Skripsi Melki-1
Skripsi Melki-1
Skripsi Melki-1
SKRIPSI
MELKHI AMAT
1740201084
SKRIPSI
MELKHI AMAT
17.402010.84
Skripsi
Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
Pada
Universitas Borneo Tarakan
ii
PERNYATAAN ORISINALISTAS
Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Akhir Skripsi dengan judul
“Pengaruh Waktu Pemangkasan Terhadap Produktivitas Tanaman Ubi Jalar
((Ipomea batatas, L) di Kota Tarakan“ adalah karya saya dengan arahan dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinngi
manapun. Sumber dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan oleh penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Laporan Akhir Skripsi ini.
Penulisan ini ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.
Melkhi Amat
iii
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 17.402010.84
Jurusan : Agroteknologi
Disetujui Oleh :
Pembimbing
NIDN : 1114027001
NIP : 197812162012121002
iv
HALAMAN PENGESAHAN
NPM : 17.402010.84
Jurusan : Agroteknologi
Penguji I
Penguji II
Nurjannah, S.Si.,M.Sc
NIDN : 0008078702
Penguji III
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur Saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
beribu nikmat ataupun karunia-Nya yang telah diberikan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian serta penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh
Waktu Pemangkasan Terhadap Produktivitas Tanaman Ubi Jalar ((Ipomea
batatas, L) di Kota Tarakan” sebagai syarat untuk menyelesaikan program sarjana
(S1) pada progran sarjana Fakultas Pertanian jurusan Agroteknologi Universitas
Borneo Tarakan. Penulis menyadari bahwa proses penulisan ini telah banyak
memperoleh banyak bimbingan, pengarahan, dan motivasi dari berbagai pihak
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis dengan penuh
kerendahan dan ketulusan hati mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas Kasih dan Karunia-Nya yang diberikan kepada
penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
2. Kedua orang Tua saya yaitu Bapak Amat Mukadam dan Ibu Mutia Kayang
yang telah memberikan dukungan baik moral dan doa yang tiada henti-
hentinya kepada penulis.
3. Bapak Dr. Amarullah, SP., M.P selaku dosen pembimbing skripsi yang sabar
telah membimbing dan menberikan pengarahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik.
4. Dosen penguji Saya yaitu Bapak Sudirman Sirait,STP.,M.Si , Ibu
Nurjannah,S.Si.,M.Sc, dan Bapak Saat Egra, S.Hut., M.Sc yang bersedia
memberikan masukan kepada penulis.
5. Bapak/Ibu dosen Fakutas Pertanian yang telah memberikan ilmu dan
pengetahuan serta pengalaman yang sangat berguna dan bermanfaat selama
masa perkuliahan.
6. Teman-teman Saya Maria Anita Soge, S.P , Samuel Sawat, S. P, Nurhayati ,
Nisa’ul Jamalia, Antonius ama L, Juliansyah, Albiwin Kasmin dan Sunitra,
S.P yang selalu memberikan semangat, bantuan, dan masukan kepada
penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini serta teman-teman
seperjuangan lokal A1 dan lokal A2 Agroteknologi angatan Tahun 2017.
vi
7. Teman-teman Tongkrongan yaitu Gundari, S.Pd yang sudah memberikan
motivasi dan dukungan kepada penulis serta selalu menguatkan dan
memberikan semangat kepada penulis.
Penulis berharap dengan adanya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang pertanian.
Melkhi Amat
vii
DAFTAR ISI
viii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR LAMPIRAN
v
I. PENDAHULUAN
Produksi ubi jalar Indonesia pada tahun 2018 yaitu 1.806.389 ton umbi
basah. Produksi ubi jalar mengalami penurunan sebesar 5,63% jika dibandingkan
dengan produksi tahun 2017 yang mencapai 1.914.244 ton. Selain produksi ubi
jalar yang menurun, luas panen juga mengalami penurunan. Luas panen ubi jalar
Indonesia pada tahun 2018 yaitu 90.707 ha, mengalami penurunan sebesar
14,61% jika dibandingkan dengan luas panen pada tahun 2017, yaitu mencapai
106.266 ha (Kementerian Pertanian Republik Indonesia, 2019). Penurunan luas
panen tersebut dapat menjadi penyebab menurunnya produksi ubi jalar.
