Coaching Makalah

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

Metode Pembelajaran Praktik Klinik Coaching

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodik Khusus
Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Tasikmalaya
Dosen Pengampu :Wiwin Mintarsih, S.SiT, M.Kes

Disusun oleh :

1. Kiki Sulastri P2062431017


2. Tita Ismaya P2062431036
3. Windi Restuti P2062431040

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN TASIKMALAYA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Alloh SWT karena atas izin-
Nya penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Metode
Pembelaaran Praktik Klinik Coaching” sebagai salah satu tugas untuk
memenuhi Tugas mata kuliah Metodik Khusus.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan
terselesaikan tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak,
baik dalam bentuk moral maupun material. Untuk itu, penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang sudah membantu.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik dalam penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan adanya tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun
untuk perbaikan selanjutnya. Semoga Alloh SWT senantiasa melimpahkan curhat
rahmat-Nya kepada kita semua. Amiin.

Sumedang, September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
A. Definisi 3
B. Tujuan Coaching 5
C. Proses Coaching 5
D. Teknik Coaching 10
E. Kemampuan melakukan Coaching 12
F. Keuntungan Coaching 12
G. Kelemahan Coaching 13
H. Faktor Penghambat Dalam Coaching 13
BAB III KESIMPULAN 16
DAFTAR PUSTAKA 17

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat
meningkatkan kepuasan masyarakat, dalam penyelenggaraannya sesuai dengan
standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan. Pasien atau masyarakat
melihat layanan kesehatan yang bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang
dapat memenuhi kebutuhan dan diselenggarakan dengan cara yang sopan dan
santun, tepat waktu, tanggap dan mampu menyembuhkan keluhan.
Proses penilaian kinerja karyawan sering kali kurang berjalan dengan
optimal dan tidak jarang dilakukan sekedar sebagai formalitas belaka. Hal ini
terjadi antara lain karena para atasan (manajer/supervisor) kurang dibekali dengan
keterampilan untuk melakukan bimbingan.
Pengelolaan sumberdaya manusia di bidang kesehatan dikatakan baik
apabila pimpinan dan manajemen memiliki kemampuan dalam melakukan
pengawasan dan bimbingan serta memberikan perhatian secara penuh terhadap
apa yang ditugaskan dan apa yang menjadi tanggung jawab bawahannya,
memperbaiki apa yang perlu diperbaiki atas hasil kerja yang telah dilakukan
dengan cara yang lebih profesional. Salah satu metode yang dapat digunakan oleh
seorang manajer untuk melakukan bimbingan adalah dengan coaching.
Bimbingan merupakan proses pembelajaran untuk mengembangkan
kapasitas seseorang, yang umum digunakan dalam bidang profesionalisme
seseorang dalam bidang pekerjaannya. Bimbingan juga merupakan bentuk
kegiatan untuk meningkatkan kinerja dalam memberikan pelayanan profesional
berdasarkan ilmu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Coaching banyak
digunakan dalam manajemen untuk meningkatkan kemampuan profesional
individu-individu dalam rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan. Seseorang
yang melakukan coaching disebut coach (fasilitator) dan orang yang dibimbing
disebut coachee (peserta). Tujuan yang diperoleh dari coaching pada umumnya
untuk meningkatkan kinerja individu itu sendiri. Orang yang

4
5

melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang baik


dengan coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin sebuah kedekatan dan
saling pengertian yang lebih mendalam. Coaching dapat dikatakan sebagai suatu
metode pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kualitas
sumber daya dalam bidang kesehatan yang pada akhirnya akan meningkatkan
kualitas asuhan kesehatan yang diberikan pada pasien.
Berdasarkan penjelasan tentang deskripsi pekerjaan tugas atasan
(manajer/supervisor) sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen maka dapat
dikategorikan bahwa salah satu dari fungsi tersebut adalah penggerakan
(actuiting) yaitu memberikan bimbingan pada bawahan untuk mencapai standar
operasional. Salah satu bentuk model keterampilan atasan dalam melakukan
bimbingan dikenal dengan coaching.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah “Bagaimanakah metode
pembelajaran praktik klinik dengan menggunakan metode Coaching?”

