Kel.5 Supervisi Keperawatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

SUPERVISI KEPERAWATAN
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen: Ayu Puspita,Ners.M.Kep

Di susun oleh:
Kelompok 6

1. Ayu Lestari 2017.C.09a.0827


2. Bella Novita 2017.C.09a.0828
3. Congky 2017.C.09a.0829
4. Meitri Trolan 2017.C.09a.0853
5. Nedya Cristiyana A.S 2017.C.09a.0855
6. Novia Fergina 2017.C.09a.0857
7. Pedrik Andawa P. 2017.C.09a.0858

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan yang maha kuasa atas segala berkat dan
karunia yang telah dia limpahkan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Makalah ini di buat untuk memenuhi mata kuliah Manajemen
Keperawatan . Dalam makalah ini kami kami membahas tentang “ Supervisi
Keperawatan”.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata kesempurnaan, oleh karena
itu masukan berupa kritikan dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan
makalah ini. Akhir kata, kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Sekian dan kami ucapkan terima kasih.

Palangaka Raya, 18 September 2020

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB 2 PEMBAHASAN
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Supervisi dan evaluasi merupakan bagian yang penting dalam manajemen
serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam
manajemen keperawatan. Untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan
kemampuan manajemen dari perawat profesional diharapkan mempunyai
kemampuan dalam supervisi dan evaluasi. Pendelegasian merupakan elemen yang
esensial pada fase pengarahan dalam proses manajemen karena sebagian besar tugas
yang diselesaikan oleh manajer ( tingkat bawah, menengah dan atas ) bukan hanya
hasil usaha mereka sendiri, tetapi juga hasil usaha pegawai. Ada banyak tugas yang
sering kali harus diselesaikan oleh satu orang. Dalam situasi ini, pendelegasian sering
terkait erat dengan produktivitas. Ada banyak alasan yang tepat untuk melakukan
pendelegasian. Kadang kala manajer harus mendelegasikan tugas rutin sehingga
mereka dapat menangani masalah yang lebih kompleks atau yang membutuhkan
keahlian dengan tingkat yang lebih tinggi.
Supervisi merupakan bagian dari fungsi directing pengarahan ( dalam fungsi
manajemen yang berperan untuk mempertahankan agar segala kegiatan yang telah
diprogram dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Supervisi secara langsung
memungkinkan manajer keperawatan menemukan berbagai hambatan atau
permasalahan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan di ruangan dengan mencoba
memandang secara menyeluruh faktor-faktor yang mempengaruhi dan bersama
dengan staf keperawatan untuk mencari jalan pemecahannya. Sukar seorang manajer
keperawatan untuk mempertahankan mutu asuhan keperawatan tanpa melakukan
supervisi, karena masalah – masalah yang terjadi dapat diketahui oleh manajer
keperawatan melalui informasi yang diberikan oleh staff keperawatan yang mungkin
sangat terbatas tanpa melakukan supervisi keperawatan.
1.2   Rumusan Penulisan
1.    Apa definisi supervisi dalam manajemen keperawatan ?
2.    Apa tujuan supervisi dalam manajemen keperawatan ?
3.    Apa manfaat supervisi dalam manajemen keperawatan ?
4.    Bagaimana prinsip – prinsip supervisi dalam manajemen keperawatan ?
5.    Bagaimana cara supervisi dalam manajemen keperawatan ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.      Tujuan Umum
a.    Menjelaskan definisi supervisi dalam manajemen keperawatan
