Partus Prematur Iminens Di RS Hermina Daan Mogot
Partus Prematur Iminens Di RS Hermina Daan Mogot
Partus Prematur Iminens Di RS Hermina Daan Mogot
DISUSUN OLEH:
05.20120606.05
JAKARTA
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH S.W.T yang telah berkat memberikan
rahmat dan hidayah-NYA Karya Tulis Ilmiah ini yang berjudul “Laporan Kasus Asuhan
Kebidanan Pada Ny. F dengan Partus Prematur Iminens di RS Hermina Daan Mogot”.
Keberhasilan penyusunan karya tulis ilmiah ini tentunya tidak lepas dari dorongan dan
bantuan dari semua pihak baik moral maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Minar Napitupulu, MARS , selaku Direktur Rumah Sakit Hermina Daan Mogot.
2. Veryanti Dewi, S.Kep, selaku Manager Keperawatan Rumah Sakit Hermina Daan
Mogot.
3. Tri Rahayu, AM.Keb, selaku Kepala Ruangan Poli Kebidanan Rumah Sakit Hermina
Daan Mogot.
4. Fitria Romzumelianti, Amd.Keb, selaku Perawat pendidik Rumah Sakit Hermina Daan
Mogot.
5. Dedeh Nurafiah, Amd.Keb, selaku Perawat pendidik Rumah Sakit Hermina Daan
Mogot.
6. Seluruh Perawat dan Bidan Pembimbing RS Hermina Daan Mogot.
7. Kepada orang tua, suami dan anak saya yang telah memberikan support
8. Seluruh teman sejawat di RS Hermina Daan Mogot.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih banyak kekurangan, hal tersebut
disebabkan karena keterbatasan waktu, sumber kepustakaan, pengetahuan dan kemampuan yang
penulis miliki. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum....................................................................................................... 2
2. Tujuan Khusus...................................................................................................... 2
ii
BAB III LAPORAN KASUS
1. Pengkajian............................................................................................................ 14
2. Diagnosa Kebidanan Berdasarkan Patoflow Kasus.............................................. 15
3. Antisipasi Masalah............................................................................................... 17
4. Tindakan Segera................................................................................................... 17
5. Perencanaan.......................................................................................................... 18
6. Pelaksanaan.......................................................................................................... 18
7. Evaluasi................................................................................................................ 21
BAB IV PEMBAHASAN
1. Pengkajian............................................................................................................ 24
2. Diagnosa Kebidanan Berdasarkan Patoflow Kasus.............................................. 24
3. Antisipasi Masalah............................................................................................... 24
4. Tindakan Segera................................................................................................... 25
5. Perencanaan.......................................................................................................... 26
6. Pelaksanaan.......................................................................................................... 26
7. Evaluasi................................................................................................................ 26
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan........................................................................................................... 27
2. Saran..................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu.
Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37
minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi
dan menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka dan menipis) dan berakhir dengan
lahirnya plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi uterus
tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks. (JNPK-KR, 2017)
Partus premature iminens (PPI) adalah adanya kontraksi uterus yang disertai perubahan
serviks sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dapat menyebabkan kelahiran 1remature. Setiap
tahunnya diperkirakan terdapat 1 dari 10 bayi lahir secara 1remature. Kelahiran premature dapat
menyebabkan komplikasi yang serius termasuk kematian. (Widiana, 2017)
Berdasarkan Survey Penduduk Antar Sensus (SUPAS) terakhir yang dilakukan oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017, angka kematian bayi baru lahir cukup tinggi yakni
15/1000. Artinya dari setiap 1000 kelahiran (neonatal), ada 15 bayi baru lahir (neonatus) yang
meninggal. Sebanyak 75 % dari kematian neonatal tersebut terjadi pada minggu pertama setelah
lahir. Sementara 40 % meninggal dalam 24 jam pertama kehidupannya. Yang menjadi penyebab
utama kematian neonatal adalah partus prematurus (kelahiran 1remature), komplikasi terkait
persalinan, infeksi, dan birth defect (cacat lahir).
