Manajemen Mutu
Manajemen Mutu
Manajemen Mutu
Disusun Oleh :
Semester VI ABE
PENDAHULUAN
Pembangunan nasional yang dikembangkan secara bertahap sejak Indonesia merdeka
sudah dapat dirasakan hasilnya secara nyata. Tingkat sosial ekonomi masyarakat meningkat,
khususnya sektor pendidikan dan pendapatan masyarakat. Dibidang ekonomi pembangunan
nasional juga telah berhasil meningkatkan proporsi golongan ekonomi kelas menengah ke atas.
Kelompok ini mempunyai tuntutan yang sama yaitu ditingkatkannya mutu pelayanan publik atau
(public service) oleh pemerintah termasuk di bidang kesehatan.
Pelayanan kesehatan yang dikembangkan di suatu wilayah harus dijaga arahnya agar
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Kriteria sebuah pelayanan
kesehatan di suatu wilayah harus jelas, demikian pula dengan tujuan operasionalnya. kriteria
umum sebuah pelayanan kesehatan sebagai bagian dari pelayanan publik terdiri dari :
1. Pelayanan yang disediakan bersifat komprehensif untuk seluruh masyarakat yang ada di
suatu wilayah (availability)
2. Pelayanannya dilaksanakan secara wajar tidak melebihi kebutuhan dan daya jangkau
masyarakat (appropriateness)
3. Pelayanan dilakukan secara berkesinambungan
4. Pelayanan diupayakan agar dapat diterima oleh masyarakat setempat (acceptability)
5. Dari segi biaya, pelayanan kesehatan harus terjangkau oleh masyarakat pada umumnya
(affortable)
6. Manajemennya harus efisien (efficient)
7. Jenis pelayanan yang diberikan harus selalu terjaga mutunya (quality)
SEJARAH SINGKAT MANAJEMEN MUTU
Di Amerika, gerakan pengembangan mutu dimulai tahun 1930. Tahun 1950 DR.
Edwards E.Demming, seorang konsultan mutu dari Amerika diundang ke Jepang. Ia
memperkenalkan konsep mutu kepada para manajer perusahaan Jepang. Konsep yang
diperkenalkan nya adalah SPC (statistical process control) yang yang sudah digunakan di banyak
perusahaan Jepang untuk memperbaiki mutu proses dan produk akhirnya. Manajemen
Perusahaan Jepang kemudian memodifikasinya menjadi Total Quality Control agar daya saing
produk Jepang di pasaran dunia dapat lebih ditingkatkan. Tahun 1954, konsultan Amerika
lainnya Joseph M. Juran juga diundang ke Jepang dan memperkenalkan kepada para mengajar
Jepang konsep tentang kualitas yang tinggi.
CLINICAL GOVERNANCE
1. Batasan CG
Clinical Governance adalah sebuah mekanisme (kerangka kerja) yang memungkinkan
organisasi kesehatan mampu mengembangkan tanggung jawabnya secara berkelanjutan
dalam upaya peningkatan mutu pelayanannya dengan tetap menjunjung tinggi standar
pelayanan dan menciptakan lingkungan kerja yang memungkinkan mutu tertinngi
pelayanan klinis dapat tumbuh dan berkembang.
2. Mekanisme Kerja CG
Beberapa contoh kasus non-CG yang terjadi di RS ; pengambilan keputusan klinis staf
medik yang tidak baku, birokrasi yang terlalu panjang dalam pemberian instruksi kepada
perawat, dan catatan medis seorang pasien yang beragam.
PEMBIAYAAN KESEHATAN
PENDAHULUAN
Tingginya biaya pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini merupakan masalah yang
sangat serius karena sangat membebani masyarakat pengguna jasa pelayanan kesehatan sehingga
perlu dicarikan jalan keluarnya. Masalah tingginya biaya pelayanan kesehatan ini semakin
dirasakan setelah krisis ekonomi melanda Indonesia karena sebagian besar komponen perawatan
seperti obat-obatan dan teknologi kedokteran masih diimpor sementara nilai tukar rupiah kita
masih belum terangkat. Disisi lain kemampuan dana pemerintah juga semakin terbatas sehingga
subsidi pemerintah kepada masyarakat yang kurang mampu akan terganggu .
