Terapi Cairan
Terapi Cairan
Terapi Cairan
FAKULTAS KEDOKTERAN
REFARAT
TERAPI CAIRAN
OLEH :
Baso Suriadi
PEMBIMBING
BAGIAN ANESTESIOLOGY
FAKULTAS KEDOKTERAN
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik stase RS Ibnu Sina pada bagian
Pembimbing
PENDAHULUAN
Tubuh manusia terdiri dari berbagai macam komponen yang saling Berhubungan.
Cairan merupakan salah satu komponen penting dalam tubuh manusia. Hampir 60 % dari
komposisi tubuh manusia merupakan cairan yang berupa larutan ion dan zat lainnya.Jumlah
cairan tubuh total pada masing-masing individu dapat bervariasi berdasarkan umur, berat
badan, maupun jenis kelamin. Cairan dan elektrolit tersebut memiliki komponen utama
yang berbeda dan fungsinya masing-masing sebagai struktur penting yang membentuk dan
menunjang tubuh manusia, sehingga dapat berfungsi dengan baik melalui mekanisme
Cairan dalam tubuh manusia dibagi menjadi cairan intraseluler dan cairan
ekstraseluler. Kedua cairan tersebut dipisahkan oleh membran sel yang sangat permeabel
terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap sebagian besar elektrolit. Komponen cairan
ekstraseluler terdiri dari ion natrium, klorida dan bikarbonat yang jumlahnya banyak serta
ditambah berbagai zat gizi untuk sel, seperti oksigen, glukosa, asam lemak, dan asam amino.
Komponen penting dari cairan ekstraseluler adalah cairan interstisial, yang jumlahnya
mencapai tiga perempat dari keseluruhan cairan ekstraselular, dan seperempat lainnya
magnesium dan fosfat dibandingkan dengan ion natrium dan klorida yang banyak
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat terjadi pada
keadaan diare, muntah-muntah, sindrom malabsorbsi, ekskresi keringat yang berlebih pada
kulit, pengeluaran cairan yang tidak disadari (insesible water loss) secara berlebihan oleh
keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Dalam keadaan tersebut, pasien perlu
diberikan terapi cairan agar volume cairan tubuh yang hilang dapat digantikan dengan
segera.3
Pemberian metode terapi cairan dengan tujuan perbaikan dan perawatan stabilitas
tergantung pada jenis dan komposisi elektrolit dari cairan yang hilang dari tubuh. Jumlah
kasus kesalahan terapi cairan jarang dilaporkan, namun diketahui satu diantara lima pasien
dengan pemberian terapi cairan dan elektrolit intravena menderita komplikasi atau
morbiditas karena pemberian terapi cairan yang tidak tepat. 4 Mengetahui pentingnya
pemberian terapi cairan dan pertimbangan lainnya terhadap pasien membuat penulis
ISI
Tubuh manusia tersusun sebagian besar oleh cairan. Hampir 60% berat badan orang
dewasa terdiri dari cairan. Jumlah cairan tubuh total pada masingmasing individu dapat
bervariasi menurut umur, berat badan, jenis kelamin serta jumlah lemak tubuh. Air
menyusun sekitar 60 persen dari total berat tubuh pada laki laki dewasa. Untuk tubuh
wanita dewasa mengandung cairan sekitar 50 persen dari total berat badannya. Hal ini
disebabkan karena jumlah jaringan adiposa yang relatif lebih banyak pada wanita
dibandingkan dengan pria. Pada bayi, 75 persen komposisi tubuhnya terdiri dari cairan
persentase total cairan tubuh terhadap berat badan akan semakin menurun. Hal ini
Cairan tubuh terdistribusi antara dua kompartemen cairan utama yang dipisahkan
oleh membran sel, yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler
dibagi menjadi intravaskular atau plasma dan kompartemen interstitial. Selain itu ada pula
kompartemen kecil yang juga disebut sebagai cairan transeluler. Bagian tersebut terdiri
dari cairan dalam rongga sinovial, peritoneum, perikardium serta cairan serebrospinal.