Menurut data yang diambil di Kamar Bersalin (VK) RS Hermina Daan Mogot, jumlah
kasus ibu dengan Partus Prematur Iminena pada bulan Juli sebanyak 16 kasus, Agustus sebanyak
22 kasus, September 25 kasus. Berdasarkan data tersebut, maka penulis mengangkat kasus Partus
Prematur Iminens (PPI) dalam memenuhi tugas diklat kebidanan 4.
1
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memperoleh pengetahuan dalam melakukan Asuhan kebidanan pada pasien Partus Prematur
Iminens (PPI)
2. Tujuan Khusus
2.1 Mampu melakukan pengkajian pada pasien Partus Prematur Iminens (PPI) di RS Hermina
Daan Mogot
2.2 Mampu menentukan 2rematur pada pasien Partus Prematur Iminens (PPI) di RS Hermina
Daan Mogot
2.3 Mampu menentukan antisipasi masalah Asuhan Kebidanan pada pasien Partus Prematur
Iminens (PPI) di RS Hermina Daan Mogot
2.4 Mampu melakukan tindakan segera pada pasien Partus Prematur Iminens (PPI) di RS
Hermina Daan Mogot
2.5 Mampu melakukan perencanaan pada pasien Partus Prematur Iminens di RS Hermina Daan
Mogot
2.6 Mampu melakukan tindakan pada pasien Partus Prematur Iminens di RS Hermina Daan
Mogot
2.7 Mampu melakukan evaluasi asuhan kebidanan pada pasien Partus Prematur Iminens di RS
Hermina Daan Mogot
2
BAB II
KONSEP DASAR
A. Medis
1. Definisi
Pengertian persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan
20 minggu sampai <36 minggu (Sagita, 2017).
Partus premature iminens (PPI) adalah adanya kontraksi uterus yang disertai
perubahan serviks sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dapat menyebabkan kelahiran
premature. Setiap tahunnya diperkirakan terdapat 1 dari 10 bayi lahir secara 3remature.
Kelahiran premature dapat menyebabkan komplikasi yang serius termasuk kematian.
(Widiana, 2019)
Partus Prematurus Iminens adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana
timbulnya tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37
minggu) dan berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram. Tanda diagnosis partus
prematurus imines jika proses persalinan berkelanjutan akan terjadi tanda klinik seperti
kontraksi berlangsung sekitar 4 kali per 20 menit atau 8 kali dalam satu jam dan terjadi
perubahan progresif serviks seperti pembukaan lebih dari 1 cm, perlunakan sekitar 75-80
% bahkan terjadi penipisan serviks. (Kandita, 2020).
2. Etiologi
a) Faktor resiko mayor
Kehamilan multiple, hidramnion, anomaly uterus, serviks terbuka lebih dari 1 cm pada
kehamilan 32 minggu, riwayat abortus pada trimester II lebih dari satu kali, riwayat
persalinan premature sebelumnya, operasi abdominal pada kehamilan preterm, riwayat
operasi konisasi dan iritabilitas uterus.
b) Faktor resiko minor
3
Penyakit yang disertai demam, perdarahan pervaginam setelah kehamilan 12 minggu,
riwayat merokok lebih dari 10 batang per hari, riwayat abortus trimester II, riwayat
abortus pada rrimester I lebih dari 1 kali.
c) Faktor kehamilan
1) Ketuban Pecah Dini (KPD)
Ditandai dengan keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah kemailan
berusia 22 minggu dan dapat dikatakan pecah dini sebelum proses persalinan
berlangsung.
2) Infeksi
Infeksi intra uterine meliputi koriamnionitis, infeksi intra amnion, amnionitis,
merupakan infeksi akut pada cairan ketuban, janin dan selaput korion yang dapat
disebabkan oleh bakteri. Makin lama jarak antara ketuban pecah dengan persalinan,
makin tinggi pula resiko morbilitas dan mortalitas ibu dan janin. Hal ini ditambah
lagi dengan perubahan suasana vagina selama kehamilan yang menyebabkan
turunnya pertahanan alamiah terhadap infeksi.
3) Kelainan uterus
Uterus yang tidak normal mengganggu resiko terjadinya abortus spontan dan
persalonan preterm. Pada serviks inkompeten, dimana serviks tidak dapat menahan
kehamilan terjadi dilatasi serviks yang mengakibatkan kulit ketuban menonjol
keluar pada trimester kedua dan awal trimester tiga dan kemudian pecah yang
biasnya diikuti oleh persalinan.