Ada empat sumber utama pembiayaan kesehatan :
1. Pemerintah
2. Swasta
3. Masyarakat dalam bentuk pembayaran langsung (free for services) dan asuransi
4. Sumber – sumber lain dalam bentuk hibah atau pinjaman dari luar negeri
Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari asuransi kesehatan merupakan salah satu cara yang
terbaik untuk mengatasi mahalnya biaya pelayanan kesehatan. Alasannya antara lain karena :
1. Pemerintah dapat mendisversifikasikan sumber-sumber pendapatan dari sektor kesehatan.
2. Meningkatkan efisiensi dengan cara memberikan peran kepada masyarakat dalam
pembiayaan pelayanan kesehatan.
3. Memeratakan beban biaya kesehatan menurut waktu dan populasi yang lebih luas
sehingga dapat mengurangi risiko secara individu.
ASURANSI KESEHATAN
Asuransi Kesehatan adalah suatu mekanisme pengalihan risiko (sakit) dari risiko
perorangan menjadi risiko kelompok.
Unsur-unsur asuransi kesehatan :
Ada perjanjian
Ada pembelian pelindungan
Ada pembayaran premi oleh masyarakat
ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA DAN PENGOLAHANNYA
a) Asuransi Kesehatan Sosial ( Sosial Health Insurance )
Asuransi Kesehatan Sosial dilaksanakan dengan menggunakan prinsip sebagai berikut :
Keikutsertaannya bersifat wajib.
Menyertakan tenaga kerja dan keluarganya.
Iuran / premi berdasarkan persentase gaji / pendapatan.
Premi tidak ditentukan oleh risiko perorangan tetapi didasarkan pada risiko kelompok
( Collective risk sharing ).
Di Indonesia, asuransi kesehatan bagi Pegawai Negeri Sipil dan penerima pensiun
dikelola oleh PT. Akses Asuransi Kesehatan bagi tenaga kerja dikelola oleh
PT.Jamsostek.
b) Asuransi Kesehatan Komersial Perorangan ( Private Voluntary Health Insurance )
Asuransi Kesehatan Komersial perorangan mempunyai prinsip sebagai berikut :
Kepesertaannya bersifat perorangan dan sukarela.
Iuran / Premi berdasarkan angka absolut, ditetapkan berdasarkan jenis tanggungan
yang dipilih.
Premi didasaran atas risiko perorangan dan ditentukan oleh faktor usia, jenis kelamin,
dan jenis pekerjaan.
Di Indonesia, produk asuransi kesehatan komersial dikelola oleh Lipo Life, BNI life,
Tugu Mandiri dan sebagainya.
c) Asuransi Kesehatan Komersial Kelompok (Regulated Private Health Insurance)
Jenis asuransi ini merupakan alternatif lain sistem asuransi kesehatan komersial dengan
prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :
Keikutsertaannya bersifat sukarela tetapi berkelompok.
Iuran / Preminya dibayar berdasarkan atas angka absolut.
Perhitungan premi bersifat community rating yang berlaku untuk kelompok
masyarakat.
Di Indonesia, produk “ Asuransi Kesehatan Sukarela” juga dikelola PT Askes.
ASPEK MANAJEMEN ASURANSI KESEHATAN
Pemerintah Indonesia merekomendasikan sistem pengelolaan asuransi kesehatan
menggunakan konsep Managed Care ( MC ). Ada beberapa konsep Managed Care :
a) Tripartite Model
Yang dimaksud dengan tripartite (tiga pihak) adalah pihak perusahaan asuransi
(Insurance company) sebagai pengelola dana, pihak pemberi jasa pelayanan kesehatan
(health provider) dan pihak peserta (consumer).
b) Prepaid Capitation
Suatu sistem pembiayaan kesehatan yang dilakukan dimuka berdasarkan kapita atau jiwa
yang diikut sertakan.
c) Pelayanan Menyeluruh (Comprehensive)
Bentuk pelayanan asuransi ini meliputi semua jenis pelayanan kesehatan mulai dari yang
bersifat preventif, promotif, kuratif sampai yang bersifat rehabilitasi.
d) Konsep wilayah (Dokter keluarga / Puskesmas)
Peserta asuransi dikelompokkan dalam satu wilayah tertentu. Pelayanan kesehatan dasar
diberikan oleh dokter umum atau dokter keluarga dengan sistem pembiayaan prepaid
capitation (Prospective Payment).
e) Sistem Paket (Budget System)
Sistem paket ini adalah sistem pembiayaan yang dilakukan difasilitas pelayanan rujukan
dengan cara menggabungkan beberapa jenis pelayanan atau tindakan medis tertentu
dengan tarif paket yang sudah ditetapkan sebelumnya.
f) Konsep rujukan
Konsep ini diterapkan dengan surat pernyataan rujukan dari institusi pemberi pelayanan
kesehatan dasar (misalnya puskesmas) ke pemberi pelayanan kesehatan rujukan.
