LAPORAN PENGOCORAN Logam

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM PENGECORAN LOGAM

(PEMBUATAN BALING BALING KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR)

OLEH :
MUH ASSI’DIK
17TMIA201

TEKNIK MANUFAKTUR INDUSTRI AGRO


POLITEKNIK ATI MAKASSAR
2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat yang diberikan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas kami yaitu membuat laporan karya tulis yang berjudul “PEMBUATAN
BALING BALING KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR “ untuk
mengetahui industry pengecoran logam dengan sebaik- baiknya.

Karya tulis kami ini berisikan tentang kegiatan study tour kami yang telah
kami jalani seharian di pabrik produksi pengecoran logam, yang kami susun
secara ringkas dan runtut. Namun kami menyadari bahwa karya tulis kami ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon
para pembaca memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan.
Untuk itu kami ucapkan selamat membaca dan semoga karya tulis kami yang
berjudul “Pembuatan Baling Baling Kapal Dengan Menggunakan Cetakan Pasir“
bermanfaat bagi kita semua.

  Makassar, November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul.............................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengecoran Logam......................................................................3
2.2 Keuntungan Pengecoran Logam....................................................................3
2.3 Kelemahan Pengecoran Logam......................................................................4
2.4 Cacat Pada Pengecoran Logam......................................................................5
2.5 Cetakan Pasir..................................................................................................13
2.6 Bahan Coran...................................................................................................18
2.7 Pemeriksaan produk cor................................................................................20
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Alat dan bahan................................................................................................22
3.2 Langkah kerja..................................................................................................22
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan......................................................................................................28
4.2 saran................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN 
1.1 Latar Belakang

Pengecoran logam merupakan suatu metode pembentukan logam dengan


cara memanaskan logam hingga mencair kemudian menuangkannya dalam
cetakan dan ditunggu sampai mengeras. Pengecoran logam mempunyai banyak
tahapan dalam prosesnya. Dalam dunia industri proses pengecoran banyak
digunakan untuk membuat benda kerja yang bentuknya rumit yang sulit
dikerjakan dengan proses pemesinan. Salah satu contoh komponen yang
dikerjakan dengan proses pengecoran adalah Baling baling kapal. Karena baling
baling kapal dituntut mempunyai sifat yang kuat dan keras agar proses kapal
dapat berjalan maksimal maka proses pengerjaannya dilakukan dengan proses
pengecoran.
Pada proses pelaksanaan proses pengecoran tidak selalu berjalan dengan
mulus. Seringkali cacat hasil coran terjadi. Banyak sekali faktor yang
memnyebabkannya misalnya cetakan pasir yang terlalu basah, adanya gas yang
terjebak, penggunaan jenis pasir yang kurang sesuai.Praktik Pengecoran logam
adalah salah satu mata kuliah pokok yang di ajarkan di POLITEKNIK ATI
MAKASSAR. Mata kuliah ini sangat penting untuk menunjang teori-teori
pengecoran logam ataupun praktiknya yang telah diajarkan dosen kepada
mahasiswa serta dimaksudkan untuk menambah pengetahuan pengecoran
logam. Hal tersebut akan meningkatkan pengetahuan mahasiswa khususnya
bidang pengecoran logam, mulai dari perencanaan pembuatan benda cor,
pembuatan pola dan rangka cetak, alat yang digunakan hingga hal yang
terpenting yaitu proses pengecoran itu sendiri. Serta sebagaimana kita sebagai
calon pengajar dimaksudkan untuk mengasah ketrampilan tambahan guna modal
untuk mengajar di SMK kelak.Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat
meningkatkan pemahaman siswa di dalam praktik maupun teori Pengecoran
Logam sehingga kelak dapat menunjang keterampilan dan kemampuan
Mahasiswa di dalam dunia keteknikan ataupun pendidikan. 