C. Tujuan
Mahasiswa mampu menjelaskan metode pembelajaran praktik klinik dengan
menggunakan metode coaching.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Coaching atau pelatihan adalah sebuah proses membimbing. Coaching
merupakan bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa yang bertujuan
untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seorang yang mendampingi,
memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing untuk terus
berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu prestasi yang
diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching disebut coach dan orang
yang dicoaching disebut coachee.
Coaching merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang dapat membuat
orang lain tumbuh dan berkembang. Karena melalui proses ini membuat
orang lain menemukan kekuatan, kelemahan yang terdapat pada dirinya
secara sadar tanpa tekanan dari orang lain sehingga pada akhirnya dia dapat
menentukan target dan cara mencapainya.
Coaching merupakan salah satu pendekatan yang dalam beberapa tahun
belakangan ini telah membuktikan keberhasilannya dalam membantu
mempercepat transformasi dan pencapaian Goal baik individu, kelompok
maupun organisasi. Beberapa pemahaman mengenai Coaching :
1. Coaching adalah suatu bentuk kemitraan dengan klien dalam proses
pemikiran dan kreatifitas yang menginspirasi mereka untuk
memaksimalkan potensi mereka baik pribadi maupun profesional
(International Coach Federation).
2. Adalah suatu kerjasama kolaboratif berdasarkan solution-
focused, results oriented dan systematic process di mana Coach
memfasilitasi peningkatan kinerja, pengalaman, kemandirian dan
pertumbuhan pribadi sang Coachee/Client (Association for Coaching).
3. Coaching adalah aktifitas untuk membantu individu atau kelompok,
disebut sebagai klien atau mentee atau Coachee, melalui proses
pencapaian Goal atas kebutuhan pribadi atau profesional.

6
4.

7
8

5. Coaching memungkinkan klien baik individu maupun organisasi


untuk mencapai potensi terbaik mereka sepenuhnya.
6. Coaching adalah proses yang dirancang dengan memanfaatkan
percakapan terfokus untuk menciptakan kondisi untuk meningkatkan
pertumbuhan individu, tindakan terarah, dan perbaikan berkelanjutan.
Hal ini dirancang untuk membantu klien fokus pada apa yang mereka
perlu dilakukan dalam mencapai tujuan mereka.
7. Coaching pada dasarnya adalah tentang membantu orang
memunculkan potensi terbaik mereka dengan membantu mereka untuk
menemukan hal-hal yang menjadi hambatan mereka dan membantu
menemukan cara mereka.
Dapat disimpulkan dalam pembelajaran mahasiswa kebidanan metode
coaching merupakan memberdayakan mahasiswa dan memfasilitasi
pembelajaran diri, pertumbuhan, pribadi dan perbaikan kinerja dalam
melaksanakan asuhan kebidanan. Dengan kata lain dapat meningkatkan
kemampuan kemandirian belajar dari mahasiswa dan mengatasi permasalahan
yang dihadapi.
Untuk memperjelas perbedaan Coaching dengan praktisi lain, dapat
diilustrasikan dengan menggunakan metafor/analogi “kehamilan”:
1. Terapis; akan mengolah apa yang menyebabkan ibu hingga ingin
menghentikan kehamilannya.
2. Counsellor; akan mendengarkan kecemasan ibu mengenai
kehamilannya.
3. Mentor; akan berbagi tips berdasarkan pengalamannya kehamilan.
4. Konsultan; akan memberikan saran dan nasehat bagaimana sebaiknya
ibu dalam memelihara kehamilan.
5. Coach; akan menyemangati dan mendukung ibu untuk memelihara
kehamilannya
9

B. Tujuan Coaching
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan
kinerja individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara
pekerjaan dengan kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang
lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih baik dan peningkatan
pelaksanaan manajemen perubahan.
Beberapa tujuan coaching:
1. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman
pembelajaran dengan bimbingan dan mengembangkan profesional peserta
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang
diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan
peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang
4. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi mereka
Orang yang sedang di coaching atau coachee, akan diarahkan
untuk membahas secara terperinci dimulai dari tujuan re-evaluasi
pekerjaan saat itu, siapa dan bagaimana keberadaan coachee, apa dan
dimana yang menjadi prioritas dan coachee akan diarahkan untuk
menyadari untuk membuat satu keputusan tentang masa depan. Dengan
bantuan seorang personal coach maka seorang coachee akan semakin
mempertajam kehidupan personalnya, dan dia akan lebih efektif di dalam
menyelesaikan segala persoalan kehidupannya.