1. Cairan intraseluler
Cairan mengandung sejumlah besar ion kalium dan fosfat ditambah ion
magnesium dan sulfat dalam jumlah sedang, yang mana semua ion ini memiliki
konsentrasi yang rendah di cairan ekstraseluler. Sel ini juga mengandung sejumlah
2. Cairan ekstraseluler
yang jumlahnya banyak serta ditambah berbagai zat gizi untuk nsel, seperti oksigen,
glukosa, asam lemak, dan asam amino. Komponen penting dari cairan ekstraseluler
adalah cairan interstisial, yang jumlahnya mencapai tiga perempat dari keseluruhan
Makanan dan minuman yang masuk ke dalam tubuh dengan cara oral dapat menjadi
asupan cairan dan elektrolit dalam keadaan normal. Total air tubuh juga dipengaruhi oleh
proses metabolisme yang berlangsung. Normalnya, keluaran cairan tubuh dapat terjadi
melalui urin, insensibel water loss, dan juga melalui saluran cerna. Sedangkan dari keadaan
patologis seperti muntah, diare, trauma, ataupun perdarahan aktif, merupakan beberapa
cara yang menyebabkan tubuh dapat kehilangan cairan. Kebutuhan cairan setiap harinya
4
Tabel 2.2 Kebutuhan Cairan per Hari
total cairan masuk dan cairan keluar. Balans cairan sebaiknya tidak melebihi dari 200-400 ml
per harinya. Insensibel water loss yang termasuk ke dalam cairan keluar, dihitung dengan
perkiraan 15 ml/kgBB/hari. Kehilangan akibat peningkatan suhu tubuh dihitung kurang lebih
ekstraselular, baik pada komponen interstisial maupun intravaskular harus bekerja sesuai
kontrol fisiologis normal agar fungsi seluler dan organ dapat berlangsung dengan efektif.
Terjadinya proses homeostatis tubuh dalam menyesuaikan keseimbangan antara cairan dan
elektrolit dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti penyakit, cedera ataupun respons stres.
Respon terhadap stres yang terjadi adalah mempertahankan air dan natrium dengan cara
meningkatkan pelepasan hormon anti-diuretik (ADH), katekolamin dan aktivasi sistem renin
cairan intravaskular dan aktivasi sistem RAAS berkelanjutan. Aktivasi RAAS juga dapat
menurunkan kadar potasium, yang akan mengganggu ekskresi dari natrium. Selain itu,
pasien yang sakit mungkin mengalami peningkatan kehilangan cairan akibat demam,
muntah atau diare ditambah dengan penurunan asupan oral dikarenakan mual. Pemberian
cairan intravena merupakan tindakan yang dibutuhkan bagi pasien. Harus diingat bahwa
tujuan pemberian cairan intravena adalah memulihkan kondisi patologis yang terjadi dan
mengembalikan pasien dalam keseimbangan cairan dan elektrolit normal. Bagi praktisi
kesehatan, banyak rekomendasi maupun guideline yang ada untuk memudahkan dalam
pengambilan keputusan dalam pemberian terapi intravena. UK National Institute for Health
and Care Excellence (NICE) merekomendasikan untuk menilai 5 R yang terdiri dari :
1. Resuscitation (Resusitasi)
2. Replacement (Penggantian)
Terapi cairan merupakan pilihan terapi yang dapat keberhasilan penanganan pasien
keseimbangan cairan dan elektrolit yang adekuat pada pasien yang tidak mampu
yang menguntungkan bagi kondisi pasien. Dalam penerapan bantuan hidup lanjut, langkah
penting yang dapat dilakukan secara simultan bersama langkah lainnya merupakan drug
and fluid treatment. Pada pasien yang mengalami kehilangan cairan yang banyak seperti
dehidrasi karena muntah, mencret dan syok, langkah tersebut dapat menyelamatkan
pasien.2
Cairan intravena dibagi menjadi dua, yaitu cairan kristaloid dan koloid.
1. Cairan Kristaloid
natrium yang sama dengan konsentrasi total tubuh normal (70 mmol / L), sedangkan
cairan kristaloid pengganti memiliki kandungan natrium pada konsentrasi yang mirip
dengan plasma normal (kira-kira 140 mmol/L). Kristaloid tidak mengandung partikel
onkotik, dengan waktu paruh kristaloid di intravaskular berkisar antara 20-30 menit.
apabila memberikan larutan Normal Saline dalam jumlah yang besar dapat
kloridanya yang tinggi (154 mEq /L) sehingga konsentrasi bikarbonat plasma
resusitasi awal pada pasien dengan hemoragik dan syok septik, luka bakar, cedera
kepala (untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral), dan pada pasien yang
a. Isotonis.
