LAPORAN PENGOCORAN Logam
LAPORAN PENGOCORAN Logam
LAPORAN PENGOCORAN Logam
OLEH :
MUH ASSI’DIK
17TMIA201
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat rahmat yang diberikan pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas kami yaitu membuat laporan karya tulis yang berjudul “PEMBUATAN
BALING BALING KAPAL DENGAN MENGGUNAKAN CETAKAN PASIR “ untuk
mengetahui industry pengecoran logam dengan sebaik- baiknya.
Karya tulis kami ini berisikan tentang kegiatan study tour kami yang telah
kami jalani seharian di pabrik produksi pengecoran logam, yang kami susun
secara ringkas dan runtut. Namun kami menyadari bahwa karya tulis kami ini
jauh dari sempurna, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati kami mohon
para pembaca memberikan saran dan kritikan yang membangun demi perbaikan.
Untuk itu kami ucapkan selamat membaca dan semoga karya tulis kami yang
berjudul “Pembuatan Baling Baling Kapal Dengan Menggunakan Cetakan Pasir“
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul.............................................................................................i
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan............................................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah.........................................................................................2
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengecoran Logam......................................................................3
2.2 Keuntungan Pengecoran Logam....................................................................3
2.3 Kelemahan Pengecoran Logam......................................................................4
2.4 Cacat Pada Pengecoran Logam......................................................................5
2.5 Cetakan Pasir..................................................................................................13
2.6 Bahan Coran...................................................................................................18
2.7 Pemeriksaan produk cor................................................................................20
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Alat dan bahan................................................................................................22
3.2 Langkah kerja..................................................................................................22
BAB IV PENUTUP
4.1 kesimpulan......................................................................................................28
4.2 saran................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
1.2 Tujuan
1. Agar Mahasiswa mengetahui tentang pengetahuan pengecoran logam
2. Agar Mahasiswa mengetahui tentang alur dan proses pengecoran logam
3. Agar Mahasiswa mengetahui cacat pada pengecoran logam
4. Agar Mahasiswa dapat menganalisa cacat pada pengecoran logam
1.3 Manfaat
1. Mahasiswa mengetahui tentang pengetahuan pengecoran logam
2. Mahasiswa mengetahui tentang alur dan proses pengecoran logam
3. Mahasiswa mengetahui cacat pada pengecoran logam
4. Mahasiswa dapat menganalisa cacat pada pengecoran
2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengecoran Logam
Pengecoran logam adalah suatu proses manufaktur yang menggunakan
logam cair dan cetakan untuk menghasilkan bentuk yang mendekati bentuk
geometri akhir produk jadi. Logam cair akan dituangkan kedalam cetakan melalui
rongga cetak (cavity) sesuai dengan bentuk atau desain yang diinginkan. Setelah
logam cair memenuhi rongga cetak dan tersoladifikasi, selanjutnya cetakan
disingkirkan dan hasil cor dapat diteruskan ke proses sekunder.Untuk
menghasilkan hasil cor yang berkualitas maka dibutuhkan pola yang berkualitas
tinggi, baik dari segi dimensi, kontruksi, material pola, dan kelengkapan lainnya.
Pola digunakan untuk memproduksi cetakan. Pada umumnya dalam proses
pembuatan cetakan, pasir cetak diletakkan di sekitar pola yang dibatasi rangka
cetak kemudian pasir dipadatkan dengan cara ditumbuk sampai kepadatan
tertentu. Pada umumnya cetakan dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian atas
(cup) dan bagian bawah (drag) sehingga setelah pembuatan cetakan selesai pola
akan mudah dicabut dari cetakan.Pembuatan inti dilakukan terpisah dengan
pembuatan cetakan, dalam kasus ini inti dibuat dari pasir kuarsa yang dicampur
dengan air kaca (water Glass / Natrium Silikat), campuran tersebut dimasukkan
dalam kotak inti, kemudian direaksikan dengan gas CO 2 sehingga menjadi padat
dan keras. Inti di pasang pada cetakan pasir kemudian cetakan diasembling dan
diklem.Sembari cetakan dipersiapkan bahan-bahan logam dilebur di bagian
peleburan. Setelah logam cair dan homogen maka logam cair itu dituang ke dalam
cetakan. Selanjutnya tunggu cairan logam membeku akibat proses pendinginan.