C. Proses Coaching
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan
tujuan serta untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai
tujuan. Selain itu dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang
penting dalam kehidupan bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil
dan melaksanakan tanggung jawab yang telah diberikan dan membangun serta
melakukan setiap rencana kerja. Secara sederhana proses coaching akan
10

membantu untuk menciptakan visi yang terbaik dan terbaru yang dimiliki
dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Dimana keberhasilan adalah saat
kita dapat mencapai tujuan secara kontinyu.
Coaching dan mentoring terkadang sulit dibedakan tetapi pada dasarnya
berbeda, seorang mentor mempunyai pengalaman dan pengetahuan di bidang
khusus, dimana kemudian bertindak sebagai penasihat, konselor, pemandu,
pembimbing, tutor ataupun guru. Hal ini berbeda dengan peran coach yang
tidak memberikan nasihat, tetapi lebih kepada membantu coachee untuk
menemukan pengetahuan dan keterampilan yang ada dalam dirinya, kemudian
memfasilitasi coachee untuk dapat menjadi penasihat bagi dirinya sendiri.

Perbedaan Coaching dan Mentoring


Coaching Mentoring
Tingkat Lebih formal. Kurang formal.
Formalitas Kontrak atau aturan dasar Kebanyakan diantara dua
ditetapkan, sering melibatkan orang pihak.
ketiga.
Lama Kontrak Jangka waktu lebih pendek. Jangka waktu lebih panjang.
Umumnya antara 4 dan 12 Umumnya tidak disebutkan
pertemuan yang disepakati, antara 2 jumlah pertemuan dengan
sampai 12 bulan. hubungan, biasanya dijalani 3
sampai 5 tahun.
Fokus Lebih fokus pada kinerja. Lebih fokus pada karir.
Umumnya fokus lebih besar pada Umumnya fokus pada masalah
keterampilan jangka pendek dan karir jangka panjang,
kinerja. memeroleh pengalaman yang
tepat dan pemikiran jangka
panjang.
Tingkat Bidang Lebih generalis. Lebih ke bidang pengetahuan.
Pengetahuan Umumnya coach memiliki Umumnya mentor memiliki
pengetahuan bidang terbatas. pengetahuan tentang organisasi
11

atau bidang bisnis.


Pelatihan Lebih kepelatihan membangun Lebih kepelatihan manajemen.
hubungan. Umumnya mentor memiliki
Umumnya coach memiliki latar latar belakang di manajemen
belakang psikologi, psikoterapi atau senior.
SDM.
Fokus Fokus ganda. Fokus tunggal.
Umumnya ada dua fokus yaitu Umumnya fokus pada
kebutuhan individu dan kebutuhan kebutuhan individu.
organisasi.

Orang yang sedang di coaching atau coachee, akan diarahkan untuk


membahas secara terperinci dimulai dari tujuan evaluasi pekerjaan saat itu, siapa
dan bagaimana keberadaan coachee, apa dan dimana yang menjadi prioritas dan
coachee akan diarahkan untuk menyadari untuk membuat satu keputusan tentang
masa depan. Melalui bantuan seorang personal coach maka seorang coachee akan
semakin mempertajam kehidupan personalnya dan dia akan lebih efektif di dalam
menyelesaikan segala persoalan kehidupannya.
Proses coaching pada intinya adalah suatu percakapan, dialog antara seorang
peserta dengan orang yang membimbing (fasilitator). Penerapan konteks
pendekatan hasil (result oriented) yang produktif, seorang coach akan melibatkan
si coachee untuk membicarakan sesuatu yang sudah diketahui. Pada kenyataannya
seorang coachee suah memiliki semua jawaban terhadap semua pertanyaan,
apakah itu sudah ditanyakan atau belum ditanyakan. Dapat disimpulkan bahwa
proses coaching juga meningkatkan proses berpikir dari yang dibimbing.
Seorang coach akan membantu coachee di dalam suatu proses pembelajaran,
tetapi coach bukanlah seorang guru dan tidak perlu untuk mengetahui bagaimana
mengerjakan sesuatu dengan lebih baik daripada yang dikerjakan coachee. Tetapi
yang terpenting adalah seorang coach akan lebih mengobservasi mengenai pola,
menetapkan tahap-tahap tindakan atau action yang lebih baik yang akan
12