Sedangkan menurut data dari BPS Kalimantan Utara pada tahun 2012 tidak
ditemukannya komoditi ubi jalar di Kota Tarakan, kemungkinan yang terjadi
adalah kurang optimalnya upaya budidaya tanaman ubi jalar sehingga berdasarkan
hal tersebut perlu ada upaya untuk melakukan proses budidaya dari ubi jalar di
Kota Tarakan.
1
dalam Pratama, 2019 h. 2). Pemangkasan ditujukan pada daun pucuk dengan
sasaran asimilat akan dapat lebih teralokasikan pada organ penyimpan, yaitu biji
yang pada akhirnya akan dapat berpengaruh pada hasil akhir tanaman sehingga
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ubi jalar.
Oleh karena itu berdasarkan latar belakang tersebut, dalam penelitian ini
maka di perlukan penelitian tentang pengaruh yang terjadi pada hasil tanaman ubi
jalar jika diberikan perlakuan pemangkasan dalam waktu tertentu dapat
meningkatkan produtivitas dan bobot segar pada tanaman ubi jalar.
2. Mengetahui waktu pemangkasan yang terbaik terhadap bobot segar ubi jalar
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
Di Indonesia terdapat sekitar 1000 jenis ubi jalar, 200 jenis diantaranya di
Kawasan Lembah Baliem, Irian Jaya. Salah satu jenis ubi jalar yang paling
populer adalah ubi jalar asal Desa Cilembu di Kecamatan Tanjungsari, antara
Bandung dan Sumedang. Nama lain ubi jalar dalam bahasa sunda adalah huwi.
Ubi jalar yang tenar ini sebenarnya berasal dari Desa Cilembu, Kecamatan
Pemuliha, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lahannya yang gembur dan subur
sangat cocok dengan tanaman yang menjalar ini. Selain itu lahan ini berada di
daerah pegunungan yang berhawa dingin dan menyejukkan (Suriawiria, 2001).
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi Angiospermae
:Kelas Dycotyledonae
Ordo Dicotyledoneae
Family Convolvulaceae
Genus Ipomoea
Species Ipomoea batatas (L).Lam
Gambar 1 : Ubi Jalar
Sumber : Melkhi Amat
Tahun 2021.
Menurut (Juanda & Cahyono, 2000 dalam Tiffani, 2019 h. 4).Tanaman ubi
jalar secara morfologi terdiri atas akar, batang, daun, bunga dan Buah. Adapun
morfologi tanaman tersebut sebagai berikut :
Akar pada tanaman ini dibedakan atas dua jenis yang pertama adalah akar
penyerap hara yang berfungsi untuk menyerap unsur hara yang berada di dalam
tanah, akar lumbung yang berfungsi sebagai tempat menyimpan makanan yang
3
nantinya akan menjadi umbi. Pertumbuhan akar menjadi umbi terjadi pada umur 4
hingga 8 minggu setelah tanam.
Batang ubi jalar berbentuk bulat dan berwarna hijau, kuning, ungu ataupun
kombinasi dari ketiga warna tersebut. pada batang yang masih muda sering
dujumpai bulu halus pada batang, dan akan rontok seiring bertambahnya umur
tanaman. Batang yang tumbuh dipengaruhi oleh kesuburan tanah, suhu dan
ketersediaan air. Artinya jika aspek tersebut dapat dipenuhi secara optimal (tidak
kekurangan dan kelebihan) maka batang akan memiliki diameter yang
proporsional, akan tetapi hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik
dari tanaman tersebut (Juanda & Cahyono, 2000 dalam Tiffani, 2019 h. 4).