4) Vaginitis bakterialis
Vaginosis bakterialis adalah sebuah kondisi ketika flora normal vagina pre
dominan-laktobasilus yang menghasilkan hydrogen peroksida digantikan oleh
bakteri anaerob seperti Gardnerella Vaginalis, spesies mobiluncus, dan
mycoplasma, hominis, vaginosis bakterialis telah lama dikaitkan dengan kelahiran
preterm spontan, ketuban pecah preterm, infeksi korion dan amnion, serta infeksi
cairan amnion
5) Komplikasi medis dan obstetrik
Beberapa komplikasi langsung dari kehamilan yaitu preeklamsia/eklamsia, ketuban
pecah dini, perdarahan antepartum, dll. Preeklamsia/eklamsia pada ibu hamil
4
mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas janin karena terjadi penurunan
darah ke plasenta yang mengakibatkan janin kekurangan nutrisi sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin. Sedangkan perdarahan antepartum yaitu keadaan
perdarahan yang keluar dari vagina ibu hamil pada usia kehamilan lebih dari 28
minggu, dapat diakibatkan oleh 2 hal yaitu plasenta previa dan solusio plasenta
yang diakibatkan oleh suatu sebab seperti trauma/kecelakaan dan tekanan darah
tinggi, dapat mengancam nyawa ibu maupun janin. Sehingga meningkatkan
indikasi untuk mengakhiri persalinan yang berdampak terjadinya persalinan
preterm.
6) Penyakit sistemik
Penyakit sistemik pada ibu seperti : diabetes mellitus, penyakit jantung, hipertensi,
penyakit ginjal, dan paru kronis.
d) Faktor janin:
Cacat bawaan pada bayi
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan fisik diawali dengan pemeriksaan uterus, yaitu menilai kekerasan dan nyeri
tekan, serta ukuran dan posisi janin. Kemudian penilaian dilatasi dan panjang serviks
harus dilakukan dengan teliti baik menggunakan palpasi jari, speculum, maupun
pemeriksaan digital. (Luther, 2019)
Pemeriksaan Laboratorium
5
Dapat dilakukan untuk mencari factor resiko terjadinya persalinan preterm, antara lain
Streptococus grup B dari secret rektovaginal dan urin. Bakteriuria asimptomatik dapat
meningkatkan resiko persalinan preterm, sehingga pemberian antibiotika dapat diberikan
sebagai profilaksis.
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG transvaginal dapat melihat dengan jelas proses penipisan serviks.
Melalui pembukaan ini juga dapat dibedakan kondisi serviks yang influensi atau sedang
dalam proses fase aktif persalinan.
6
5. Patofisiologi
Faktor Resiko Mayor Faktor Resiko minor Faktor Kehamilan Faktor Janin
Kontraksi/mulas
Keram perut bagian bawah
Perdarahan/ bercak/keluar
cairan dari vagina
Nyeri pinggang
7
6. Penatalaksanaan Medis
A. Tokolisis
Pemberian tokolisis dipertimbangkan bila bila terjadi kontraksi uterus yang regular
dengan adanya perubahan serviks.
Alasan pemberian tokolisis pada persalinan premature adalah:
Mencegah mortalitas dan morbiditas pada bayi premature
Memberi kesempatan bagi terapi kortikosteroid untuk menstimulasi surfaktan
patu janin
Memberi kesempatan transfer intrauterine pada fasilitas yang lebih lengkap
Beberapa macam obat yang digunakan sebagai tokolisis adalah:
a) Kalsium antagonis: Nifedipine 1 mg/oral diulang 2-3 jam, dilanjutkan tiap 8 jam
sampai kontraksi hilang. Obat dapat diberikan lagi jika timbul kontraksi lagi.
b) Obat β-mimetik: seperti terbutalin, ritrodin, isoksuprin dan salbutamol dapat
digunakan, tetapi nifedipin memiliki efek samping lebih kecil
c) Sulfas magnesium dan anti prostaglandin (endometasin): jarang dipakai karena
efek samping pada ibu maupun janin.
d) Untuk menghambat proses persalinna premature selain pemberian tokolisis,
adalah dengan membatasi aktivitas/tirah baring.
