Skripsi Ayu Widianingsih G20160044 PDF
Skripsi Ayu Widianingsih G20160044 PDF
Skripsi Ayu Widianingsih G20160044 PDF
SKRIPSI
Disusun Oleh :
NAMA : Ayu Widianingsih
NIM : G20160044
Pembimbing I Penguji I
Pembimbing II Penguji II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS
Dengan ini mengatakan bahwa skripsi yang telah saya buat dengan judul
“FORMULASI DAN UJI EFEKTIVITAS ANTIBAKTERI SEDIAAN GEL
HAND SANITIZER EKSTRAK METANOL UMBI KEMBANG
SUNGSANG (Gloriosa superba Linn.) TERHADAP Escherichia coli”, adalah
asli (orisinil) atau tidak plagiat (menjiplak) dan belum pernah
diterbitkan/dipublikasikan di manapun dan dalam bentuk apapun.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa
ada paksaan dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya
memberikan keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa
skripsi yang telah saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan
tertentu, saya bersedia diproses baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan
saya dari Fakultas Sains, Farmasi dan Kesehatan Universitas Mathla’ul Anwar
Banten.
Dibuat di : Pandeglang
Pada tanggal : 12 September 2020
Yang menyatakan,
Materai 6000
( Ayu Widianingsih )
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
Dibuat di : Pandeglang
Pada Tanggal : September 2020
Yang menyatakan,
(Ayu Widianingsih)
iv
ABSTRAK
Kembang Sungsang (Gloriosa superba Linn.) merupakan salah satu tanaman yang
dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit termasuk infeksi. Umbi
Kembang Sungsang mengandung senyawa metabolit sekunder alkaloid, tanin,
saponin, steroid, dan glikosida yang saling bersinergi sebagai antibakteri. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas antibakteri ekstrak metanol umbi
kembang sungsang dalam sediaan gel hand sanitizer terhadap Escherichia coli.
Umbi kembang sungsang diekstraksi dengan metanol 96% dengan cara maserasi
kemudian dibuat dalam formulasi sediaan gel hand sanitizer. Uji efektivitas
antibakteri dilakukan dengan metode difusi cakram menggunakan tiga konsentrasi
yang berbeda yaitu 5%; 7,5%; dan 10%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
formula gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang sungsang dengan
konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% masing-masing meliki zona hambat dengan rata-
rata 9,37 mm, 10,23 mm, dan 15,25 mm. Formula sediaan gel hand sanitizer ekstrak
metanol umbi kembang sungsang (G. superba Linn.) telah memenuhi persyaratan
evaluasi fisik sediaan dari uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH, serta uji
viskositas sesuai dengan SNI nomor 06-2588 tahun 2017. Hasil evaluasi fisik
sediaan menunjukkan bahwa formula gel hand sanitizer dengan konsentrasi 5%;
7,5%; dan 10% berwarna kuning kecoklatan, berbau khas ekstrak, homogen,
dengan rata-rata pH masing-masing konsenstrasi 5,9; 5,8; dan 6,2 serta rata-rata
viskositas masing-masing konsentrasi 9.275 cps; 11.375 cps; dan 13.350 cps. Data
evaluasi fisik sediaan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel
dan grafik sedangkan data uji efektivitas antibakteri dianalisis secara statistik
menggunakan one way ANOVA yang diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,000 <
0,05 (α = 5%).
Kata kunci : Gloriosa superba Linn., Escherichia coli, gel Hand Sanitizer
vi
ABSTRACT
Gloriosa (Gloriosa superba Linn.) is one of many plants for treating various
ailments including infections. The latter contain secondary metabolic compounds
are alkaloid, tannin, saponin, steroids, and coagulated glycoside as antibacterial.
The study aims to identify the antibacterial activities of methanol gloriosa bulbs in
the hand sanitizer supply against Esherichia coli. The method used in this study is
disc diffusion. The grain of brewers is extracted by 96% methanol in the way that
maseration is later produced in the willingness hand sanitizer formulation.
Antibacterial activity testing is done using disc diffusion methods using three
different concentrations of 10%, 15%, and 20%. The results showed that the hand
sanitizer gel formula of methanol extract of breech flower tubers with a
concentration of 5%, 7.5% and 10% respectively contained an inhibition zone with
an average of 9.37 mm, 10.23 mm, and 15.25 mm. . The formula of hand sanitizer
gel of methanol extract of sungsang flower tubers (G. superba Linn.) Has the
requirements for the physical evaluation of the preparation from the organoleptic
test, homogeneity test, pH test, and viscosity test according to SNI number 06-2588
of 2017. The results of the physical evaluation of the preparation shows that the
hand sanitizer gel formula is 5%; 7.5%; and 10% brownish yellow, unique extract
odor, homogeneous, with an average pH for each concentration of 5.9; 5.8; and 6,2
and the average viscosity of each concentration is 9,275 cps; 11,375 cps; and 13,350
cps. The physical evaluation data of preparations were analyzed descriptively and
presented in tables, while the data for the antibacterial effectiveness test were
statistically analyzed using one way ANOVA, which obtained a significance value
of 0.000 <0.05 (α = 5%).
vii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrahmaanirrahiim,
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Formulasi dan Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer
Ekstrak Metanol Umbi Kembang Sungsang (Gloriosa superba Linn.)
Terhadap Escherichia coli” tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi (S.Farm) jurusan Farmasi di Fakultas Sains, Farmasi dan
Kesehatan, Universitas Mathla’ul Anwar, Banten.
viii
5. Keluarga terkasih yang selalu dengan ikhlas dan setia memberikan
semangat dan dukungan, baik secara moril maupun materil dan juga untaian
do’a yang selalu dipanjatkan dalam setiap langkah yang penulis lakukan.
6. Sahabat sekaligus pengingatku, yaitu : Tia Muti’ah, Mitra Putri Anggani
dan Roihwan yang telah berjuang bersama-sama dan senantiasa membantu
penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Serta untuk Eka
Septiani Prayudi yang telah membantu dalam melakukan analisis data.
7. Teman-teman Farmasi angkatan 2016 khususnya kelas Farmasi C serta
semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut membantu
penulis selama ini. Semoga silahturahmi kita bisa tetap terjaga.
Akhir kata, penulis berharap skripsi ini berguna bagi para pembaca dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan.
Ayu Widianingsih
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………... i
LEMBARAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………… iii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS……………………………. iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH………….. v
ABSTRAK…………………………………………………………………… vi
ABSTRACT…………………………………………………………………. vii
KATA PENGANTAR………………………………………………………. viii
DAFTAR ISI………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL…………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………... xiv
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………… xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………… 6
1.3 Tujuan Penelitian………………………………………………. 6
1.4 Manfaat Penelitian……………………………………………… 7
x
3.4.3 Pengolahan Sampel……………………………………… 44
3.5 Skrinning Fitokimia…………………………………………. 45
3.5.1 Pemeriksaan Alkaloid…………………………………… 45
3.5.2 Pemeriksaan Flavonoid…………………………………. 45
3.5.3 Pemeriksaan Saponin…………………………………… 46
3.5.5 Pemeriksaan Tanin……………………………………… 46
3.5.5 Pemeriksaan Steroid…………………………………….. 46
3.6 Ekstraksi……………………………………………………… 47
3.7 Prosedur Pembuatan Gel Antiseptik Tangan……………… 47
3.7.1 Formula Dasar Gel……………………………………… 47
3.7.2 Formulasi……………………………………………….. 48
3.8 Evaluasi Sediaan…………………………………………….. 49
3.8.1 Pengamatan Organoleptik……………………………… 49
3.8.2 Pemeriksaan Homogenitas Sediaan…………………….. 49
3.8.3 Penentuan pH…………………………………………… 49
3.8.4 Uji Viskositas…………………………………………… 50
3.9 Uji Daya Hambat Antibakteri Terhadap E. coli…………. 50
3.9.1 Sterilisasi……………………………………………….. 50
3.9.2 Media Mueller Hinton Agar……………………………. 50
3.9.3 Pembuatan Media Agar Miring………………………… 51
3.9.4 Inokulasi Bakteri Pada Media Agar Miring…………….. 51
3.9.5 Pembuatan Standar Larutan Kekeruhan………………… 51
3.9.6 Pembuatan Suspensi Bakteri Uji……………………....... 51
3.9.7 Uji Aktivitas Antibakteri………………………………… 51
3.10 Diagram Alir…………………………………………………. 53
3.11 Analisis Data…………………………………………………. 54
xi
4.2.6.2 Pengamatann Homogenitas…………………….. 71
4.6.2.3 Uji pH……………………………………………. 72
4.6.2.4 Uji Viskositas……………………………………. 72
4.2.7 Uji Efektivitas Antiakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer…. 73
DAFTAR PUSTAKA
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xv
BAB I
PENDAHULUAN
Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa bakteri sangat merugikan tubuh
Salah satu agen penyebab infeksi bakterial adalah bakteri Escherichia coli.
Bakteri ini merupakan bakteri yang berada di dalam saluran pencernaan bagian
tubuh melebihi batas normal. Bakteri ini dapat menyebar melalui kontaminasi
debu atau melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi feses (Darsana,
2012). Penyakit yang umum disebabkan oleh bakteri ini adalah penyakit diare.
bentuk Kejadian Luar Biasa (KLB), dan disertai dengan kematian yang tinggi,
1
2
Ada berbagai jenis bakteri yang hidup di tangan, bakteri ini ada yang bersifat
patogen dan ada juga yang bersifat non patogen. WHO pernah melansir melansir
bahwa tangan mengandung bakteri sebanyak 39.000- 460.000 CFU per senti
menurut situs Hand Hygiene Europe manusia memiliki sekitar 2 bahkan hingga
10 juta bakteri di antara ujung jari dan siku (Hema, dkk., 2010).
Flora normal yang terdapat pada kulit tangan antara lain Staphylococcus
untuk tujuan pengobatan dan pencegahan penyakit telah lama dikenal sejak dulu
kala. Bahan alam atau lebih dikenal dengan obat tradisional umumya digunakan
guna memberikan data akurat tentang manfaat dan keamanan penggunaan dari
akan pernah habis, sebagai sumber inovasi dalam penemuan dan pengembangan
metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan merupakan zat bioaktif yang
tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat. Tanpa adanya suatu senyawa
3
aktivitas sebagai antibakteri yaitu flavonoid dan saponin dan digunakan sebagai
membran sel sehingga keluarnya berbagai komponen penting dari dalam sel
bakteri yaitu protein, asam nukleat dan nukleotida (Darsana, 2012). Selain itu
juga terdapat tanin yaitu senyawa metabolit sekunder yang berfungsi sebagai
terdiri dari senyawa fenolik yang sukar dipisah dan sukar mengkristal,
(Malanggi, 2012).
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencegah infeksi yang
tangan sebelum makan dan minum serta menggunakan gel antiseptik tangan,
yang merupakan alternatif praktis untuk menggantikan sabun dan air untuk
Hand sanitizer merupakan salah satu bahan antiseptik berupa gel yang
Penggunaan hand sanitizer lebih efektif dan efisien bila dibanding dengan
kuman dalam waktu relatif cepat, karena mengandung senyawa alkohol (etanol,
bakterisidal saja, tetapi tidak terhadap virus dan jamur. Selain sebagai
triklosan. Menurut hasil penelitian Rini (2018) bahwa antiseptik pada beberapa
merk dengan kadar alkohol 60-70% tanpa tambahan zat antibakteri lainnya
memiliki sifat yang lebih polar, sehingga diameter daya hambat yang dihasilkan
terbakar pada kulit. Hal ini diduga disebabkan karena bahan dasar antiseptik
tersebut berupa alkohol dan triklosan yang merupakan bahan kimia. Salah satu
upaya untuk mengurangi pemakaian bahan kimia berupa alkohol dan triklosan
yang ada di alam yang mengandung sifat antibakteri, misalnya umbi kembang
sungsang.
5
bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan
akan mengalami kerusakan dan mendorong terjadinya lisis sel bakteri yang
sekunder lain selain alkaloid yang diduga memiliki peran terhadap aktivitas
antibakteri pada tumbuhan ini, yakni tanin dan terpenoid. Tanin merupakan zat
yang terkandung dalam umbi kembang sungsang dapat saling bersinergi sebagai
hand sanitizer ada yang berbentuk cair dan ada yang berbentuk gel. Masyarakat
6
pada umumnya menyukai penggunaan hand sanitizer dalam bentuk gel karena
dan viskositas.
1. Bagi Peneliti
2. Bagi institusi
3. Bagi masyarakat
asli daratan Afrika yang menyebar luas ke berbagai benua. Salah satunya
superba L.) merupakan salah satu jenis tanaman yang termasuk kedalam
dikenal juga dengan nama climbing lily. Kembang sungsang tumbuh liar
2005).
2. Nama
8
9
3. Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Subclassis : Lilidae
Ordo : Liliales
Familia : Liliaceae
Genus : Gloriosa
Species : Gloriosa superba Linn.
4. Morfologi
dengan sulur yang terdapat di ujung daun. Daun berbentuk lanset dengan
10
ujung meruncing dan pangkal daun memeluk batang. Tepi daun rata dan
panjang daun mencapai 8 – 25 cm, serta lebar daun sekitar 1-4 cm, dengan
atas. Warna seluruh tenda bunga lama kelamaan akan menjadi merah dan
tidak mudah layu. Panjang buah kembang sungsang mencapai 4-5 cm.
Tanaman ini menghasilkan biji yang banyak dan berwarna merah oranye.
5. Perkembangbiakan
Kandungan kolkisin pada umbi sekitar 0,3 % dan bagian lain dari
biji dengan kandungan 2-5 kali lebih tinggi daripada didalam umbi.
2009).
lipid dan air dingin, namun kurang larut dalam air panas atau benzene
dingin dan hamper tidak larut dalam eter. Kolkisin tidak bersifat racun
dicampur dalam air, emulsi, agar atau lanolin dan seringkali dianjurkan
dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel
(Juliantina, 2008).
dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA
aktivitas antibakteri pada tumbuhan ini, yakni tanin dan terpenoid. Tanin
berkhasiat atau zat aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan
Ragam ekstraksi yang tepat sudah tentu bergantung pada tekstur dan
kandungan air bahan tumbuhan yang di ekstraksi dan pada jenis senyawa yang di
terjadinya oksidasi enzim atau hidrolisis. Mencemplungkan jaringan daun segar atau
bunga, bila perlu di potong-potong, ke dalam etanol mendidih adalah suatu cara yang
baik untuk mencapai tujuan itu. Alkohol bagaimanapun juga adalah pelarut
maserasi dalam suatu wadah toples kaca, lalu disaring. Tetapi hal ini hanya betul-
betul diperlukan bila kita ingin mengekstraksi habis. Bila mengisolasi senyawa dari
13
seberapa jauh klorofil tertarik oleh pelarut itu. Bila pada ampas sampel sama sekali
tidak berwarna hijau lagi, dapat dianggap semua senyawa berbobot molekul rendah
1. Cara dingin
a. Maserasi
Maserasi merupakan penyarian secara sederhana karena dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan
menembus dinding sel dan masuk kedalam rongga sel yang mengandung zat aktif.
Zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan dan
zat aktif didalam sel dan di luar sel maka larutan yang terpekat di desak keluar.
yang digunakan pada temperatur ruagan. Proses ini sangat menguntungkan dalam
isolasi bahan alam karena dengan perendaman sampel tumbuhan akan terjadi
pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara didalam
dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang ada dalam sitoplasma akan
terlarut dalam pelarut organik dan ekstraksi senyawa akan sempurna karena dapat
diatur lama perendaman yang dilakukan. Pemilihan pelarut untuk proses maserasi
senyawa bahan alam pelarut tersebut. Secara umum pelarut metanol merupakan
pelarut yang paling banyak digunakan dalam proses maserasi (Darwis, 2000).
14
b. Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna
Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap
efektivitas dari proses ini hanya akan lebih besar untuk senyawa organik yang
2. Cara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna
(Darwis, 2000).
b. Soxhlet
Soxhlet adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik (Darwis,
2000).
c. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperature ruangan (kamar), yaitu secara
15
d. Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air
(bejana infus tecelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98°C)
e. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥ 30°C dan temperatur
3. Ekstrak
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes, 2000). Ada beberapa jenis ekstrak yakni: ekstrak cair, ekstrak
kental dan ekstrak kering. Ekstrak cair jika hasil ekstraksi masih bisa dituang,
biasanya kadar air lebih dari 30%. Ekstrak kental jika memiliki kadar air antara 5-
30%. Ekstrak kering jika mengandung kadar air kurang dari 5% (Voight, 1994).
2.1.3 Bakteri
1. Uraian umum
tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok
serta demikian kecilnya sehingga hanya tampak atau dapat diamati dengan
nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam, vitamin dan air untuk fungsi metabolik
B. Temperatur
1) Bakteri psikofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 0-30ºC,
2) Bakteri mesofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur 5-60ºC,
3) Bakteri termofil, yaitu bakteri yang dapat hidup pada temperatur optimum
D. Oksigen
antara lain:
pertumbuhannya.
2) Anaerob fakultatif yaitu bakteri yang dapat tumbuh dengan atau tanpa
adanya oksigen.
3) Anaerob mutlak yaitu bakteri yang hidup bila tidak ada oksigen.
4) Anaerob aetoleran yaitu bakteri yang tidak mati dengan adanya oksigen.
E. Tekanan osmosis
F. Kelembapan
pada lingkungan yang lembab. Kebutuhan akan air tergantung dari jenis
2. Ukuran bakteri
kali atau lebih. Satuan ukuran tubuh bakteri adalah mikrometer atau micron
(Waluyo, 2007).
18
Sedangkan bakteri berbentuk basil ada yang lebarnya 0,2 µ sampai 2 µ, namun
pengukuran besar kecilnya bakteri perlu didasarkan pada standar yang sama.
Pada umumnya bakteri yang berumur 2 sampai 6 jam lebih besar dari bakteri
3. Bentuk bakteri
A. Bentuk basil
panjang.
B. Bentuk kokus
C. Bentuk spiral
4. Escherichia Coli
adalah usus besar manusia dan hewan (Jawetz, et al., 2007). Masa inkubasi
berlangsung selama 12 jam hingga 3 hari , gejala timbul 18-24 jam setelah
sebagai berikut:
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli (Dwijoseputro, 1978)
organisme terkecil yang pernah ada. E. coli pertama kali diidentifikasi pada
tahun 1885 oleh Theodor Escherich pada spesimen yang diambil dari bayi
20
yang mengalami gejala enteritis. Enteritis adalah inflamasi pada saluran usus
yang dapat menyebabkan sakit perut, nausea, muntah-muntah, dan diare pada
E. coli adalah flora normal pada saluran intestinal manusia dan hewan
mekanisme dan tingkat keparahan yang berbeda, mulai dari yang bersifat
sebagai bakteri E. coli yang menyebabkan pendarahan pada usus. Jenis E. coli
dan lapisan usus yang menyebabkan nausea, diare, sakit perut, dan lesu
(Manning, 2005). Ingesti EHEC 1-10 koloni per 100 mL dapat menimbulkan
hewan pemamah biak seperti sapi, domba, kambing , dan rusa. EHEC terlepas
ke lingkungan bebas melalui feses hewan dan bisa bertahan hingga berbulan-
bulan di dalam tanah dan 21 bulan di dalam pupuk. Infeksi EHEC kepada
manusia salah satunya terjadi akibat konsumsi air yang terkontaminasi. Untuk
2002). Infeksi EHEC dimulai dengan gejala diare dengan feses encer yang
Gejala demam jarang ditemukan pada infeksi EHEC pada manusia. Feses
yang encer ini bisa meningkat menjadi feses berdarah dalam 1-2 hari. Shiga
toxin yang dilepaskan oleh E. coli O157:H7 merusak sel endotelial vaskuler,
yaitu sel dari jaringan yang membentengi organ internal usus, sehingga
Sebagian besar orang yang terinfeksi EHEC dapat kembali pulih tanpa
22
haemolytic uraemic syndrome (HUS) pada beberapa orang. Hingga saat ini
belum diketahui dengan jelas mengapa infeksi EHEC pada sebagian orang
bisa berkembang menjadi HUS dan pada orang lainnya tidak (Donnenberg,
2002).
dari 108 hingga 1010 untuk bisa menimbulkan gejala sakit. Bakteri biasanya
transit dan mendiami usus kecil. Pada manusia sehat, perut, usus besar, dan
usus kecil tidak mengandung bakteri. Akan tetapi, ETEC dapat ditemui di
daerah lambung, di sepanjang usus kecil dan usus besar pada saat terjadi
infeksi. Penempelan ETEC pada epitel usus dimediasi oleh fimbriae adesif.
bertanggungjawab terhadap diare dengan feses encer menjadi ciri khas infeksi
ETEC.
ETEC dikarakterisasi oleh onset cepat diare dengan feses encer setelah masa
inkubasi 14-50 jam. Penderita diare akibat ETEC biasanya juga mengalami
kram perut. Feses yang dikeluarkan biasanya juga diikuti oleh darah kering
dari dinding mukosa usus. Demam, nausea, dan muntah-muntah juga bisa
23
dialami, tetapi gejala ikutan ini jarang terjadi. Pada infeksi yang tidak diobati,
gejala akan pulih secara spontan dalam beberapa hari, antara 1-11 hari. Infeksi
lesi attaching dan effacing, dan (iii) tidak memproduksi toksin shiga.
dengan feses encer yang mengandung mukus tetapi tidak berdarah. Gejala
kehilangan berat badan. Diare EPEC biasanya terjadi antara 5-15 hari tetapi
bisa juga menjadi diare kronis dan dapat menghasilkan kematian dengan laju
mortalitas hingga 50%. EPEC diperkirakan lebih banyak menghuni usus kecil
(Donnenberg, 2002).
1) Fase lag
pada suatu lingkungan baru. Ciri fase lag adalah tidak adanya peningkatan
24
jumlah sel, yang ada hanyalah peningkatan ukuran sel. Lama fase lag
media, dan kondisi pertumbuhan. Sel baru terbentuk dengan laju konstan
3) Fase stasioner
dan terjadi keseimbangan antara jumlah sel yang membelah dengan jumlah
sel yang mati. Pada fase ini terjadi akumulasi produk buangan yang toksik.
Pada sebagian besar kasus, pergantian sel terjadi dalam fase stasioner ini
(Pratiwi, 2008).
4) Fase kematian
2.1.4 Antibakteri
bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia (Jawetz, et al., 1991). Suatu
25
yang terjadi oleh adanya hambatan pada proses pembentukan maupun pengubahan
(Pelczar & Chan, 1988). Contoh senyawa yang bekerja menghambat dinding sel
substansi yang ada di dalam sel dan mengatur sistem transport yang ada di
sel dan berakibat pada kematian sel. Contoh senyawa yang bekerja dengan sistem
protein dan asam nukleat. Adanya denaturasi protein dan asam nukleat
senyawa yang memiliki mekanisme kerja ini adalah fenolat dan persenyawaan
pembentukan substansi tertentu seperti DNA dan RNA. Senyawa yang bekerja
aktivitas antibakteri diantaranya dilusi cair, dilusi padat dan difusi. Salah satu
metode yang sering digunakan dalam pengujian aktivitas antibakteri adalah difusi.
Pada penelitian ini metode difusi yang digunakan adalah Kirby bauer. Difusi adalah
salah satu metode yang digunakan untuk menentukan aktivitas antktibakteri secara
melakukan penjenuhan substansi antibakteri pada disk berupa kertas saring, yang
kemudian diletakkan dalam media agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri
dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode pokok yaitu metode dilusi dan
metode difusi. Ada beberapa metode pengukuran bakteri, namun yang paling umum
1. Metode dilusi
dan kadar bunuh minimum (KBM). Cara yang dilakukan dengan membuat seri
pengenceran antimikroba pada media yang telah ditambahkan dengan mikroba uji.
Larutan uji antimkroba pada kadar terkecil yang terlihat jernih tanpa adanya
27
KHM tersebut selanjutnya dikultur ulang pada media tanpa penambahan mikroba
uji ataupun agen antimikroba dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media yang tetap
yaitu metode difusi agar. Obat dengan jumlah tertentu ditempatkan pada permukaan
media padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada permukaannya dan
Metode ini dipengaruhi oleh beberapa faktor fisika dan kimia, misalnya
sifat medium, kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat. Meskipun
2.1.6 Antiseptik
mikroorganisme. Istilah ini digunakan untuk sediaan yang dipakai untuk sediaan
dan mencegah infeksi agar tidak menjadi lebih parah. Antiseptika digunakan pada
permukaan mukosa, kutan dan luka yang terinfeksi. Antiseptika yang ideal adalah
28
dapat menghambat pertumbuhan dan merusak sel-sel bakteri, spora bakteri dan
jamur, virus dan protozoa tanpa jaringan tubuh inang atau hospes (Djide, M, N,
Sartini, 2008).
A. Mekanisme kerja
langsung gugus nukleofil seperti gugus-gugus amino, karboksil, fenol, dan tiol
dari protein sel bakteri. Reaksi alkilasi tersebut menyebabkan pemblokan sisi
2. Denaturasi protein
antiseptika dan densifektan dengan cara denaturasi dan konjugasi protein sel
Cara ini adalah model kerja dari turunan amin dan guanidin, turunan
5. Pembentukan khelat
membentuk khelat dengan ion Fe dan Cu. Kemudian bentuk khelat tersebut
masuk kedalam sel bakteri. Kadar yang tinggi dari ion-ion logam didalam sel
Ada berbagai jenis bakteri yang hidup di tangan, bakteri ini ada yang
bersifat patogen dan ada juga yang bersifat non patogen. WHO pernah melansir
Flora normal yang terdapat pada kulit tangan antara lain Staphylococcus
kuman kontaminasi sampai tingkat yang aman bagi kesehatan masyarakat (staf
2, 2008).
digunakan karena alasan kepraktisan pada saat darurat tidak ada air. Hand
satitizer mudah dibawa dan bisa cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air.
2014).
Gel adalah sistem semi padat di mana fase cairnya dibentuk dalam suatu
matriks polimer tiga dimensi (terdiri dari gom alam atau gom sinteris) yang
tingkat ikatan silang fisik (atau kadang-kadang kimia)nya yang tinggi telah
dibicarakan.
farmasetik meliputi gom alam tragacanth, pectin, carragen, agar, asam alginate
polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan
proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat
Karbomer 940 akan mengembang jika didispersikan dalam air dengan adanya
suatu sediaan semipadat. Gel juga dapat dibentuk oleh selulosa seperti
Gel murni memiliki karakteristik yang transparan dan jernih atau opalesen.
koloid. Sifat transparan ini adalah karakter spesifik sediaan gel (Isriany Ismail,
2013).
Saat ini, gel dijadikan basis untuk beberapa formula kompleks seperti;
penambahan partikel padat, sehingga menjadi suatu sistem suspensi yang stabil
1. Jenis Gel
a. Hydrogel
Sistem hydrogel adalah gel hidrofilik yang mengandung 85-95% air
atau campuran alkohol-air serta bahan pembentuk gel (gelling agent). Bahan
yang tidak sesuai, maka setelah terjadinya penguapan pelarut, sisa polimer
akan terasa lengket dan sobek pada kulit. Oleh karena itu harus berhati-hati
b. Lipogel
pengental yang sesuai dan larut dalam minyak atau cairan lemak. Silika
2. Sifat Gel
berpenetrasi diantara matriks gel dan terjadi interaksi antara pelarut dengan
gel. Pengembangan gel kurang sempurna jika terjadi ikatan silang antara
dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan ke luar dan akan berada diatas
permukaan gel. Pada saat pembentukan gel terjadi tekanan yang elastis
berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastis pada saat
3. Basis Gel
interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik
tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang
yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase
pendispersi. Istilah hidrofilik berarti sukar pada pelarut. Pada umumnya karena
daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak
adanya daya tarik- menarik dari bahan hidrofobik, sistem koloid hidrofilik
biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel,
1989).
34
keutuhan kimiawi dan potensi zat aktif yang tertera pada etiket dalam batasan
spesifikasi.
terapi yang tidak berubah selama waktu simpan (shelf life) sediaan.
yang perlu dicantumkan dalam label. Ketidakstabilan formulasi dapat dilihat dari
perubahan penampilan fisik, warna, rasa, dan tekstur dari formulasi tersebut
(Lachman, 1994).
a. Viskositas
suatu cairan untuk mengalir. Makin tinggi viskositas maka makin besar
b. Pengukuran pH
tertentu diletakkan dipusat antara dua lempeng gelas, dimana lempeng sebelah atas
d. Homogenitas
sekeping kaca atau bahan transparan lain. Sediaan harus menunjukkan susunan
yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1985).
e. Sinersis
sediaan dimana air tidak terikat dengan kuat oleh komponen bahan yang ada.
Semakin tinggi tingkat sineresis maka semakin cepat lunak tekstur sediaan tersebut.
Pada fenomena ini, jika suatu gel didiamkan salama beberapa saat, maka gel
tersebut sering kali akan mengerut secara alamiah dan cairan pembawa dalam
Karbopol digunakan dalam bentuk cairan atau setengah padat pada sediaan
Digunakan pada formulasi krim, gel, dan salep mata yang digunakan pada
khas. Dapat larut dalam air, etanol (95%) dan gliserin. Karbopol digunakan
2) HPMC
Hydroxypropyl methylcellulose (HPMC) merupakan serbuk putih
atau putih kekuningan, tidak berbau dan berasa, larut dalam air dingin,
membentuk cairan kental, praktis tidak larut dalam kloroform, etanol (95%)
dan eter. HPMC biasanya digunakan dalam sediaan oral dan topikal. HPMC
dapat membentuk gel yang jernih serta mempunyai viskositas yang lebih
baik. Konsentrasi HPMC yang biasa digunakan sebagai gelling agent adalah
(Rowe, 2006).
b. Bahan Tambahan
1) Agen pengalkali
Pemerian cairan kental, tidak berwarna hingga kuning pucat, bau lemah
mirip amoniak, higroskopik. Kelarutan mudah larut dalam air dan etanol
pengemulsi 2-4% dan 2-5 kali pada asam lemak. Kegunaan sebagai agen
pelembut.
Penambahan gliserin juga digunakan dalam gel, baik yang sistem air
3) Pengawet
: 76,09. Pemerian serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak
larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air yang mendidih, dalam 3,5
bagian etanol (95%) P dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam eter P
dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian gliserol P panas
dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas, jika didinginkan larutan
tetap jernih. Range metil paraben sebagai pengawet antiseptic dan sediaan
larutan berair pada pH 3-6, dapat disterilkan pada 120 °C selama 20 menit
(Rowe, 2009).
39
daratan Afrika yang telah banyak digunakan sebagai obat tradisional di India
ekstrak metanol umbi kembang sungsang memiliki nilai zona hambat 18,1 mg/ml
Escherichia coli.
parameter uji sesuai dengan SNI No. 06-2588 tahun 2017 serta mempunyai aktivitas
INDEPENDEN DEPENDEN
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
40
sediaan
2.3 Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
2. Sedian gel hand sanitizer yang berbahan dasar ekstrak umbi kembang
sungsang memenuhi standar parameter uji yang sesuai dengan SNI Nomor
06-2588 tahun 2017 diantaranya uji organoleptik, uji homogenitas, uji pH,
Kandungan
senyawa
metabolit
sekunder
terbesar dari
ekstrak
kembang
sungsang ini
adalah senyawa
alkaloid.
2. Sonali Jana & Critical review Kesimpulan : Fitoterapia 82
G.S. Shekhawat, on medicinally Dari penelitian (2011) 293 -
2010 potent plant ini diketahui 301
species : bahwa dari
Gloriosa superba tanaman
kembang
sungsang
memiliki banyak
potensi yang
berkhasiat
digunakan untuk
pengobatan
seperti
antimikroba,
antiinflamasi,
dan juga sebagai
agen antikanker.
dan Salmonella
typhi
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai bulan Agustus
Banten, dan Laboratorium Kimia Dasar Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alumunium foil, autoklaf,
batang pengaduk, beaker glass, bunsen, blender, cawan petri, cawan penguap,
desikator, erlenmeyer, gelas ukur , inkubator, jangka sorong, jarum ose, kain kassa,
lidi, kapas, kertas perkamen, kertas saring, tissue, kompor gas, kurs porselin,
lumpang dan alu porselen, lemari pendingin, lemari pengering, mikro pipet,
mikroskop, neraca analitik, oven, object glass, penangas air, pencadang kertas,
mikroskop, penangas air, pH meter, tabung reaksi, hot plate, pinset, pipet tetes,
43
44
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan adalah ekstrak metanol umbi kembang sungsang
1%, NaOH 10%, H2SO4 pekat, CH3COOH anhidrat, Pereaksi Dragendroff, nipagin,
adalah Escherichia coli. Kontrol positif yang digunakan adalan produk hand
disebuah toko online yang bernama Daun Jati yang terletak di Unit Perhutanan,
Jalan Ngareng No. 15 B, Cepu, Blora, Provinsi Jawa Timur. Sampel yang
digunakan adalah umbi dari tanaman kembang sungsang (Gloriosa superba Linn.)
Sampel umbi kembang sungsang 5 kg, dibersihkan dan dicuci agar tidak ada
kotoran yang menempel, lalu disortir basah untuk memisahkan umbi yang sudah
lalu dikeringkan dengan cahaya matahari langsung lalu disortir kering, lalu sampel
dari ekstrak umbi kembang sungsang (G. Superba Linn.) yang terkandung
dibagi ke dalam 5 tabung reaksi. Tabung pertama ditambahkan dengan 3 tetes HCl
pereaksi Wagner. Terbentuknya endapan jingga pada tabung kedua, endapan putih
pada tabung ketiga, endapan kuning pada tabung keempat, dan endapan merah
dengan menggunakan dua golongan laruan percobaan yang digunakan (Depkes RI,
1995).
aseton P, ditambahkan sedikit serbuk halus asam borat P dan serbuk halus asam
terbentuknya busa setinggi 1-10 cm yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit.
Pada penambahan 1 tetes HCl 2N busa tidak hilang (Depkes RI, 1995).
Larutan uji sebanyak 1 mL direaksikan dengan larutan besi (III) klorida 10%,
jika terjadi warna biru tua atau hitam kehijauan menunjukkan adanya tanin
(Robinson, 1991).
3.6 Ekstraksi
suhu 5-100C dibawah titik didih pelarut ekstrak yang digunakan sehingga
diperoleh ekstrak kental umbi kembang sungsang yang akan dijadikan bahan
HPMC 5g
Propilen glikol 15 ml
Nipagin 0,02 g
Pewangi 15 tetes
Cara pembuatan :
Diawali dengan menaburkan HPMC di dalam lumpang yang
Sediaan gel dibuat ke dalam 5 sediaan, yaitu satu sediaan blanko (dasar
gel) dengan bahan pengawet, satu sediaan blanko tanpa bahan pengawet dan tiga
berdasarkan SNI 06-2588 tahun 2017 yaitu: 5%, 7,5%, 10%. Adapun formula
yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Rancangan formula Gel Hand sanitizer ekstrak umbi kembang
sungsang (Gloriosa superba Linn.) dalam %b/b
Formula
Nama bahan Satuan F1 F2 F3 F4 F5 Fungsi
( +) (-)
Ekstrak Gram 5 7,5 10 X - Bahan
umbi aktif
kembang
sungsang
HPMC Gram 5 5 5 - 5 Basis gel
Propilen Ml 15 15 15 - 15 Humektan
glikol
Nipagin Gram 0,02 0,02 0,02 - 0,02 Pengawet
Aquadest ad mL 100 100 100 - 100 Pelarut
Cara pembuatan:
Ekstrak umbi kembang sungsang digerus di dalam lumpang, lalu
ditambahkan sedikit demi sedikit dasar gel ke dalam lumpang sambil terus
dilakukan pada gel antiseptik tangan (hand sanitizer) yang disimpan pada suhu
Menurut SNI Nomor 06-2588 tahun 2017, sediaan dikatakan baik jika
harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
Menurut SNI Nomor 06-2588 tahun 2017, gel yang baik tidak memiliki
3.8.3 Penentuan pH
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.
Cara: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar
netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan
harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan
dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 0,25 gram
dimasukkan ke dalam beker gelas 100 ml dan dipilih nomor spindle yang sesuai.
Menurut SNI Nomor 06-2588 tahun 2017, rentang persyaratan nilai viskositas
3.9.1 Sterilisasi
Sebelumya alat-alat tersebut telah dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus dengan
dengan 100 ml air suling kemudian dipemanasan di atas hot plate. Media tersebut
disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit (Handayani, 2016).
masing 3 tabung reaksi steril dan ditutup dengan alumunium foil. Media tersebut
disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, kemudian dibiarkan
pada suhu ruangan dan letakkan dengan posisi miring sampai media memadat.
51
(Handayani, 2016).
Bakteri uji diambil dengan jarum ose steril, lalu ditanamkan pada media
terbentuk larutan yang keruh. Kekeruhan ini dipakai sebagai standar kekeruhan
Bakteri uji yang telah diinokulasi pada media agar miring kemudian
diambil dengan kawat ose steril lalu disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 2
kekeruhan yang sama dengan standar kekeruhan larutan Mc. Farland (Handayani,
2016).
steril kedalam suspensi bakteri. Diusapkan pada permukaan medium MHA sampai
seluruh permukaan tertutup rapat. Ditempelkan disk yang telah direndam dalam
sediaan hand sanitizer ekstrak umbi kembang sungsang, cawan I diisi dengan
52
III diisi handsanitizer konsentrasi 10% , cawan IV diisi kontrol positif, cawan V
diisi dengan blanko. Pengulangan dilakukan sebanyak 3 kali. Lalu cawan petri
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C. Kemudian diukur diameter zona hambat
Diameter zona hambat yaitu daerah disekitar kertas cakram atau saring
yang menunjukkan bahwa ekstrak dapat menghambat yang ditandai dengan adanya
zona bening. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur diamater zona bening
KembangP.
Tanaman Sungsang
betle L. Determinasi
Daun
Umbi P. betle
Kembang L.
Sungsang
· Disortasi basah
· Dicuci
· Dirajang
· Dikeringkan
· Disortasi kering
· Dihaluskan dengan blender
· Diayak
Simplisia
Simplisia Daun
Umbi P. betle
Kembang L.
Sungsang
· Ditimbang 1.000 g
· Dimasukkan ke botol kaca
· Ditambahkan n-heksana
·· Ditambahkan
Diaduk denganmethanol
shaker 96% 2,5 liter
· ·
Didiamkan Diaduk
selamadengan
1 x 24 shaker
jam
· Disaring dan diambil Filtrat
Filtrat
Ampas Simplisia
· Dimasukkan ke botol kaca
· Ditambahkan n-heksana
· Ditambahkan methanol 96% 2,5 liter
· Diaduk dengan shaker
· Diaduk dengan shaker
· Didiamkan selama 1 x 24 jam
· Disaring dan diambil Filtrat
Filtrat
Ampas Simplisia ·· Disaring
Di rotarydengan kertaspada
evaporator whatman
suhu 540C
·dengan
Dirotary evaporator
kecepatan 60 rpm
Uji Fitokimia
· Tanin Ekstrak metanol
Ekstrak n-heksana umbi
· Saponin daun P. betle L.
kembang sungsang.
· Triterpenoid dan Steroid
· Flavonoid
· Alkaloid
Ujiaktivitas
Uji Aktivitas Antibakteri
antibakteri terhadap Kontrolnegatif
Kontrol Negatifblanko basis gel.
Terhadap
bakteri S. aereus
Escherichia coli. (Sabun Cair 0%)
Data hasil evaluasi sediaan yaitu uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar,
uji homogenitas, dan uji viskositas dianalisis secara deskritif serta disajikan
dalam bentuk table dan grafik. Sementara data hasil uji antibakteri berupa
ukuran zona hambat dianalisis secara statistik menggunakan one way ANOVA
dengan tingkat kepercayaan 95%, jika hasil uji ANOVA berbeda signifikan
akan diuji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) untuk
Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor adalah sebagai berikut :
No. Umbi Segar (g) Umbi Kering (g) Serbuk Kering Umbi
Kembang Sungsang (g)
1. 5.000 1.100 1.000
didapatkan umbi kering sebanyak 1.100 gram dan setelah dilakukan penghalusan
55
56
Dari hasil percobaan diperoleh kadar air serbuk simplisia umbi kembang
sungsang sebesar 6,36%. Hasil ini memenuhi persyaratan kadar air dari buku
Materia Medika Indonesia yaitu tidak lebih dari 10%. Kadar air yang melebihi
metanol 96% yang merupakan pelarut polar. Maserasi dilakukan selama 2 x 24 jam
disaring menggunakan mesh nomor 100 dan disaring kembali dengan kertas saring
whatman dan disatukan kemudian diuapkan dengan alat rotary evaporator hingga
Hasil penetapan kadar sisa pelarut ekstrak metanol umbi kembang sungsang
Hasil penetapan kadar sisa pelarut ekstrak metanol umbi kembang sungsang
yaitu 3,07%. Hal ini tidak relevan dengan Parameter Standar Umum Ekstrak
ekstrak tidak meninggalkan sisa pelarut yang memang seharusnya tidak ada.
skrining fitokimia ekstrak umbi kembang sungsang ditunjukkan pada Tabel 4.6.
58
Dari hasil skrining fitokimia, dapat diketahui bahwa ekstrak umbi kembang
dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan Provinsi Banten. Berdasarkan hasil uji
Linn.), konsentrasi ekstrak yang digunakan untuk membuat sediaan ini adalah 5%,
7,5% dan 10%. Hasil pembuatan mouthwash dapat dilihat pada Gambar 4.1.
59
pengamatan organoleptik sediaan gel hand sanitizer ektrak metanol umbi kembang
tidak boleh mengandung bahan kasar yang bisa diraba (Syamsuni, 2006).
Homogenitas sediaan gel dapat dilihat secara visual dengan dengan menggunakan
preparat kaca.
61
4.1.8.3 Uji pH
Tirtayasa menggunakan pH Meter Digital. Hasil uji pH sediaan gel hand anitizer
ekstrak metanol umbi kembang sungsang pada konsentrsi 5%; 7,5% dan 10% dapat
Hasil ini menunjukkan bahwa gel antiseptik tangan dari ekstrak metanol
Viskositas atau kekentalan adalah suatu istilah dari resistensi zat cair untuk
(Kuncari, dkk., 2014). Viskositas pada sediaan gel menunjukan mudah tidaknya gel
tersebut dapat dihantarkan dalam aplikator pump atau dituangkan dalam wadah.
gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang sungsang (Gloriosa superba
Linn.) pada konsentrsi 5%, 7,5% dan 10% dapat dilihat pada tabel 4.10
4.1.9 Uji Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Metanol Umbi
Uji antibakteri sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang
dan Penerapan Mutu Hasil Perikanan Provinsi Banten. Hasil uji antibakteri dapat
4.2 Pembahasan
bagian umbi tanaman kembang sungsang. Umbi kembang sungsang dipilih karena
alkaloid, tanin, triterpenoid, dan steroid yang dikenal sebagai senyawa yang
Dari 5.000 gram umbi kembang sungsang segar didapatkan 1.000 gram
tanah, debu dan zarah asing lainnya. Setelah dilakukan sortasi basah, kemudian
dirajang atau diiris dengan ketebalan tidak terlalu tipis guna mempermudah proses
langsung (ditutup dengan kain hitam). Proses pengeringan dihentikan saat umbi
oleh cairan penyari sehingga hasil penyariannya juga akan optimal (Puspitarini,
2010).
simplisia, namun hal ini akan semakin memperumit dalam hal filtrasi hasil
penyarian karena serbuk yang semakin halus akan cenderung membentuk suspense
yang sulit dipisahkan dari hasil penyarian (BPOM RI, 2000). Dalam penelitian ini
65
kecoklatan dan berupa butiran-butiran yang tidak kompak dan tidak keras.
kembang sungsang yang berukuran 60 mesh pada cawan yang sudah diketahui
beratnya, dikeringkan pada suhu 105oC selama 3 jam. Setelah didinginkan dalam
didinginkan dalam eksikator dan ditimbang sampai diperoleh berat tetap (Widiarti
dkk., 2014). Diperoleh hasil kadar air sebanyak 6,36%, hasil tersebut sesuai dengan
standarisasi simplisia kadar air tidak boleh lebih besar dari 10%.
yang telah berupa serbuk kering. Penyarian menggunakan maserasi karena cara
penyariannya yang sederhana dan sesuai digunakan untuk simplisa yang memiliki
komponen senyawa yang tidak tahan panas. Maserasi dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai selama 2 x 24 jam.
Dalam penyarian ini digunakan metanol 96% pro analysis sebanyak 5 liter.
Digunakan pelarut metanol 96% karena dapat menarik senyawa metabolit sekunder
dengan baik. Selama proses maserasi, zat aktif dalam serbuk simplisia akan
berdifusi keluar dari sel. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsetrasi zat
aktif antara di dalam dan di luar sel. Maserat yang diperoleh kemudian dipekatkan
menggunakan alat rotary evaporator pada suhu 50oC dengan putaran 60 rpm,
66
tujuannya adalah agar senyawa yang ada dalam umbi kembang sungsang tidak
mudah rusak. Hasil ekstraksi didapatkan rendemen sebesar 13,85% yang artinya
dari 1.000 gram serbuk simplisia kering dengan ekstraksi metode maserasi
gram.
saponin, triterpeoid dan steroid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
Perubahan warna ini terjadi ketika penambahan FeCl3 1% yang bereaksi dengan
salah satu gugus hidroksil yang ada pada senyawa tanin. Ekstrak positif
mengandung tannin.
Hasil positif pengujian fenol dengan terjadinya warna hijau hingga hijau
gugus hidroksil yang dapat bereaksi dengan ion Fe3+ pada larutan FeCl3 5 %
(Harborne, 1987). Hasil uji fenol ektrak metanol umbi kembang sungsang (G.
selama tidak kurang dari 10 menit setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan
1 tetes asam klorida 2 N, buih tidak hilang menunjukan positif saponin (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995). Hasil uji saponin ektrak metanol umbi
mengandung flavonoid.
asam sulfat pekat perubahan warna ungu atau merah kemudian menjadi biru hijau
menunjukkan adanya terpenoid (Banu & Cathrine, 2015). Hasil uji triterpenoid
biarkan mengering. Lalu tambahkan 3 tetes H2SO4. Maka akan terbentuk warna
biru. Terbentuknya warna biru dapat diamati pada bagian pinggir plat tetes
menunjukan positif steroid (Hanani, 2017). Hasil menunjukan positif bahwa ektrak
steroid.
kemudian ditambahkan 3- 5 tetes H2SO4 pekat lalu dikocok hingga terbentuk dua
68
lapisan. Lapisan atas dipindahkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 2,5 mL. Larutan
Hasil uji menunjukan bahwa ektrak metanol umbi kembang sungsang (Gloriosa
kulit dirasa kurang praktis bila digunakan, maka sediaan gel dipilih karena mampu
yang dibuat dalam penelitian ini adalah sediaan topikal berupa gel hand sanitizer.
Gel merupakan sediaan setengah padat yang terdiri dari suatu sistem dispersi yang
tersusun dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organic yang besar (Ansel,
2008).
Gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang sungsang dibuat dengan
basis HPMC. HPMC dipilih sebagai basis gel yang dapat meningkatkan viskositas
suatu gel. HPMC sebagai gelling agent akan mengembang dengan adanya air dan
pada kulit . Selain itu, HPMC diketahui memiliki stabilitas yang baik pada
viskositas tinggi dan sangat bagus jika digunakan pada formulasi transdermal dan
Tahap pertama yaitu membuat basis gel. HPMC yang merupakan gelling
hingga mengembang lalu digerus hingga terbentuk dasar gel yang homogen dan
aduk hingga homogen (campuran III). Masukkan campuran I dan II lalu aduk
hingga terbentuk basis gel yang baik kemudian ditambahkan campuran III sedikit
demi sedikit lalu digerus hingga homogen lalu tambahkan sisa akuades, aduk
hingga homogen.
Linn.) pada sediaan hand sanitizer. Dan pada formulasi keempat ektrak metanol
umbi kembang sungsang (Gloriosa superba Linn.) sebanyak 10% pada sediaan
hand sanitizer.
Evaluasi sediaan atau uji stabilitas fisik dilakukan untuk menjamin sediaan
memiliki sifat yang sama setelah sediaan dibuat dan masih memenuhi parameter uji
adanya pemucatan warna atau munculnya warna lain, timbul bau, atau pemisahan
70
fase, sinersis, perubahan konsistensi, terbentuknya gas dan perubahan fisik lainnya
optimum dan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang sungsang.
Hasil uji organoleptik pada sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi
kembang sungsang konsentrasi 5, 7,5 dan 10% menunjukkan bahwa gel hand
sanitizer ekstrak metanol umbi kembang sungsang konsentrasi 5, 7,5 dan 10%
memenuhi persyaratan sediaan gel yaitu memiliki konsistensi yang lunak, mudah
Uji organoleptis dilakukan terhadap gel berupa bau, warna dan bentuk
sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang sungsang memiliki
bentuk sediaan setengah padat, memiliki bau khas umbi kembang sungsang dan
umbi kembang sungsang yang ditambahkan dalam sediaan gel maka warna gel
semakin coklat aroma khas semakin kuat. Maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan konsentrasi ekstrak metanol umbi kembang sungsang suatu sediaan gel
akan berpengaruh pada organoleptis dari sediaan tersebut terutama wujud gel,
pada hari ke 0, 7 , 14 dan 21. Hasil pengamatan dilakukan secara visual, tidak ada
Uji homogenitas merupakan salah satu uji yang penting dalam melakukan
bahan-bahan dalam formulasi gel tercampur dengan baik atau tidak. Homogenitas
mempengaruhi efek terapi dari sediaan tersebut. Sediaan gel yang tidak homogen
dapat mengakibatkan proses absorbs zat aktif tidak sempurna, sehingga efek terapi
Hasil uji homogenitas sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi
kembang sungsang didapatkan sediaan gel yang homogen dan tidak ada butiran
kasar atau yang menggumpal. Hal ini ditandai dengan dengan semua partikel dalam
pengamatan kaca di kaca objek, gel dinyatakan homogeny jika terdispersi secara
merata dan tidak terjadi penggumpalan pada salah satu sisi. Artinya sediaan gel
Sediaan gel tiap formula menujukkan warna yang merata, sehinga dapat diimpulkan
Pada penelitian ini dihasilkan bahwa semua sediaan gel homogen, antara
basis gel dengan zat aktif tercampur merata terlihat pada kaca preparat yang tidak
nampak granul atau butiran kasar. Sediaan yang homogen saat diaplikasikan pada
kulit akan memberikan absorpsi yang baik dan merata, sehingga efek terapi yang
4.2.6.3 Uji pH
sediaan topikal. Idealnya sediaan topikal mempunyai nilai pH yang sama dengan
kulit agar tidak terjadi iritasi pada permukaan kulit. Nilai pH yang terlalu asam
dapat menyebabkan iritasi pada kulit dan bila terlalu basa dapat menyebabkan kulit
Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Metode uji pH yang dilakukan dengan
sanitizer selama beberapa detik kemudian diketahui angka yang keluar dari pH
meter. Menurut SNI 06-2588-2017 rentang persyaratan nilai pH gel hand sanitizer
yaitu 4,5 - 6,5. Dari grafik terlihat bahwa nilai pH gel semakin menurun dengan
penyimpanan yang kurang baik, serta kemasan dari sediaan yang tidak tertutup
rapat.
Viskositas atau kekentalan adalah suatu istilah dari resistensi zat cair untuk
gel tersebut dapat dihantarkan melalui aplikator semprot atau dituangkan dalam
wadah.
Fakultas Teknik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Metode uji viskositas yang
dahulu spindel yang sesuai untuk digunakan pada masing- masing formula sediaan.
berapa nilai viskositas yang sesuai untuk sediaan ini agar sediaan dapat dengan
mudah disemprotkan. Dari table 4.10 dapat dilihat perbedaan viskositas antara
penyimpanan seperti cahaya dan kelembaban udara. Kemasan yang kurang kedap
dapat menyebabkan gel menyerap uap air dari luar, sehingga menambah volume air
dalam gel, serta semakin lama periode penyimpanan, jumlah gelembung udara yang
4.2.7 Uji Efektivitas Daya Hambat Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer
Uji efektivitas antibakteri sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi
diamater cakram 6 mm. Efek antibakteri di ukur dari diameter zona hambat (zona
pengerjaannya. Prinsip dari metode difusi cakram adalah bahan yang akan di uji,
dalam sampel ini bahan yang di uji adalah sediaan gel hand sanitizer ekstrak
metanol umbi kembang sungsang dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% direndam
blank disk dalam larutan gel hand sanitizer kemudiaan blank disk yang sudah
direndam dengan larutan uji ditempelkan pada cawan petri dengan baik pada
permukaan media padat yang sebelumnya telah diinokulasi bakteri uji pada
Kontrol positif berfungsi sebagai kontrol dari larutan uji (sediaan gel hand sanitizer
hambat (zona jernih) yang terbentuk. Kontrol negatif yang digunakan adalah basis
hand sanitizer, kontrol negatif berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
bahwa yang mempunyai aktivitas antibakteri adalah larutan uji bukan basisnya.
Dari hasil penelitian didapatkan hasil sediaan hand sanitizer ekstrak metanol
umbi kembang sungsang dengan konsentrasi 5%, 7,5% dan 10% menghasilkan
daerah zona hambat (zona jernih) pada pertumbuhan Escherichia coli secara in
vitro.
Escherichia coli dengan kata lain Escherichia coli yang digunakan tidak resisten
terhadap Dettol.
rata zona hambat terbesar pada formula sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol
umbi kembang sungsang dengan konsentrasi 10% yaitu sebesar 15,25 mm dengan
kategori daya hambat kuat, sedangkan pada formula sediaan gel hand sanitizer
ekstrak metanol umbi kembang sungsang dengan konsentrasi 7,5% diperoleh zona
hambatan sebesar 10,23 mm termasuk dalam kategori daya hambat sedang dan pada
formula formula sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi kembang
juga termasuk dalam kategori sedang (David and Stout, 1971). Hal ini dikarenakan
konsentrasi ekstrak yang ditambahkan pada formula satu sangat kecil. Pada kontrol
negatif tidak terlihat adanya zona bening yang terlihat disekitar kertas cakram. Hal
terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam sediaan gel hand sanitizer.
Pada kontrol positif menghasilkan rata-rata diameter daya hambat sebesar 6,72 mm.
hambat sediaan yang beredar dipasaran dengan formula ediaan gel hand sanitizer
ekstrak metanol umbi kembang sungsang yang dihasilkan. Pada gambar 4.4
formulasi semakin besar pula zona hambatan yang terbentuk disekeliling kertas
cakram. Besar kecilnya zona hambat yang terbentuk disebabkan oleh adanya variasi
pernyataan Plezer dan Chan (1989), bahwa semakin tinggi konsentrasi suatu bahan
antibakteri maka aktivitas antibakterinya semakin kuat. Hasil ini juga didukung
oleh pernyataan Prawata dan Dewi (2008), bahwa ekektifitas suatu zat antibakteri
dipengaruhi oleh konsentrasi zat tersebut. Zona bening yang terlihat disekitar kertas
cakram menunjukan bahwa sampel sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi
triterpenoid, saponin dan tanin hal ini diperkuat dengan hasil uji skrining fitokimia
memungkinkan nukleotida dan asam amino keluar sel. Selain itu kerusakan ini
dapat mencegah masuknya bahan-bahan penting ke dalam sel, karena membran sel
sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan
menyebabkan kematian sel tersebut (Juliantina, 2008). Selain itu, di dalam senyawa
alkaloid terdapat gugus basa yang menggandung nitrogen akan bereaksi dengan
77
senyawa asam amino yang menyusun dinding sel bakteri dan DNA bakteri. Reaksi
sehingga akan mengalami kerusakan dan mendorong terjadinya lisis sel bakteri
inaktivasi protein pada membran sel. Fenol berikatan dengan protein melalui ikatan
berbagai komponen penting dari dalam sel bakteri yaitu protein, asam nukleat dan
Selain itu umbi kembang sungsang juga memiliki senyawa tanin dengan
Dalam hal ini semua komponen metabolit sekunder yang terkandung dalam umbi
Uji normalitas yang digunakan adalah Shapiro Wilk, karena data pada
penelitian ini adalah kurang dari 50. Tujuan dari pengujian normalitas adalah untuk
mengetahui data efektivitas antibakteri terdistribusi normal atau tidak. Dari Uji
normalitas dapat diketahui nilai signifikan seluruh sampel > 0,05 (α=5%) maka
menggunakan uji Levene. Hasil uji homogenitas diperoleh sig = 0,190, maka
terpenuhi maka dapat digunakan uji One-way ANOVA. Analisis One-way ANOVA
diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,000 < 0,05 (α=5%) yang berarti tidak terdapat
perbedaan antara hasil zona hambat antibakteri pada masing-masing sampel. Data
selanjutnya diuji post hoc dengan menggunakan uji Duncan dan diperoleh nilai
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat
trirepenoid/steroid.
fisik sediaan.
3. Pada penelitian ini, sediaan gel hand sanitizer ekstrak metanol umbi
5.2 Saran
efek lain dari ekstrak metanol umbi kembang sungsang (Gloriosa superba
Linn.).
79
80
diharapkan dapat memperoleh sifat fisik yang lebih baik dari segi
DAFTAR PUSTAKA
Acharya, T & Ray, A.K. 2005. Image Processing, Principles and Applications.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc
Adikara, I., 2013. Studi Histopatologi Hati Tikus Putih (Rattus novergicus)
yang diberi Ekstrak Etanol Daun Kedondong (Spondias dulcis)
Secara Oral. Buletin Veteriner Udayana. ISSN: 2085-2495. Vol. 5
No. 2.
Ansel. H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, IIs Aisyah, Edisi keempat, 255-271,
607-608, 700, Jakarta, UI Press.
Ansel, H.C., 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi: Beberapa Macam
Preparat: Tinktur, Ekstrak encer, Ekstrak Air, Amonia, Asam
Encer, Spirtus, dan Radiofarmasi,Edisi 4, Jakarta., UI Press, p.
607-608.
Arisman. 2009, Buku Ajar Ilmu Gizi: Gizi dalam Daur Kehidupan, Jakarta: EGC
Ditjen POM. 1986. Sediaan Galenik. Jilid II. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.
19-22.
Ditjen POM. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta, 6
Gannon, J. C., 2000, The Global Infectious Disease Threat And Its Implications
for The United State.
Handayani, Fitriani., Warnida Husnul., & Nur Juhairah Siti. 2016. Formulasi dan
Uji Aktivitas Antibakteri Streptococus mutans Dari Sediaan
Mouthwash Ekstrak Daun Salam. Media Sains. Vol 9(1). 74-84
Jawetz, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A. 2007. Mikrobiologi untuk Profesi
Kesehatan. Edisi ke-20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Halaman 256, 319.
Jawetz, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A., 1991, Mikrobiologi Kedokteran,
Diterjemahkan Oleh Maulany, R.F., & Edinugroho., 239, 143,
Jakarta, Salemba Medika
Jawetz, E., Melnick, J.L., & Adelberg, E.A,. 2001. Medical Microbiology. Edisi
Keduapuluh. Penerjemah: Bagian Mikrobiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga. (2005). Mikrobiologi
Kedokteran Buku 1. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Halaman 235, 290, 366-367.
84
Juliantina, Farida, 2008, Manfaat Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Agen
Anti Bakterial Terhadap Bakteri Gram Positif Dan Gram
Negatif [online], cited 29 November 2019, available from:
http://journal.uii.ac.id/ index.php/JKKI/article/viewFile/543/467
Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Data dan Informasi Kesehatan: Situasi
Diare di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Lachman L, Libermen HA & kaning JL. 1994. Theory and Practise of Industrial
Pharmacy. Easton pennysylvania: mack publishing company.
Lieberman, Hebert. A. 1997. Pharmaceutical Dosage From: Disperse Systems,
Vol. 1. New York: Marcell Dekker Inc.
Malanggi, L.P., Meiske S.S. & Jessy J.E.P. 2012. Penentuan kandungan tannin
dan uji aktivitas antioksidan ekstrak biji buah alpukat (Persea
americana Mill.). Jurnal MIPA Unsrat, 1:5-10.
Manning, Shannon D. 2005. Escherichia coli Infection, Chelsea House Publisher,
Philadelphia
Retno, S., & Dewi, I., 2006. Antiseptic Activity Evaluation of Piper Leave from
Piper Betle Linn Extract in Hand Gel Antiseptic Preparation.
Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya. Majalah Farmasi
Indonesia, 17(4), 163 – 169.
Rini, E. P., & Nugraheni E. R. 2018. Uji Daya Hambat Berbagai Merek
Handsanitizer Gel Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia
coli dan Staphylococcus aureus. Journal of Pharmaceutical
Science and Clinical Research, 1(10), 18-26.
Robinson, T. 1991. Kandungan Senyawa Organik Tumbuhan Tinggi.
Diterjemahkan oleh Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. Penerbit: ITB.
Bandung.
Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan tinggi, hal 191, ITB Press,
Bandung.
Sukandar, E. Y., Andrajati, R., Sigit, J. I., Adnyana, I. K., Setiadi, A. P. &
Kusnandar, 2008, ISO Farmakoterapi, Ikatan Sarjana Farmasi
Indonesia, Jakarta.
Tjay &. Rahardja, 2002, Obat-obat Penting, Khasiat, Pengunaaan dan Efek
Sampingnya, Edisi V, PT Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakarta.
Valgas, C., Souza, S.M., Smânia, E.F.A., J.R, Artur, S., Screening Method to
Determine Antibacterial Activity of Natural Product, 2007,
Brazilian Journal of Biology, 38, 369-380.
Voight, R., 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Volk, W.A., dan Wheeler, M.F. 1993. Mikrobiologi Dasar. Jilid I. Jakarta:
Erlangga. Halaman 33-40, 218-219.
Waluyo, L. 2010. Teknik Metode Dasar dalam Mikrobiologi. Cetakan Kedua.
Malang: UMM Press. Halaman 48, 194.
Widaningsih, Firmansyah, & Septi, Anggraini. 2016. Formulasi dan Uji Aktivitas
Antibakteri Gel Pembersih Tangan Ekstrak Etanol Daun
Kembang Bulan. Jurnal Ilmiah Farmasi. 12 (2), 79-85.
= 13,85%
93
Bahan-bahan formulasi
HPMC Nipagin
98
Basis Gel
Lampiran 12. Uji Efektivitas Antibakteri Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak
Metanol Umbi Kembang Sungsang Terhadap E. coli
104
Proses menempelkan disk yang telah di Cawan petri di inkubasi selama 24 jam
rendam dalam sediaan gel hand sanitizer pada suhu 37oC
ekstrak umbi kembang sungsang.
105
Rumus :
(DV – DC) + (DH – DC)
Zona Hambat =
2
Pengujian 2
1. Konsentrasi 5% = (15,8 – 6) + (14,8 – 6)
2
= 9,3 mm
2. Konsentrasi 7,5% = (16,6 – 6) + (16,1 – 6)
2
= 10,35 mm
3. Konsentrasi 10% = (21,2 – 6) + (21,8 – 6)
2
= 15,5 mm
4. Dettol = (12,8 – 6) + (12,6 – 6)
2
= 6,7 mm
Pengujian 3
1. Konsentrasi 5% = (15,3 – 6) + (15,6 – 6)
2
= 9,45 mm
2. Konsentrasi 7,5% = (16,2 – 6) + (16,1 – 6)
2
= 10,15 mm
3. Konsentrasi 10% = (21,3 – 6) + (21,2 – 6)
2
= 15.25 mm
4. Dettol = (12,5 – 6) + (12,6 – 6)
2
= 6,55 mm
108
109
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Sediaan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Hasil Uji Formulasi Kontrol Negatif . 3 . . 3 .
Formulasi 1 .253 3 . .964 3 .637
Formulasi 2 .292 3 . .923 3 .463
Formulasi 3 .175 3 . 1.000 3 1.000
Kontrol Positif .204 3 . .993 3 .843
a. Lilliefors Significance Correction
ANOVA
Hasil Uji Formulasi
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 373.722 4 93.431 4246.845 .000
Within Groups .220 10 .022
Total 373.942 14
110
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Hasil Uji Formulasi
LSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) Sediaan (J) Sediaan Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Kontrol Negatif Formulasi 1 -9.36667* .12111 .000 -9.6365 -9.0968
Formulasi 2 -10.23333* .12111 .000 -10.5032 -9.9635
Formulasi 3 -15.25000* .12111 .000 -15.5198 -14.9802