b.   Menjelaskan tujuan dan manfaat supervisi dalam manajemen keperawatan
c.    Menjelaskan prinsip – prinsip supervisi dalam manajemen keperawatan
d.   Menjelaskan cara supervisi dalam manajemen keperawatan
2.      Tujuan Khusus
a.    Pembaca dapat memahami Pengertian, Tujuan, Manfaat supervisi dalam
manajemen keperawatan.
b.   Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawtan dapat memahami prinsip
supervisi dalam manajemen keperawatan
c.    Perawat dapat menerapkan prinsip dalam manajemen keperawatan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Pitman (2011) mendefinisikan supervisi sebagai suatu kegiatan yang digunakan
untuk menfasilitasi refleksi yang lebih mendalam dari praktek yang sudah dilakukan,
refleksi ini memungkinkan staf mencapai, mempertahankan, dan kreatif dalam
menigkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan melalui sarana pendukung
yang ada. Supervisi menurut Rowe, dkk (2007) adalah kegiatan yang menjadi
tanggung jawab manajer untuk memberikan dukungan, mengembangkan pengetahuan
dan keterampilan serta nilai-nilai kelompok, individu atau tim.
Dalam supervisi keperawatan dapat dilakukan oleh pemangku jabatan dalam
berbagai level seperti ketua tim, kepala ruangan, pengawas, kepala seksi, kepala
bidang perawatan atau pun wakil direktur keperawatan. Sistem supervisi akan
memberikan kejelasan tugas, feedback dan kesempatan perawat pelaksana
mendapatkan promosi. Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan suatu bentuk
dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan
peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan,
keterampilan, dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Kunci supervisi
menurut Nursalam (2015) meliputi pra (menetapkan kegiatan, menetapkan tujuan dan
menetapkan kompetensi yang akan di nilai), pelaksanaan (menilai kinerja,
mengklarifikasi permasalahan,.
Perawat adalah individu yang mempunyai profesi berdasarkan pengetahuan
ilmiah, keterampilan serta sikap kerja yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab dan
pengabdian memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada klien dalam bentuk
pelayanan professional yang bertujuan membantu pasien untuk memulihkan dan
meningkatkan kemampuan dirinya. Pelayanan keperawatan di ruang rawat terdiri
atas serangkaian kegiatan yang dikoordinasi oleh kepala ruang rawat dan menjadi
tanggung jawab sebagai manajer (Simamora, 2012).
Perawat adalah individu yang mempunyai profesi berdasarkan pengetahuan
ilmiah, keterampilan serta sikap kerja yang dilandasi oleh rasa tanggung jawab dan
pengabdian memberikan pelayanan asuhan keperawatan kepada klien dalam bentuk
pelayanan professional yang bertujuan membantu pasien untuk memulihkan dan
meningkatkan kemampuan dirinya. Pelayanan keperawatan di ruang rawat terdiri
atas serangkaian kegiatan yang dikoordinasi oleh kepala ruang rawat dan menjadi
tanggung jawab sebagai manajer (Simamora, 2012).
Manajer terus-menerus ditantang untuk memotivasi tenaga kerja dalam
melakukan dua hal, yaitu: 1) Memotivasi karyawan untuk bekerja guna membantu
organisasi mencapai tujuannya. 2) Memotivasi karyawan untuk bekerja demi
mencapai tujuan pribadi mereka. Dalam pelayanan kesehatan, pemenuhan kebutuhan
dan pencapaian tujuan baik atasan maupun bawahan seringkali lebih sulit dicapai.
Agar berhasil, manajer layanan kesehatan harus mampu mengelola dan memotivasi
berbagai jenis karyawan (Buchbinder, 2014).