dikerjakan. Dimana proses ini melibatkan proses pembelajaran melalui berbagai


teknik coaching seperti:
1. Mendengarkan
2. Refleksi, menanyakan pertanyaan dan menyediakan informasi
3. Seorang coach akan menolong coachee untuk menjadi seorang yang mampu
mengoreksi dirinya sendiri dan membangkitkan diri sendiri. Sehingga dia
dapat belajar untuk memperbaiki sikap dan tingkah lakunya, membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawabannya.

Dalam proses coaching, coach melaksanakan hal berikut ini:


1. Menjelaskan keterampilan dan interaksi yang akan dilakukan kepada peserta
yang dibimbing
2. Memeragakan keterampilan dengan cara yang sistematis, efektif, dengan
menggunakan alat bantu latihan seperti model anatomic atau boneka
3. Mengamati secara saksama simulasi ulang oleh peserta pada tatanan seperti
kondisi nyata

Langkah-langkah dalam coaching, yaitu:


1. Sebelum praktik sebaiknya peserta mengadakan pertemuan
untuk mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu mendapat
penekanan
2. Coach merencanakan skenario pembelajaran secara rinci dan menyiapkan
seluruh instrumen bimbingan termasuk instrumen evaluasi
3. Instrumen evaluasi disampaikan dan dibahas bersama dengan peserta
4. Coach menyiapkan ruangan pelatihan beserta kelengkapannya. Apabila materi
yang akan dilatihkan berupa keterampilan dalam bidang kesehatan maka
sarana prasarana pembelajaran disiapkan semirip mungkin dengan keadaan
nyata di lapangan
5. Pelajari kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap coachee, sehingga
Coach dapat memusatkan dan menyesuaikan bimbingan dengan kemampuan
yang telah dimiliki agar bimbingan berjalan secara efektif dan efisien
13

6. Coach merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses bimbingan dan


memberikan umpan balik sesuai dengan tingkat pencapaian kompetensi setiap
peserta
7. Coachee melakukan redemonstrasi, coach mengamati dan memberikan umpan
balik saat mereka melakukan langkah-langkah kegiatan. Coachee mencoba
kembali tanpa bimbingan, coach memberikan umpan balik dan penguatan
8. Umpan balik harus disampaikan sesegera mungkin dan lebih sering dilakukan
pada awal latihan kemudian berkurang secara bertahap sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing peserta. Umpan balik menggunakan penuntun
belajar atau check list yang telah disiapkan
9. Setelah coachee dinilai kompeten yaitu dapat melakukan prosedur secara
mandiri dengan benar di dalam pembelajaran laboratorium atau simulasi,
selanjutnya peserta diberikan kesempatan untuk melakukan prosedur nyata di
lahan kepada klien yang sebenarnya dengan pengawasan dan bimbingan.
Coach melakukan evaluasi terhadap penampilan atau kinerja peserta
10. Apabila bimbingan berupa manajemen, maka setelah pembelajaran
laboratorium maka dilanjutkan pula pada pembimbingan di lapangan misalnya
penyusunan SOP, perencanaan pelayanan di ruang perawatan, memimpin
rapat koordinasi, melakukan monitoring dan evaluasi, melakukan supervisi
kepada staf keperawatan
11. Bimbingan dilakukan sampai coachee dinilai kompeten dalam melaksanakan
keterampilan
12. Coach memberikan kesempatan kepada coachee untuk melakukan refleksi
dan coach menyampaikan umpan balik dalam melaksanakan praktik
13. Hasil evaluasi penampilan peserta digunakan sebagai salah satu bahan untuk
menetapkan tingkat kompetensi atau keberhasilan peserta sesuai dengan
standar pelatihan yang telah ditetapkan
14