B. Kortikosteroid
Tujuan pemberian terapi kortikosteroid adalah untuk pematangan surfaktan paru
janin, menurunkan insiden RDS, mencegah perdarahan intraventikuler, yang
akhirnya menurunkan angka kematian neonatus. Kortikosteroid perlu diberikan pada
usia kehamilan kurang dari 35 minggu. Obat yang diberikan adalah deksametason
atau betametason. Pemberian steroid ini tidak diulang karena merupakan resiko
terjadinya pertumbuhan janin terhambat. Pemberian siklus tunggal kortikosteroid
adalah:
Betametason 2x12 mg i.m dengan jarak pemberian 24 jam
Deksametason 4x6 mh i.m dengan jarak pemberian 12 jam
C. Antibiotik
Antibiotic diberikan pada kasus kehamilan dengan resiko terjadinya infeksi
seperti pada kasus KPD. Obat diberikan per oral, yang dianjurkan adalah: eritromisin
8
3x500 mg selama 3 hari. Obat pilihan lain adalah ampisilin 3x500 mg selama 3 hari,
atau dapat menggunakan antibiotic lain seperti klindamisin.
D. Konsul dokter spesialis anak sub perinatology
B. Kebidanan
1. Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan Utama : perut dirasa kencang-kencang/mules, dapat disertai keluar flek
darah/keluar air-air dari vagina
3. Riwayat Kehamilan dan persalinan
4. Riwayat Perkawinan
5. Riwayat perkawinan
6. Riwayat menstruasi
7. Pemeriksaan umum
8. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Mata : tidak ada kelainan,anemis.
2) Muka : ekspresi wajah meringis dan tampak kesakitan.
3) Leher : tidak ada kelainan.
4) Mulut : sianosis ada/tidak.
5) Payudara : hyperpigmentasi, hipervaskularisasi, simetris.
6) Abdomen : terdapat pembesaran abdomen, tampak striae gravidarum
7) Ekstremitas : adanya sianosis perifer/ tidak , akral dingin.
8) Genetalia : terdapat perdarahan pervaginam / tidak.
b. Palpasi
Abdomen : teraba keras seperti papan
c. Auskultasi
1) Abdomen : bising usus (+), DJJ (+)
2) Jantung : nadi;irama,denyut kuat/lemah
d. Perkusi
9
Ekstremitas : reflek patella + / +
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Rutin
b. Urine Lengkap
c. USG abdomen / transvaginal
d. Inspekulo : ditemukan keputihan/perdarahan/tidak ada
2. Interpretasi Data
A. Diagnosa
Ibu : G… P….A…..Hamil……mgg dengan partus premature iminens
Dasar :
a. HPHT: ……..................... TP ……...........................
b. Ibu mengatakan perut terasa kencang-kencang sejak….
c. Keluar flek sejak, warna
d. Palpasi:
e. TBJ:
f. His/kontraksi:
g. DJJ:
h. Inspekulo:
i. Pemeriksaan penunjang:
Hasil USG:
Hasil laboratorium:
B. Masalah
a) Nyeri kontraksi
b) Keterbatasan aktivitas
c) Cemas
3. Antisipasi Masalah
a) Partus prematur
b) Infeksi intra uterin
10
c) Gawat janin
d) Asfiksia BBL
4. Tindakan Segera
a) Mandiri
1). Observasi kontraksi, DJJ, KU, TTV
b) Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian tokolisis, pematangan paru, USG
c) Rujukan
5. Perencanaan
a) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang kondisi kehamilan saat ini dan rencana
penanganan yang akan dilakukan
b) Berikan support mental pada pasien
c) Observasi tanda-tanda vital pasien
d) Observasi kontraksi dan DJJ
e) Observasi tanda-tanda infeksi
f) Lakukan CTG sesuai instruksi dokter
g) Berikan penkes pada pasien tentang:
- Teknik relaksasi
- Pentingnya bedrest
- Diet TKTP
h) Kolaborasi dengan DPJP untuk:
- Terapi tokolitik
- Terapi pematangan paru
- Konsul dokter spesialis anak sub perinatologi
i) Kolaborasi dengan NICU untuk terminasi kehamilan
j) Berikan terapi sesuai program dokter
k) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
