Coaching

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH METODIK KHUSUS

Dosen Pengampu : Herinawati, M.Keb

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Aryati R
2. Lusiana
3. Maiyah
4. Masli Flora Sinurat
5. Maya
6. Desi W. S
7. Elis M
8. Elnovianti
9. Hanna J
10. Rika E
11. Sri Fatmawati
12. Sri Mulatmi
13. Yuricha L

JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur mari kita panjatkan kehadirat Tuhan YME karena atas izin- Nya
penyusun dapat menyelesaikan Tugas Makalah yang berjudul “Metode Pembelaaran
Praktik Klinik Coaching”.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan terselesaikan
tanpa bimbingan, arahan, bantuan dan kerjasama dari semua pihak, baik dalam bentuk moral
maupun material. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang sudah membantu.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, baik
dalam penulisan maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya
tanggapan, kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan selanjutnya. Semoga
Tuhan senantiasa melimpahkan curhat rahmat-Nya kepada kita semua. Amiin.

Jambi,27 September 2020

Penyusun

2
DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan yang dapat meningkatkan
kepuasan masyarakat, dalam penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik
profesi yang telah ditetapkan. Pasien atau masyarakat melihat layanan kesehatan yang
bermutu sebagai suatu layanan kesehatan yang dapat memenuhi kebutuhan dan
diselenggarakan dengan cara yang sopan dan santun, tepat waktu, tanggap dan
mampu menyembuhkan keluhan.
Pada bidang kesehatan ini para coach secara khusus dilatih dengan latar belakang
pelayanan kesehatan atau psikologi. Dalam bidang kesehatan coaching merupakan
alternatif untuk konseling. Coaching merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi
kerja dimana ada seorang yang mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi
dan membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu
prestasi yang diharapkan. Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk
mengaktualisasikan dirinya, yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia tidak hanya
dapat mengetahui keberadaannya saat itu tetapi juga mengetahui potensi kemampuan
yang seharusnya dapat dicapai. Orang yang melakukan coaching terikat dalam satu
kerjasama yang baik dengan coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu
kedekatan dan saling pengertian yang lebih mendalam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan coaching ?
3
2. Apa tujuan dilakukannya coaching ?
3. Bagaimana proses coaching terjadi ?
4. Bagaimana teknik melakukan coaching ?
5. Apa saja keunggulan dan kelemahan dari coaching ?
6. Apa faktor penghambat dalam melakukan coaching ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi coaching
2. Untuk mengetahui tujuan dilakukannya coaching
3. Untuk mengetahui proses dari terjadinya coaching
4. Untuk mengetahui teknik-teknik dalam melakukan coaching
5. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan coaching
6. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam melakukan coaching
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI COACHING
Coaching adalah pembinaan. Secara teoritis, coaching adalah proses pengarahan yang
dilakukan atasan / senior untuk melatih dan memberikan orientasi kepada bawahanya
tentang realitas di tempat kerja dan membantu mengatasi hambatan dalam mencapai
prestasi kerja yang optimal. Kegiatan ini akan sangat tepat diberikan kepada orang
baru, orang yang menghadapi pekerjaan baru, orang yang sedang menghadapi
masalah prestasi kerja atau orang yang menginginkan pembinaan kerja. Tujuannya
adalah untuk memperkuat dan menambah kinerja yang telah berhasil atau
memperbaiki kinerja yang bermasalah.
Coaching atau pelatihan adalah sebuah proses membimbing. Coaching merupakan
bimbingan yang diberikan kepada mahasiswa yang bertujuan untuk mencapai suatu
prestasi kerja dimana ada seorang yang mendampingi, memberikan tantangan,
menstimulasi dan membimbing untuk terus berkembang sehingga seseorang bisa
mencapai suatu prestasi yang diharapkan. Seseorang yang melakukan coaching
disebut coach dan orang yang dicoaching disebut coachee.
Coaching merupakan salah satu gaya kepemimpinan yang dapat membuat orang lain
tumbuh dan berkembang. Karena melalui proses ini membuat orang lain menemukan
kekuatan, kelemahan yang terdapat pada dirinya secara sadar tanpa tekanan dari orang
lain sehingga pada akhirnya dia dapat menentukan target dan cara mencapainya.