Daun berbentuk bulat sampai lonjong dengan tepi rata atau berlekuk
dangkal sampai berlekuk dalam, pada bagian ujung daun meruncing. Helai daun
berukuran lebar, menyatu mirip bentuk jantung, serta ada pula yang bersifat
menjari. Daun biasanya berwarna hijau tua atau hijau kekuning-kuningan.
Bunga pada tanaman ubi jalar akan mekar pada pagi hari dan segera layu
dalam hitungan jam. Dalam proses penyerbukan tanaman ini dibantu oleh
serangga. Dalam kapsul bunga terdapat satu hingga empat biji, jika biji matang
akan ditandai dengan warna hitam , berbentuk pipih dan keras.
Buah pada ubi jalar berkotak tiga yang terbentuk setelah terjadi
penyerbukan. Satu bulan setelah terjadi penyerbukan buah ubi jalar sudah masak,
didalam buah terdapat biji yang sangat ringan. Buah ubi jalar berbentuk kapsul
yang mengandung 1-3 biji.Biji berbentuk pipih, bertekstur keras, dan berwarna
hitam.Sangking kerasnya kulit biji sehingga diperlukan pengausan untuk
membantu proses perkecambahan.Biji buah memiliki kulit yang keras yang akan
digunakan untuk perbanyakan tanaman secara generatif untuk menghasilkan klon
ubi jalar yang baru (Juanda & Cahyono, 2000 dalam Tiffani, 2019 h. 4).
2.3.1 Iklim
Ubi jalar adalah tanaman tropis dan subtropis yang dapat beradaptasi
dengan daerah beriklim lebih memberikan suhu rata-rata tidak turun di bawah 20
°C dan suhu minimum tinggal di atas 15 °C. Temperatur untuk budidaya ubi jalar
4
antara 15 hingga 33 °C diperlukan selama siklus vegetatif, dengan suhu optimal
yang antara 20 hingga 25 °C. Temperatur rendah pada malam mendukung
pembentukan umbi-umbian, dan temperatur tinggi pada siang hari mendukung
perkembangan vegetatif, perkembangan umbi-umbian hanya terjadi dalam kisaran
suhu 20 hingga 30 °C, optimum 25 °C dan umumnya berhenti dibawah 10 °C. Ubi
jalar adalah tanaman hari pendek, yang memerlukan cahaya untuk pembangunan
maksimum. Temperatur dan fluktuasi suhu bersama-sama dengan hari-hari
pendek mendukung pertumbuhan umbi-umbian dan membatasi pertumbuhan
dedaunan (Deputi Menegristek, 2008 h. 9).
Tanaman ubi jalar tidak tahan terhadap genangan air, tanah yang becek
atau berdrainase buruk dan akan mengakibatkan tanaman tumbuh kerdil, daun
menguning dan umbi membusuk. Tanaman ubi jalar dapat tumbuh pada keasaman
tanah (pH) 4,5-7,5, tetapi yang optimal untuk pertumbuhan umbi pada pH 5,5-7.
Sewaktu muda tanaman membutuhkan kelembaban tanah yang cukup (Sarwono,
2005 h. 81).
5
2.4 Pemangkasan
6
tunas-tunas lateral akan bermunculan sehingga percabangan menjadi merapat dan
lebat (Widodo & Sumarsih, 2007 h. 55).
7
2.5 Kerangka Pemikiran
8
2.6 Hipotesis
Diduga pengaruh dari pemangkasan dengan waktu tertentu dapat
meningkatkan produktivitas dari ubi jalar (Ipomea batatas, L.)
9
III. METODOLOGI PENELITIAN
10
diperlukan untuk menghindari terjadinya kompetisi. Jika tanaman yang telah
ditanam dalam waktu 1 MST tidak tumbuh, dilakukan penyulaman.
6. Pemangkasan dilakukan sesuai dengan perlakuan yang diberikan.
Pemotongan bagian tunas pada batang tanaman ubi jalar
7. Panen, dilakukan pada saat ubi jalar berumur 24 MST. Panen dilakukan
dengan cara mencangkul guludan dan mengangkat batang tanaman hingga
tercabut dari tanah. Tanaman dibersihkan dari tanah yang menempel,
kemudian umbi dipotong dari pangkal batang tanaman.