l) Libatkan keluarga dalam pemberian support dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
personal hygiene
11
m)Penkes dan support mental
6. Tindakan
a) Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang kondisi kehamilan saat ini dan
rencana penanganan yang akan dilakukan
b) Memerikan support mental pada pasien
c) Mengobservasi tanda-tanda vital pasien
d) Mengobservasi kontraksi dan DJJ
e) Mengobservasi tanda-tanda infeksi
f) Melakukan CTG sesuai instruksi dokter
g) Memberikan penkes pada pasien tentang:
- Teknik relaksasi
- Pentingnya bedrest
- Diet TKTP
h) Melakukan kolaborasi dengan DPJP untuk:
- Terapi tokolitik
- Terapi pematangan paru
- Konsul dokter spesialis anak sub perinatologi
n) Melakukan kolaborasi dengan NICU untuk terminasi kehamilan
o) Memberikan terapi sesuai program dokter
p) Membantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari
q) Melibatkan keluarga dalam pemberian support dan pemenuhan kebutuhan sehari-
hari personal hygiene
r) Memberikan penkes dan support mental
7. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat menunjukkan antisipasi masalah
yang akan menentukan langkah asuhan kebidanan selanjutnya:
a) Partus premature
b) Infeksi intra uterin
12
c) Asfiksia BBL
d) Gawat janin
Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif dan dibuat dalam bentuk SOAP:
a) Evaluasi formatif
Evaluasi ini dilaksanakan secar terus menerus untuk menilai kemajuan dalam
mencapai tujuan. Dalam melakukan evaluasi formatif, dapat dilihat pada
catatan perkembangan pasien setelah bidan melaksanakan tindakan kebidanan
pada pasien. Selain itu, evaluasi harus berpedoman pada tahap selanjutnya.
b) Evaluasi sumatif
Evaluasi ini dibuat setelah beberapa tujuan dari yang diharapkan pasien
tercapai. Evaluasi sumatif asuhan kebidanan pada pasien dengan Partus
Prematurus Iminens sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
13
BAB III
LAPORAN KASUS
1. Pengkajian
a. Identitas Klien:
No register : E457826
Tanggal Masuk : 21 September 2020 jam 10.00
Tanggal Pengkajian : 21 Septembaer 2020 jam 10.15
Nama Pengkaji : Bd A
Nama : Ny. F
Umur : 25 tahun
Lama menikah : 9 bulan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Pendidikan : D3
Pekerjaan : Karyawati swasta
Alamat : Pesing Bendungan no.28 RT013/06 Kebon Jeruk,
Jakarta barat
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan mules sejak jam 04.00, hamil belum cukup bulan , keluar cairan
dari vagina, keluar lendir darah tidak ada
14
d. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan mules dirasakan sejak jam 04.00 tanggal 21 September 2020
2. Ibu merasa cemas dengan keadaannya
Hasil Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Tgl Nilai Rujukan Satuan
21/09/2020 jam
11.30
Darah
Hemoglobin 9,5 11,7-15,5 g/dl
Hematokrit 28,2 35-47 %
15
Leukosit 14600 3600-11000 103/µL
Trombosit 328000 15000-44000 103/µL
NLR 9,44
Basinofil 0 0-1 %
Esinofil 0 1-3 %
Neutrofil batang 1 2-6 %
Neutrofil segmen 84 50-70 %
Limfosit 9 20-40 %
Monosit 6 2-8 %
Waktu Perdarahan 2 1-3 Menit
PT 10,9 11-18 Detik
APTT 30,6 27-42 Detik
GDS 96 ‹100 bukan DM mg/Dl
100-199 belum pasti DM
≥200 kemungkinan DM
16
Sediment 2-4 1-6
(mikroskopik) 0-1 0-1 /LPB
Leukosit Positif Positif /LPB
Eritrosit Negative Negatif /LPK
Epitel Positif Negatif /LPK
Slinder Negative Negatif /LPK
Kristal Negative Negatif /LPB
Bakteri
Ragi
3. Antisipasi Masalah
a. Partus prematur
b. Infeksi intra uterin
4. Tindakan Segera
a. Mandiri
- Observasi KU dan TTV pasien
- Observasi kontraksi dan DJJ
b. Kolaborasi