1
1.2   Tujuan
1.   Agar Mahasiswa mengetahui tentang pengetahuan pengecoran logam
2.   Agar Mahasiswa mengetahui tentang alur dan proses pengecoran logam
3.   Agar Mahasiswa mengetahui cacat  pada pengecoran logam
4.   Agar Mahasiswa dapat menganalisa cacat pada pengecoran logam

 1.3    Manfaat
1.   Mahasiswa mengetahui tentang pengetahuan pengecoran logam
2.   Mahasiswa mengetahui tentang alur dan proses pengecoran logam
3.   Mahasiswa mengetahui cacat  pada pengecoran logam
4.   Mahasiswa dapat menganalisa cacat pada pengecoran

 1.4   Rumusan Masalah

1.   Apa itu pengecoran logam?


2.   Bagaimana alur dan proses pengecoran logam?
3.   Apa sajakah cacat  pada pengecoran logam?
4.   Bagaimana menganalisa cacat pada pengecoran?

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan kedalam cetakan melalui
rongga cetak (cavity) sesuai dengan bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah
logam cair memenuhi rongga cetak dan tersoladifikasi, selanjutnya cetakan
disingkirkan dan hasil cor dapat diteruskan ke proses sekunder.Untuk
menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka dibutuhkan pola yang berkualitas
tinggi, baik dari segi dimensi, kontruksi, material pola, dan kelengkapan lainnya.
Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya dalam proses
pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang dibatasi rangka
cetak kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai kepadatan
tertentu. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas
(cup) dan bagian bawah (drag) sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola
akan mudah dicabut dari cetakan.Pembuatan inti dilakukan terpisah dengan
pembuatan cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir kuarsa yang dicampur
dengan air kaca (water Glass / Natrium Silikat), campuran tersebut dimasukkan
dalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan gas CO 2 sehingga menjadi padat
dan keras. Inti di pasang pada cetakan pasir kemudian cetakan diasembling dan
diklem.Sembari cetakan dipersiapkan bahan-bahan logam dilebur di bagian
peleburan. Setelah logam cair dan homogen maka logam cair itu dituang ke dalam
cetakan. Selanjutnya tunggu cairan logam membeku akibat proses pendinginan.
Setelah cairan logam membeku cetakan di bongkar.  Pasir cetak, inti, dan benda
tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk ke instalasi daur ulang, dan inti bekas
dibuang, dan benda tuang diberikan ke bagian fethling untuk dibersihkan dari
kotoran dan dilakukan pemotongan terhadap sistem saluran benda tersebut.

2.2 Keuntungan proses pembentukan dengan pengecoran:


Adapun keuntungan proses pembentukan dengan pengecoran logam
yaitu:
a.   Dapat mencetak bentuk kompleks, baik bentuk bagian luar maupun bentuk

3
bagian dalam
b.   Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam bentuk jaringan
c.   Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton
d.   Dapat digunakan untuk berbagai macam logam
e.   Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk keperluan produksi
massal.

2.3 Kelemahan proses pembentukan dengan pengecoran

Setiap metode pengecoran memiliki kelemahan, tetapi secara umum


kerugian proses pembentukan dengan pengecoran dapat disebutkan sebagai
berikut:

a. Keterbatasan sifat mekanik

1. Sering terjadi porositas


2. Dimensi benda cetak kurang akurat
3.  Permukaan benda cetak kurang halus
4.  Bahaya pada saat penuangan logam panas
5.   Masalah lingkungan

b.  Menurut jenis cetakan yang digunakan proses pengecoran dapat diklasifikan


menjadi dua katagori:

1. Pengecoran dengan cetakan sekali pakai.


2. Pengecoran dengan cetakan permanen.

Pada proses pengecoran dengan cetakan sekali pakai, untuk mengeluarkan


produk corannya cetakan  harus dihancurkan. Jadi selalu dibutuhkan
cetakan  yang baru  untuk  setiap  pengecoran  baru, sehingga  laju proses
pengecoran akan memakan waktu yang relatif lama. Tetapi untuk beberapa
bentuk geometri benda cor tersebut, cetakan pasir dapat menghasilkan coran
dengan laju 400 suku cadang perjam atau lebih  Pada proses cetakan permanen,
cetakan  biasanya dibuat dari bahan logam, sehingga dapat digunakan berulang-
ulang. Dengan demikian laju proses pengecoran lebih cepat dibanding dengan
menggunakan cetakan sekali pakai, tetapi logam coran yang digunakan harus
mempunyai titik lebur yang lebih rendah dari pada titik lebur logam cetakan.