Apabila jumlah elektrolit plasma terisi kristaloid pada jumlah yang sama
dan memiliki konsentrasi yang sama maka disebut sebagai isotonis. (iso, sama;
pada jumlah besar perlu diperhatikan adanya efek samping seperti edema perifer
dan edema paru yang dapat terjadi pada pasien. Contoh larutan kristaloid
isotonis: Ringer Laktat, Normal Saline (NaCl 0.9%), dan Dextrose 5% dalam ¼
NS.3,7
b. Hipertonis
hipertonis adalah peningkatan curah jantung yang bukan hanya disebabkan oleh
karena perbaikan preload, tetapi juga disebabkan oleh efek sekunder karena efek
inotropik positif pada miokard dan penurunan afterload sekunder akibat efek
vasodilatasi kapiler viseral. Hal ini dapat menyebabkan perbaikan aliran darah ke
Normal Saline, Saline 3%, Saline 5%, dan Dextrose 5% dalam RL.3,4,7
c. Hipotonis
tonik, konsentrasi). Ketika cairan hipotonis diberikan, cairan dengan cepat akan
2. Cairan Koloid
cairan ekstraselular. Cairan koloid bertahan lebih lama di dalam ruang intravaskuler
disebabkan oleh karena aktivitas osmotik serta mempunyai zat-zat yang berat
molekulnya tinggi. Pasien dengan defisit cairan berat seperti pada syok
pada luka bakar) dapat diberikan cairan koloid sebagai salah satu langkah resusitasi.
Cairan koloid merupakan turunan dari plasma protein dan sintetik. Kerugian dari
‘plasma expander’ ini yaitu harganya yang mahal, dapat dapat menyebabkan
gangguan pada cross match dan menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang).3,7
a. Koloid Alami yaitu fraksi albumin ( 5% dan 25%) dengan protein plasma 5%.
Dibuat dengan cara memanaskan plasma dalam suhu 60°C selama 10 jam agar virus
hepatitis dan virus lainnya terbunuh. Fraksi protein plasma selain mengandung
albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta globulin. Selain albumin,
b. Koloid Sintetik
1) Dextran
waktu efek yang lebih lama pada ruang intravaskuler. Cairan koloid ini berasal
dari molekul polimer glukosa dengan jumlah besar. Efek samping dari
disebabkan, cairan ini jarang dipilih. Contoh sediaan yang ada, antara lain :
opsi dari jenis koloid yang dapat digunakan sebagai cairan resusitasi jumlah
3) Gelatin
biasanya berasal dari collagen bovine. Larutan gelatin adalah urea atau
dengan jenis koloid lainnya, gelatin memeliki berat molekul yang relatif
rendah yaitu 30,35 kDa. Efek ekspansi plasma segera dari gelatin adalah 80-
daripada larutan HES. Ekskresi gelatin dilakukan di ginjal, dan tidak ada
akumulasi jaringan.9
kelompok, yaitu :
1. Cairan Pemeliharaan
cairan dan elektrolit intravena untuk pasien yang terjaga keseimbangan cairan dan
enteral. Pemberian cairan pemeliharaan rutin bertujuan agar tersedianya cairan dan
ekskresi ginjal dari produk-produk limbah. Jenis cairan rumatan yang dapat
digunakan adalah NaCl 0,9%, glukosa 5%, glukosa salin, atau ringer laktat/asetat.