2.2 Peran Kepala Ruang Keperawatan


Menurut Kron, (1987 dalam Mua, 2011) peran supervisor
adalah sebagai perencana, pengarah, pelatih dan penilai yaitu :
1. Peran sebagai perencana ,Seorang supervisor dituntut mampu membuat
perencanaan sebelum melaksanakan supervisi.
2. Peran sebagai pengarah , Seorang supervisor harus mampu memberikan
arahan yang baik saat supervisi.
3. Peran sebagai pelatih ,Seorang supervisor dalam memberikan supervisi harus
dapat berperan sebagai pelatih dalam pemberian asuhan keperawatan pasien. Prinsip
dari pengajaran dan pelatihan harus menghasilkan perubahan perilaku, yang
meliputi mental, emosional, aktivitas fisik atau mengubah perilaku, gagasan, sikap
dan cara mengerjakan sesuatu.
4. Peran sebagai penilai ,Seorang supervisor dalam melakukan supervisi dapat
memberikan penilaian yang baik. Penilaian akan berarti dan dapat dikerjakan apabila
tujuannya spesifik dan jelas, terdapat standar penampilan kerja dan observasinya
akurat.

2.3 Bentuk Supervisi Klinik Keperawatan


Kegiatan supervisor dalam supervisi model klinik akademik (Mua, 2011), meliputi:
1. Kegiatan educative
Kegiatan educative adalah kegiatan pembelajaran secara tutorial antara
supervisor dengan perawat pelaksana.
2. Kegiatan supportive
Kegiatan supportive adalah kegiatan yang dirancang untuk memberikan dukungan
kepada perawat agar dapat memiliki sikap yang saling mendukung di antara
perawat sebagai rekan kerja profesional sehingga memberikan jaminan kenyamanan
dan validasi.
3. Kegiatan managerial
Kegiatan managerial dilakukan dengan melibatkan perawat dalam perbaikan dan
peningkatan standard. Kegiatan managerial dirancang untuk memberikan
kesempatan kepada perawat pelaksana untuk meningkatkan manajemen perawatan
pasien dalam kaitannya dengan menjaga standar pelayanan, peningkatan patient
safety, dan peningkatan mutu.

2.4 Fungsi Supervisi dan Peran Supervisor


1. Manajemen (Pengelolaan)
Fungsi ini bertujuan memastikan bahwa pekerjaan staf yang supervisi dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan standar yang ada, akuntabilitas untuk
melakkan pekerjaan yang ada dan meningkatkan kualitas layanan.
Supaya fungsi pengelolaan dapat berjalan dengan baik, maka selama kegiatan
supervisi dilakukan pembahasan mengenai hal – hal sebagai berikut :
1) Kualitas kinerja perawatan dalam memberi asuhann keperawatan.
2) Kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan pekerjaan dan pemahaman
terhadap prosedur tersebut.
3) Peran, dan tanggung jawab staf yang disupervisi dan pemahaman terhadap
peran, termasuk batas – batas peran.
4) Pengembangan dan evaluasi rencana kegiatan atau target dan tujuan yang
2. Pembelajaran dan pengembangan
Fungsi ini membantu staf merefleksikan kinerja mereka sendiri, mengidentifikasi
proses pembelajaran, kebutuhan pengembangan, dan mengembangkan rencana atau
mengidentifikasi peluang untuk memenuhi peluang tersebut. Pembelajaran dan
fungsi pengembangan dapat dicapai dengan cara :
1) Membantu staf yang disupervisi mengidentifiasi gaya belajar dan hambatan
belajar.
2) Menilai kebutuhan pengembangan dan mengidentifikasi kesempatan belajar
3) Member dan menerima umpan balik yang konstruktif mengenai pekerjaan
yang sudah dilakukan oleh staf
4) Mendorong staf yang disupervisi untuk merefleksikan kesempatan belajar
yang dilakukan
3. Memberi dukungan
Fungsi memberi dukungan dapat membantu staf yang disupervisi untuk
meningkatkan peran staf dari waktu ke waktu. Pemberian dukungan dalam hal ini
meliputi :
1) Menciptakan lingkungan yang aman pada saat supervisi dimana kepercayaan
dan kerahasiaan dibuat untuk mengklarifikasi batas-batas antara dukungan dan
konseling.
2) Memberikan kesempatan staf yang disupervisi untuk mengekspresikan
perasaan dan ide-ide yang berhubungan dengan pekerjaan.
3) Memantau kesehatan staf yang mengacu pada kesehatan kerja atau konseling
(Pitman, 2011).
4 Negosiasi (memberikan kesempatan)
Fungsi ini dapat menigkatkan hubungan antara staf yang disupervisi, tim,
organisasi dan lembaga lain dengan siapa mereka bekerja.
5 Peran Supervisor dan Fungsi Supervisi Keperawatan
Menurut Nursalam (2015) peran dan fungsi supervisor dalam supervisi adalah
mempertahankan keseimbangan pelayanan keperawatan dan manajemen sumber daya
yang tersedia :
1) Manajemen pelayanan keperawatan
Tanggung jawab supervisor adalah menetapkan dan mempertahankan standar
praktik keperawatan, menilai kualitas asuhan keperawatan dan pelayanan yang
diberikan, serta mengembangkan peraturan dan prosedur yang mengatur pelayanan
keperawatan kerja sama dengan tenaga kesehatan lain yang terkait.
2) Manajemen anggaran
Manajemen keperawatan berperan aktif dalam membantu perencanaan dan
pengambangan. Supervisor berperan dalam hal seperti membantu menilai rencana
keseluruhan dikaitkan dengan dana tahunan yang tersedia dan menegmbangkan
tujuan unit yang dapat dicapai sesuai tujuan rumah sakit, membantu mendapatkan
informasi statistik untuk merencanakan anggaran keperawatan, memberikan
justifikasi proyek yang dikelola