D. Teknik Coaching
1. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar
tercipta suasana yang saling mempercayai.
2. Tahap Klarifikasi
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan
dipecahkan diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga
permasalahan mana yang akan dipecahkan terlebih dahulu.
3. Tahap Pemecahan (Perubahan)
Pada tahap ini coachee dengan bantuan coach berusaha mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi. Coach berusaha memberikan saran
dan alternatif-alternatif, namun coachee sendirilah yang harus
mengembangkan solusi permasalahan yang dihadapi.
4. Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah
dicapai coachee dari proses coaching. Hal-hal yang pada tahap
pendahuluan disepakati untuk diubah atau diperbaiki akan dinilai apakah
tujuan tersebut telah tercapai atau belum.
Teknik yang efektif bisa digunakan untuk mempercepat proses
pembelajaran, teknik yang terbaik adalah dengan memiliki koneksi
dengan coachee dan dengan teknik yang sederhana seperti mendengarkan,
mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan memberi umpan balik
merupakan teknik-teknik dasar utama dalam coaching.
Beberapa cara untuk mengaktifkan teknik coaching seperti:
1. Menjadi Contoh (Lead by Example)
Artinya secara sederhana adalah lakukan apa yang kau
katakan. Coach tidak bisa meminta coachee untuk datang tepat waktu,
apabila dia sendiri selalu datang terlambat. Orang-orang akan mengikuti
instruksi kita atau rekomendasi kita jika kita telah menjadi contoh yang
baik.
15

2. Pendengar yang Aktif (Active Listening)


Orang-orang pada umumnya sangat senang untuk berbicara. Mereka akan
membicarakan permasalahan mereka, tentang kehidupan, tentang karir
mereka, tentang anak-anak mereka dan mereka akan membicarakan
mengenai semua yang ada dalam kehidupan mereka. Seorang coach akan
bisa membangun suatu kepercayaan dengan coachee dengan menjadi
seorang pendengar yang aktif yang mau memberikan perhatian pada saat
mereka berbicara. Dengan perlakuan ini orang-orang akan merasa
dihargai. Namun begitu, harus dipastikan coach tahu mengendalikan
pembicaraan-pembicaraan yang tidak relevan sehingga pembicaraan
menjadi produktif.
3. Alat-alat Peraga (Visual Aids)
Dapatkah kita mengikuti penjelasan mengenai langkah-langkah yang
cukup banyak yang harus dikerjakan dengan hanya mendengarkan
instruksi saja? Kalau saya terus terang tidak bisa. Seseorang akan lebih
cepat proses pembelajarannya dengan memberikan penjelasan dengan
menggunakan alat-alat peraga yang bisa langsung dilihat seperti ilustrasi,
gambar, data-data statistik dan lain sebagainya.
4. Dibuat Sederhana (Keep it Simple)
Pada suatu program coaching, tidak perlu dijelaskan segala hal secara
panjang lebar. Untuk mempercepat proses pembelajaran harus digunakan
bagian yang sederhana dimana coachee dapat dengan mudah mengerti.
5. Langsung kepada Sasaran (Get Straight to the Point)
Bagian ini sangat membantu pada saat proses coaching dilakukan dengan
adanya keterbatasan waktu. Daripada memberikan pendahuluan yang
terlalu panjang dan membosankan, lebih baik langsung menuju sasaran
sehingga dapat menghemat waktu.
16

E. Kemampuan melakukan Coaching


Kompetensi dalam coaching dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
1. Kompetensi menjaga hubungan
Para coach harus mampu menunjukkan bahwa adanya keterbukaan, jujur
dan menghargai orang lain.
2. Menjadi efektif
Para coach harus memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja dengan
para coachee dan memiliki kesadaran diri.
3. Melakukan coaching
Para coach harus mampu berpegang pada metodelogi yang jelas, cakap
dalam mengaplikasikan metode serta alat-alat dan teknik-teknik yang
relevan serta selalu hadir dalam setiap sesi coaching.
Kemampuan yang harus dimiliki untuk melakukan coaching yaitu sebagai
berikut:
1. Fasilitator harus dapat membimbing secara efektif an sungguh-sungguh
kepada setiap peserta
2. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan observasi, analisis dan diagnosis
yang tajam terhadap masalah pelatihan atau pembelajaran
3. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang tinggi
terhadap materi yang dilatihkannya
4. Melakukan bimbingan dan komunikasi secara asertif
5. Memiliki daya empati dan peka terhadap kebutuhan peserta
6. Mampu menjadi pendengar yang baik
7. Terbuka untuk menerima pendapat