4
Coaching merupakan salah satu pendekatan yang dalam beberapa tahun belakangan
ini telah membuktikan keberhasilannya dalam membantu mempercepat transformasi
dan pencapaian Goal baik individu, kelompok maupun organisasi. Beberapa
pemahaman mengenai Coaching :
1. Coaching adalah suatu bentuk kemitraan dengan klien dalam proses
pemikiran dan kreatifitas yang menginspirasi mereka untuk memaksimalkan
potensi mereka baik pribadi maupun profesional (International Coach
Federation).
2. Adalah suatu kerjasama kolaboratif berdasarkan solution- focused,
results oriented dan systematic process di mana Coach memfasilitasi
peningkatan kinerja, pengalaman, kemandirian dan pertumbuhan pribadi
sang Coachee/Client (Association for Coaching).
3. Coaching adalah aktifitas untuk membantu individu atau kelompok, disebut
sebagai klien atau mentee atau Coachee, melalui proses pencapaian Goal
atas kebutuhan pribadi atau profesional.
Dapat disimpulkan dalam pembelajaran mahasiswa kebidanan metode
coaching merupakan memberdayakan mahasiswa dan memfasilitasi
pembelajaran diri, pertumbuhan, pribadi dan perbaikan kinerja dalam
melaksanakan asuhan kebidanan. Dengan kata lain dapat meningkatkan
kemampuan kemandirian belajar dari mahasiswa dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi.
2.2 TUJUAN COACHING
Tujuan yang umum diperoleh dari coaching adalah dapat meningkatkan kinerja
individu dan organisasi, keseimbangan yang lebih baik antara pekerjaan dengan
kehidupan, motivasi yang lebih tinggi, pemahaman diri yang lebih baik, pengambilan
keputusan yang lebih baik dan peningkatan pelaksanaan manajemen perubahan.
Beberapa tujuan coaching:
1. Menstimulan pengembangan keterampilan peserta secara individual
2. Membantu peserta menggunakan pekerjaan sebagai pengalaman pembelajaran
dengan bimbingan dan mengembangkan profesional peserta
3. Memberi kesempatan kepada peserta untuk melengkapi pekerjaan yang
diberikan fasilitator dan pada saat yang sama mempersiapkan keterampilan
peserta dalam mengambil tanggung jawab dan pekerjaan mendatang

5
4. Meningkatkan kemampuan kemandirian belajar dari peserta dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi mereka
2.3 PROSES COACHING
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan serta
untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan. Selain itu
dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan
bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung
jawab yang telah diberikan dan membangun serta melakukan setiap rencana kerja.
Secara sederhana proses coaching akan membantu untuk menciptakan visi yang
terbaik dan terbaru yang dimiliki dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Dimana
keberhasilan adalah saat kita dapat mencapai tujuan secara berlanjut. Proses
coaching pada intinya adalah suatu percakapan, dialog antara seorang peserta didik
dengan orang yang membimbing (fasilitator). Penerapan konteks pendekatan hasil
(result oriented) yang produktif, seorang coach akan melibatkan si coachee untuk
membicarakan sesuatu yang sudah diketahui. Pada kenyataannya seorang coachee
sudah memiliki semua jawaban terhadap semua pertanyaan, apakah itu sudah
ditanyakan atau belum ditanyakan. Dapat disimpulkan bahwa proses coaching juga
meningkatkan proses berpikir dari yang dibimbing.
Proses coaching adalah untuk menetapkan dan menjelaskan arah dan tujuan serta
untuk mengembangkan rencana-rencana kerja untuk mencapai tujuan. Selain itu
dijelaskan juga satu pengertian mengenai hal-hal yang penting dalam kehidupan
bahwa kita diberikan kemampuan untuk mengambil dan melaksanakan tanggung
jawab yang telah diberikan dan membangun serta melakukan setiap rencana kerja.
Secara sederhana proses coaching akan membantu untuk menciptakan visi yang
terbaik dan terbaru yang dimiliki dalam rangka mencapai suatu keberhasilan. Dimana
keberhasilan adalah saat kita dapat mencapai tujuan secara kontinyu.
Coaching dan mentoring terkadang sulit dibedakan tetapi pada dasarnya berbeda,
seorang mentor mempunyai pengalaman dan pengetahuan di bidang khusus, dimana
kemudian bertindak sebagai penasihat, konselor, pemandu, pembimbing, tutor
ataupun guru. Hal ini berbeda dengan peran coach yang tidak memberikan nasihat,
tetapi lebih kepada membantu coachee untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang ada dalam dirinya, kemudian memfasilitasi coachee untuk dapat
menjadi penasihat bagi dirinya sendiri