2.5 Manfaat supervisi


Pitman (2011) manfaat supervisi terdiri atas :
1) Manfaat bagi perawat pelaksana
a) Timbul perasaan dihargai dan dapat meningkatkan rasa percaya diri.
b) Supervisi mendorong praktek keperawatan yang aman dan mencerminkan
pelayanan perawatan pada pasien, hal ini dapat meningkatkan kepuasan kerja
perawat.
c) Meningkatkan pengembangan priadi dan profesional, supervisi yang
dilakukan secara keseluruhan dan terus menerus dapat meningkatkan profesionalisme
dan pengembangan pribadi serta komitmen untuk belajar secara terus menerus.
d) Perasaan diberdayakan dan difasilitasi untuk bertanggug jawab atas pekerjaan
mereka dan keputusan – keputusan yang diambil (Allen and Armorel, 2010; Pitman,
2011).
2) Manfaat bagi manajer
Tantangan bagi manajer untuk menfasilitasi staf dalam mengembangkan diri dan
meningkatkan profesionalisme, sehingga kualitas pelayanan yang bermutu dapat
tercapai.
3) Meningkatkan kualitas dan keamanan pasien
Tujuan yang paling penting dari supervisi adalah meningkatkan kualitas dari
pelayanan dan keamanan pasien. Supervisi memegang peranan utama dalam
mendukung pelayanan yang bermutu melalui jaminan kualitas, manajemen resiko,
dan manajemen kinerja.
Supervisi juga telah terbukti memiliki dampak positif pada perawatan pasien dan
sebaliknya kurangnya supervisi memberi dampak yang kurang baik bagi pasien.
Supervisi dalam praktek profesi kesehatan telah diidentifikasi sebagai faktor penting
dalam meningkatkan keselamatan pasien, supervisi yang tidak memadai dijadikan
sebagai pemicu kegagaan dan kesalahan yang terjadi dalam layanan kesehatan.
4) Pembelajaran
Supevisi memiliki manfaat memberikan efek pada pembelajaran melalui kegiatan
sebagai berikut :
a) Mendidik perawat pelaksana melalui bimbingan yang diberikan oleh
supervisor.
b) Mengidentifikasi masalah yang terjadi ketika memberikan asuhan
keperawatan pada pasien.
c) Meningkatkan motivasi perawat pelaksana dalam bekerja
d) Memantau kemajuan pembelajaran (Allen and Armorel, 2012).

2.6 Unsur pokok dalam supervisi


1) Pelakasana, yang bertanggung jawab melakasanakan supervisi adalag
supervisor yang memiliki kelebihan dalam organisasi. Namun untuk keberhasilan
supervisi yang lebih diutamakan adalah kelebihan dalam hal pengetahuan dan
keterampilan.
2) Sasaran objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan,
serta bawahan yang melakukan pekerjaan.
3) Frekuensi yang dilakukan supervisi harus dilakukan dengan frekuensi berkala.
4) Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara
langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang
cukup untuk dapat melaksanakan tugas dengan hasil yang baik.
5) Teknik, teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal yaitu
menetapkan masakah dan prioritasnya; menetapkan penyebab masalah,prioritas dan
jalan keluarnya; melaksanakan jalan keluar; menilai hasil yang dicapai untuk tindak
lanjut.