4
2.4 Cacat-cacat pada Coran Komisi pengecoran international telah
membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi menjadi 9
kelas, yaitu;
a.   Ekor tikus tak menentukan atau kekerasan yang meluasCacat ekor tikus
merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan mata. Bentuk cacat ini
mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir permukaan cetakan yang
mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut. Kekasaran yang meluas
merupakan cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh pasir cetak yang
tererosi.Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh:

 
Gambar Cacat ekor tikus dan kekasaran meluas

Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
1. Kecepatan penuangan terlalu lamba
2. Temperatur penuangan terlalu tinggi
3 Ketahanan panas pasir cetak rendah
4.Terjadi pemanasan setempat akibat letak saluran turun yang salah
5. Pasir cetak banyak mengandung unsure kental atau lumpur
6.Perbaikan cetakan yang tidak sempurna
7.Pelapisan cetakan yang terlalu tebal
8. Kepadatan cetakan pasir yang kurang
9  Lubang angin pada cetakan

Untuk mencegah timbulnya cacat di atas dapat dilakukan dengan


merencanakan pembuatan cetakan, peleburan dan penuangan yang baik. Langkah-langkah
yang dapatdilakukan adalah:
1. Menggunakan pasir cetak yang berkualitas, tahan panas dan tidak
banyak mengandung unsur lumpur

2. Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin yangcukup
dan pelapisan tipis yang merata

5
3. Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran
4. Mengecek temperature logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus
sesuai yang disyaratkan
5. Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu
b. Lubang-lubang Cacat

Cacat lubang-lubang memiliki bentuk dan akibat yang beragam. Bentuk


cacatlubang-lubang dapat dibedakan menjadi :a. Rongga udara, b. Lubang jarum,
c.Rongga gas oleh cil, d. Penyusutan dalam, e. Penyusutan luardan f. Ronggapenyusutan.

6
c.  Retakan
     Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama pembekuan
. Penyebab cacat retakan adalah;

1. Perencanaan coran yang tidak memperhitungkan proses pembekuan,


seperti perbedaan tebal dinding coran yang tidak seragam
2. Pemuaian cetakan, dan inti menahan pemuaian dari coran.
3. Ukuran saluran turun da penambah yang tidak memadahi. Upaya untuk
mencegah cacat retakan adalah sebagai berikut:
4. Menyeragamkan proses pembekuan logam dengan memanfaatkan cil
bila perlu.
5. Pengisian logam cair dari beberapa tempat
6. Waktu penuangan harus sesingkat mungkin
7. Menghindakan coran yang memiliki sudut-sudut tajam
8. Menghindarkan perubahan mendadak pada dinding coran

7
d.     Permukaan kasar
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya
kasar.Cacat ini dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup
terdorong ke atas, pelekat, penyenteran dan penetrasi logam.

8
e.    Salah alir

Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga
cetakan. Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku
sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan.Penyebab cacat salah alir
yaitu :

1. Coran terlalu tipis


2. Temperature penuangan terlalu rendah
3. Laju penuangan terlalu lambat
4. Aliran logam cair tidak seragam akibat sistim saluran yang jelek.
5. Aliran logam cair tidak seragam akibat sistim saluran yang jelek 

9
6. Lubang angin pada cetakan kurang
7. Sistim penambah yang tidak sempurnaPencegahannya adalah sebagai berikut:
8. Temperatur tuang harus cukup tinggi
9. Kecepatan penuangan harus cukup tinggi
10. Perencanaan sistim saluran yang baik 
11. Lubang angin harus ditambah
12. Menyempurnakan sistim penambah

f.      Kesalahan ukuran Cacat

kesalahan ukuran terjdi akibat kesalahan dalam pembuatan pola. Pola


yang dbuat untuk memeuat cetaka ukuranya tidak sesuai dengan ukuran coran
yang diharapkan. Selain itu kesalahan ukuran dapat terjadi akibat cetakan yang
mengembang atau penyusutan logam yang tinggi saat pembekuan. Pencegahn
kesalah ukuran adalah membuat pola dengan teliti dan cermat. Menjaga cetakan
tidak mengembang dan memperhitungkan penyusutan logam dengan cermat,
sehingga penambahan ukuran pola sesuai dengan penyuutan logam yang terjadi
saat pembekuan.

g.    Inklusi dan struktur tak seragam

Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke
dalam cairan logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau
pembekuan. Cacat struktur tidak seragam akan membentuk sebagian struktur
coran berupa struktur kecil.h.         DeformasiCacat deformasi dikarenakan
perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang timbul selama
penuangan dan pembekuan.

