0
11:2
150 4
5
11:3
155 1
0
11:3
160 1
5
11:4 0
165
0 ( Berbekas )
11:4 0
170
5 ( Berbekas )
11:5 175 0
40
0 ( Berbekas )
11:5 0
180
5 ( Berbekas )
12:0 0
185
0 ( Berbekas )
12:0 0
190
5 ( Berbekas )
12:1 0
195
0 ( Berbekas )
12:1 0 ( Tidak
200
5 Berbekas )
41
11:45 165 39
12:00 180 38
12:45 225 3
12:50 230 0 ( Berbekas )
13:15 255 0 ( Berbekas )
13:20 260 0 ( Berbekas )
13:25 265 0 ( Berbekas )
13:30 270 0 ( Berbekas )
0 ( Tidak
13:40 280
Berbekas )
42