Modul 1 KB 4 PDF
Modul 1 KB 4 PDF
Modul 1 KB 4 PDF
MODUL 1
BAHASA INDONESIA
KEGIATAN BELAJAR 4
APRESIASI DAN KREASI SASTRA ANAK
Nama Penulis
Prof. Tatat Hartati, M.Ed., Ph.D.
2. Relevansi
Apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi dengan
komponen kebahasaan (fonologi, morfologi, semantik, sintaksis, dan
wacana) dan aspek keterampilan berbahasa (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis). Disamping itu, apresiasi dan kreasi sastra
anak memiliki relevansi dengan aspek pengembangan literasi baik literasi
sekolah atau Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dan pengembangan literasi
secara nasional atau Gerakan Literasi Nasional (GLN). Demikian pula,
apresiasi dan kreasi sastra anak memiliki relevansi dengan kurikulum 2013
serta pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia, seperti
pendekatan : saintifik, konstruktivisme, kontekstual, tematik integratif,
whole language, conferensing dan lain-lain.
3. Petunjuk Belajar
Sebelum Saudara mendalami secara menyeluruh isi materi modul ini,
disarankan Saudara untuk membaca dengan cermat petunjuk belajar yang
ada. Berikut ini petunjuk belajar yang harus Saudara ikuti.
a. Bacalah dengan cermat uraian-uraian penting yang terdapat dalam
modul ini. Akan sangat baik apabila Saudara mencatat dan meringkas
hal-hal penting yang terdapat dalam modul ini.
b. Kaitkanlah apa yang dipelajari dalam modul ini dengan pengalaman
Saudara dalam mengajarkan bahasa Indonesia di SD.
c. Kerjakanlah secara sungguh-sungguh tugas dan latihan yang
diperintahkan.
d. Kerjakanlah tes formatif yang ada dalam modul ini dengan baik.
Kemudian, berilah nilai tingkat pencapaian Saudara dengan
membandingkan jawaban yang telah Saudara buat dengan kunci tes
formatif yang terdapat pada akhir modul.
e. Diskusikanlah apa yang telah Saudara pelajari dan yang masih dianggap
sulit, dengan teman-teman Saudara.
B. INTI
Pada bagian inti modul ini, akan diuraikan hal-hal yang terkait
dengan (1) capaian pembelajaran, (2) subcapaian pembelajaran, (3) uraian
materi, dan (4) forum diskusi.
1. Capaian Pembelajaran
2. Subcapaian Pembelajaran
Berdasarkan capaian pembelajaran yang telah ditetapkan di atas,
subcapaian pembelajaran yang harus diraih melalui telaah materi modul ini
adalah:
Salah satu jenis sastra anak adalah puisi. Saudara simak dengan
baik puisi di bawah ini dalam rangka memahami konsep sastra anak!
Sahabatku
Di waktu aku sedih
Kau menghiburku
Di waktuku senang
Kau ikut gembira
Di waktu kau sedih
Aku pun menghiburmu
Di waktu kau senang
Aku tetap ikut gembira
Aku tahu
Kau sahabat terbaikku
Terima kasih kau sahabatku
Karena kau telah mengerti perasaanku
1. Bacalah di dalam hati puisi di bawah ini, dengan saksama dan berulang-
ulang!
2. Bagaimanakah sikap penyair terhadap obyek puisi tersebut (Ibu)?
3. Apakah tema puisi tersebut?
4. Bagaimana struktur puisi tersebut (larik, rima, irama, diksi) apakah
membentuk kesatuan makna dan bentuknya?
5. Apakah amanat puisi tersebut?
6. Ceritakan kembali puisi tersebut dalam bahasa sehari-hari!
Sintaks pembelajaran di atas masih dapat dikembangkan dengan
bantuan media misal: gambar, rekaman, big book, pop up, dan sebagainya.
Sintaks tersebut dapat pula dipergunakan untuk jenis sastra prosa dan puisi
(Resmini, Hartati, Cahyani, 2006).