gram perhari. Perlu dilakukan monitor dan penilaian ulang pada pasien setelah
2. Cairan Pengganti
kehilangan cairan atau elektrolit yang terjadi serta permasalahan redistribusi cairan
internal yang sedang berlangsung. Pada kasus-kasus kehilangan cairan tidak normal
yang sedang berlangsung, seperti dari saluran pencernaan atau saluran kencing,
natrium bikarbonat 7,5%, kalsium glukonas, untuk tujuan koreksi khusus terhadap
4. Cairan Nutrisi
Pasien yang tidak mengkonsumsi makanan peroral ataupun yang tidak boleh
makan dapat diberikan cairan nutrisi. Jenis cairan nutrisi parenteral pada saat ini
sudah dalam berbagai komposisi, baik untuk parenteral parsial atau total maupun
untuk kasus penyakit tertentu. Adapun syarat pemberian nutrisi parenteral yaitu
berupa:
Kondisi dimana jalur enteral tidak memungkinkan untuk diberikan kepada pasien
antara lain pada pada pasien dengan gangguan makan, muntah terus menerus, gangguan
3. Mengamankan sirkulasi yang cukup (dalam kombinasi dengan zat vasoaktif dan / atau
kardioaktif)
4. Mengamankan suplai oksigen yang cukup ke seluruh organ (dalam kombinasi dengan
terapi oksigen)
National Confidential Enquiry into Patient Outcome and Death menyatakan bahwa
terjadi peningkatan angka mortalitas sebesar 20,5% pada pasien dengan syok hipovolemik
yang mendapatkan terapi cairan perioperatif dengan jumlah tidak adekuat dibandingkan
dengan pasien yang mendapatkan terapi cairan dengan jumlah yang adekuat.17
a) Jumlah darah yang tertampung di dalam botol penampung atau tabung suction
c) Ditambah dengan faktor koreksi sebesar 25% kali jumlah yang terukur ditambah
terhitung (jumlah darah yang tercecer dan melekat pada kain penutup lapangan
operasi).3
a) Dewasa:
1) Pasien yang diperbolehkan makan/minum pasca bedah, diberikan cairan
pemeliharaan
2) Apabila pasien puasa dan diperkirakan < 3 hari diberikan cairan nutrisi dasar
yang mengandung air, eletrolit, karbohidrat, dan asam amino esensial.
Sedangkan apabila diperkirakan puasa > 3 hari bisa diberikan cairan nutrisi
yang sama dan pada hari ke lima ditambahkan dengan emulsi lemak
3) Pada keadaan tertentu, misalnya pada status nutrisi pra bedah yang buruk
segera diberikan nutrisi parenteral total
b) Bayi dan anak, memiliki prinsip pemberian cairan yang sama, hanya komposisinya
berbeda, misalnya dari kandungan elektrolitnya, jumlah karbohidrat dan lain –
lain.
Satu atau lebih komplikasi yang terjadi pasca operasi memberikan dampak
buruk dalam jangka waktu pendek atau panjang. Pencegahan angka morbiditas pada
pasca operasi adalah kunci untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. 10,14
Prinsip pemberian cairan prabedah adalah untuk mengganti cairan dan kalori
yang dialami pasien prabedah akibat puasa. Cairan yang digunakan adalah18:
c. Perdarahan akut diberikan cairan kristaloid dan koloid atau transfusi darah.
akibat luka operasi, mengganti perdarahan dan mengganti cairan yang hilang melalui
eksresi organ. Pemberian cairan kristaloid ataupun koloid merupakan langkah penting
sehingga resiko anemia dapat teratasi. Namun, apabila pasien mengalami anemia berat,
pemberian transfusi darah kepada pasien perlu untuk dilakukan. Penghitungan
estimated blood volume dapat dilakukan untuk menentukan jumlah transfusi darah
3
Tabel 2.4 Rata – rata Volume Darah.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan melalui jalur vena, baik vena perifer maupun
vena sentral, melalui kanulasi tertutup atau terbuka dengan seksi vena.2,16
Syarat dari pemilihan kanulasi ini adalah dimulai dari vena di daerah
ekstremitas atas lalu dilanjutkan pada vena bagian ekstremitas bawah. Vena di area
kepala perlu dihandari karena hematom mudah terjadi. Pada bayi baru lahir, vena
umbilikalis bisa digunakan untuk kanulasi terutama dalam keadaan darurat. Tujuan
dipindah serta penggantian set infus perlu dilakukan, jika pemberiannya melebihi
3 hari.
b. Terapi cairan pengganti dalam keadaan darurat, untuk menganti kehilangan
c. Terapi obat lain secara intravena yang diberikan secara kontinyu atau berulang
kanulasi pada vena subklavikula atau vena jugularis interna. Sedangkan dalam
secara tertutup atau terbuka dengan vena seksi. Tujuan dari kanulasi vena sentral ini
tersendiri adalah2,15,16 :
a. Terapi cairan dan nutrisi parenteral jangka panjang. Terutama untuk cairan
nutrisi parenteral dengan osmolaritas yang tinggi untuk mencegah iritasi pada
vena.