10
h. Cacat-cacat tak Nampak         

Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat dilihat
oleh mata. Cacat-cacat ini berada dalam coran sehingga tidak kelihatan dari
permukaan coran. Salah satu bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir
terbuka. Cacat ini akan membentuk seperti pori-pori dan kelihatan setelah
dikerjakandengan mesin. Penyebab cacat ini adalah komposisi kadar C, Si dan P
yang tidak sesuai.

11
Penyebab cacat ini adalah komposisi kadar C, Si dan P yang tidak
sesuai.Pencegahan cacat ini adalah dengan merencanakan logam coran dengan
kadar C,Si dan P yang sesuai.

8.Deformasi

Cacat deformasi dikarenakan perubahan bentuk coran selama pembekuan


akibat gaya yang timbul selama penuangan dan pembekuan.

Tabel 4.Bentuk,penyebab dan pencegahan cacat deformasi

12
2.5  Pengecoran Cetakan Pasir
 1. Pengecoran Cetakan Pasir

Pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan aktivitas-aktivitas seperti


menempatkan pola dalam kumpulan pasir untuk membentuk rongga cetak,
membuat sistem saluran, mengisi rongga cetak dengan logam cair, membiarkan
logam cair membeku, membongkar cetakan yang berisi produk cord an
membersihkan produk cor. Hingga sekarang, proses pengecoran dengan cetakan
pasir masih menjadi andalan industri pengecoran terutam industri-industri kecil.
Tahapan yang lebih umum tentang pengecoran cetakan pasir diperlihatkan dalam
gambar dibawah ini. 

13
2.  Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika
(SiO2). Pasir merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu
lama. Alasan pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan
ketahanannya terhadap temperature tinggi. Adadua jenis pasir yang umum
digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan synthetic (lake sands). Karena
komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri
pengecoran.Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor
penting seperti bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat
akan menghasilkan permukaan produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir
cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau clay/lempung) dan air.
Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai sebagi
bahan pembuat cetakan.

 3.Jenis Cetakan Pasir

Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold.
Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold
(cetakan pasir basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak
itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke
cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum
dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau
dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk
diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.Dalam cetakan kotak
dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat dari bahan
organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan.
Akurasi dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya
jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair
dicampurkan dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada
temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan
maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes. Selain diperlukan
cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan pasir yang perlu diperhatikan
adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk melakukan udara/gas).

14
Cetakan pasir harus memiliki syarat :a)  Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga
mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok.
b)  Tahan terhadap temperatur logam yang dituang, paduan cor 650 0C - 750 0C
c)  Komposisi air dengan pasir yang cocok.

4.  Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola
dapat dibuat dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola
tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk
cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.Jenis-jenis pola :

a. Pola tunggal (one pice pattern / solid pattern)Biasanya digunakan untuk


bentuk produk yang sederhana dan jumlah produk sedikit. Pola ini dibuat
dari kayu dan tentunya tidak mahal.

b. Pola terpisah (spilt pattern)Terdiri dari dua buah pola yang terpisah
sehingga akan diperoleh rongga cetak dari masing-masing pola. Dengan
pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari pola tunggal.

c. Match-piate patternJenis ini popular yang digunakan di industri. Pola


“terpasang jadi satu” dengan suatu bidang datar dimana dua buah pola
atas dan bawah dipasang berlawanan arah pada suatu pelat datar. Jenis
pola ini sering digunakan bersama-sama dengan mesin pembuatan
cetakan dan dapat menghasilkan laju produksi yang tinggi untuk produk-
produk kecil. 

5.      Inti / Core

Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam
rongga cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam
produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti
cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur
(tidak rapuh).Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair,
diperlukan dudukan inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada
cetakan seperti pada gambar 8. pembuatan inti serupa dengan pembuatan

15
cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat
cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak inti.

