Makalah Malaria

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MALARIA

DISUSUN OLEH :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
hidayah, serta inayah-Nya kepada penulis sehingga makalah yang berjudul
“MALARIA” ini dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang diharapkan.

Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


pihak – pihak yang terkait dalam pembuatan makalah, yang diharapkan dapat
digunakan sebagai acuan peningkatan pendidikan dimasa yang akan dating.

Penulis menyadari keterbatasan dalam penulisan makalah ini. Untuk itu, kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan dalam makalah
selanjutnya. Semoga makalah ini dapat menjadi referensi yang bermanfaat untuk
perkembangan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

Klaten, 10 Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Malaria adalah penyakit menular akibat infeksi parasit plasmodium yang
ditularkan melalui gigitan nyamuk malaria yang bernama Anopheles. Nyamuk
Anopheles penyebab penyakit malaria ini banyak terdapat pada daerah dengan iklim
sedang khususnya di benua Afrika dan India. Termasuk juga di Indonesia.
Parasit plasmodium yang ditularkan nyamuk ini menyerang sel darah merah. Sampai
saat ini ada empat jenis plasmodium yang mampu menginfeksi manusia yaitu
plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan plasmodium
falciparum. Plasmodium falciparum merupakan yang paling berbahaya dan dapat
mengancam nyawa.

Setiap tahunnya, sekitar 1,2 juta orang di seluruh dunia meninggal karena
penyakit malaria. Demikian menurut data terbaru yang dimuat dalam jurnal kesehatan
Inggris, The Lancet. Angka yang dilansir itu jauh lebih tinggi dari perkiraan WHO
tahun 2010 yakni 655.000.

Banyak yang mengira penyakit malaria sama dengan demam berdarah karena
punya gejala yang mirip dan sama-sama ditularkan oleh nyamuk. Namun perlu
diketahui bahwa keduanya berbeda. Malaria disebabkan oleh nyamuk anopheles yang
membawa parasit plasmodium, sementara demam berdarah disebabkan oleh nyamuk
Aedes Aegypti yang membawa visrus Dengue. 
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa itu malaria ?
b. Apa penyebab terjadinya penyakit malaria ?
c. Bagaimana patofisiologi penyakit malaria ?
d. Apa saja tanda dan gejala penyakit malaria ?
e. Bagaimana cara mencegah penyakit malaria ?

C. TUJUAN
a. Mahasiswa dapat mengetahui
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI MALARIA
Malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit Plasmodium
yang menginfeksi sel darah merah [ CITATION Pau12 \l 1033 ].

Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa


dan genus plasmodium masa tunas atau inkubasi penyakit dapat beberapa hari atau
beberapa bulan (Dinas Kesehatan DKI Jakarta).

Penyakit malaria ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi


parasit Plasmodium. Malaria menyerang manusia, baik laki-laki maupun perempuan,
dari bayi hingga dewasa.

WHO mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk
meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Penyakit malaria
juga dapat diakibatkan karena perubahan lingkungan sekitar seperti adanya 
Pemanasan global yang terjadi saat ini mengakibatkan penyebaran penyakit parasitik
yang ditularkan melalui nyamuk dan serangga lainnya semakin mengganas.
Perubahan temperatur, kelembaban nisbi, dan curah hujan yang ekstrim
mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vector sebagai penular
penyakit pun bertambah dan sebagai dampak muncul berbagai penyakit, diantaranya
demam berdarah dan malaria.

B. PENYEBAB MALARIA
Seperti yang sudah dijelaskan, penyakit malaria disebabkan oleh parasit
plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Karenanya
penjelasan akan dibagi menjadi 2, yaitu tentang nyamuk anopheles dan parasitnya.
a. ANOPHELES
b. PLASMODIUM

C. PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi oleh parasit Plasmodium kedalam tubuh manusia dapat terjadi
melalui dua cara yaitu : secara alami melalui gigitan nyamuk anopheles betina
yang mengandung parasit malaria. Induksi yaitu jika stadium aseksual dalam
eritrosit masuk ke dalam drah manusia, misalnya melalui tranfuse darah, suntikan,
atau pada bayi yang baru lahir melalui plasenta ibu yang terinfeksi (congentital).