Setelah cairan logam membeku cetakan di bongkar. Pasir cetak, inti, dan benda
tuang dipisahkan. Pasir cetak bekas masuk ke instalasi daur ulang, dan inti bekas
dibuang, dan benda tuang diberikan ke bagian fethling untuk dibersihkan dari
kotoran dan dilakukan pemotongan terhadap sistem saluran benda tersebut.
3
bagian dalam
b. Beberapa proses dapat membuat bagian (part) dalam bentuk jaringan
c. Dapat mencetak produk yang sangat besar, lebih berat dari 100 ton
d. Dapat digunakan untuk berbagai macam logam
e. Beberapa metode pencetakan sangat sesuai untuk keperluan produksi
massal.
4
2.4 Cacat-cacat pada Coran Komisi pengecoran international telah
membuat penggolongan cacat-cacat coran dan dibagi menjadi 9
kelas, yaitu;
a. Ekor tikus tak menentukan atau kekerasan yang meluasCacat ekor tikus
merupakan cacat dibagian luar yang dapat dilihat dengan mata. Bentuk cacat ini
mirip seperti ekor tikus, yang diakibatkan dari pasir permukaan cetakan yang
mengembang dan logam masuk kepermukaan tersebut. Kekasaran yang meluas
merupakan cacat pada permukaan yang diakibatkan oleh pasir cetak yang
tererosi.Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh:
Gambar Cacat ekor tikus dan kekasaran meluas
Penyebab cacat ekor tikus atau kekasaran yang meluas disebabkan oleh :
1. Kecepatan penuangan terlalu lamba
2. Temperatur penuangan terlalu tinggi
3 Ketahanan panas pasir cetak rendah
4.Terjadi pemanasan setempat akibat letak saluran turun yang salah
5. Pasir cetak banyak mengandung unsure kental atau lumpur
6.Perbaikan cetakan yang tidak sempurna
7.Pelapisan cetakan yang terlalu tebal
8. Kepadatan cetakan pasir yang kurang
9 Lubang angin pada cetakan
2. Pembuatan cetakan yang teliti baik pemadatan yang cukup, lubang angin yangcukup
dan pelapisan tipis yang merata
5
3. Membuat saluran turun yang tepat, sesuai bentuk coran
4. Mengecek temperature logam sebelum penuangan, tempertur tuang harus
sesuai yang disyaratkan
5. Melakukan penuangan dengan kecepatan yang cukup dan kontinyu
b. Lubang-lubang Cacat
6
c. Retakan
Cacat retakan dapat disebabkan oleh penyusutan atau akibat tegangan sisa.
Keduanya dikarenakan proses pendingan yang tidak seimbang selama pembekuan
. Penyebab cacat retakan adalah;
7
d. Permukaan kasar
Cacat permukaan kasar menghasilkan coran yang permukaannya
kasar.Cacat ini dikarenakan oleh beberapa factor seperti : cetakan rontok, kup
terdorong ke atas, pelekat, penyenteran dan penetrasi logam.
8
e. Salah alir
Cacat salah alir dikarenakan logam cair tidak cukup mengisi rongga
cetakan. Umumnya terjadi penyumbatan akibat logam cair terburu membeku
sebelum mengisi rongga cetak secara keseluruhan.Penyebab cacat salah alir
yaitu :
9
6. Lubang angin pada cetakan kurang
7. Sistim penambah yang tidak sempurnaPencegahannya adalah sebagai berikut:
8. Temperatur tuang harus cukup tinggi
9. Kecepatan penuangan harus cukup tinggi
10. Perencanaan sistim saluran yang baik
11. Lubang angin harus ditambah
12. Menyempurnakan sistim penambah
Cacat inklusi terjadi karena masuknya terak atau bahan bukan logam ke
dalam cairan logam akibat reaksi kimia selama peleburan, penuangan atau
pembekuan. Cacat struktur tidak seragam akan membentuk sebagian struktur
coran berupa struktur kecil.h. DeformasiCacat deformasi dikarenakan
perubahan bentuk coran selama pembekuan akibat gaya yang timbul selama
penuangan dan pembekuan.