6. Operasi Pengecoran

Cetakan PasirOperasi pengecoran dengan cetakan pasir melibatkan


tahapan proses perancangan produk cor, pembuatan pola dan inti, pembuatan
cetakan, penuangan logam cair dan pembongkaran produk cor. Tahapan lebih
rinci sebagai berikut:

a. Setelah proses perancangan produk cor yang menghasilkan gambar teknik


produk dilanjutkan dengan tahapan-tahapan berikutnya.

b.    Menyiapkan bidang dasar datar dan meletakan pola atas (cup) yang sudah
ada dudukan inti dipermukaan tadi.
c.     Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta
sistem saluran.
d.      Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau
paroan inti)
e.    Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas
(cup) dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran
tambahan (riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
f.    Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan
dari cetakan
g.    Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola
dan pelat datar.
h.     Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
i.     Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
j.       Cup dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
k.   Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan
dari sisa-sisa pasir cetakan.
l.        Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan
produk cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.

Dalam teknik pengecoran logam fluiditas tidak diartikan sebagai kebalikan


dari viskositas, akan tetapi berarti kemampuan logam cair untuk mengisi ruang-

16
ruang dalam rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan
sifat-sifat fisik secara individu, karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang
merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam
cair.Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan
komposisi unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas
garis liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar
terjadi solidifikasi didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh.
Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi jika
temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor
yang dihasilkan seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang
masuk kedalam rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan
daya ikatannya tidak begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir
yang terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas
sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi
reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam
rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari daerah temperatur penuangan
yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.

7.      Terminologi Pengecoran dengan Cetakan Pasir Macam-macam saluran


pengecoran Secara umum cetakan harus memiliki bagian-bagian utama
sebagai berikut : merupakan ruangan tempat logam cair yang dituangkan kedalam
cetakan. Bentuk rongga ini sama dengan benda kerja yang akan dicor. Rongga
cetakan dibuat dengan menggunakan pola.

Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat
terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti
harus tahan menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga
cetakan dari saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu,
tergantung dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.
Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah
untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.

17
Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya
kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi
kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.

2.6  Bahan coran
1.   Aluminium
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium adalah logam
yang berwaarna putih perak dan tergolong ringan yang mempunyai massa jenis
2,7 gr cm3.Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan
elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan  dan paling berlimpah ketiga.
Aluminium merupakan konduktor  yang baik. Terang dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik
menjadi kawat danmenjadi batangan dengan bermacam-macam penampang.
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam
kabel bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan
badan Ditemukan di rumah sebagai tutup butol dsb. Aluminium juga digunakan
untuk melapisi lampu mobil dan compact bissc
Titik lebur aluminium adalah 6000 C (Tata Surdia & Kenji Chijiiwa 2000:12, tetapi
untuk aluminium paduan Al 9,5 Si 0,5 Mg temperatur mulai cair 557 0C,
temperatur berakhir cair 596 0C dan temperatur penuangan 670-740 0C (Tata
Surdia & Kenji Chijiiwa 2000:237) 2.      Sifat-sifat yang dimilki aluminium antara
lain :

a.      Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk
alat rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.
b.      Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus
makanan, obat, dan rokok.
c.      Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan
sebagai kabel tiang listrik.
d. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat
seperti Duralium(campuran Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.
e. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.

18
 3.      Klasifikasi Aluminium

a. aluminium

Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam
keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak
untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan
dengan logam lain. 

b. Aluminium PaduanElemen paduan yang umum digunakan pada aluminium


adalah silikon, magnesium, tembaga, seng, mangan, dan juga lithium sebelum
tahun 1970.Secara umum, penambahan logam paduan hingga konsentrasi
tertentu akan meningkatkan kekuatan tensil dan kekerasan, serta
menurunkan titik lebur. Jika melebihi konsentrasi tersebut, umumnya titik
lebur akan naik disertai meningkatnya kerapuhan akibat terbentuknya
senyawa, kristal, atau granula dalam loga.Namun kekuatan bahan paduan
aluminium tidak hanya bergantung pada konsentrasi logam paduannya saja,
tetapi juga bagaimana proses perlakuannya hingga aluminium siap
digunakan, apakah dengan penempaan, perlakuan panas, penyimpanan, dan
sebagainya. 