2.7 Teknik supervisi


Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya
mencangkup empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan
prioritas; (2) menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar; (3)
melaksanakan jalan keluar; (4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut
berikutnya. Untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik ada dua teknik :
1) Langsung
Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan supervisi dan
harus memperhatikan hal berikut:
a) Sasaran pengamata
Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan
kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan langsung ditujukan
pada sesuatu yang bersifak pokok dan strategis.
b) Objektifitas pengamatan
Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan suatu daftar isian
atau check list yang telah dipersiapkan.
c) Pendekatan pengamatan
Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak kesan negatif,
misal rasa takut, tidak senang, atau kesan menganggu pekerjaan. Dianjurkan
pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif dan suportif, bukan kekuasaan atau
otoriter.
Teknik supervisi dimana supervisor berpartisipasi langsung dalam melakukan
supervisi. Kelebihan dari teknik ini pengarahan dan petunjuk dari supervisor tidak
dirasakan sebagai suatu perintah, selain itu umpan balik dan perbaikan dapat
dilakukan langsung saat ditemukan adanya penyimpangan (Suarli dan Bahtiar, 2009).
2) Tidak langsung
Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan (Suarli
dan Bahtiar, 2009).

2.8 Elemen Proses Supervisi


Menurut Rowe, dkk (2007) elemen proses dalam supervisi yaitu :
1) Standar praktek keperawatan yang digunakan sebagai acuan dalam menilai
dan mengarahkan penyimpangan yang terjadi.
2) Fakta empiric dilapangan, sebagai pembanding untuk pencapaian tujuan dan
menetapkan kesenjangan.
3) Adanya tindak lanjut sebagai upaya mempertahankan kualitas maupun
upaya memperbaiki.

2.9 Langkah supervisi


Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam (2015) metode dalam melaksanakan
pengawasan adalah bertahap dengan langkahlangkah berikut :
a) Mengadakan persiapan pengawasan
b) Menjalankan pengawasan
c) Memperbaiki penyimpangan

2.10 Model-Model Supervisi


Menurut Sudaryanto menyatakan model-model supervisi terdiri dari :
1) Model development
Superviso diberikan kewenangan untuk membimbing perawat dengan 3
cara yaitu
a) Change agent seperti supervisor membimbing perawat menjadi agen
perubahan.
b) Counselor seperti supervisor membimbing, mengajarkan kepada perawat yang
berkaitan dengan tugas rutin perawat.
c) Teaching seperti supervisor mengenalkan dan mempraktikkan nursing
practice yang sesuai dengan tugas perawat.
2) Model academic
Dalam model academic proses supervisi klinik meliputi 3 kegiatan yaitu kegiatan
educative, supportive dan managerial.
3) Model experimental
Dalam model ini proses supervisi klinik keperawatan meliputi
training dan mentoring.
4) Model 4S
Model supervisor ini dikembangkan dengan 4 strategi yaitu structure, skills,
support dan sustainability.
Menurut Suyanto, (2008) menyatakan model-model supervisi yang dapat
diterapkan dalam supervisi, yaitu :
1) Model konvensional.
Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah
dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan.
2) Model ilmiah.
Supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki
karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan
dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data
yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan.
3) Model klinis.
Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam
mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam
pemberian asuahan keperawatan meningkat. Supervisi dilakukan secara sistematis
melalui pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat
selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
4) Model artistik.
Supervisi model artistik dilakukan dengan pendekatan personal untuk menciptakan
rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang
disupervisi.

2.11 Pelaksanaan Supervisi


Menurut Suarli dan Bahtiar (2009) pelaksanaa dalam supervisi yaitu :
1) Sebaiknya pelaksanaan supervisi adalah atasan langsung dari yang
disupervisi.
2) Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi
3) Pelaksana supervisi harus memiliki keterampilan melakukan supervisi artinya
memahami prinsip pokok dan teknik supervisi.
4) Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif, bukan otoriter
5) Pelaksana supervisi harus memiliki waktu yang cukup, sabar, dan selalu
berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku bawahan yang
disupervisi.