b. Jalur pintas terapi cairan pada keadaan darurat, misalnya kardiovaskuler, vena
Komplikasi yang paling sering terjadi adalah cairan yang masuk ke dalam tubuh
terlalu banyak. Ketika hal ini terjadi, jantung gagal memompa volume sirkulasi yang
terekspansi secara efektif. Distensi berlebih pada ventrikel kiri dapat menyebabkan gagal
jantung, dengan konsekuensi berupa edema paru. Pasien dengan edema paru akan
memendekkan pernapasan dan menyebabkan batuk, terdengar crackles pada auskultasi dan
penurunan saturasi oksigen. Manifestasi klinis ini seringkali diikuti oleh meningkatnya
denyut jantung. Gagal ginjal dan kerusakan ventrikel yang sudah ada dapat memperburuk
kondisi. Sindrom kompartemen abdomen dan sindrom distres resprasi akut adalah
konsekuensi dari kelebihan resusitasi cairan dan kelebihan cairan. Penanganan khusus juga
harus dilakukan pada pasien dengan gagal jantung atau gagal nafas, ataupun pada orang
BAB III
KESIMPULAN
Tubuh manusia sebagian besar tersusun dari air. Cairan tubuh pada masing-
masing individu berbeda tergantung dari beberapa faktor usia, jenis kelamin, dan
derajat status gizi seseorang. Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi
ke dalam dua kompartemen, yaitu intraselular dan ekstraselular. Apabila terjadi defisit
atau kekurangan cairan pada tubuh maka perlu segera diberikan penanganan atau
Terapi cairan secara garis besar dibagi menjadi kristaloid dan koloid. Kristaloid
merupakan larutan berbasis air yang mengandung elektrolit atau gula yang paling sering
dan paling pertama digunakan sebagai cairan resusitasi. Keuntungan dari cairan ini
antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di setiap pusat kesehatan, tidak perlu
dilakukan cross match, sedangkan koloid mengandung zat-zat yang mempunyai berat
molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan ini cenderung
bertahan agak lama dalam ruang intravaskuler dan baik untuk resusitasi cairan pada
Jalur pemberian cairan dapat melalu kanulasi vena sentral dan perifer dimana
masing memiliki indikasi tersendiri. Pemberian cairan perioperatif juga diperlukan pada
saat sebelum, selama, dan setelah atau pasca operasi. Pemantauan kehilangan darah
pada pasien perioperatif juga menentukan jenis terapi cairan yang akan diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hall, J. (2014). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 12th ed. Singapore:
2. Mangku G, Senapathi TGA. Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam Buku Ajar
Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Jakarta: Indeks; 2017. 6 (5): h.272 – 301.
3. Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Management of Patients with Fluid and
Electrolyte Disturbances. Dalam Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology 5th ed.
4. Hahn RG. Crystalloid Fluids. Dalam Clinical Fluid Therapy in the Perioperative
7. Stoelting RK, Rathmell JP, Flood P, Shafer S. Intravenous Fluids and Electrolytes.
8. Miller, R. and Cohen, N. (2015). Miller's anesthesia. 8th ed. Philadelphia, PA:
Elsevier/Saunders, pp.1768-1769.
10. Intravenous Fluid Selection [cited 2017 May 14]. Available from
catalogue.pearsoned.co.uk. 2005.
12. Agro FE, Fries D, Vennari M. Body Fluid Management From Physiology to Therapy.
13. Hines RL, Marschall KE. Fluid, Electrolytes, and Acid-Base Disorders. Dalam
Handbook for Stoelting’s Anesthesia and Co-Existing Disease 4th ed. Philadelphia:
16. Gaol, H. L., Tanto, C. & Pryambodho, 2014. Terapi Cairan. In: C. Tando, F. Liwang, S.
17. Brugnolli, A, RN, MSN, Canzan F, RN, MSN, PhD. 2017. Fluid Therapy Management in
18. Voldby AW, Branstrup B. Fluid Therapy in the Perioperative Setting. Journal of