c.      Paduan Aluminium-SilikonPaduan aluminium dengan silikon hingga 15%


akan memberikan kekerasan dan kekuatan tensil yang cukup besar, hingga
mencapai 525 MPa pada aluminium paduan yang dihasilkan pada perlakuan
panas. Jika konsentrasi silikon lebih tinggi dari 15%, tingkat kerapuhan logam
akan meningkat secara drastis akibat terbentuknya kristal granula silika. 

d. Paduan Aluminium-MagnesiumKeberadaan magnesium hingga 15,35%


dapat menurunkan titik lebur logam paduan yang cukup drastis, dari 660 oC
hingga 450 oC. Namun, hal ini tidak menjadikan aluminium paduan dapat
ditempa menggunakan panas dengan mudah karena korosi akan terjadi pada
suhu di atas 60 oC. Keberadaan magnesium juga menjadikan logam paduan
dapat bekerja dengan baik pada temperatur yang sangat rendah, di mana
kebanyakan logam akan mengalami failure pada temperature terseut. 

e.      Paduan Aluminium-Tembaga

19
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat,
namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak
boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk
senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh

 f.   Paduan Aluminium-Mangan

Penambahan mangan memiliki akan berefek pada sifat dapat dilakukan


pengerasan tegangan dengan mudah (work-hardening) sehingga didapatkan
logam paduan dengan kekuatan tensil yang tinggi namun tidak terlalu
rapuh.Selain itu, penambahan mangan akan meningkatkan titik lebur paduan
aluminium.

2. Tembaga
Tembaga di guanakan secara luas sebagai bahan teknik , baik dalam
keadaan murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150
N/mm2 dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat di tingkatkan hingga 390
N/mm2 melalui proses pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan angka
kekerasannya hanya mencapai 45HB namun dapat di tingkatkan menjadi 90 HB
melalui pengerjaan dingin dimana dengan proses pengerjaan dingin ini akan
mereduksi keuletan , walaupun demikian keuletannya dapat di tingkatkan dengan
proses annealing ( lihat proses perlakuan panas ) dapat menurunkan kekerasan
serta ketegangannya atau yang disebut proses temperature dimana dapat dicapai
pengendalian jarak setelah anceling .tembaga memiliki sifat thermal dan electrical
conduktivitas nomor dua setelah silver .tembaga yang di gunakan sebagai
penghantar listrik banyak di gunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang
tinggi hingga 99,9% sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap
korosi atmospheric serta berbagai macan ,serangan media korosi lainnya

2.7 PEMERIKSAAN PRODUK COR


1. Pemeriksaan rupa
a. Pemeriksaan rupa/fisik 
b. Pemeriksaan dimensi (menggunakan jangka sorong, micrometer,
jigpemeriksa dan alat ukur lainnya)
2.Pemeriksaan cacat dalam (pemeriksaan ti dak merusak, NDT)
a. Pemeriksaan ketukan
b. Pemeriksaan penetrasi (dye-penetrant )
c. Pemeriksaan magnafluks magnetic-particle)
d. Pemeriksaan supersonic (ultrasonic)
e. Pemeriksaan radiografi (radiografi)

20
3. P e m e r i k s a a n m a t e r i a l
a. Pengujian kekerasan (menggunakan metodaBrinell,
Rockwell,VickersdanShore)
b. Pengujian tarik 
c. Pengujian analisa kimia (spektrometri,EDS 
d. Pengujian struktur mikrodan struktur makro
e. Pemeriksaan dengan merusak

21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan

1. Alat

a. Gerinda
b. Kikir
c. Cetakan
d. Amplas
e. Mesin bubut
f. Ayakan

2. Bahan

a. Aluminium
b. Pasir silica
c. Kuas
d. Bedak/ tepung

3.2Langkah Kerja

a. Menyiapkan pasir silica

1. Pertama berdoalah sebelum melakukan kegiatan


2. Siapkan alat dan bahan untuk menyiapkan pasir silica ,pastikan aman
dari campuran bahan lainya dan harus dalam kondisi basah .