11
3.6 Analisis Data
12
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 F Hitung
13
Pada tabel 2. menunjukkan hasil uji BNT dari perlakuan terhadap
parameter Panjang Umbi. Data menunjukkan bahwa perlakuan tanpa
pemangkasan (P0) Berbeda nyata dengan perlakuan Pemangkasan 30 Hst (P1),
selanjutnya panjang umbi pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata dengan
perlakuan Pemangkasan 45 Hst (P2), akan tetapi panjang umbi pada perlakuan P1
dan P2 berbeda nyata dengan panjang umbi pada perlakuan Pemangkasan 60 Hst
(P3).
4.1.3 Jumlah Umbi
Hasil pengamatan Jumlah Umbi tanaman Ubi Jalar, diuji lanjut dengan Uji
BNT , disajikan pada Tabel 3
Tabel 3. Uji BNT Jumlah Umbi
Perlakuan K1 K2 K3 K4 K5 K6 Grand Total
P0 3,00 2,25 3,00 1,50 2,50 1,50 2,292 ab
P1 2,75 2,25 1,75 1,75 2,25 2,00 2,125 a
P2 2,00 3,50 3,40 3,00 2,25 2,75 2,817 b
P3 3,00 2,25 2,50 3,00 2,75 2,50 2,667 ab
Grand Total 2,69 2,56 2,66 2,31 2,44 2,19 2,48
Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa jumlah umbi pada perlakuan
pemangkasan 30 Hst (P1) tidak berbeda nyata dengan jumlah umbi pada
perlakuan Kontrol. Selanjutnya Jumlah umbi pada perlakuan P1 berbeda nyata
dengan jumlah umbi pada perlakuan Pemangkasan 45 hst (P2), dan P2 tidak
berbeda nyata dengan perlakuan pemangkasan 60 hst (P3) pada parameter Jumlah
Umbi.
Hasil pengukuran Diameter Buah pada tanaman Ubi Jalar diuji lanjut
dengan Uji BNT, disajikan pada Tabel 4
Tabel 4. Uji BNT Diameter Buah
Perlakuan K1 K2 K3 K4 K5 K6 Grand Total
P0 15,29 11,28 12,29 13,52 12,53 14,30 13,20 a
P1 13,60 13,45 15,09 14,03 13,75 16,10 14,34 ab
P2 13,79 15,81 16,28 12,81 16,03 15,55 15,05 bc
P3 18,31 15,78 15,54 15,04 15,15 16,90 16,12 c
Grand Total 15,25 14,08 14,80 13,85 14,37 15,71 14,68
14
Pada Tabel 4. menunjukkan bahwa Diameter buah pada perlakuan kontrol
(P0) tidak berbeda nyata dengan diameter buah pada perlakuan pemangkasan 30
Hst (P1), Selanjutnya diameter buah pada perlakuan P1 tidak berbeda nyata
dengan diameter buah pada perlakuan Pemangkasan 45 Hst (P2), dan perlakuan
P2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan Pemangkasan 60 Hst (P3). Akan tetapi
perlakuan P3 berbeda nyata dengan kontrol (P0) dan (P1).
Hasil data parameter Bobot Segar Buah pada tanaman Ubi Jalar diuji
lanjut dengan menggunakan Uji BNT, yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Uji BNT Bobot Segar Buah
Perlakua Grand
K1 K2 K3 K4 K5 K6
n Total
P0 130,50 120,30 150,60 130,50 170,25 140,60 140,46 a
P1 140,50 130,20 150,35 135,25 126,90 155,75 139,83 a
P2 160,80 140,70 160,80 140,80 130,30 145,80 146,53 a
P3 260,50 230,90 130,90 266,00 208,35 243,40 223,34 b
Grand
173,08 155,53 148,16 168,14 158,95 171,39 162,54
Total
Pada Tabel 5. menunjukkan bahwa Bobot Segar pada perlakuan Kontrol
tidak berbeda nyata dengan bobot segar pada perlakuan Pemangkasan 30 Hst (P1)
dan Pemangkasan 45 Hst (P2). Akan tetapi Bobot segar buah pada ketiga
perlakuan tersebut (P0,P1,P2) berbeda nyata dengan bobot buah segar perlakuan
pemangkasan 60 Hst (P3).