PERSAINGAN ASURANSI KESEHATAN DI INDONESIA
UU No. 2 / 1992 tentang usaha asuransi, UU No. 23 / 1992 tentang kesehatan, dan UU
No. 3 / 1993 tentang jaminan Sosoial Tenaga Kerja juga membuka peluang bagi perusahaan
asuransi jiwa dan kerugian untuk melengkapi bidang usahanya dengan menjual paket asuransi
kesehatan.
Dengan AFTA 2003, pasar asuransi kesehatan di Indonesia akan semakin menarik minat
perusahaan asuransi PMA sehingga persaingan antar perusahaan asuransi kesehatan di Indonesia
akan semakin ketat untuk meraih pangsa pasar sebanyak-banyaknya.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan asuransi :
1) Asymmetry Information
2) Externality
3) Ignorance
4) Cost
Tahun 2003 pemerintah sudah menyiapkan rancangan sistem jaminan sosial nasional
(SJSN) yang baru. Rancangan SJSN sudah disosialisasikan ke berbagai pihak termasuk DPR.
SJSN akan meliputi beberapa bantuan dan jaminan seperti kematian, pensiun, kecelakaan kerja,
pengangguran (untuk mereka yang kehilangan pekerjaan - unemployment benefit), dan jaminan
kesehatan. Depkes akan bertanggung jawab untuk penyelenggaraan program jaminan kesehatan
nasional (JKN). Didalam konsep JKN, semua masyarakat termasuk WN asing yang sudah
tinggal di Indonesia lebih dari 6 bulan akan menjadi tanggungan JKN. Pemerintah
mengharapkan UU yang mengatur SJSN atau KJN dapat disahkan akhir taun 2003.
PENJAMINAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Umum
Penjaminan Mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan
secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga konsumen, produsen, dan pihak lain yang
berkepentingan memperoleh kepuasan.
Khusus Pelayanan Kesehatan
Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan adalah proses penetapan dan pemenuhan standar
mutu pengelolaan pelayanan kesehatan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga
stakeholders memperoleh kepuasan.
Adapun menurut supriyanto 2005 (dalam A. A. Gde Muninjaya, 2010) indikator mutu
pelayanan (service quality) terdiri dari 5 dimensi, yaitu :
1. Wujud nyata (tangibles) adalah wujud yang langsung meliputi fasilitas fisik, yang
mencakup kemutakhiran peralatan yang digunakan, kondisi sarana, kondisi Sumber Daya
Manusia dan keselarasan antara fasilitas fisik dengan jenis jasa yang diberikan.
2. Kehandalan (reliability) adalah aspek-aspek kehandalan sistem pelayanan yang diberikan
oleh pemberi jasa yang meliputi kesesuaian pelaksanaan pelayanan dengan rencana,
kepedulian Rumah Sakit kepada permasalahan yang dialami pasien, kehandalan
penyampaian jasa sejak awal, ketepatan waktu pelayanan, keakuratan pengamanan.
3. Ketanggapan (responsiveness) adalah keinginan untuk membantu dan menyediakan jasa
yang dibutuhkan pasien. Hal ini meliputi kejelasan informasi waktu penyampaian jasa,
ketepatan dan kecepatan dalam pelayanan administrasi, kesediaan pegawai dalam
membantu pasien, keluangan waktu pegawai dalam menanggapi permintaan pasien
dengan cepat.
4. Jaminan (assurance) adalah adanya jaminan bahwa jasa yang ditawarkan memberikan
jaminan keamanan meliputi kemampuan Sumber Daya Manusia, rasa aman selama
berurusan dengan petugas, kesabaran petugas, dukungan pimpinan terhadap staff.
5. Empati (empathy) adalah berkaitan dengan memberikan perhatian penuh kepada pasien
meliputi perhatian kepada pasien, perhatian staff secara pribadi pada pasien, pemahaman
akan kebutuhan pasien, perhatian terhadap kepentingan pasien, kesesuaian waktu
pelayanan dengan kebutuhan pasien.
1. Jelaskab apa yang dimaksud dengan program jaminan mutu ( PJM )
Jawaban :
Program jaminan mutu atau quality assurance program adalah suatu upaya yang
dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu untuk :
Menetapkan masalah mutu dan penyebabnya berdasarkan standar yang telah
ditetapkan.
Menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan
yang tersedia.
Menilai hasil yang dicapai.
Menyusun rencana tindak lanjut untuk untuk lebih meningkatkan mutu.