Makalah Standar Asuhan Keperawatan SAK
Makalah Standar Asuhan Keperawatan SAK
Makalah Standar Asuhan Keperawatan SAK
OLEH
KELOMPOK 1 B12-B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat
dan hidayah Nya saya bisa menyelesaikan makalah ini. Makalah ini saya buat guna
memenuhi tugas dari dosen.
Makalah ini membahas tentang “Standar Asuhan Keperawatan (SAK)”, semoga dengan
makalah yang kami susun ini kita sebagai mahasiswa Stikes Lakipadada dapat menambah
dan memperluas pengetahuan kita.
Kami mengetahui makalah yang kami susun ini masih sangat jauh dari sempurna, maka
dari itu saya masih mengharapkan kritik dan saran dari bapak/ibu selaku dosen-dosen
pembimbing saya serta temen-temen sekalian, karena kritik dan saran itu dapat membangun
sayai dari yang salah menjadi benar.
Semoga makalah yang saya susun ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita, akhir
kata saya mengucapkan terima kasih.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran......................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................14
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
Disamping itu pesyaratan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan antara lain :
1
UU RI No.36 2014 tentang tenaga kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal 53 ayat2
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.2 Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
1. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional
2. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien dan
mengurangi/menghilangkan kesenjangan
3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
4. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesional
5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan kesehatan
6. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan
4
ideal. Dan dalam diskusi degan surveyor Akreditasi di akhir 2009 saat kami akreditasi
RS 16 Pokja yang ketiga, surveyor akreditasi bisa menerima argumen kami bahkan
mendukung SAK kami.
Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan
asuhan atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses
pada usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan.
Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah sakit/institusi,
klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.
1. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk
membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan
tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
2. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan
meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun
dengan singkat waktu perwatan di rumah sakit.
3. Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang ditanggung klien
dan keluarga menjadi ringan.
4. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran
untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.
5
Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan
tersedianya Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan
dan penilaian penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis,
objektif dan berkelanjutan
Kriteria Proses:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data
diperoleh dari hasil wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan
mempelajari catatan klien lainnya ).
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan,
rekam medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a) Status kesehatan klien saat ini
b) Status kesehatan klien masa lalu
c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
d) Respon terhadap alergi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko – resiko tinggi masalah
Kriteria Proses :
6
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan rencana
tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau kebutuhan
klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.
Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status
kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan
klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk
mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi
lingkungan yang digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
Standar V: Evaluasi
Kriteria Proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
kompeherensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur
perkembangan kearah pencapaian tujuan.
7
4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana
asuhan keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.
8
aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap “caring” untuk
klien dan bekerja bersama dengan klien dari berbagai
lingkungan merupakan esensi keperawatan. Watson menekankan dalam
sikap”caring” ini harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat
menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien.
Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan
pendidikan kesehatan pada klien. Memberikan kepercayaan - harapan dengan
cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di
samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan
kesehatan.
Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar
menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat
menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang
lain.Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi
dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa
yang dialami klien. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua
keluhan dan perasaan klien. Penggunaan sistematis metoda penyalesaian
masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses
keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan
mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk
pertumbuhan personal klien. Menciptakan lingkungan fisik, mental,
sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali
pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi
penyakit klien. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan
kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-
kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman/pemikiran
yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan
pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
9
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar
semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan
profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan
faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri
sebelum mamahami orang lain.
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan
signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adlah
hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan penekanan pada
bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien. Hubungan ini diharapkan
dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan memotivasi keinginan klien untuk
bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
b. Hubungan perawat-klien
Hubungan perawat dan klien adalah suatu bentuk hubungan
terapeutik/profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu proses pembinaan
pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan. Hubungan
profesional ini diprakasai oleh perawat melaui sikap empati dan keinginan
berrespon (“sense of responsiveness”) serta keinginan menolong klien (“sense
of caring”).
Menurut Peplau, dalam membina hubungan profesional ini, kedua
pihak seyogyanya harus melewati beberapa tahapan (Marriner-Tomey, 1994)
yaitu :
1. tahap orientasi
2. tahap identifikasi
3. tahap eksploitasi
4. tahap resolusi.