- Terapi tokolitik: infus RL + 2 ampul bricasma 12tpm
- Pematangan paru Deksametasone 1x12 mg
- Pemberian antibiotik Cefotaxim 2x1 gram
c. Rujuk : tidak ada
17
5. Perencanaan
a) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang kondisi kehamilan saat ini dan rencana
penanganan yang akan dilakukan
b) Berikan support mental pada pasien
c) Observasi KU dan TTV pasien
d) Observasi kontraksi dan DJJ
e) Observasi tanda-tanda infeksi
f) Lakukan CTG sesuai instruksi dokter
g) Berikan penkes pada pasien tentang teknik relaksasi, pentingnya bedrest
h) Kolaborasi dengan DPJP: terapi tokolitik, pematangan paru, pemberian antibiotik
i) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari
j) Libatkan keluarga dalam pemberian support dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari
6. Pelaksanaan
Jam 11.00 Memberikan support mental pada pasien dan ciptakan Bd.A
lingkungan yang nyaman dan melibatkan keluarga
dalam pemberian support dan pemenuhan kebutuhan
sehari-hari→Pasien merasa nyaman dan keluarga
mengerti
Jam 12.45 Melakukan CTG sesuai instruksi dokter→CTG Bd.A
18
kategori 1 kontraksi ada 2x dalam 10 menit sedang 25
detik. DJJ 150-155 kali/menit, teratur
Jam 13.30 Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi Bd.A
tokolitik dan pematangan paru
Jam 15.00 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 2x Bd.D
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 150 kali/menit,
teratur.
Jam 17.00 Mengajarkan dan memberikan penkes tentang teknik Bd.D
relaksasi bila perut terasa mulas→pasien mengerti
Jam 20.00 Melakukan CTG sesuai instruksi dokter→CTG Bd.D
kategori 1 kontraksi ada 2x dalam 10 menit ringan 15
detik. DJJ 130-145 kali/menit, teratur
Jam 22.00 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 2x Bd.R
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 140 kali/menit,
teratur.
22/09/2020 Melibatkan keluarga dalam pemberian support dan Bd.R
jam 00.10 pemenuhan kebutuhan sehari-hari→Pasien merasa
nyaman dan keluarga mengerti
Jam 03.45 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 2x Bd.R
dalam 10 menit sedang, 15 detik. DJJ 138 kali/menit,
teratur.
Jam 06.35 Melakukan CTG sesuai instruksi dokter→CTG Bd.R
kategori 1 kontraksi ada 1x dalam 10 menit ringan 20
detik. DJJ 140-155 kali/menit, teratur
Jam 09.00 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 1x Bd.A
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 135 kali/menit,
teratur.
Jam 12.00 Mengajarkan dan memberikan penkes tentang teknik Bd.A
relaksasi bila perut terasa mulas→pasien mengerti
Jam 13.00 Kolaborasi dengan dokter kondisi pasien saat Bd.A
ini→tetesan infus diturunkan menjadi 8tpm, CTG per
hari
Jam 14.00 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 1x Bd.A
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 138 kali/menit,
teratur.
19
Jam 15.30 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 1x Bd.S
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 155 kali/menit,
teratur.
Jam 17.35 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 1x Bd.S
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 142 kali/menit,
teratur.
Jam 20.35 Mengajarkan dan memberikan penkes tentang teknik Bd.S
relaksasi bila perut terasa mulas→pasien mengerti
Jam 22.00 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi ada 1x Bd.M
dalam 10 menit ringan, 15 detik. DJJ 136 kali/menit,
teratur.
23/09/2020 Mengobservasi kontraksi dan DJJ → kontraksi tidak Bd.M
jam 01.00 ada. DJJ 145 kali/menit, teratur.