4.2 Pembahasan
15
pada perlakuan P2 yaitu Pemangkasan 45 Hst. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor
diluar daripada perlakuan, misalnya seperti faktor curah hujan maupun faktor
genangan air yang dapat menghambat pembentukan buah.
Waktu pemangkasan yang dilakukan pada penelitian ini pada 60 HST (P3)
menunjukkan hasil yang berbeda nyata dengan perlakuan kontrol (tanpa
Pemangkasan). Perlakuan ini menjadi yang terbaik pada penelitian ini. Dengan
melakukan pemangkasan Pada fase vegetatif, terjadi akumulasi pati di bagian akar
yang akhirnya berpengaruh pada pembentukan umbi (Arifin, 2020 h. 4).
Pemangkasan yang interval waktu masih tergolong dini akan menghasilkan
generatif yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan kontrol. hal inilah yang
menjadi alasan mengapa pemangkasan pada usia 30 Hst dan 45 Hst tidak terlihat
16
baik dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan perlakuan pemangkasan 60
Hst.
17
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :
1. Perlakuan Pemangkasan 60 HST (P3) menjadi perlakuan yang paling baik
dalam meningkatkan produktivitas tanaman ubi jalar, dengan memiliki
bobot segar mencapai 223,34 gram dengan diameter mencapai 16,12 cm
dan panjang mencapai 16,58 cm.
2. Pemangkasan yang dilakukan pada usia 45 HST dan 30 HST tidak
memberikan perbedaan yang nyata terhadap perlakuan tanpa
pemangkasan.
5.2 Saran
Perlu ada penelitian lebih lanjut dalam menganalisis kombinasi antara
pemangkasan dengan faktor lain seperti jenis tanah yang dikombinasikan dengan
kondisi curah hujan dalam menentukan tingkat keberhasilan pemangkasan pada
produktivitas tanaman ubi Jalar.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ariga, M. (2018). Respon Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomea batatas, L.)
Terhadap Pembalikan Batang dan Pemangkasan.
BPS. (2019). Badan Pusat Statistik Kalimantan Utara. Kalimantan Utara: BPS.
Deputi Menegistek. 2008. Ubi Jalar / Ketela Rambat (Ipomoea batatas). Kantor
Deputi Menegestik Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Corp. http://warintek.ristek.go.id [02
Maret 2015].
Fadhly, A. F. 2009.Teknologi Peningkatan Indeks Pertanaman Jagung. Prosiding
Seminar Nasional Serealia. Balai Penelitian Tanaman Serealia.
Maros.Hal. 246-251
Pratama, D. (2019). Pengaruh Dosis Pupuk Nitrogen dan Pupuk Kalium Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Ubi Jalar (Ipomea batatas, L). Skripsi.
19
Produksi Beberapa Genotipe Ubi Jalar (Ipomea batatas L.) . Skripsi.
Widodo, Y., & Rahayuningsih, S. A. (2009). Teknologi Budidaya Praktis Ubi
Jalar Mendukung Ketahanan Pangan dan Usaha Agroindustri. Buletin
Palawija, 21-32.
Widodo, W dan S. Sumarsih. 2007. Pemangkasan Pohon Buah-Buahan. Penebar
Swadaya. Jakarta. 103 hal.
20
LAMPIRAN
P2 P1 P3 P1
P0 P3 P1 P0
P1 P0 P2 P3
P3 P2 P0 P2
21
Lampiran 3 Tabel Anova Panjang Umbi
EFFECT SS DF MS F ProbF
Blocks 9,65708333 5 1,93141667 0,93423951
PERLAKUAN 85,7451333 3 28,5817111 13,8251701 0,00013629
Residual 31,0105167 15 2,06736778
Total 126,412733 23 5,4962058
BNT (0,05) = 1,76
22