22
Gambar. pasir silica

b. Menyiapkan pola yang akan di produksi

1. Pertama perhatikan jenis yang akan diproduksi


2. Kemudian siapakan alatnya

Gambar . pola cetakan yang akan di buat

c. membuat cetakan dengan pasir silica

1. setelah pola tersedia selanjutnya akan membuat cetakan pasir


2. pasir yang digunakan adalah pasir silica
3. bentuk cetakanya berbentuk kotak

23
Gambar proses pembentukan cetakan.

d. Meleburkan bahan aluminium di tungku pemasakan

1. Peleburan bahan cairan logam aluminium ditungku peleburan


memakai waktu kurang lebih 4 jam,sedangkan bahan cairan logam
tembaga memakai waktu kurang lebih 6 jam.
2. Suhu tungku peleburanya sekitar 900-1000 derajat celcius

Gambar. Peleburan bahan coran

e. menyaipkan alat penuangan

1. alat penuangan yang digunakan bisa dibilang masih manual


2. proses penuanganya juga masih manual

24
Gambar. alat penuangan coran

f. Melakukan penuangan logam cair kedalam tungku cetakan


1. Hal yang harus diperhatikan adalah proses penuangannya karena
tidak boleh lambat dan terlalu cepat
2. Prosesnyapun dilakukan dengan cara berhati hati

Gambar. Penuangan logam cair kedalam cetakan

g. Membuka cetakan yang telah di leburi logam cair setelah 15 menit


1. Cara membuka cetakan yaitu dihancurkan
2. Menunggu beberapa menit untuk dinginya benda hasil penuangan
tadi

25
Gambar. Membuka cetakan coran
g. Melakukan finishing terhadap benda
1. Setelah benda mendingin selanjutnya melakukan finishing
2. Finishing dilakukan dengan dua cara ,yang pertama menghilangkan
sisa logam yang tidak terbentuk, dan yang kedua dengan
menghaluskan hasil coran

Gambar. Finishing dengan mesin gerinda


h. Hasil produksi siap dipasarkan
1. Setelah melakukan tahap finishing dan dinyatakan sudah layak
dipasarkan

26
Gambar hasil pengecoran logam dengan cetakan pasir

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pengecoran dengan pasir cetak sebagai media sangat murah karena pasir
cetak yang sudah digunakan dapat digunakan kembali atau di daur ulang. Dengan
pekerjaan panas khususnya pengecoran cacat-cacat hasil produk tidak dapat
dihindari, akan tetapi cacat-cacat tersebut dapat di minemalisir.
4.2 Saran
Saran dari penulis, untuk melakukan pengecoran hendaknya dilakukan
dengan persiapan yang baik untuk dapat meminem alisir terjadinya cacat pada hasil
coran. Dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan mengikuti langkah-
langkah yang benar sesuai dengan prosedur. Dalam tahap memproses kita punsebagai
pekerja wajib memakai pengaman/K3, alat alat perlindungan diri, dan pelatihan
khusus.Cetakannya pun harus sempurna.Benda cor itu sendiri tidak mungkin lebih
baik dari cetakannya.

28
DAFTAR PUSTAKA

http://libratama.com/proses-pengecoran-logam-metal-casting process/ 
http://yefrichan.wordpress.com/2010/07/22/proses-manufaktur-pengecoran/
 http://putra-lamong.blogspot.com/2010/10/teknik-pengecoran-logam.html
http://www.sarjanaku.com/2011/05/contoh-kata-pengantar-yang-baik.html
http://www.scribd.com/doc/52804918/MAKALAH-Teknik-Pengecoran-Logam
http://teknikmesin2011unila.blogspot.com/2012/06/proses-pengecoran-
ogam.html#1wzB2ZLfY4v7Tq15.99
http://akhmadmualiminxiitpc22.blogspot.com/2012/03/prospek-industri-logam-
cor.html
http://sabatmuh.files.wordpress.com/2012/06/industri-pengolahan-logam-
powerpoint.pdf schey,A.John.:Proses Manufaktur
http://ichsan-m.blogspot.com/2012/06/rahasia-besi.html Khazanah Trans7
18=04=2013.05:30 .

29

Anda mungkin juga menyukai