7. Evaluasi
Tanggal 21 September 2020 jam 14.00
S : Pasien mengatakan mules sudah berkurang
20
O : KU: sedang, Kesadaran: CM, TTV : TD:120/80 mmhg N 94 x/menit kuat
RR: 20x/menit, DJJ 150 kali/menit, USG: ICA 11, letak kepala, TBJ 2600
gram.CTG kategori 1, kontraksi ada 2x dalam 10 menit, ringan, lamanya 15
detik. Terpasang infus RL+Bricasma 2 ampul 12 tpm. Inspekulo: erosi porsio,
terdapat fluor albus warna kuning kehijauan, terdapat pembukaan servix 1cm
A : G1P0A0 hamil 34 minggu 2 hari dengan Partus Prematur Iminens
Janin tungal hidup intrauteri presentasi kepala
P : observasi KU,TTV,kontraksi,DJJ
observasi tanda-tanda infeksi
21
P : observasi KU,TTV,kontraksi,DJJ
rencana pindah ruangan
22
A : G1P0A0 hamil 34 minggu 4 hari dengan Partus Prematur Iminens
Janin tungal hidup intrauteri presentasi kepala
P : observasi pasien tanpa infus
R/ visit dokter
BAB IV
PEMBAHASAN
Asuhan kebidanan pada pasien Ny. F dengan Partus Prematur Iminens dilakukan berdasarkan
tahapan asuhan kebidanan dimulai dari pengkajian, perumusan 23rematur, menyusun rencana
tindakan, implementasi dan evaluasi. Pada bab ini akan dilakukan pembahasan antara tinjauan
teori dengan laporan kasus apakah ditemukan kesenjangan atau tidak mulai dari pengkajian pada
pasien sampai dengan evaluasi.
1. Pengkajian
Proses pengkajian yang dlakukan pada Ny. F di ruang kamar bersalin RS Hermina Daan
Mogot dilakukan dengan cara pengambilan data subyektif dan obyektif. Data subyektif diambil
dengan cara anamnesa pasien. Data obyektif dilakukan dengan cara observasi, pemeriksaan fisik
23
pada pasien dan pemeriksaan penunjang. Dari pengkajian berdasarkan data subyektif dan data
obyektif pada pasien tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang ada.
Diagnosa kebidanan yang muncul pada Ny F. merupakan kumpulan masalah yang muncul
yang diangkat berdasarkan dari data subyektif dan obyektif yang merupakan gejala atau
manifestasi klinis yang didukung dari data pemeriksaan penunjang. Diagnosa yang diangkat
merupakan Partus Prematur Iminens (PPI) yang berdasarkan hasil pemeriksaan USG serta
penunjang laboratorium serta anamnesa pasien. Tidak ada kesenjangan antara teori dalam kasus
karena sesuai dengan hasil pemeriksaan.
3. Antisipasi Masalah
Berdasarkan tinjauan teori diagnose yang muncul pada pasien dengan partus premature
iminens adalah :
a. Partus prematur
c. Gawat janin
d. Asfiksia BBL
a. Partus premature iminens karena usia kehamilan masih 34minggu 3 hari dan hasil CTG
terdapat kontraksi sehingga membutuhkan pematang paru dan tokolisis.
b. Infeksi intra uterin karena dari anamnesa pasien, pasien mengatakan ada keluhan keluar
air-air berwarna kuning kehijauan. Dan di dapatkan dari hasil pemeriksaan inspekulo
terdapat keputihan serta erosi porsio, dan dari pemeriksaan penunjang di dapatkan hasil
Leukosit meningkat menjadi 14.560.
Berdasarkan hal tersebut, maka ada kesenjangan mengenai antisipasi masalah antara teori
dan kasus.
24
4. Tindakan Segera
a. Mandiri
Pelayanan kebidanan primer yang dilakukan oleh seorang bidan yang sepenuhnya
menjadi tangungjawab bidan. Interpretasi tindakan mandiri teori dengan kasus nampak
tidak terdapat kesenjangan karena tindakan bidan di kamar bersalin sesuai dengan teori.
b. Kolaborasi
Kolaborasi dengan dokter tentang penanganan medis sesuai antara teori dan kasus.
Kolaborasi dilakukan dalam pemeriksaan USG, pemberian terapi pematang paru dan
tokolisis. Hal tersebut sesuai dengan teori dimana bidan melakukan kolaborasi dengan
dokter dalam penanganan partus prematur iminens.
c. Rujuk
Layanan yang dilakukan oleh bidan dalam rangka rujukan ke 25remat layanan yang lebih
tinggi atau sebaliknya, serta layanan rujukan yang dilakukan oleh bidan ketempat atau
fasilitas pelayanan kesehatan lain secara horizontal maupun 25rematur atau ke profesi
kesehatan lain. Layanan bidan yang tepat akan meningkatkan keamanan dan
kesejahteraan ibu serta bayinya. Tidak dilakukan rujuk pada pasien Ny. F dikarenakan RS
Hermina Daan Mogot dapat melakukan perawatan pasien dengan kasus partus prematur
iminens.