10
h. Cacat-cacat tak Nampak
Cacat-cacat tak tampak merupakan cacat coran yang tidak dapat dilihat
oleh mata. Cacat-cacat ini berada dalam coran sehingga tidak kelihatan dari
permukaan coran. Salah satu bentuk cacat tak tampak adalah cacat struktur butir
terbuka. Cacat ini akan membentuk seperti pori-pori dan kelihatan setelah
dikerjakandengan mesin. Penyebab cacat ini adalah komposisi kadar C, Si dan P
yang tidak sesuai.
11
Penyebab cacat ini adalah komposisi kadar C, Si dan P yang tidak
sesuai.Pencegahan cacat ini adalah dengan merencanakan logam coran dengan
kadar C,Si dan P yang sesuai.
8.Deformasi
12
2.5 Pengecoran Cetakan Pasir
1. Pengecoran Cetakan Pasir
13
2. Pasir
Kebanyakan pasir yang digunakan dalam pengecoran adalah pasir silika
(SiO2). Pasir merupakan produk dari hancurnya batu-batuan dalam jangka waktu
lama. Alasan pemakaian pasir sebagai bahan cetakan adalah karena murah dan
ketahanannya terhadap temperature tinggi. Adadua jenis pasir yang umum
digunakan yaitu naturally bonded (banks sands) dan synthetic (lake sands). Karena
komposisinya mudah diatur, pasir sinetik lebih disukai oleh banyak industri
pengecoran.Pemilihan jenis pasir untuk cetakan melibatkan bebrapa factor
penting seperti bentuk dan ukuran pasir. Sebagai contoh , pasir halus dan bulat
akan menghasilkan permukaan produk yang mulus/halus. Untuk membuat pasir
cetak selain dibutuhkan pasir juga pengikat (bentonit atau clay/lempung) dan air.
Ketiga Bahan tersebut diaduk dengan komposisi tertentu dan siap dipakai sebagi
bahan pembuat cetakan.
Ada tiga jenis cetakan pasir yaitu green sand, cold-box dan no-bake mold.
Cetakan yang banyak digunakan dan paling murah adalah jenis green sand mold
(cetakan pasir basah). Kata “basah” dalam cetakan pasir basah berati pasir cetak
itu masih cukup mengandung air atau lembab ketika logam cair dituangkan ke
cetakan itu. Istilah lain dalam cetakan pasir adalah skin dried. Cetakan ini sebelum
dituangkan logam cair terlebih dahulu permukaan dalam cetakan dipanaskan atau
dikeringkan. Karena itu kekuatan cetakan ini meningkat dan mampu untuk
diterapkan pada pengecoran produk-produk yang besar.Dalam cetakan kotak
dingin (box-cold-mold), pasir dicampur dengan pengikat yang terbuat dari bahan
organik dan in-organik dengan tujuan lebih meningkatkan kekuatan cetakan.
Akurasi dimensi lebih baik dari cetakan pasir basah dan sebagai konsekuensinya
jenis cetakan ini lebih mahal.
Dalam cetakan yang tidak dikeringkan (no-bake mold), resin sintetik cair
dicampurkan dengan pasir dan campuran itu akan mengeras pada
temperatur kamar. Karena ikatan antar pasir terjadi tanpa adanya pemanasan
maka seringkali cetakan ini disebut juga cold-setting processes. Selain diperlukan
cetakan yang tinggi, beberapa sifat lain cetakan pasir yang perlu diperhatikan
adalah permeabilitas cetakan (kemampuan untuk melakukan udara/gas).
14
Cetakan pasir harus memiliki syarat :a) Mempunyai sifat mampu bentuk sehingga
mudah dalam pembuatan cetakan dengan kekuatan yang cocok.
b) Tahan terhadap temperatur logam yang dituang, paduan cor 650 0C - 750 0C
c) Komposisi air dengan pasir yang cocok.
4. Pola
Pola merupakan gambaran dari bentuk produk yang akan dibuat. Pola
dapat dibuat dari kayu, plastic/polimer atau logam. Pemilihan material pola
tergantung pada bentuk dan ukuran produk cor, akurasi dimensi, jumlah produk
cor dan jenis proses pengecoran yang digunakan.Jenis-jenis pola :
b. Pola terpisah (spilt pattern)Terdiri dari dua buah pola yang terpisah
sehingga akan diperoleh rongga cetak dari masing-masing pola. Dengan
pola ini, bentukproduk yang dapat dihasilkan rumit dari pola tunggal.