Patofisiologi malaria sangat kompleks dan mungkin berhubungan dengan hal-hal


sebagai berikut:

 Penghancuran eritrosit yang terjadi oleh karena: pecahnya eritrosit yang


mengandung parasit, fagositosis eritrosit yang mengandung dan tidak
mengandung parasit, akibatnya terjadi anemia dan anoksia jaringan dan
hemolisis intravaskuler
 Pelepasan mediator Endotoksin-makrofag
Pada proses skizoni yang melepaskan endotoksin, makrofag melepaskan
berbagai mediator endotoksin.
 Pelepasan TNF
 Merupakan suatu monokin yang dilepas oleh adanya parasit malaria. TNF
ini bertanggung jawab terhadap demam, hipoglikemia, ARDS
 Sekuetrasi eritrosit
Eritrosit yang terinfeksi dapat membentuk knob di permukaannya. Knob
ini yang mengandung antigen malaria yang mengandung antigen malaria
yang kemudian akan bereaksidengan antibody. Eritrosit yang terinfeksi
akan menenpel pada endotel kapiler alat dalam dan membentuk gumpalan
sehingga terjadi bendungan.
D. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala malaria secara umum dapat dibedakan menjadi 2 golongan yaitu
:

a. Malaria Ringan
- Demam menggigil secala berkala dan biasanya disertai sakit kepala.
- Pucat karena kurang darah (anemia)
- Kadang dimulai dengan badan yang terasa lemah, mual, muntah, dan tidak
nafsu makan.
- Gejala spesifik daerah, seperti diare pada anak.
- Komplikasi ginjal.
- Komplikasi tulang, seperti arthritis dan osteomielitis.
b. Malaria Berat
- Kejang – kejang .
- Kehilangan kesadaran.
- Kuning pada mata.
- Panas tinggi.
- Kencing berwarna kuning tua.
- Nafas cepat.
- Muntah terus.
- Koma.

Gejala infeksi malaria pada setiap orang berbeda-beda. Ada yang tidak
menunjukkan demam sama sekali, ada yang menunjukkan gejala flu dengan
demam tinggi dan nyeri tubuh. Namun ada juga orang yang terkena malaria
akan mengeluh sakit kepala, mual, menggigil, berkeringat, dan lemah. Pada
infeksi malaria yang tidak parah, penderita tampak sembuh, namun ada
kemungkinan infeksi dapat bertahan selama beberapa tahun.
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan tetes darah untuk malaria
 Tetesan preparat darah tebal
 Tetesan preparat darah tipis
b. Tes Antigen : p-f test
c. Tes Serologi
d. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)
2. Pemeriksaan Fisik
Pasien mengalami demam 37,5-40°C, serta anemia yang dibuktikan
dengan konjungtiva palpebra yang pucat. Penderita sering disertai dengan
adanya pembesaran limpa (splenomegali) dan pembesaran hati
(hepatomegali). Bila terjadi serangan malaria berat, gejala dapt disertai
dengan syok yang ditandai dengan menurunnya tekanan darah, nadi
berjalan cepat dan lemah, serta frekuensi napas meningkat.
Pada penderita malaria berat, sering terjadi penurunan kesadaran,
dehidrasi, manisfestasi perdarahan, ikterik, gangguan fungsi ginjal,
pembesaran hati dan limpa, serta bisa diikuti dengan munculnya gejala
neurologis (refleks patologis dan kaku kuduk).