Adegan I
Masuk Monyet ke dalam pentas. Kedatangannya dapat diiringi musik yang
sesuai dengan watak binatang itu lincah dan lucu.
Monyet : (Bicara sendiri atau pada penonton) Walaupun kelihatannya
bodoh, ternyata si Kura-kura itu berotak juga. Kemarin dia menyuruh saya
memetikkan buah pisang. Saya setuju tentu. Di samping saya pSaudarai
memanjat, saya punya rencana untuk melarikan pisangnya itu. Maka
sayapun memanjat membawa kantong. Saya petik pisang satu demi satu,
dan setelah saya masukkan ke dalam hutan. Saya cari tempat yang tenang
untuk memakan pisang dengan nikmat. Ketika saya buka kantong, apa yang
saya lihat? Satu buah pisang pun tidak ada. Yang ada hanyalah sebuah
lobang di dasar kantong itu. Si Kura-kura yang tampaknya dungu dan
malas itu, ternyata sudah berhasil menipu saya dan memakan semua
pisangnya. Tapi janganlah disebut si Monyet, kalau saya tidak dapat
membalasnya. Saya punya rencana lain, dan dia pasti tidak akan dapat
lolos. Lihatlah nanti! Sekarang akan saya panggil dia. Kura-kura! Kura-
kura!
Kura-kura : (Dari dalam gubuk) Kuk!
Monyet : Sedang apa?
Kura-kura : Sedang tiduran.
Monyet : Masa siang begini tiduran.
Kura-kura : Terlalu kenyang makan pisang kemarin.
Monyet : Keluarlah, mari kita main-main!
Kura-kura : Yuk!
Contoh Teks Drama 2
LASKAR TUJUH BELAS
Sinopsis : Perjuangan ini tak akan pernah usai, kemerdekaan dan
persatuan bangsa harus dipertahankan waktu, darah, dan
airmata harus dikorbankan. Seorang kakek sedang
mengenang masa lalunya dimana rakyat bahu membahu
berjuang mengusir penjajah.
Perwatakan : Kakek
Cucu Pejuang 3
Ibu Si Pincang
Kapten Pardi Si Tua
Istri Kapten Pardi Wanita Muda
Pejuang 1
Pejuang 2
ADEGAN 1
(Setting: Siang hari. Sebuah ruang tamu, dengan perabotan yang
sederhana. Masuklah seorang kakek renta dibimbing oleh seorang wanita
yang masih muda. Duduklah sang kakek disebelah kursi.)
Kakek : (batuk-batuk) Uhuk... uhuk...
Cucu : Hati-hati kek...pelan-pelan saja...
Kakek : Sekarang bulan apa cu...huk...huk...kalau kakek tidak salah, ini kan
sudah masuk bulan Agustus..
Cucu : Betul kek, sekarang sudah bulan Agustus, tanggal sepuluh
Agustus. (sambil membimbing kakek untuk duduk)
Kakek : Sebentar lagi tanggal tujuh belas kan? Kenapa belum pasang
bendera, kita harus memperingati kemerdekaan.
Cucu : Iya kek, sebentar lagi. Kita menunggu ibu pulang dari pasar,
bendera kita sudah usang jadi ibu mau membeli bendera yang baru.. Oh iya,
sebentar ya kek, saya ambilkan minum dulu (Cucu beranjak keluar
punggung dan kemudian masuk lagi sambil membawa segelas susu untuk
kakek)
Kakek : Terima kasih cucuku, kakek mengantuk...
Cucu : Iya, kakek istirahat dulu.. Saya mau bersih-bersih dapur sambil
menunggu ibu. (Cucu keluar panggung)
Kakek : Tujuh belas...tujuh belas...(Kakek menggumam sendirian, lalu
pelan-pelan kakek tertidur dikursi itu.)
ADEGAN 2
(Setting: Siang hari. Di ruang tamu, kakek masih tidur di kursi di bagian
belakang panggung. Tiba-tiba masuklah seorang berpakaian pejuang 45,
ia lalu duduk di kursi dan meja, kemudian membuka sebuah surat kumal
dari saku bajunya, mukanya kelihatan kusut dan resah, dibacanya surat itu
berulang-ulang.)