5. Inti / Core
Untuk produk cor yang memiliki lubang/rongga seperti pada blok mesin
kendaraan atau katup-katup biasanya diperlukan inti. Inti ditempatkan dalam
rongga cetak sebelum penuangan untuk membentuk permukaan bagian dalam
produk dan akan dibongkar setelah cetakan membeku dan dingin. Seperti
cetakan, inti harus kuat, permeabilitas baik, tahan panas dan tidak mudah hancur
(tidak rapuh).Agar inti tidak mudah bergeser pada saat penuangan logam cair,
diperlukan dudukan inti (core prints). Dudukan inti biasanya dibuatkan pada
cetakan seperti pada gambar 8. pembuatan inti serupa dengan pembuatan
15
cetakan pasir yaitu menggunakan no-bake, cold-box dan shell. Untuk membuat
cetakan diperlukan pola sedangkan untuk membuat inti dibutuhkan kotak inti.
6. Operasi Pengecoran
b. Menyiapkan bidang dasar datar dan meletakan pola atas (cup) yang sudah
ada dudukan inti dipermukaan tadi.
c. Seperti pada langkah c, untuk cetakan bagian bawah (drag) beserta
sistem saluran.
d. Inti yang telah jadi disatukan (inti yang dibuat berupa inti setengah atau
paroan inti)
e. Pola atas yang ada dipermukaan pelat datar ditutupi oleh rangka cetak atas
(cup) dan ditambahkan system saluran seperti saluran masuk dan saluran
tambahan (riser). Selanjutnya diisi dengan pasir cetak.
f. Setelah diisi pasir cetak dan dipadatkan, pola dan system saluran dilepaskan
dari cetakan
g. Giliran drag diisi pasir cetak setelah menempatkan rangka cetak diatas pola
dan pelat datar.
h. Setelah disi pasir cetak dan dipadatkan, pola dilepaskan dari cetakan
i. Inti ditempatkan pada dudukan inti yang ada pada drag.
j. Cup dipasangkan pada drag dan dikunci kemudian dituangkan logam cair.
k. Setelah membeku dan dingin, cetakan dibongkar dan produk cor dibersihkan
dari sisa-sisa pasir cetakan.
l. Sistem saluran dihilangkan dari produk cor dengan berbagai metoda dan
produk cor siap untuk diperlakukan lebih lanjut.
16
ruang dalam rongga cetak. Fluiditas tidak dapat dikaitkan secara langsung dengan
sifat-sifat fisik secara individu, karena besaran ini diperoleh dari pengujian yang
merupakan karakteristik rata-rata dari bebrapa sifat-sifat fisik dari logam
cair.Ada dua faktor yang mempengaruhi fluiditas logam cair, yaitu temperatur dan
komposisi unsur. Temperatur penuangan secara teoritis harus sama atau diatas
garis liquidus. Jika temperatur penuangan lebih rendah, kemungkinan besar
terjadi solidifikasi didalam gating sistem dan rongga cetakan tidak terisi penuh.
Cacat ini disebut juga dengan nama misrun. Cacat lain yang bisa terjadi jika
temperatur penuangan terlalu rendah adalah laps dan seams. Yaitu benda cor
yang dihasilkan seakan-akan membentuk alur-alur aliran kontinu logam yang
masuk kedalam rongga cetak, dimana alur satu dengan alur lai berdampingan
daya ikatannya tidak begitu baik. Jika temperatur penuangan terlalu tinggi pasir
yang terdapat pada dinding gating sistem dan rongga cetakan mudah lepas
sewaktu bersentuhan dengan logam cair dan permukaanya menjadi kasar. Terjadi
reaksi yang cepat antara logam tuang, dengan zat padat, cair dan gas diadalam
rongga cetakan. Dari pengujian ini dapat dicari daerah temperatur penuangan
yang menghasilkan produk dengan cacat yang seminim mungkin.