6
Coaching dan mentoring terkadang sulit dibedakan tetapi pada dasarnya berbeda,
seorang mentor mempunyai pengalaman dan pengetahuan di bidang khusus, dimana
kemudian bertindak sebagai penasihat, konselor, pemandu, pembimbing, tutor
ataupun guru. Hal ini berbeda dengan peran coach yang tidak memberikan nasihat,
tetapi lebih kepada membantu coachee untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang ada dalam dirinya, kemudian memfasilitasi coachee untuk dapat
menjadi penasihat bagi dirinya sendiri.
Dalam proses coaching, coach melaksanakan hal berikut ini:
1. Menjelaskan keterampilan dan interaksi yang akan dilakukan kepada peserta yang
dibimbing
2. Memeragakan keterampilan dengan cara yang sistematis, efektif, dengan
menggunakan alat bantu latihan seperti model anatomic atau boneka
3. Mengamati secara saksama simulasi ulang oleh peserta pada tatanan seperti kondisi
nyata
Langkah-langkah dalam coaching, yaitu:
1. Sebelum praktik sebaiknya peserta didik mengadakan pertemuan untuk
mereview kegiatan, termasuk langkah-langkah yang perlu mendapat
penekanan .
2. Fasilitator merencanakan skenario pembelajaran secara rinci dan menyiapkan
seluruh instrumen bimbingan termasuk instrumen evaluasi.
3. Instrumen evaluasi disampaikan dan dibahas bersama dengan peserta
4. Fasilitator menyiapkan ruangan pelatihan beserta kelengkapannya. Apabila
materi yang akan dilatihkan berupa keterampilan dalam bidang kesehatan
maka sarana prasarana pembelajaran disiapkan semirip mungkin dengan
keadaan nyata di lapangan
5. Pelajari kemampuan dasar yang telah dimiliki oleh setiap peserta, sehingga
fasilitator dapat memusatkan dan menyesuaikan bimbingan dengan
kemampuan yang telah dimiliki agar bimbingan berjalan secara efektif dan
efisien.
6. Fasilitator merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi proses bimbingan
dan memberikan umpan balik sesuai dengan tingkat pencapaian kompetensi
setiap peserta.
7. Peserta melakukan redemonstrasi, fasilitator mengamati dan memberikan
umpan balik saat mereka melakukan langkah-langkah kegiatan. Peserta