F. PENGOBATAN

I. Pengobatan Malaria tanpa Komplikasi


a. Pengobatan malaria falciparum
1) Pengobatan lini pertama malaria falciparum menurut kelompok
umur
 Line pertama pengobatan P. Falciparum adalah artesunat +
amodiakuin + primakuin
 Pemberian artesunat dan amodiakuin bertujuan untuk
membunuh parasit stadium aseksual, sedangkan primakuin
untuk membunuh gametosit yang ada didalam darah
 Setiap kemasan artesunat + amodiakuin terdiri dari dua
blister. Pertama adalah blistris amodiakuin yang terdari dari
12 tablet, setiap tablet mengandung 153 mg amodiakuin
basa yang setara dengan 200 mg amodiakuin. Yang kedua
adalah blister artesunat yang terdiri dari 12 tablet @50 mg
 Obat kombinasi diberikan peroral selama 3 hari dengan
dosis tunggal harian amodiakuin basa 10 mg /kgBB dan
artesunat 4 mg/kgBB.
 Trimakuin tablet berwarna jinng kecoklatan mengandung 15
mg primakuin basa yang setara dengan 25 mg primakuin,
peroral dengan dosis tunggal 0,75 mg basa/kgBB, diberikan
pada hari pertama. Primakuin tidak boleh diberika pada ibu
hamil, bayi berusia kurang 1 tahun dan penderita defisiensi
G6-PD.
 Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 (H28)
setelah pemberian obat, gejala klinisnya (demam dan gejala
lainnya) berkurang (sejak H4) dan parasit malaria stadium
aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7)
 Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya
memburuk tetapi parasit aseksual tidak berkurang (persisten)
atau timbul kembali (rekrudesensi)
 Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini
pertama tidak efektif, gejala klinis tidak memburuk tetapi
parasit aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul
kembali (rekrudesensi).
2) Pengobatan lini kedua malaria falciparum
 Pengobatan lini kedua menggunakan kina + doksisiklin atau
tetrasiklin + primakuin
 Tablet kina mengandung 200 mg kina fosfat atau sulfat,
diberikan peroral 3 kali sehari dengan dosis 10 mg/kgBB
selama 7 hari.
 Doksisiklin dipasaran sediaan ini di antaranya mengandung
dosisiklin HCI atau dosisiklin hiklat yang setara dengan
dengan 50 mg dan 100 mg dosisiklin. Dosis dewasa 4
mg/kgBB per hari dibagi dalam 2 dosis per hari selama 7
hari, dosis anak usia 8-14 tahun 2 mg/kgBB per hari.
Doksisiklin tidak boleh diberikan untuk ibu hamil dan anak
dengan usia <8 tahun. Bila dosisiklin tidak tersedia maka
dapat digunakan tetrasiklin.
 Tetrasiklin. Di pasaran sediaan ini di antaranya mengandung
tetrasiklin HCI 250 mg dan 500 mg. Pemberian obat dibagi
dalam 4 dosis selama 7 hari, dengan dosis 4-5
mg/kgBB/kali. Tetrasilin tidak boleh diberikan pada anak
usia <8 tahun dan ibu hamil.
3) Pengobatan malaria falciparum disarana kesehatan yang belum
memiliki obat artesunat-amodiakuin
 Bila pengobatan sulfadoksin primetamin (SP) tidak efektif
(gejala klinis tidak memburuk tetapi parasit aseksual tidak
berkurang atau timbul kembali), atau penderita mempunyai
riwayat alergi terhadap SP atau golongan sulfa lainnya,
penderita diberi regimen kina + doksisiklin atau tetrasiklin =
primakuin.
b. Pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
1) Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
 Lini pertama pengobatan malaria vivax dan malaria ovale
adalah klorokuin + primakuin
 Pemberian klorokuin bertujuan untuk membunuh parasit
stadium aseksual dan seksual
 Pemberian primakuin bertujuan untuk membunuh
hipnozoid di sel hati dan parasit aseksual di eritrosit
 Klorokuin difosfat 250 mg setara dengan klorokuin 150
mg basa, diberikan 1 kali per hari selama 3 hari dengan
dosis total 25 mg basa/kgBB.
 Dosis primakuin 0,25 mg/kgBB per hari selama 14 hari
diberikan bersama klorokuin. Klorokuin tidak boleh
diberikan kepada ibu hamil, bayi berusia <1 tahun, dan
pasien dengan defisiensi G6-PD.
 Pengobatan efektif bila sampai dengan hari ke-28 (H28)
setelah pemberian obat, gejala klinisnya (demam dan
gejala lainnya) berkurang (sejak H4) dan parasit malaria
stadium aseksual tidak ditemukan lagi (sejak H7).
 Pengobatan tidak efektif bila sampai H28 gejala klinisnya
memburuk dan parasit aseksual masih ditemukan (positif)
atau gejala klinisnya tidak memburuk tetapi parasit
aseksual tidak berkurang (persisten) atau timbul kembali
sebelum H14 (kemungkinan resisten) atau gejala klinis
membaik tetapi parasit aseksual timbul kembali antara
H15 sampai H28 (kemungkinan resisten,relaps,atau
terjadi infeksi baru).
 Pengobatan lini kedua diberikan bila pengobatan lini
pertama tidak efektif.