Core (inti), fungsinya adalah membuat rongga pada benda coran. Inti dibuat
terpisah dengan cetakan dan dirakit pada saat cetakan akan digunakan. Bahan inti
harus tahan menahan temperatur cair logam paling kurang bahannya dari pasir.
Gating sistem (sistem saluran masuk), merupakan saluran masuk kerongga
cetakan dari saluran turun. Gating sistem suatu cetakan dapat lebih dari satu,
tergantung dengan ukuran rongga cetakan yang akan diisi oleh logam cair.
Sprue (Saluran turun), merupakan saluran masuk dari luar dengan posisi vertikal.
Saluran ini juga dapat lebih dari satu, tergantung kecepatan penuangan yang
diinginkan.
Pouring basin, merupakan lekukan pada cetakan yang fungsi utamanya adalah
untuk mengurangi kecepatan logam cair masuk langsung dari ladle ke sprue.
17
Kecepatan aliran logam yang tinggi dapat terjadi erosi pada sprue dan terbawanya
kotoran-kotoran logam cair yang berasal dari tungku kerongga cetakan.
Raiser (penambah), merupakan cadangan logam cair yang berguna dalam mengisi
kembali rongga cetakan bila terjadi penyusutan akibat solidifikasi.
2.6 Bahan coran
1. Aluminium
Aluminium ialah unsur kimia. Lambang aluminium ialah Al, dan nomor
atomnya 13. Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium adalah logam
yang berwaarna putih perak dan tergolong ringan yang mempunyai massa jenis
2,7 gr cm3.Aluminium bukan merupakan jenis logam berat, namun merupakan
elemen yang berjumlah sekitar 8% dari permukaan dan paling berlimpah ketiga.
Aluminium merupakan konduktor yang baik. Terang dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik
menjadi kawat danmenjadi batangan dengan bermacam-macam penampang.
Aluminium digunakan dalam banyak hal. Kebanyakan darinya digunakan dalam
kabel bertegangan tinggi. Juga secara luas digunakan dalam bingkai jendela dan
badan Ditemukan di rumah sebagai tutup butol dsb. Aluminium juga digunakan
untuk melapisi lampu mobil dan compact bissc
Titik lebur aluminium adalah 6000 C (Tata Surdia & Kenji Chijiiwa 2000:12, tetapi
untuk aluminium paduan Al 9,5 Si 0,5 Mg temperatur mulai cair 557 0C,
temperatur berakhir cair 596 0C dan temperatur penuangan 670-740 0C (Tata
Surdia & Kenji Chijiiwa 2000:237) 2. Sifat-sifat yang dimilki aluminium antara
lain :
a. Ringan, tahan korosi dan tidak beracun maka banyak digunakan untuk
alat rumah tangga seperti panci, wajan dan lain-lain.
b. Reflektif, dalam bentuk aluminium foil digunakan sebagai pembungkus
makanan, obat, dan rokok.
c. Daya hantar listrik dua kali lebih besar dari Cu maka Al digunakan
sebagai kabel tiang listrik.
d. Paduan Al dengan logam lainnya menghasilkan logam yang kuat
seperti Duralium(campuran Al, Cu, mg) untuk pembuatan badan peswat.
e. Al sebagai zat reduktor untuk oksida MnO2 dan Cr2O3.
18
3. Klasifikasi Aluminium
a. aluminium
Aluminium 99% tanpa tambahan logam paduan apapun dan dicetak dalam
keadaan biasa, hanya memiliki kekuatan tensil sebesar 90 MPa, terlalu lunak
untuk penggunaan yang luas sehingga seringkali aluminium dipadukan
dengan logam lain.