7
mencoba kembali tanpa bimbingan, fasilitator memberikan umpan balik dan
penguatan.
8. Umpan balik harus disampaikan sesegera mungkin dan lebih sering dilakukan
pada awal latihan kemudian berkurang secara bertahap sesuai dengan tingkat
perkembangan masing-masing peserta. Umpan balik menggunakan penuntun
belajar atau check list yang telah disiapkan.
9. Setelah peserta didik dinilai kompeten yaitu dapat melakukan prosedur secara
mandiri dengan benar di dalam pembelajaran laboratorium atau simulasi,
selanjutnya peserta diberikan kesempatan untuk melakukan prosedur nyata di
lahan kepada pasien yang sebenarnya dengan pengawasan dan bimbingan.
Fasilitator melakukan evaluasi terhadap penampilan atau kinerja peserta.
10. Apabila bimbingan berupa manajemen, maka setelah pembelajaran
laboratorium maka dilanjutkan pula pada pembimbingan di lapangan misalnya
penyusunan SOP, perencanaan pelayanan di ruang kebidanan, memimpin
rapat koordinasi, melakukan monitoring dan evaluasi.
11. Bimbingan dilakukan sampai peserta didik dinilai kompeten dalam
melaksanakan keterampilan.
12. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
refleksi dan fasilitator menyampaikan umpan balik dalam melaksanakan
praktik.
13. Hasil evaluasi penampilan peserta didik digunakan sebagai salah satu bahan
untuk menetapkan tingkat kompetensi atau keberhasilan peserta sesuai dengan
standar pelatihan yang telah ditetapkan.
Teknik yang efektif bisa digunakan untuk mempercepat proses pembelajaran, teknik yang
terbaik adalah dengan memiliki koneksi dengan coachee dan dengan teknik yang sederhana
seperti mendengarkan, mengajukan pertanyaan, mengklarifikasi dan memberi umpan balik
merupakan teknik-teknik dasar utama dalam coaching.
Beberapa cara untuk mengaktifkan teknik coaching seperti:
1. Menjadi Contoh (Lead by Example)
Artinya secara sederhana adalah lakukan apa yang kau katakan.
Coach tidak bisa meminta coachee untuk datang tepat waktu, apabila dia sendiri
selalu datang terlambat. Orang-orang akan mengikuti instruksi kita atau
rekomendasi kita jika kita telah menjadi contoh yang baik.
2. Pendengar yang Aktif (Active Listening)
8
Orang-orang pada umumnya sangat senang untuk berbicara. Mereka akan
membicarakan permasalahan mereka, tentang kehidupan, tentang karir mereka,
tentang anak-anak mereka dan mereka akan membicarakan mengenai semua
yang ada dalam kehidupan mereka. Seorang coach akan bisa membangun suatu
kepercayaan dengan coachee dengan menjadi seorang pendengar yang aktif
yang mau memberikan perhatian pada saat mereka berbicara. Dengan perlakuan
ini orang-orang akan merasa dihargai. Namun begitu, harus dipastikan coach
tahu mengendalikan pembicaraan-pembicaraan yang tidak relevan sehingga
pembicaraan menjadi produktif.
3. Alat-alat Peraga (Visual Aids)
Dapatkah kita mengikuti penjelasan mengenai langkah-langkah yang cukup
banyak yang harus dikerjakan dengan hanya mendengarkan instruksi saja?
Kalau saya terus terang tidak bisa. Seseorang akan lebih cepat proses
pembelajarannya dengan memberikan penjelasan dengan menggunakan alat-alat
peraga yang bisa langsung dilihat seperti ilustrasi, gambar, data-data statistik
dan lain sebagainya.
4. Dibuat Sederhana (Keep it Simple)
Pada suatu program coaching, tidak perlu dijelaskan segala hal secara panjang
lebar. Untuk mempercepat proses pembelajaran harus digunakan bagian yang
sederhana dimana coachee dapat dengan mudah mengerti.
5. Langsung kepada Sasaran (Get Straight to the Point)
Bagian ini sangat membantu pada saat proses coaching dilakukan dengan
adanya keterbatasan waktu. Daripada memberikan pendahuluan yang terlalu
panjang dan membosankan, lebih baik langsung menuju sasaran sehingga dapat
menghemat waktu.
2.4 TEKNIK COACHING
Teknik Coaching
a. Tahap Orientasi
Tahap ini merupakan tahap perkenalan dan tahap pengkondisian agar tercipta
suasana yang saling mempercayai.
b. Tahap Klarifikasi
Pada tahap ini dilakukan analisis permasalahan. Masalah yang akan
dipecahkan diuraikan sehingga jelas mana permasalahan utama dan juga
permasalahan mana yang akan dipecahkan terlebih dahulu.
9
c. Tahap Pemecahan (Perubahan)
Pada tahap ini coachee dengan bantuan coach berusaha mencari solusi