10
mengenali kembali perasaan dan kekuatan internal yang pernah dimiliki
sehingga dapat memberikan kepuasan yang diperlukan klien.
Tahap eksploitasi terjadi ketika klien mampu menguraikan nilai dan
penghargaan yang dia peroleh dari hubungan profesional dari hubungan
profesional antara perawat dan dirinya. Beberapa tujuan baru yang perlu
dicapai melalui upaya diri klien dapat dikemukakan oleh perawat, dan
kekuatan akan dialihkan oleh perawata kepada klien apabila klien mengalami
hambatan akibat ia tidak mampu mencapai tujuan baru tersebut.
Tahap akhir dari hubungan profesional perawat - klien adalah tahap
resolusi ditandai dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan tidak
lagi menjadi prioritas kegiatan klien. Pada tahap ini klien membebaskan diri
dari keterkaitannya dengan perawat dan menunjukkan kemampuannya untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya. Keempat tahapan dalam
hubungaan profesional ini dapat terjadi tumpang tindih antara satu tahapan
dengan tahapan berikutnya.
Dalam membina hubungan profesional, asuhan keperawatan juga
merupakan media edukatif dimana suatu kekuatan internal yang kokoh dari
seseorang perawat dapat mempengaruhi klein untuk meningkatkan perilaku
dan kepribadian klein selama sakit ke arah kehidupan yang kreatif,
konstruktif, dan produktif. Bberapa peran perlu diemban opelh perawat ketika
menjalankan dan membina hubungan profesional yaitu :
1. peran sebagai orang asing (“starnger”),
2. narasumber (“resource person”),
3. pendidik (‘teacingrole”),
4. pemimpin (“leadersip role”),
5. peran pengganti (“surrogate role”)
(Marriner-Tomey, 1994).
Keberhasilahn hubungan profesional/terapeutik anatara perawat dan
klien sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang diharapkan.
Disamping itu, hubungan profesional yang baik anatara perawat-klien dapat
menghindari, memprediksi, dan mengantisipasi berbagai penyulit yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu, berbagai peran diatas seyogyanya menjadi
fokus perhatian perawat ketika menolong klien melewati tahapan dlam
hubungan profesionalnya dengan perawat (Nurachah, 2000).
11
upaya memenuhi kebuutuhan klien. Hendreson menetapkan 14 kebutuhan
klien yang seyogyanya dapat dipenihi oleh perawat (Marriner-Tomey, 1994).
Namun, karena masalah klien sangat unik dan kebutuhannya sangat individual
maka perawat senatiasa harus meningkatkan diri agar selalu memiliki
kemapuan dan pengetahuan yang diperlukan dalam membantu klien
menyelesaikan masalahnya.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
1. Bagi Perawat. Bagi seorang perawat standar praktek keperawatan ini akan
digunakan sebagai pedoman dalam hal membimbing perawat dalam penentuan
tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap pasien dan juga
perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan dengan
membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan yang tepat dan
juga benar.
2. Bagi Rumah Sakit. Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini
tentunya akan meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan
keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di
rumah sakit.
3. Bagi Pasien. Dengan perawatan yang tidak memakan waktu yang lama maka
biaya perawatan serta pengobatan yang ditanggung pasien dan keluarganya akan
menjadi semakin ringan.
4. Bagi Profesi. Standar ini digunakan sebagai alat perencanaan untuk mencapai
target dan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi penampilan, dimana standar
ini digunakan sebagai alat pengontrolnya.
5. Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya. dapat digunakan untuk mengetahui batas
kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan bekerja
sama secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai profesinya dan
meningkatkan pelayanan tentunya
13
DAFTAR PUSTAKA
Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan Latihan.
EGC:Jakarta.
http://www.scribd.com/doc/89804551/7/standar-I-Pengkajian-keperawatan http://askep-
askeb-kita.blogspot.com/2010/08/standar-asuhan keperawatan.html
http://ichal-apriantoblogspot.blogspot.com/2011/05/standar-asuhan-
keperawatan.html
http://bidaninfo.wordpress.com/tag/hukum-kesehatan/
http://www.scribd.com/doc/78390643/Buku-Standar-Asuhan-Keperawatan
14