5. Perencanaan
Perencanaan merupakan kelanjutan pelaksanaan terhadap masalah atau diagnose yang telah
diidentifikasi atau di antisipasi yang sifatnya segera atau rutin.rencana asuhan dibuat berdasarkan
pertimbangan yang tepat baik dari pengetahuan, teori yang up to date dan validasikan dengan
kebutuhan pasien. Pada kasus Ny.F terdapat kesenjangan antara kasus dengan teori pada bagian
kolaborasi. Dimana pada Varney, kolaborasi meliputi konsul dokter spesialis anak perinatology.
Tetapi pada kasus tidak dilakukan karena pada pasien Ny.F belum ada rencana untuk dilakukan
terminasi kehamilan.
6. Pelaksanaan
25
Pada pelaksanaan asuhan kebidanan, rencana asuhan menyeluruh dilaksanakan secara efisien dan
aman, realisasi dari perencanaan dapat dilakukan oleh bidan, pasien atau anggota keluarga yang
lain. Jika bidan tidak melakukannya sendiri, maka dapat melakukan tanggung jawab atas
terlaksananya seluruh perencanaan antara kasus dan teori.
7. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dalam proses asuhan kebidanan, tahap ini menyangkut
pengumpulan data subyektif dan obyektif yang akan menunjukkan apakah tujuan asuhan
kebidanan sudah tercapai sepenuhnya, sebagian atau belum tercapai. Serta menentukan masalah
apa yang perlu dikaji, direncanakan, dilaksanakan dan dinilai kembali.pada evaluasi tidak
ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny.F.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Partus premature iminens (PPI) adalah adanya kontraksi uterus yang disertai perubahan
serviks sebelum 37 minggu usia kehamilan dan dapat menyebabkan kelahiran 26remature.
Partus Prematurus Iminens adalah adanya suatu ancaman pada kehamilan dimana timbulnya
tanda-tanda persalinan pada usia kehamilan yang belum aterm (20 minggu-37 minggu) dan
berat badan lahir bayi kurang dari 2500 gram.
Diagnosa yang muncul pada kasus Ny F yaitu Partus Prematur Iminen (PPI) dengan
tindakan yang dilakukan adalah rawat konservatif dengan pemberian tokolisis dan pematang
paru. Perencanaan dibuat berdasarkan teori yang ada dan disesuaikan dengan kondisi pasien
dan fasilitas yang ada.
26
2. Saran
a. Bagi seorang bidan perlu memperhatikan kondisi pasien secara komprehensif, tidak
hanya fisik tetapi semua aspek manusia sebagai satu kesatuan yang utuh meliputi
biopsikososialkultural
b. Bagi Bidan diharapkan dapat makin memperbanyak pengetahuan dari berbagai referensi
tentang Partus Prematur Iminens
Bagi Rumah Sakit diharapkan berperan serta dalam meningkatkan kualitas bidan dengan
cara menyediakan akses yang mudah bagi bidan untuk memperoleh ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan perkembangan untuk mengatasi masalah pada pasien dengan Partus
Prematur Iminens.
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba IBG. 2018. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC
Nisa, Kandita Mahran. Puspitasari, Ratna Dewi. 2020. Jurnal G3P2A0 Hamil 30 minggu Belum
Inpartu Dengan Partus Imminens dan Riwayat Asma. Volume 10 No 1.
Sari, Sagita Darm. 2017. Kehamilan, Persalinan, Bayi Preterm & Postterm Disertai Evidence
Based. Jakarta: NoerFiikri
27
Widiana, Kadek Oka. Jurnal Karakteristik Pasien Partus Prematurus Imminens di RSUP
Sanglah Denpasar Periode 1 April 2016-30 September 2017. Edisi No 3 Vol VIII-2019
Wiknjosastro, Hanifa. lmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo .
20017
https://www.bps.go.id/subject/30/kesehatan.html
28