terhadap permasalahan yang dihadapi. Coach berusaha memberikan saran dan
alternatif-alternatif, namun coachee sendirilah yang harus mengembangkan
solusi permasalahan yang dihadapi.
d. Tahap Penutup
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap apa yang telah dicapai coachee dari
proses coaching. Hal-hal yang pada tahap pendahuluan disepakati untuk
diubah atau diperbaiki akan dinilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau
belum.
2.5 KEUNGGULAN COAHCING
Keunggulan Coaching
a. Dapat mendorong kemampuan masing-masing individu sesuai dengan
minatnya.
b. Dapat menilai masing-masing peserta dengan berbagai metode penilaian
termasuk observasi.
c. Dapat mengikuti lebih dekat setiap perkembangan peserta
d. Coaching lebih pada pendekatan personal dibanding dengan training
kelompok.
e. Peserta merasa lebih termotivasi dan bertanggung jawab untuk melakukan
keterampilan yang baru dipelajari karena bimbingan berlangsung terus
menerus dan personal.
2.6 KELEMAHAN COACHING
Kelemahan Coaching
a. Pendengar yang buruk
b. Terlalu banyak memberi informasi, instruksi dan solusi
c. Menyalah orang lain
d. Memaksa pendapat
e. Fokus pada masalah
2.7 KEMAMPUAN MELAKUKAN COACHING
Kompetensi dalam coaching dapat dibagi dalam 3 kelompok, yaitu:
a. Kompetensi menjaga hubungan
Para coach harus mampu menunjukkan bahwa adanya keterbukaan, jujur dan
menghargai orang lain.
10
b. Menjadi efektif
Para coach harus memiliki kepercayaan diri untuk dapat bekerja dengan para
coachee dan memiliki kesadaran diri.
c. Melakukan coaching
Para coach harus mampu berpegang pada metodelogi yang jelas, cakap dalam
mengaplikasikan metode serta alat-alat dan teknik-teknik yang relevan serta
selalu hadir dalam setiap sesi coaching. Kemampuan yang harus dimiliki
untuk melakukan coaching yaitu sebagai berikut:
1. Fasilitator harus dapat membimbing secara efektif an sungguh-
sungguh kepada setiap peserta
2. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan observasi, analisis dan
diagnosis yang tajam terhadap masalah pelatihan atau pembelajaran
3. Fasilitator dituntut memiliki kemampuan dan fleksibilitas yang tinggi
terhadap materi yang dilatihkannya
4. Melakukan bimbingan dan komunikasi secara asertif
5. Memiliki daya empati dan peka terhadap kebutuhan peserta
6. Mampu menjadi pendengar yang baik.
7. Terbuka untuk menerima pendapat
2.8 FAKTOR PENGHAMBAT COACHING
Faktor Penghambat Dalam Coaching
Untuk mengadakan suatu coaching tidaklah mudah karena banyak faktor yang harus
terlibat. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi adalah kepribadian yaitu
kesesuaian dan ketidak sesuaian antara bawahan dan atasan. Yang menjadi hambatan
disini adalah :
1. Peran yang kurang jelas
Sering kali terjadi ketidak jelasan apa sesungguhnya yang dilibatkan baik dari segi
keterampilan maupun kegiatan.. Disamping itu kurangnya pemahaman tentang siapa
yang sesungguhnya bertanggung jawab dalam coaching, apa yang harus dilakukan ,
kapan dan bagaimana melakukannya. Selain itu terdapat ketidak pastian mengenai
seberapa banyak penyuluhan, pengarahan dan dukungan sosio-emosional yang
dibutuhan, apakah peserta siap, dan bersedia menerima bantuan
2. Gaya manajemen kurang sesuai
Kepercayaan peserta sering kali dipengaruhi oleh pandangan fasilitator mengenai
tabiat atau sifat manusia . Besarnya pengawasan atau kebebasan yang diberikan oleh
11
fasilitator kepada peserta sering kali tergantung pada anggapan fasilitator terhadap
peserta. Dilain pihak, sikap yang ditunjukkan oleh peserta sangat tergantung pada
harapan dan keinginan mereka, apakah mereka menginginkan fasilitator dengan jiwa
kepemimpinan yang kuat, apakah mereka menunjukkan kemandirian, ketergantungan,
inisiatif dan kreativitas. Coaching mempertegas hubungan baik yang terjalin antara
fasilitator dan peserta sekaligus perilaku dan harapan kedua belah pihak.
4. Kesulitan dalam kontak pribadi secara langsung
Coaching melibatkan pengarahan dengan kontak langsung, hal ini sering
menimbulkan kesulitan bagi fasilitator yang tidak terbiasa melakukan hubungan tatap
muka satu lawan satu dengan peserta untuk jangka waktu tertentu. Fasilitator merasa
takut bahwa situasi ini akan dapat membongkar kekurangannya, baik yang berkaitan