Kapten Pardi : (Membaca surat itu) “Mas, kalau bisa mas pulang.
Kata Mbah Dukun, sebentar lagi aku akan
melahirkan. Aku harap mas pulang walaupun cuma
sebentar”
Aduh...bagaimana ini.... (Tiba-tiba masuklah dua
orang pejuang lain)
Pejuang 1 & Pejuang 2 : (Memberi hormat) Merdeka!!
Kapten Pardi : Merdeka! Ayo silakan duduk. (Mereka pun duduk)
Ada berita apa dari Jakarta?
Pejuang 1 : Lapor pak, tadi saya baru saja menerima kabar,
bahwa BelSaudara tidak mengakui kemerdekaan
kita, dan besok lusa, tanggal 17, mereka akan
menghalangi kita memperingati kemerdekaan.
Kapten Pardi : Lalu apalagi?
Pejuang 2 : Kita harus mempersiapkan diri untuk merebut pos-
pos yang diduduki BelSaudara.
Pejuang 1 : Tapi pak...
Kapten Pardi : Tapi apa?
Pejuang 1 : Maaf pak, saya agak ragu kalau merebut pos-pos
BelSaudara. Pasukan kita hanya berjumlah tigabelas
orang, lagi pula persenjataan kita kurang.
Kapten Pardi : Iya... saya mengeti, kira-kira apakah masih ada
kemungkinan untuk menambah jumlah pasukan?
Pejuang 2 : Saya kira sudah tidak mungkin pak, semua
pemuda sudah bergabung dengan kita
(Tiba-tiba dari luar terdengar suara-suara ramai
orang dan mereka pun masuk panggung. Mereka
adalah dua orang gadis, seorang kakek, seorang
pemuda yang pincang kakinya, dan pemuda
pejuang)
Pejuang 3 : Maaf komSaudaran, mereka memaksa ingin
bertemu komSaudaran.
Si Pincang : Maaf komSaudaran, kami kurang sopan. Saya dan
kawan-kawan ini ingin ikut bergabung dengan
komSaudaran, kami mendengar bahwa kita akan
menyerang BelSaudara.
Kapten Pardi : Tidak apa-apa, memang benar kita akan
menyerang BelSaudara tapi... apakah kalian sudah
yakin akan bergabung dengan kami?
Wanita : Iya, yakin komSaudaran, walaupun saya wanita
namun kami siap mati membela tanah air ini.
Si Tua : Lebih baik berputih tulang dari pada berputih
mata, lebih baik mati berkalang tanah daripada
hidup dijajah. Walau sudah tua, tapi saya berjuang
membela negara.
Kapten Pardi : Baiklah kalau begitu, sekarang jumlah kita tujuh
belas, oleh karena itu pasukan ini kita sebut sebagai
Laskar Tujuh Belas. Mari kita mempersiapkan
senjata dan bekal seadanya, semoga Tuhan
melindungi kita, Merdeka!
Serempak : Merdeka !! (Mereka keluar panggung)
Di dalam drama terdapat unsur-unsur instrinsik. Unsur-unsur
instrinsik tersebut terbagi atas dua, diantaranya adalah unsur pertunjukan
dan unsur cerita. Diantara unsur pertunjukan adalah:
1) Pemain (aktor), yaitu orang yang memeragakan peran di dalam cerita.
2) Pentas, yaitu panggung tempat tempat pertunjukn drama.
3) Sutradara,yaitu pemimpin dalam pementasan drama yang juga
bertanggung jawab dalam kesuksesan pementasan drama dan membuat
perencanaan yang matang.
4) Penonton
Sementara itu, yang termasuk ke dalam unsur cerita, diantaranya
adalah:
1) Perwatakan atau karakter tokoh, yaitu keseluruhan ciri-cirijiwa
seseorang tokoh dalamlakon drama. Karakter ini diciptakan oleh penulis
lakon untuk diwujudkan oleh para pemain drama.