II. Pengobatan Malaria Klinis


 Pada fasilitas pelayanan kesehatan tanpa sarana diagnostik
malaria, penderita dengan gejala klinis malaria dapat diobati
sementara dengan regimen klorokuin dan primakuin.
 Bila pengobatan tidak efektif (gejala klinis tidak membaik
bahkan memburuk) penderita harus segera dirujuk untuk
mendapat kepastian diagnosis dan mendapatkan pengobatan
yang adekuat.
III. Pengobatan Malaria dengan Komplikasi
 Malaria berat atau komplikasi adalah ditemukannya plasmodium
falciparum stadium aseksual dengan satu atau beberapa keadaan di
bawah ini ( WHO,1997):
1. Malaria serebral (malaria otak) adalah malaria dengan
penurunan kesadaran. Penilaian derajat kesadaran dilakukan
berdasarkan Skala Koma Glasgow (GCS, Glasgow Coma
Scale). Pada orang dewasa GCS ≤ 15, sedangkan pada anak
berdasarkan Blantyre Coma Scale ≤ 3, atau koma > 30 menit
setelah serangan kejang yang tidak disebabkan oleh penyakit
lain.
2. Anemia berat (Hb<5 gr% atau hematokrit <15%) pada keadaan
hitung parasit >10.000/µL. Bila anemia hipokromik mikrositik,
harus dikesampingkan adanya anemia defisiensi besi,
talasemia, atau hemoglobinopati lainnya.
3. Gagal ginjal akut (urin <400 mL/24 jam pada orang dewasa
atau <1 mL/kgBB/jam pada anak stelahh dilakukan rehidrasi,
dengan kreatinin darah >3 mg%).
4. Edema paru atau acute respiratory distress syndrome.
5. Hipoglikemia: gula darah <40mg/%.
G. PENCEGAHAN
Usaha pencegahan yang utama dalah sebisa mungkin menghindari gigitan
nyamuk dengan pakaian panjang sebagai pelindung lengan dan kaki. Penggunaan
kelambu saat tidur. Jika perlu semprot kelambu dengan permethrin, yaitu obat
semprot untuk mengusir nyamuk. Salain itu, lakukan tindakan sebagai berikut :

- Mencegah perkembangan nyamuk di dalam rumah dengan memberantas sarang


nyamuk (obat nyamuk, memasang kawat kasa pada ventilasi)
- Mengurangi pergi keluar rumah pada malam hari.
- Melakukan vaksinasi secara berkala.
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- Memelihara ikan pada genangan air (sawah,kolam,parit)
- Membuat kandang peternakan yang jauh dari rumah.

Anda mungkin juga menyukai