F. Keuntungan Coaching
1. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan
minatnya
2. Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian
termasuk observasi
3. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta
17

4. Coaching lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training


kelompok
5. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan
keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus
menerus dan personal

G. Kelemahan Coaching
1. Pendengar yang buruk
2. Terlalu banyak memberi informasi, instruksi dan solusi
3. Menyalah orang lain
4. Memaksa pendapat
5. Fokus pada masalah

H. Faktor Penghambat Dalam Coaching


Untuk mengadakan suatu coaching tidaklah mudah karena banyak faktor
yang harus terlibat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah
kepribadian yaitu kesesuaian dan ketidak sesuaian antara bawahan dan
atasan. Yang menjadi hambatan disini adalah :
1. Peran yang kurang jelas
Sering kali terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang dilibatkan baik
dari segi keterampilan maupun kegiatan.. Disamping itu kurangnya
pemahaman tentang siapa yang sesungguhnya bertanggung jawab dalam
coaching, apa yang harus dilakukan , kapan dan bagaimana melakukannya.
Selain itu terdapat ketidak pastian mengenai seberapa banyak penyuluhan,
pengarahan dan dukungan sosio-emosional yang dibutuhan, apakah peserta
siap, dan bersedia menerima bantuan
2. Gaya manajemen kurang sesuai
Kepercayaan peserta sering kali dipengaruhi oleh pandangan fasilitator
mengenai tabiat atau sifat manusia . Besarnya pengawasan atau kebebasan
yang diberikan oleh fasilitator kepada peserta sering kali tergantung pada
anggapan fasilitator terhadap peserta. Dilain pihak, sikap yang ditunjukkan
18

oleh peserta sangat tergantung pada harapan dan keinginan mereka, apakah
mereka menginginkan fasilitator dengan jiwa kepemimpinan yang kuat,
apakah mereka menunjukkan kemandirian, ketergantungan, inisiatif dan
kreativitas. Coaching mempertegas hubungan baik yang terjalin antara
fasilitator dan peserta sekaligus perilaku dan harapan kedua belah pihak.
3. Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung
Coaching melibatkan pengarahan dengan kontak langsung, hal ini sering
menimbulkan kesulitan bagi fasilitator yang tidak terbiasa melakukan
hubungan tatap muka satu lawan satu dengan peserta untuk jangka waktu
tertentu. Fasilitator merasa takut bahwa situasi ini akan dapat membongkar
kekurangannya, baik yang berkaitan dengan pengetahuan teknis maupun
keahlian khususnya
4. Keterampilan komunikasi tidak memadai
Keterampilan komunikasi tulis dan lisan sangat penting dalam situasi
coaching. Keberhasilan dan kegagalan fasilitator tergantung pada kemampuan
mereka dalam menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan. Besar
kemungkinan fasilitator juga gagal dan tidak berniat mengungkapkan
pengalamannya atau pengetahuan pribadinya ,yang dapat membantu peserta
untuk belajar
5. Kurangnya kesediaan atau kemauan
Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima fasilitator. Kedua belah
pihak harus menganggap coaching sebagai proses meraih kemajuan dan
peningkatan yang bertujuan mengembangkan keterampilan dalam suatu
lokasi kerja. Peserta yang menunjukkan sikap kurang kemauan dan bekerja
tidak sebagaimana mestinya dapat menyulitkan dalam proses coaching.
6. Kurangnya motivasi
Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan untuk menciptakan
lingkungan bermotivasi bagi peserta . Oleh karenanya motivasipun lebih
banyak ditumpukan pada keinginan menguasai pengetahuan keterampilan
baru dan mendapatkan kesempatan dalam mengambil keputusan.
19