dengan pengetahuan teknis maupun keahlian khususnya
5. Keterampilan komunikasi tidak memadai
Keterampilan komunikasi tulis dan lisan sangat penting dalam situasi coaching.
Keberhasilan dan kegagalan fasilitator tergantung pada kemampuan mereka dalam
menyampaikan pikiran, perasaan dan kebutuhan. Besar kemungkinan fasilitator juga
gagal dan tidak berniat mengungkapkan pengalamannya atau pengetahuan
pribadinya ,yang dapat membantu peserta untuk belajar
6. Kurangnya kesediaan atau kemauan
Seorang peserta harus siap dan bersedia menerima fasilitator. Kedua belah pihak
harus menganggap coaching sebagai proses meraih kemajuan dan peningkatan yang
bertujuan mengembangkan keterampilan dalam suatu lokasi kerja. Peserta yang
menunjukkan sikap kurang kemauan dan bekerja tidak sebagaimana mestinya dapat
menyulitkan dalam proses coaching.
7. Kurangnya motivasi
Sebagai fasilitator akan mempunyai tugas tambahan untuk menciptakan lingkungan
bermotivasi bagi peserta . Oleh karenanya motivasipun lebih banyak ditumpukan pada
keinginan menguasai pengetahuan keterampilan baru dan mendapatkan kesempatan
dalam mengambil keputusan.
8. Tekanan dalam pekerjaan
Ada beberapa alasan mengapa fasilitator tidak termotivasi dan ragu menjadi
fasilitator, satu diantaranya karena mereka menganggap organisasi menitik beratkan
pada sikap “ Lakukan sendiri tugasmu; untuk itu kamu dibayar”. Alasan lain pelatihan
akan menyita banyak waktu, kecemasan menghadapi kegagalan.
12
Adapun beberapa upaya yang dapat diterapkan untuk mengatasi berbagai hambatan
yang terjadi dalam proses coaching diantaranya :
1. Buatkan program coaching yang jelas sebelum menjalankan praktik, dimana
program tersebut telah di sepakati oleh pihak institusi dan tempat praktik
yang akan digunakan.
2. Sesuaikan moda pengelolaan dengan komponen pendukung lain.
3. Menentukan serta memilih coach yang sudah handal dan berpengalaman
baik dalam segi pendidikan atau praktik.
4. Menjalin hubungan yang baik dengan para coachee agar memberikan
suasana nyaman sehingga tercipta sebuah komunikasi yang baik
5. Memberikan stimulus yang bisa menggugah semangat coachee, serta coach
bisa sesekali menggunakan tekhnik coaching secara informal yang tidak
menekan mental coachee.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dalam bidang kesehatan coaching merupakan alternatif untuk konseling. Coaching
merupakan proses untuk mencapai suatu prestasi kerja dimana ada seorang yang
mendampingi, memberikan tantangan, menstimulasi dan membimbing untuk terus
berkembang sehingga seseorang bisa mencapai suatu prestasi yang diharapkan.
Seseorang yang melakukan coaching disebut coach dan orang yang dicoaching
disebut coachee.
Proses coaching akan sangat menolong seseorang untuk mengaktualisasikan dirinya,
yaitu untuk mencapai satu titik dimana dia tidak hanya dapat mengetahui
keberadaannya saat itu tetapi juga mengetahui potensi kemampuan yang seharusnya
dapat dicapai. Orang yang melakukan coaching terikat dalam satu kerjasama yang
baik dengan coacheenya sehingga melalui proses ini terjalin satu kedekatan dan saling
pengertian yang lebih mendalam.
3.2 SARAN
Setelah membaca makalah ini mahasiswi di harapkan mampu memahami dan
menguasai metode pembelajaran coaching dalam praktik kebidanan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Depkes, RI. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching). Pusdiklat SDM


Kesehatan bekerja sama dengan Dit. Bina Pelayanan Keperawatan
Mercurio, N. 2008. Mastering Individual Effectiveness Through the Coaching
Process. Toronto: The Canadian Manager
Passmore. 2010. Excellence in Coaching. Jakarta: PPM Manajemen Pohan,
S.I. 2008. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan. Jakarta: EGC
Riandi, Widodo, dan Supriatno, 2008. Developing of Video – Based Coaching
Package. Result the Second Year Research Project. Jakarta: PMIPA UPI
Swanburg, 2008. Pengantar Kepemimpinan & Manajemen Keperawatan
untuk Perawat Klinis. Jakarta: EGC
Thorne, K. 2009. Peran Pelatih dalam Perubahan Manusia dan Organisasi.
Jakarta: Gramedia
World Health Organization. 2008. Materi Pelatihan Bimbingan (Coaching):
Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK

14
15

Anda mungkin juga menyukai