2) Dialog, yaitu ciri khas dari suatu drama yaitu berupa naskah tersebut
berbentuk percakapan atau dialog yang harus memperhatikan ragam
lisan yang komunikatif.
3) Latar, yaitu tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah
drama.
4) Alur, yaitu rangaian peristiwa yang membentuk suatu kesatuan cerita
dalam drama.
Pada tahun baru yang lalu aku bersama Ayah, Ibu, dan
Kakak merayakan Tahun Baru di Alun-alun kota. Di sana aku
membeli terompet yang berbentuk ular naga. Sebenarnya aku
ingin membeli terompet yang ada lampunya, tetapi tidak jadi
karena mahal harganya.
Tapi dengan terompet ular naga aku sudah sangat
senang. Aku selalu meniup terompet itu keras-keras sambil
berlari-lari di antara banyak orang. Aku sangat senang. Sudah
tidak tahan ingin melihat pesta tahun baru.
Akhirnya jam dua belas malam tiba, pesta tahun baru
dimulai. Aku meniup terompet keras-keras menyahut suara
terompet lain. Aku senang melihat pesta kembang api. Aku
berlari-lari sambil meniup terompet. Aku sangat senang sekali.
Aku pulang pada pukul tiga malam. Karena lapar aku
membeli roti bakar di pinggir jalan. Aku pun pulang ke rumah
bersama Ayah, Ibu, dan Kakak. Pagi harinya aku ceritakan
pengalaman merayakan tahun baru dengan terompet pada
teman-temanku.
c) Fiksi Sejarah
Fiksi sejarah adalah cerita realistik yang disSaudararkan pada masa
yang lalu/latar waktunya masa lalu (Stewig, 1980; Rothelin, 1991). Dengan
demikian fiksi sejarah berfungsi untuk menambah pengalaman pembaca
yang dapat dihayati dari kejadian masa lalu, perspektif untuk masa yang
akan datang, dan memberi pemahaman dan kepercayaan adanya nilai dan
kehidupan masa lalu.
Menurut Stewig (1980) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan
dalam cerita fiksi sejarah (1) cerita sejarah harus menarik dan memenuhi
tuntutan keseimbangan antara fakta dan fiksi, (2) harus secara akurat
merefleksi semangat atau jiwa dan nilai yang terjadi pada waktu itu, (3)
penulis harus berpijak pada tempat sejarah (histografi), (4) keotentikan
bahasa harus diperhatikan, dan (5) harus mendramatisasi fakta-fakta
sejarah.
Berikut ini salah satu cerita rakyat atau legenda yang ditujukan untuk
siswa sekolah dasar.
f) Biografi
Biografi adalah kisah tentang riwayat hidup seseorang yang ditulis
orang lain (Sudjiman, 1984). Bila riwayat hidup itu ditulis sendiri,
dinamakan autobiografi. Suatu cerita kehidupan bisa dibuat menjadi sebuah
fiksi atau bisa pula dibuat fakta-fakta dan peristiwa-peristiwa yang dapat
didokumentasikan sebagai buku informasi.
Contoh biografi misalnya: (1) Mohamad Toha Pahlawan Bandung
Selatan karya Min Resmana, (2) Imam Bonjol karya B. Waluyo, (3) Raden
Wijaya Pendiri Kerajaan Majapahit karya Soepono, (4) Semasa Kecil karya
Sudharmono, dan (5) Bangkitnya Pejuang Kemanusiaan karya Junaidi
Dirhan.
Berikut ini salah satu contoh teks biografi pahlawan di Indonesia.
BIOGRAFI TUANKU IMAM BONJOL
Lahir di Bonjol, Pasaman, Sumatra Barat 1772 – wafat dalam
pengasingan dan dimakamkan di Lotak, Pineleng, Minahasa, 6
November 1864, adalah salah seorang ulama, pemimpin dan pejuang
yang berperang melawan BelSaudara, peperangan itu dikenal dengan
nama Perang Padri di tahun 1803-1837. Tuanku Imam Bonjol
diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK
Presiden RI Nomor 087/TK/Tahun 1973, tanggal 6 November 1973.