7. Tekanan dalam pekerjaan


Ada beberapa alasan mengapa fasilitator tidak termotivasi dan ragu
menjadi fasilitator, satu diantaranya karena mereka menganggap
organisasi menitik beratkan pada sikap “ Lakukan sendiri tugasmu; untuk itu
kamu dibayar”. Alasan lain pelatihan akan menyita banyak waktu, kecemasan
menghadapi kegagalan.
Adapun beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai
hambatan yang terjadi dalam proses coaching diantaranya :
1. Buatkan program coaching yang jelas sebelum menjalankan praktik,
dimana program tersebut telah di sepakati oleh pihak institusi dan
tempat praktik yang akan digunakan.
2. Sesuaikan moda pengelolaan dengan komponen pendukung lain.
3. Menentukan serta memilih coach yang sudah handal dan
berpengalaman baik dalam segi pendidikan atau praktik.
4. Menjalin hubungan yang baik dengan para coachee agar memberikan
suasana nyaman sehingga tercipta sebuah komunikasi yang baik
5. Memberikan stimulus yang bisa menggugah semangat coachee, serta
coach bisa sesekali menggunakan tekhnik coaching secara informal
yang tidak menekan mental coachee.
BAB III
KESIMPULAN

Dalam bidang kesehatan coaching merupakan alternatif untuk konseling.


Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada
seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan
membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu
prestasi yang diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching disebut coach dan
orang yang dicoaching disebut coachee.
Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk mengaktualisasikan
dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui
keberadaannya saat itu tetapi juga mengetahui potensi kemampuan yang
seharusnya dapat dicapai. Orang yang melakukan coaching terikat dalam satu
kerjasama yang baik dengan coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu
kedekatan dan saling pengertian yang lebih mendalam.
Tujuannya adalah dapat meningkatkan kinerja individu dan organisasi,
keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dengan kehidupan, motivasi yang
lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik, pengambilan keputusan yang lebih
baik dan peningkatan pelaksanaan manajemen perubahan.
Coaching dan mentoring itu berbeda, seorang mentor mempunyai pengalaman
dan pengetahuan di bidang khusus, dimana kemudian bertindak sebagai penasihat,
konselor, pemandu, pembimbing, tutor ataupun guru.
Hal ini berbeda dengan peran coach yang tidak memberikan nasihat, tetapi
lebih kepada membantu coachee untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang ada dalam dirinya, kemudian memfasilitasi coachee untuk
dapat menjadi penasihat bagi dirinya sendiri. Teknik yang efektif bisa digunakan
untuk mempercepat proses pembelajaran, teknik yang terbaik adalah dengan
memiliki koneksi dengan coachee dan dengan teknik yang sederhana seperti
mendengarkan, mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan memberi umpan
balik merupakan teknik-teknik dasar utama dalam coaching.

20
21

Keuntungan coaching adalah dapat mendorong kemampuan masing-masing


individu sesuai dengan minatnya, menilai masing-masing peserta dengan berbagai
metode penilaian termasuk observasi, mengikuti lebih dekat setiap perkembangan
peserta, coaching lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training
kelompok, peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk
melakukan keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus
menerus dan personal.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching). Pusdiklat SDM


Kesehatan bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Keperawatan
Mercurio, N. 2008. Mastering Individual Effectiveness Through the Coaching
Process. Toronto: The Canadian Manager
Murwani, A. 2009. Pengaruh Metode Coaching dan Motovasi terhadap
Kompetensi Melakukan Pemasangan Endotrakeal Tube pada Mahasiswa
STIKES Suya Global. Yogyakarta. Diakses pada tanggal 10 September
2020 dari https://digilib.uns.ac.id/dokumen/detail/13003/Pengaruh-
metode-bimbingan-coaching-dan-motivasi-terhadap-kompetensi-
melakukan-pemasangan-endotrakeal-tube-pada-mahasiswa-STIKES-
Surya-Global-Yogyakarta
Passmore. 2010. Excellence in Coaching. Jakarta: PPM Manajemen
Pohan, S.I. 2008. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Riandi, Widodo, dan Supriatno, 2008. Developing of Video – Based Coaching
Package. Result the Second Year Research Project. Jakarta: PMIPA UPI
Swanburg, 2008. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan untuk
Perawat Klinis. Jakarta: EGC
Thorne, K. 2009. Peran Pelatih dalam Perubahan Manusia dan Organisasi.
Jakarta: Gramedia
World Health Organization. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching):
Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK

22

Anda mungkin juga menyukai