2.12 Supervisor yang efektif


Karakteristik dari seorang supervisor yang efektif telah
diidentifikasi.Karakteristik tersebut mencakup kemampuan untuk :
1) Mengobservasi dan merefleksikan praktek keperawatan yang sudah dilakukan
oleh perawat pelaksana.
2) Memberikan umpan balik yang konstruktif.
3) Mengajarkan pada perawat pelaksana tentang pemberian asuhan keperawatan
yang aman melalui pelatihan dan pembimbingan.
4) Mengidentifikasi alternative pemecahan masalah.
5) Memotivasi perawat untuk meningkatkan kinerja.
6) Memberikan otonomi perawat pelaksana dalam melakukan praktik
keperawatan.
7) Memberikan informasi yang jelas dan akurat.
8) Mengevaluasi supervise yang dilakukan dan mengevaluasi respon perawat
pelaksana terhadap pelaksanaan supervise.
9) Mengelola pelayanan asuhan keperawatan bersama perawat pelaksana.
10) Menciptakan iklim kerja yang kondusif.
11) Melakukan advokasi antar tim pemberi layanan kesehatan atau dengan
lembaga lain.
12) Menggunakan waktu yang efektif dalam menyusun program kegiatan
supervise.

2.13 Supervisor yang tidak efektif


Perilaku supervisor yang tidak efektif menurut Kilminster dan Jolly meliputi :
1) Kaku atau kurang fleksibel dalam menghadapi permasalaahan yang muncul.
2) Rendah empati.
3) Kegagalan untuk memberikan dukungan.
4) Kegagalan untuk mengikuti kekhawatiran staf yang di supervisi.
5) Tidak memberikan suatu pengajaran.
6) Kurang toleransi terhadap masalah yang timbul.
7) Menekankan aspek evaluasi yang negative.

2.14 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Supervisi Keperawatan


1. Faktor Pengetahuan perawat
1) Definisi
Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tau setelah seseorang melakukan
penginderaan suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia yakni indera penglihatan, indera penciuman, pendengaran, rasa dan raba.
Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga dan pengetahuan
merupakan domain kognitif dalam melakukan tindakan (Notoatmodjo, 2012).
Kraiger (1993, dalam Notoatmodjo, 2012) membagi knowledge menjadi dua bagian
yang saling berhubungan, yaitu:
a) Theoritical Knowledge
Pengetahuan dasar yang dimiliki karyawan seperti prosedur bekerja, moto dan misi
perusahaan serta tugas dan tanggung jawab, informasi-informasi lainnya yang
diperlukan dan yang diperoleh baik secara formal (sekolah, universitas) maupun dari
non formal (pengalaman-pengalaman).
b) Practical Knowledge
Pengetahuan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk memahami
bagaimana dan kapan karyawan bersikap dan bertindak dalam menghadapi berbagai
masalah dan penerapan prosedur kerja berdasarkan dari pengetahuan secara teori
maupun dari pengalamanpengalaman yang terjadi.

2) Domain Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) menyatakan pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat (recall) terhadap
sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah
diterima, jadi “tahu” adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur apakah orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan dan menyatakan.
b) Memahami (Comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi, harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan sebagainya terhadap objek
yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi atau yang sebenarnya. Aplikasi ini bisa diartikan
sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi lain
d) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjalankan materi obyek ke dalam
komponen tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
dilihat dari penggunaan kata-kata kerja dengan menggunakan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.
e) Sintesis (Synthetis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan dan
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formula baru dari
formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyesuaikan dan sebagainya
terhadap suatu teori-teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
f) Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan  dengan kemampuan untuk melakukan
penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian terhadap suatu evaluasi
didasari suatu kinerja yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada.