e. Paduan Aluminium-Tembaga
19
Paduan aluminium-tembaga juga menghasilkan sifat yang keras dan kuat,
namun rapuh. Umumnya, untuk kepentingan penempaan, paduan tidak
boleh memiliki konsentrasi tembaga di atas 5,6% karena akan membentuk
senyawa CuAl2 dalam logam yang menjadikan logam rapuh
f. Paduan Aluminium-Mangan
2. Tembaga
Tembaga di guanakan secara luas sebagai bahan teknik , baik dalam
keadaan murni maupun paduan. Tembaga memiliki kekuatan tarik hingga 150
N/mm2 dalam bentuk tembaga tuangan dan dapat di tingkatkan hingga 390
N/mm2 melalui proses pengerjaan dingin dan untuk jenis tuangan angka
kekerasannya hanya mencapai 45HB namun dapat di tingkatkan menjadi 90 HB
melalui pengerjaan dingin dimana dengan proses pengerjaan dingin ini akan
mereduksi keuletan , walaupun demikian keuletannya dapat di tingkatkan dengan
proses annealing ( lihat proses perlakuan panas ) dapat menurunkan kekerasan
serta ketegangannya atau yang disebut proses temperature dimana dapat dicapai
pengendalian jarak setelah anceling .tembaga memiliki sifat thermal dan electrical
conduktivitas nomor dua setelah silver .tembaga yang di gunakan sebagai
penghantar listrik banyak di gunakan dalam keadaan tingkat kemurnian yang
tinggi hingga 99,9% sifat lain dari tembaga ialah sifat ketahanannya terhadap
korosi atmospheric serta berbagai macan ,serangan media korosi lainnya
20
3. P e m e r i k s a a n m a t e r i a l
a. Pengujian kekerasan (menggunakan metodaBrinell,
Rockwell,VickersdanShore)
b. Pengujian tarik
c. Pengujian analisa kimia (spektrometri,EDS
d. Pengujian struktur mikrodan struktur makro
e. Pemeriksaan dengan merusak
21
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Alat dan Bahan
1. Alat
a. Gerinda
b. Kikir
c. Cetakan
d. Amplas
e. Mesin bubut
f. Ayakan
2. Bahan
a. Aluminium
b. Pasir silica
c. Kuas
d. Bedak/ tepung
3.2Langkah Kerja
22
Gambar. pasir silica
23
Gambar proses pembentukan cetakan.
24
Gambar. alat penuangan coran
25
Gambar. Membuka cetakan coran
g. Melakukan finishing terhadap benda
1. Setelah benda mendingin selanjutnya melakukan finishing
2. Finishing dilakukan dengan dua cara ,yang pertama menghilangkan
sisa logam yang tidak terbentuk, dan yang kedua dengan
menghaluskan hasil coran
26
Gambar hasil pengecoran logam dengan cetakan pasir
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pengecoran dengan pasir cetak sebagai media sangat murah karena pasir
cetak yang sudah digunakan dapat digunakan kembali atau di daur ulang. Dengan
pekerjaan panas khususnya pengecoran cacat-cacat hasil produk tidak dapat
dihindari, akan tetapi cacat-cacat tersebut dapat di minemalisir.
4.2 Saran
Saran dari penulis, untuk melakukan pengecoran hendaknya dilakukan
dengan persiapan yang baik untuk dapat meminem alisir terjadinya cacat pada hasil
coran. Dalam pengecoran logam kita harus mengetahui dan mengikuti langkah-
langkah yang benar sesuai dengan prosedur. Dalam tahap memproses kita punsebagai
pekerja wajib memakai pengaman/K3, alat alat perlindungan diri, dan pelatihan
khusus.Cetakannya pun harus sempurna.Benda cor itu sendiri tidak mungkin lebih
baik dari cetakannya.
28
DAFTAR PUSTAKA
http://libratama.com/proses-pengecoran-logam-metal-casting process/
http://yefrichan.wordpress.com/2010/07/22/proses-manufaktur-pengecoran/
http://putra-lamong.blogspot.com/2010/10/teknik-pengecoran-logam.html
http://www.sarjanaku.com/2011/05/contoh-kata-pengantar-yang-baik.html
http://www.scribd.com/doc/52804918/MAKALAH-Teknik-Pengecoran-Logam
http://teknikmesin2011unila.blogspot.com/2012/06/proses-pengecoran-
ogam.html#1wzB2ZLfY4v7Tq15.99
http://akhmadmualiminxiitpc22.blogspot.com/2012/03/prospek-industri-logam-
cor.html
http://sabatmuh.files.wordpress.com/2012/06/industri-pengolahan-logam-
powerpoint.pdf schey,A.John.:Proses Manufaktur
http://ichsan-m.blogspot.com/2012/06/rahasia-besi.html Khazanah Trans7
18=04=2013.05:30 .
29