Riwayat perjuangan : Perang Padri
Tak dapat dimungkiri, Perang Padri meninggalkan kenangan
heroik sekaligus traumatis dalam memori bangsa. Selama sekitar 20
tahun pertama perang itu (1803-1821) praktis yang berbunuhan
adalah sesama orang Minang dan MSaudarailing atau Batak
umumnya.
Pada awalnya timbulnya peperangan ini didasari keinginan
dikalangan pemimpin ulama di Kerajaan Pagaruyung untuk
menerapkan dan menjalan syariat Islam sesuai dengan Mazhab
Wahabi yang waktu itu berkembang di tanah Arab (Arab Saudi
sekarang). Kemudian pemimpin ulama yang tergabung dalam
Harimau nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak Raja
Pagaruyung Sultan Muning Alamsyah beserta Kaum Adat untuk
meninggalkan beberapa kebiasaan yang tidak sesuai dengan Islam.
Dalam beberapa perundingan tidak ada kata sepakat antara
Kaum Padri (penamaan bagi kaum ulama) dengan Kaum Adat.
Seiring itu dibeberapa nagari dalam Kerajaan Pagaruyung bergejolak,
dan sampai akhirnya Kaum Padri dibawah pimpinan Tuanku Pasaman
menyerang Pagaruyung pada tahun 1815, dan pecah pertempuran di
Koto Tangah dekat Batu Sangkar. Sultan Muning Alamsyah terpaksa
melarikan diri dari ibukota kerajaan.
Pada 21 Februari 1821, kaum Adat resmi menyerahkan wilayah
darek (pedalaman Minangkabau) kepada BelSaudara dalam perjanjian
yang diteken di Padang, sebagai kompensasi kepada BelSaudara yang
bersedia membantu melawan kaum Padri. Perjanjian itu dihadiri juga
oleh sisa keluarga Dinasti Kerajaan Pagaruyung di bawah pimpinan
Sultan Tangkal Alam Bagagar yang selamat dari pembunuhan oleh
pasukan Padri.
Campur tangan BelSaudara dalam perang itu ditSaudarai
dengan penyerangan Simawang dan Sulit Air oleh pasukan Kapten
Goffinet dan Kapten Dienema awal April 1821 atas perintah Residen
James du Puy di Padang. Dalam hal ini Kompeni melibatkan diri
dalam perang karena “diundang” oleh kaum Adat.
Perlawanan yang dilakukan oleh pasukan paderi cukup tangguh
sehingga sangat menyulitkan BelSaudara untuk menundukkannya.
Oleh sebab itu BelSaudara melalui Gubernur Jendral Johannes van
den Bosch mengajak pemimpin Kaum Padri yang waktu itu telah
dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol untuk berdamai dengan
maklumat “Perjanjian Masang” pada tahun 1824. Hal ini dimaklumi
karena disaat bersamaan Batavia juga kehabisan dana dalam
menghadapi peperangan lain di Eropah dan Jawa seperti Perang
Diponegoro. Tetapi kemudian perjanjian ini dilanggar sendiri oleh
BelSaudara dengan menyerang Nagari PSaudarai Sikek.
Penangkapan dan Pengasingan
Setelah datang bantuan dari Batavia, maka BelSaudara mulai
melanjutkan kembali pengepungan, dan pada masa-masa selanjutnya,
kedudukan Tuanku Imam Bonjol bertambah sulit, namun ia masih tak
sudi untuk menyerah kepada BelSaudara. Sehingga sampai untuk
ketiga kali BelSaudara mengganti komSaudaran perangnya untuk
merebut Bonjol, yaitu sebuah negeri kecil dengan benteng dari tanah
liat yang di sekitarnya dikelilingi oleh parit-parit. Barulah pada
tanggal 16 Agustus 1837, Bonjol dapat dikuasai setelah sekian lama
dikepung.
Dalam bulan Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol diundang ke
Palupuh untuk berunding. Tiba di tempat itu langsung ditangkap dan
dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian dipindahkan ke Ambon
dan akhirnya ke Lotak, Minahasa, dekat Manado. Di tempat terakhir
itu ia meninggal dunia pada tanggal 8 November 1864. Tuanku Imam
Bonjol dimakamkan di tempat pengasingannya tersebut.
g) Puisi
Puisi merupakan sebuah cipta sastra yang terdiri atas beberapa larik.
Larik-larik itu memperlihatkan pertalian makna serta membentuk sebuah
bait. Atau lebih. Puisi dinamakan juga sanjak.
Istilah puisi anak-anak memiliki dua pengertian yaitu (1) puisi yang
ditulis oleh orang dewasa untuk anak-anak dan (2) puisi yang ditulis oleh
anak-anak untuk dikonsumsi mereka sendiri. Pada dasarnya puisi anak dan
orang dewasa hanya sedikit perbedaannya, yaitu dalam segi bahasa, tema
dan ungkapan emosi yang digambarkannya. Puisi anak dilihat dari dunia
citraannya digambarkan dalam things dan sign yang sesuai dengan dunia
pengalaman anak. Jika dicermati keduanya memiliki implikasi perspektif
dan pengungkapan terhadap dunia anak dengan cukup tajam. Berikut
beberapa contoh puisi anak yaitu terdiri dari puisi bebas dan pantun.
Kata Bapak,
Senja adalah perpindahan siang ke malam
Kata Emak,
Senja adalah waktu terindah di ujung hari
Kata teman,
Senja adalah waktu pulang kerumah
Di hatiku,
Senja adalah semua yang terindah
Ketika PR telah selesai
Dan tugas-tugas sudah usai
Sementara mentari sembunyi sembari burung pulang ke sarang
Tuhanku adakah yang lebih indah dari senja?
Ketika segala karunia-Mu telah tumpah di dadaku
Di bumi Isola tercinta
(Karya: T. Hartati)
Lebah dan Mawar
A. KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman,
guru dan tetangga.
3. Memahami pengetahuan faktual dengan cara mengamati
(mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa
ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya,
dan benda-benda yang dijumpainya di rumah dan di sekolah.
4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas,
sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan
perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI DASAR
Muatan :Bahasa Indonesia
No Kompetensi Dasar No Indikator
3.6 Menggali isi dan amanat 3.6.1 Menjelaskan isi dan
puisi yang disajikan secara amanat puisi.
lisan dan tulis dengan 3.6.2 Menjelaskan cara
tujuan untuk kesenangan. menyusun puisi
berdasarkan teks puisi
“Penari”.
Muatan :SBdP
No Kompetensi Dasar No Indikator
3.3 Mengetahui gerak tari 3.3.1 Menjelaskan gerak tari
kreasi daerah. kreasi daerah
Muatan :IPA
No Kompetensi Dasar No Indikator
3.2 Membandingkan siklus 3.2.1 Menjelaskan manfaat
hidup beberapa jenis makhluk hidup bagi
makhluk hidup serta lingkungan sekitar
mengaitkan dengan upaya
pelestariannya.
F. KEGIATAN PEMBELAJARAN
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pembukaan 1. Guru memberikan salam dan 10 menit
mengkondisikan kelas.
2. Menyanyikan lagu,“Garuda
Pancasila” atau lagu nasional
lainnya. Guru memberikan penguatan
tentang pentingnya semangat
nasionalisme.
3. Pembiasaan membaca 15 menit.
4. Mengecek kehadiran siswa.
5. Mengaitkan dengan pembelajaran
yang lalu.
6. Menyampaikan tujuan pembelajaran
hari ini.
H. PENILAIAN
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru
untuk mengukur tingkat pencapaian kompetensi peserta didik. Hasil
penilaian digunakan sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil
belajar dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian terhadap
materi ini dapat dilakukan sesuai kebutuhan guru yaitu dari
pengamatan sikap, tes pengetahuan dan presentasi unjuk kerja atau
hasil karya/projek dengan rubrik penilaian sebagai berikut.