2.15 Faktor motivasi kerja


1) Definisi
Motivasi adalah tindakan yang dilakukan orang untuk memenuhi kebutuhan yang
belum terpenuhi (Huston, 2010). Sedangkan menurut Mangkunegara (2000, dalam
Nursalam 2015) pengertian motivasi kerja adalah suatu kondisi yang berpengaruh
untuk membangkitkan, menggarahkan, dan memelihara perilaku yang berhubungan
dengan lingkungan kerja.
2) Prinsip-prinsip memotivasi kerja pegawai
Menurut Mangkunegara (2000, dalam Nursalam 2015) prinsipprinsip memotivasi
kerja pegawai yaitu :
a) Prinsip partisipatif, pegawai perlu diberikan kesempatan untuk berpartisipasi
untuk menentukan tujuan yang akan dicapai oleh pemimpin dalam upaya memotivasi.
b) Prinsip komunikasi, pemimpin mengkomunikasikan segala sesuatu dengan
jelas yang berhubungan dengan usaha pencapaian.
c) Prinsip mengakui andil bawahan, pemimpin mengakui bahwa bawahan
memiliki andil dalam pencapaian tugas.
d) Prinsip pendelegasian wewenang, pemimpin akan memberikan wewenang
kepada pegawainya untuk mengambil keputusan terhadap pekerjaan yang dilakukan
sewaktu-waktu.
e) Prinsip memberi perhatian, pemimpin memberikan
perhatian terhadap pegawainya sehingga pegawai akan termotivasi bekerja sesuai
yang diharapkan pemimpin.
3) Teori motivasi
Menurut Nursalam (2015) teori motivasi terdiri dari : a) Teori hirarki kebutuhan
maslow
Teori ini beranggapan bahwa tindakan manusia pada hakekatnya adalah untuk
memenuhi kebutuhan, berdasarkan hal tersebut pimpinan yang ingin memotivasi
stafnya harus mengetahui apa kebutuhan mereka.
b) Teori 2 faktor Frederick Herzerg
Teori maslow dibagi menjadi 2 bagian atas dan bawah. Menurut Hezbreg hanya
kondisi yang memungkinkan pemenuhan kebutuhan atas yaitu yaitu penghargaan dan
aktualisasi diri yang dapat meningkatkan motivasi kerja.
c) Teori Mc Celland’s
Teori ini menjelaskan bahwa dalam diri individu terdapat 3 kebutuhan pokok
yang mendorong perilakunya seperti kebutuhan dalam mencapai kesuksesan (Need
For Achievement), kebutuhan untuk mengadakan hubungan dalam bekerja sama
dengan orang lain (Need For Affiliation) dan kebutuhan kekuasaan (Need For
Power).
d) Teori X dan Y
Teori ini terdapat 2 pandangan tentang manusia yaitu dasar negatif yang ditandai
dengan teori X dan dasar positif yang ditandai dengan dengan teori Y.
c. Faktor kepemimpinan
1) Definisi
Kepemimpinan adalah memberi makna dan tujuan, menekankan pada hal-hal yang
tepat untuk dikerjakan, membantu lingkungan yang kondusif bagi organisasi untuk
mencapai tujuan, membuat orang lain melakukan apa saja yang diinginkan,
memotiasi orang untuk menyelesaikan pekerjaan dengan sukarela, memungkinkan
orang lain bertanggung jawab, memberdayakan orang lain untuk mengerjakan apa
yang mereka anggap benar, membantu orang lain merasa aman, lebih percaya diri,
mengembangkan, menjaga, dan mengubah budaya, memiliki pangsa pasar yang lebih
besar dari pada pesaing, memiliki produk dari layanan yang paling bagus di pasar
(Tracy, 2006).
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Supervisi keperawatan diperlukan untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan di rumah sakit, supervisi bukan berarti menghukum tetapi memberikan
pengarahan dan petunjuk agar perawat dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif
dan efisien.Supervisor diharapkan mempunyai hubungan interpersonal yang
memuaskan dengan staf agar tujuan supervisi dapat tercapai untuk meningkatkan
motivasi, kreativitas dan kemampuan perawat yang pada akhirnya akan berdampak
pada peningkatan kualitas pelayanan keperawatan.
Manfaat Supervisi, Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan
diperoleh banyak  manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut
(Suarli & Bachtiar, 2009) : Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja.
Peningkatan efektifitas  kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan
dan  keterampilan bawahan, serta makin terbinanya hubungan dan suasana  kerja
yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. Mengusahakan seoptimal mungkin
kondisi kerja yang nyaman, ini tidak hanya meliputi lingkungan fisik, tetapi juga
suasana kerja diantaranya para tenaga keperawatan dan tenaga lainnya

3.2 Saran
1.      Untuk Institusi
Agar dijadikan referensi, sehingga mahasiswa dapat menekankan supervisi dalam
manajemen keperawatan.
 2.  Untuk Mahasiswa.
Agar mahasiswa mampu menerapkan supervisi dalam manajemen keperawatan. Dan
memahami manfaat, tujuan, prinsip supervisi dalam manajemen keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2014. Manajemen keperawatan: aplikasi dalam praktik keperawatan


professional (edisi 4). Jakarta: salemba medika

Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (Edisi2). Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai