Mendelay LTA 2024 - 21.077.AF - MAGHFIRA BESTIRA

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 56

UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK

DAUN MATOA (Pometia pinnata) TERHADAP


Staphylococcus aureus

Oleh :
MAGHFIRA BESTIRA
21.077.AF

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA’BULO SIBATANG
MAKASSAR
2024
UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK
DAUN MATOA (Pometia pinnata) TERHADAP
Staphylococcus aureus

Laporan Tugas Akhir Ini Diajukan Untuk Memenuhi


Syarat Dalam Menyelesaikan Program
Pendidikan Ahli Madya Farmasi

Oleh :
MAGHFIRA BESTIRA
21.077.AF

AKADEMI FARMASI
YAYASAN MA’BULO SIBATANG MAKASSAR
2024

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakotuh

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT atas


segenap limpahan rahmat, taufik, hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “UJI
AKTIVITAS SEDIAAN GEL HAND SANITIZER EKSTRAK DAUN
MATOA (Pometia pinnata) TERHADAP Staphylococcus aureus”

Laporan tugas akhir ini disusun sebagai salah satu


persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan program Diploma
(D-III) jurusan Farmasi di Akademi Farmasi Yamasi Makassar.
Dengan segala kemampuan penulis membuat karya tulis ini
dengan harapan dapat bermanfaat bagi pendidikan kedepannya,
akan tetapi penulis menyadari bahwa hasil yang didapat dalam
laporan tugas akhir ini masih jauh dari kata sempurna, dengan ini
penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan
yang terdapat dalam laporan tugas akhir.

Dalam penyusunan laporan tugas akhir banyak rintangan


serta hambatan yang penulis hadapi akan tetapi pada akhirnya
dapat dilalui berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai
pihak baik secara moral, materi maupun spiritual. Untuk itu pada
kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada :

1. Bapak Drs. Soleh Bin Said selaku ketua Yayasan Ma’bulo


Sibatang Makassar

2. Ibu Dr. Hj Harningsih Karim, S.Si, M.Sc selaku direktur


Akademi Farmasi Yamasi Makassar

3. Bapak Apt. Arief Azis, S.Si., M.Kes selaku pembimbing yang

3
telah meluangkan waktu, menguras tenaga dan pikiran,
memberikan motivasi, bimbingan, saran, serta dukungan
selama proses penelitian penulis hingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini

4. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staff tata usaha Akademi
Farmasi Yamasi Makassar yang telah membantu pengurusan
administrasi pendidikan, memberikan ilmu, motivasi serta
arahan mengikuti pendidikan.

5. Keluarga besar, terkhusus kepada orang tua, Bapak Edy


Tamzil dan Ibu Endang Erlina Serta Saudara saya Zamra
Bestari dan Surya Bagaskara yang telah memberikan
dukungan baik moril, materil, serta doa yang tiada henti-
hentinya.

6. Para rekan seperjuangan saya Nurhanisa Safitri,


Abdurrahman Yusuf dan Nur Ismi yang juga memberi
semangat, dukungan, doa untuk penulis serta berperan penting
dalam proses menyelesaikan penelitian dan penyusunan
laporan tugas akhir ini.

7. Para sahabat saya Alfin Fajar Bahari, Nurliana Saputri dan


Nur Syamsi yang selama ini selalu menghibur, memberi
semangat dan dukungan untuk penulis.

8. Kepada Kekasih saya Ady Rusaldy yang telah memberikan


dukungan baik secara materil serta semangat hingga
terselesaikannya skripsi ini.

9. Teman – teman kelas Non Reguler C 2021 atas segala


perhatian dan bantuan serta semangat dan kebersamaanya.

10. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan satu persatu
atas segala bentuk bantuannya hingga penulis dapat

4
menyelesaikan tugas akhir ini.

ABSTRAK

MAGHFIRA BESTIRA. UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL HAND


SANITIZER EKSTRAK DAUN MATOA (Pometia pinnata) TERHADAP
Staphylococcus aureus (Arief Azis)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas gel Hand


sanitizer Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap pertumbuhan
Staphylococcus aureus dan menentukan konsentrasi gel Hand sanitizer
Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) yang optimal terhadap
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Ekstrak daun matoa dibuat dalam
sediaan Gel hand sanitizer dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4%.
Pengujian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium yang
dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Yamasi
Makassar, kemudian dilakukan pengujian aktivitas antibakteri Gel Hand
sanitizer Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) dengan metode sumuran
dan medium agar (NA) sebagai media dan diinkubasi selama 1x 24 jam
pada suhu 37oC. Kemudian dilakukan pengamatan dengan mengukur
zona hambat yang terjadi pada masing-masing konsentrasi sediaan pada
bakteri uji Staphylococcus aureus. Hasil zona hambat yang diperoleh
pada konsentrasi 2% terlihat diameter 6,57mm, konsentrasi 3% terlihat
diameter 7,46mm dan 4% terlihat diameter 10,39mm dengan hasil
penghambatan pertumbuhan bakteri pada konsentrasi 2% dan 3% yang
dikategorikan sedang (5-10mm) dan konsentrasi 4% yang dikategorikan
Kuat (10-20mm). Berdasarkan kesimpulan penelitian menyatakan sediaan
gel Hand sanitizer Ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) dengan
konsentrasi 4% lebih optimal dibandingkan dengan konsentrasi 2% dan
3%.

Kata kunci : Antibakteri, Daun Matoa (Pometia pinnata) Ekstrak Gel Hand
Sanitizer, Staphylococcus aureus

5
ABSTRACT

MAGHFIRA BESTIRA. ACTIVITY TEST OF HAND SANITIZER GEL


PREPARATION OF MATOA LEAF EXTRACT (Pometia pinnata)
AGAINST Staphylococcus aureus (Arief Azis)

This study aims to determine the activity of Matoa Leaf Extract


(Pometia pinnata) hand sanitizer gel on the growth of Staphylococcus
aureus and determine the optimal concentration of Matoa (Pometia
pinnata) leaf extract hand sanitizer gel on the growth of Staphylococcus
aureus. Matoa leaf extract is made in hand sanitizer gel preparations with
concentrations of 2%, 3% and 4%. This test used laboratory experimental
methods carried out at the Microbiology Laboratory of the Yamasi
Pharmacy Academy, Makassar, then tested the antibacterial activity of
Matoa (Pometia pinnata) Leaf Extract Hand Sanitizer Gel using the well
method and agar medium (NA) as a medium and incubated for 1 x 24
hours at temperature 37oC. Then observations were made by measuring
the zone of inhibition that occurred at each concentration of the
preparation for the test bacteria Staphylococcus aureus. The results of the
inhibition zone obtained at 2% concentration showed a diameter of
6.57mm, 3% concentration showed a diameter of 7.46mm and 4% showed
a diameter of 10.39mm with the results of inhibiting bacterial growth at
concentrations of 2% and 3% which were categorized as medium (5-
10mm ) and a concentration of 4% which is categorized as Strong (10-
20mm). Based on the research conclusions, it is stated that the
preparation of Matoa Leaf Extract (Pometia pinnata) hand sanitizer gel
with a concentration of 4% is more optimal than concentrations of 2% and
3%.

Keywords : Antibacterial, Matoa (Pometia pinnata) Leaves, Hand


Sanitizer Gel Extract, Staphylococcus aureus.

6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................iii
ABSTRAK...................................................................................................v
ABSTRACT................................................................................................vi
DAFTAR ISI...............................................................................................vii
DAFTAR TABEL.........................................................................................x
DAFTAR GAMBAR....................................................................................xi
GAMBAR LAMPIRAN..............................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1
I.1 Latar Belakang..............................................................................1
I.2 Rumusan Masalah.........................................................................3
I.3 Tujuan Penelitian...........................................................................3
I.4 Manfaat Penelitian.........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................5
II.1 Uraian Tanaman...........................................................................5
II.1.1 Klasifikasi tanaman Matoa (Pometia pinnata)...........................5
II.1.2 Nama Daerah............................................................................5
II.1.3 Morfologi Tanaman...................................................................6
II.1.4 Kandungan Kimia......................................................................7
II.1.5 Kegunaan dan Khasiat..............................................................7
II.2 Uraian Bakteri...............................................................................7
II.2.1 Klasifikasi bakteri staphylococcus aureus.................................7
II.2.2 Morfologi Bakteri........................................................................8
II.2.3 Patogenitas............................................................................... 8
II.3 Ekstraksi.......................................................................................9
II.3.1 Pengertian Ekstraksi dan Ekstrak..............................................9
II.3.2 Macam – macam ekstraksi........................................................9
II.4 Pemeliharaan Mikroorganisme...................................................10
II.4.1 Media Pertumbuhan................................................................10
II.4.2 Macam – Macam Media Pertumbuhan....................................11
II.5 Antibakteri...................................................................................12

7
II.6 Kategori Zona Hambat.............................................................13
II.7 Kegunaan dan khasiat................................................................14
II.8 Simplisia.....................................................................................14
II.9 Kulit.......................................................................................... 15
II.9.1 Struktur kulit.............................................................................15
II.10 Hand Sanitizer..........................................................................16
II.11 GEL...........................................................................................16
II.11.1 Formulasi standar gel............................................................17
Tabel 2.Formula standar Basis Gel CMC-Na....................................17
II.11.2 Bahan-bahan pembuatan gel................................................17
BAB III METODE PENELITIAN................................................................19
III.1 Jenis Penelitian.........................................................................19
III.2 Alat dan Bahan..........................................................................19
III.2.1 Alat yang digunakan...............................................................19
III.2.2 Bahan yang digunakan...........................................................19
III.3 Waktu dan Tempat Penelitian....................................................19
III.4 Tempat Pengambilan Bahan Uji................................................19
III.5 Prosedur Penelitian...................................................................20
III.5.1 Prosedur Pengolahan Sampel................................................20
III.5.2 Pembuatan Ekstrak................................................................20
III.5.3 Pembuatan Sediaan Gel........................................................20
III.5.4 Rancangan Formulasi............................................................21
III.6 Uji Aktivitas Bakteri....................................................................22
III.6.1 Sterilisasi Alat.........................................................................22
III.6.2 Pembuatan Media Nutrient Agar............................................22
III.6.3 Peremajaan Staphylococcus aureus......................................22
III.6.4 Pembuatan Suspensi Staphylococcus aureus.......................22
III.6.5 Uji Aktivitas Gel.......................................................................22
III.6.6 Pengamatan dan Pengukuran Diameter Daya Hambat.........23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................24
IV.1 Hasil.......................................................................................... 24
IV.2 Pembahasan.............................................................................25

8
BAB V PENUTUP.....................................................................................29
V.1 Kesimpulan.................................................................................29
V.2Saran...........................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................30
LAMPIRAN...................................................................................... 39

9
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Daya Hambat Bakteri (Davis and Stout


1971) .......... 14
Tabel 2. Formula standar Basis Gel CMC-Na ……………………......... 17
Tabel 3. Master Formula ...................................................................... 21
Tabel 4. Pengembangan Formula gel hand sanitizer Daun matoa....... 21
Tabel 5. Hasil Diameter Zona Hambat ………………………………...... 24

10
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Daun Matoa (Pometia pinnata) .................................... 5


Gambar 2 Staphylococcus aureus ............................................... 7
Gambar 3 Grafik Luas Daya Hambat Bakteri ............................... 25
Gambar 4 Uji aktivitas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun
Matoa (Pometia pinnata) ............................................. 32
Gambar 5 Penyiapan dan sterilisasi alat ...................................... 33
Gambar 6 Pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus aureus 34
Gambar 7 Pembuatan media ....................................................... 34
Gambar 8 Pengujian aktivitas antibakteri ..................................... 35
Gambar 9 9 hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Gel Hand
sanitizer ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)
terhadap Staphylococcus aureus, pada cawan 1 ........ 36
Gambar 10 hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Gel Hand
sanitizer ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)
terhadap Staphylococcus aureus, pada cawan 2 ........ 37
Gambar 11 hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Gel Hand
sanitizer ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)
terhadap Staphylococcus aureus, pada cawan 3 ........ 38

11
GAMBAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Skema penelitian .................................................... 32


Lampiran 2 Perhitungan nilai zona hambat bakteri
Staphylococcus aureus .......................................... 39

12
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara berikilm tropis yang memiliki
keanekaragaman hayati cukup tinggi. Keenekaragaman hayati yaitu
tanaman telah dimanfaatkan sebagai komsumsi obat Masyarakat
telah berlangsung lama jauh sebelum massehi dan dilakukan secara
turun temurun. Ada banyak jenis tanaman yang dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari – hari tergantung pada situasi dan kondisi berbagai
macam jenis penyakit. Daun Matoa sebagai salah satu jenis tanaman
obat – obatan yang sebagian besar belum diketahui masyarakat
sebagai tanaman yang mengandung banyak manfaat diantaranya
senyawa flavonoid, triterpenoid, fenolat, tannin, saponin, alkaloid,
flavonoid, glikosida, yang dapat membantu metode penyembuhan dan
sifat antibakteri khusnya untuk daya hambat Staphylococcus aureus.

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan untuk pengobatan


tradisional adalah matoa dengan nama ilmiah Pometia pinnata
Tumbuhan ini dikenal sebagai tumbuhan asli Irian Jaya. Rasa
buahnya kombinasi antara rambutan, lengkeng, dan durian
menjadikan buah ini menarik banyak orang untuk mengkonsumsinya.
Selain cita rasanya, tanaman matoa mempunyai khasiat lain yang
layak untuk dikembangkan, yakni dalam bidang farmasi dan
kosmetika (Sidoretno & Fauzana, 2018). Telah dilaporkan oleh variany
tentang beberapa khasiat tumbuhan matoa, diantaranya untuk luka
bakar, keluhan lambung, diare, disentri, nyeri (tulang, otot, sendi,
dada, sakit kepala), pilek, flu, diabetes, dan ulcer mulut (Annisa,
2020).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Variany (1999),
telah disebutkan bahwa daun matoa yang diekstraksi dengan etanol
96% kemudian dipanaskan dengan penangas air dan disaring

1
2

menggunakan kertas saring, daun matoa memiliki kandungan


flavonoid dengan struktur parsial 7, 3’, 4’ –trihidroksiflavon. Selain itu,
pada penelitian tersebut juga telah diketemukan senyawa yang
mengarah pada golongan saponin dan tanin. Komponen seperti
flavonoid, tanin, dan saponin merupakan komponen yang berperan
sebagai antibakteri. Di sisi lain, meningkatnya pola hidup masyarakat
mengakibatkan munculnya bermacam-macam penyakit yang biasanya
diakibatkan oleh mikroorganisme, misalnya bakteri. Untuk solusi,
biasanya digunakan suatu formula yang mengandung zat untuk
menghambat pertumbuhan bakteri tersebut, atau bahkan
membunuhnya. Menurut Fluit dan Schmitz, zat umum ini dikenal
sebagai antibakteri dan dalam dunia medis lebih dikenal dengan
antibiotik (Ngajow, Abidjulu, & Kamu, 2013).
Sementara itu, penggunaan formula yang disintesis umumnya
menimbulkan efek samping bagi tubuh yang tak jarang merugikan
penggunanya. Selain itu, menurut Cavalieri dkk. resitensi bakteri
terhadap antibiotik semakin mengkhawatirkan setelah munculnya
strain bakteri yang kebal terhadap beberapa antibiotik yang umum
digunakan (Isnaeni, Kurniati, & Lestari, 2017). Pada penelitian
(Harahap, Sabrina, & Marbun (2015), ekstrak etanol daun matoa
memiliki persen rendemen paling tinggi (4,2604%) dibandingkan
ekstrak etil asetat (2,3995%) dan n-heksan (0,5226%), yang
memberikan hasil positif antibakteri terhadap bakteri uji Streptococcus
mutans. Dan penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui
aktivitas antibakteri dari ekstrak daun matoa terhadap bakteri
Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri gram positif
berbentuk kokus yang merupakan bakteri patogen bagi manusia.
Staphylococcus aureus penyebab 70% kasus infeksi nosokomial.
Staphylococcus aureus dapat menyebabkan infeksi pada kulit dan
3

jaringan lunak secara invasif seperti pneumonia, osteomielitis,


meningitis dan endocarditis.
Pada penelitian Vinne laras, et.,al yaitu formulasi sediaan krim
dari Ekstrak Daun matoa (Pometia pinnata) mengandung senyawa
flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai antioksidan, pada
konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5 % dan 2% setelah diuji hasil penelitiannya.
Dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun matoa bisa
diformulasikan sebagai gel antioksidan yang memiliki konsentrasi
yang memenuhi syarat kestabilan fisik krim (Tahalele & Sutriningsih,
2018).
Pada penelitian Wahyu margi et al., yaitu Uji aktivitas sediaan gel
yang mengandung Ekstrak etanol daun matoa (Pometia pinnata)
dengan menggunakan metode DPPH, pada konsentrasi 0,1%, 0,3 %
dan 0,5 % setelah diuji hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan
bahwa gel ekstrak daun matoa memiliki aktivitas antioksidan.
(Sidoretno, Devitria, & Sepriyani, 2021).
Dalam penelitian ini, Daun matoa dijadikan gel hand sanitizer,
karena memiliki aktivitas antioksidan yang kuat maka ekstrak etanol
96% daun matoa cocok untuk dibuat menjadi sediaan topikal (Utama,
Hendrika, & Astuti, 2022).
Berdasarkan latar belakang diatas akan dilakukan penelitian
tentang Uji Aktivitas Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak Daun Matoa
(Pometia pinnata) terhadap Staphylococcus aureus.

I.2 Rumusan Masalah


1. Apakah Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak Daun Matoa (Pometia
pinnata) memiliki aktivitas terhadap Staphylococcus aureus?
2. Berapakah konsentrasi Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak Daun
Matoa (Pometia pinnata) yang optimal memberikan aktivitas
sebagai antibakteri?
4

I.3 Tujuan Penelitian


1. Untuk mengetahui aktivitas Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak
Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap Staphylococcus aureus.
2. Untuk menentukan konsentrasi Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak
Daun Matoa (Pometia pinnata) yang optimal terhadap
Staphylococcus aureus.

I.4 Manfaat Penelitian


1. Memberikan informasi mengenai uji aktivitas Sediaan Gel Hand
Sanitizer ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap
Staphylococcus aureus.
2. Memberikan data ilmiah yang dapat mendukung penggunaan dan
pengembangan Sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak Daun Matoa
(Pometia pinnata) sebagai obat tradisional yang mempunyai efek
antibakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman


II.1.1 Klasifikasi tanaman Matoa (Pometia pinnata)

Gambar 1. Daun Matoa (Pometia pinnata)

Regnum : Plantae
Subregnum : Tracheobonta
Superdivision : Spermatophyta
Diviso : Magnoliophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Sapindales
Family : Sapindace
Genus : Pomentia
Species : Pometia pinnata
(Mahesi, 2019).
II.1.2 Nama Daerah
Kasai, Kongkir, Kungkil, Ganggo, Lauteneng, Pakam
(Sumatera), Galunggung, Jampango, Kasei, Landur
(Kalimantan), Kase, Landing, Nautu, Tawa, Wusel (Sulawesi),
Jagir, Leungsir, Sapen (Jawa), Hatobu, Matoa, Motoa, Loto,
Ngaa, Tawan (Maluku), Iseh, Kauna, Keba, Maa, Muni (Nusa
Tenggara), Ihi, Mendek, Mohui, Senai, Tawa dan Tawang
(Papua) (Julandri, 2021).

5
6

II.1.3 Morfologi Tanaman


Matoa merupakan tanaman khas yang menjadi identitas flora
bagi daerah papua, tanaman ini sangat mudah dijumpai karena
pohon matoa sebenarnya tumbuh secara liar di hutan-hutan
papua, penyebaran buah matoa hamper terdapat di seluruh
wilayah dataran rendah hingga ketinggian ±1200 m dpl. Tanaman
matoa tumbuh juga di Maluku, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa
pada ketinggian hingga sekitar 1.400 meter di atas permukaan
laut. Pohon matoa berakar tunggang dengan warna coklat,
perakaran tanaman matoa dapat menembus permukaan tanah
apabila umur tanaman sudah mencapai puluhan tahun. Matoa
berdaun majemuk, tersusun berseling 4-12 pasang anak daun,
saat muda daunnya berwarna merah cerah, setelah dewasa
menjadi hijau, bentuk jorong, Panjang 30-40 cm, lebar 8-15 cm.
Helaian daun tebal dan kaku, ujung meruncing (acuminatus),
pangkal tumpul (obtusus), tepi rata. Pertualangan daun menyirip
(pinnate) dengan permukaan atas dan bawah halus, berlekuk
pada bagian pertualangan. Termasuk bunga majemuk berbentuk
corong dan terdapat di ujung batang. Tangkai bunga bulat, pendek
berwarna hijau, dengan kelopka berambut hijau. Benang sari
pendek, jumlahnya banyak berwarna putih, putik bertangkai
dengan pangkai membulat juga berwarna putih dengan mahkota
terdiri 3-4 helai berbentuk pita berwarna kuning, Buah bulat atau
lonjong sepanjang 5-6 cm, kulit buah berwarna hijau, merah atau
kuning (tergantung varietas). Daging buah lembek, berwarna putih
kekuningan, bentuk biji bulat, berwarna coklat muda sampai
hitam. (Anggari, 2016).
7

II.1.4 Kandungan Kimia


Menurut Rizqa, kandungan kimia dari daun matoa (Pometia
pinnata) adalah flavonoid, saponin, triterpenoid, polifenol dan
tannin, kandungan senyawa dan aktivitas yang terdapat pada
tanaman matoa memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai
fitofarmaka dan dapat dijadikan sebagai alternatif untuk
menggantikan pengobatan dengan obat-obat sintetis, sehingga
perlu adanya proses standardisasi yang telah terbukti dapat
menurunkan aktivitas bakteri (Turnip & Panjaitan, 2022).
II.1.5 Kegunaan dan Khasiat
Daun matoa memiliki banyak manfaat yaitu sebagai
penurun tekanan darah, membantu mengobati diabetes, penyakit
perut (diare dan disentri), penyakit ginekologi, dan saat ini
dikembangkan sebagai suplemen atau fortifikasi pada susu.
(Utama et al., 2022).

II.2 Uraian Bakteri


II.2.1 Klasifikasi bakteri staphylococcus aureus

Gambar 2. Staphylococcus aureus

Kingdom : Bacteris
Subkingdom : Posibacteria
Phylum : Firmicutes
Class : Bacili
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaeceae
8

Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus Rosenbach

II.2.2 Morfologi Bakteri


Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, yang tersusun dalam
kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,
fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak
(Kristiani, Soleha, & Wulan, 2018).

II.2.3 Patogenitas
Bakteri Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit
pada manusia melalui invasi jaringan dan atau karena
pengaruh toksin yang dihasilkannya. Infeksi dimulai dari
tempat koloni patogen pada tubuh, lalu ditularkan melalui
tangan ke tempat bakteri dapat memasuki tubuh, misalnya di
luka yang ada di kulit, tempat insisi pembedahan, tempat masuk
kateter vaskuler, atau tempat lain yang lemah pertahanannya
misalnya lokasi eksim. Pada infeksi kulit Staphylococcus
aureus akan terbentuk abses atau bisul. Dari ini organisme
akan menyebar secara hematogen. Dengan adanya enzim
proteolitik Staphylococcus aureus dapat menimbulkan
pneumonia, infeksi tulang dan sendi, maupun endokarditis.
Pada hospes yang mengalami gangguan sistem imun misalnya
penderita kanker yang mengalami neutropeni, terapi intravena
yang dilakukan dapat menyebabkan komplikasi berat mesalnya
sepsis yang fatal akibat bakteremi Staphylococcus aureus.
Pada penderita dengan fibrosis kistik, adanya Staphylococcus
aureus yang menetap, dapat menyebabkan terjadinya
resistensi terhadap antibiotika (Soedarto, 2015).
9

II.3 Ekstraksi
II.3.1 Pengertian Ekstraksi dan Ekstrak
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan substansi
dari campurannya dengan menggunakan pelarut yang
sesuai (Kirana, 2023).
Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan
mengekstraksi zat aktif dari simplisia menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut
diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan
sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan
(Saputra, Arfi, & Yulian, 2020).
II.3.2 Macam – macam ekstraksi
Ekstraksi digunakan dengan dua cara yaitu ekstraksi
secara dingin dan ekstraksi secara panas.
1. Ekstraksi secara dingin
a. Maserasi
Maserasi adalah suatu metode ekstraksi padat-
cair bertahap yang digunakan dengan jalan
membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut.
Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu
substansi dari bahan alam ini bias dilakukan tanpa
pemanasan, dengan pemanasan atau bahkan pada
suhu pendidihan.
b. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu metode yang dilakukan
dengan jalan melewatkan pelarut secara perlahan-
lahan sehingga pelarut tersebut bisa menembus
sampel bahan yang biasanya ditampung dalam suatu
bahan kertas yang agak tebal dan berpori dan
berbentuk seperti kantong atau sampel ditampung
dalam kantong yang terbuat dari kertas saring
10

(Joharman, 2021).
2. Ekstraksi secara panas
a. Refluks
Refluks adalah ekstraksi menggunakan pelarut untuk
waktu tertentu pada suhu didih dan jumlah pelarut yang
relatif konstan. Dengan pendinginan kembali. Umumnya,
proses ini diulang hingga 3-5 kali pada residu pertama
untuk menyelesaikan proses ekstraksi.

b. Soxhlet

Dalam ekstraktor soxhlet, ekstraksi biasanya


dilakukan dengan menggunakan alat khusus, sehingga
jumlah pelarut yang relatif konstan digunakan untuk
ekstraksi terus menerus dan pendinginan ulang secara
simultan.

c. Digesti

Pulping adalah pelunakan dinamis (dengan


pengadukan konstan) pada suhu di atas suhu kamar dan
umumnya dilakukan pada suhu 40-50 °C.

d. Infus
Infus adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut
air pada suhu 96-98 °C selama 15-20 menit dalam
penangas air. Proses ini digunakan untuk mengekstrak zat
dari bahan tanaman (Dirjen POM, 2000).

II.4 Pemeliharaan Mikroorganisme


II.4.1 Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan atau media kultur adalah material
nutrient yang diperkaya dengan bahan tertentu untuk
pertumbuhan mikroorganisme di laboratorium (Murwani, 2015).
11

Media berfungsi untuk tempat tumbuhnya mikroba,


isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan
perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses
pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode
aseptis untuk menghindari kontaminasi (Putri, Yodong, &
Sukini, 2017).
Media yang baik untuk pertumbuhan mikroba adalah yang
sesuai dengan lingkungan pertumbuhan mikroba tersebut,
harus mengandung air untuk menjaga kelembaban dan untuk
pertukaran zat atau metabolisme, harus mengandung
sumber karbon, mineral, vitamin dan gas, tekanan osmose
yaitu harus isotonik, derajat keasaman (pH) umumnya netral,
temperatur harus sesuai dan steril (Yusmaniar, Wardiyah, &
Nida, 2017).

II.4.2 Macam – Macam Media Pertumbuhan


Media berdasarkan komposisi atau susunan bahan dan
bentuknya dibagi menjadi tiga, yaitu Media alami, Media semi
sintesis, dan Media sintesis dengan penjelasan (Putri et al.,
2017):
1. Media semi sintesis merupakan media yang disusun dari
bahan-bahan alami dan bahan-bahan sintesis.
Contohnya: Kaldu nutrisi disusun dari : Pepton 10,0 g,
Ekstrak daging 10,0 g, NaCl 5,0 g.
2. Media alami (non sintetis) merupakan media yang
disusun dari bahan- bahan alami dimana komposisinya
yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya
langsung diekstrak dari bahan dasarnya seperti: singkong
(Wantini & Octavia, 2018).
3. Media sintesis, yaitu media yang disusun dari senyawa
kimia dengan jenis dan takaran yang sudah diketahui
12

secara pasti. Contohnya : Sabaroud Dextrose Agar (Getas,


Wiadnya, & Waguriani, 2014).
Bentuk media ada tiga macam yang dapat dibedakan
dari ada atau tidaknya bahan tambahan berupa bahan
pemadat seperti agar-agar atau gelatin (Yusmaniar et al.,
2017) yaitu sebagai berikut:
1. Media Cair
Media cair digunakan untuk pembenihan diperkaya
sebelum ditanam ke media padat. Contoh media cair
Nutrient broth (NB); Pepton dilution fluid (PDF); Lactose
Broth (LB); Mac Conkey Broth (MCB), Tryptic Soy Broth
(TSB), Potato Dextrose Broth (PDB) dan lain-lain.
2. Media semi padat
Media semi padat merupakan media yang mengandung
agar dengan jumlah setengah dari jumlah seharusnya,
sehingga media menjadi kenyal, tidak padat dan tidak
begitu cair. Umumnya digunakan untuk pertumbuhan
mikroba yang banyak memerlukan air dan hidup anerobik
dan untuk melihat pergerakan mikroba.
3. Media padat
Media padat mengandung komposisi agar sebanyak
15%, media ini untuk isolasi dan untuk memperoleh
biakan murni mikroba, serta untuk mempelajari jamur atau
bakteri. Contoh media padat Saboraud Dextrose Agar
(SDA); Potato Detrose Agar (PDA); Plate Count Agar
(PCA), dan lain-lain.

II.5 Antibakteri
II.5.1 Metode Uji Aktivitas Antibakteri
Pengamatan daya hambat bakteri bisa dicoba dengan
beberapa metode antara lain :
13

a. Metode cakram

Melakukan pengukuran setelah 1x24 jam inkubasi.


Daerah bening merupakan kepekaan bakteri terhadap bahan
antibakteri lain yang diuji yang dinyatakan dengan lebar
diameter zona hambat. Diameter zona hambat diukur dalam
millimeter (mm) menggunakan penggaris berskala
(Nurhamidin, Fatimawali, & Antasionasti, 2021).

b. Metode uji diatas kertas


Metode uji diatas kertas (UAK) dilakukan dengan
melipat bahan disepanjang kertas sehinggah terlipat menjadi
dua (Nurhafidah, Rahmat, Karre, & Juraeje, 2021).
c. Metode sumuran
Pengamatan yang dilakukan dengan inkubasi 1x24
jam. Daerah pada sekitaran sumuran menunjukkan
kepekaan mikroba terhadap bahan antibiotik atau
antimikroba yang digunakan sebagai bahan uji dalam
metode pengukuran diameter zona hambat atau zona
bening. Diameter zona hambat diukur dalam satuan
millimeter (mm) dengan mengukur jarak dari tepi sumur uji
kebatas lingkaran zona hambat menggunakan jangka
sorong. Diameter zona hambat kemudian dikategorikan
aktivitas antibakterinya berdasarkan klasifikasinya
(Nurhamidin et al., 2021).

II.6 Kategori Zona Hambat


Efek penghambatan antimikroba diidentifikasi oleh area
bening yang terbentuk di sekitar kertas cakram. Diameter zona
hambat untuk pertumbuhan bakteri diukur dalam satuan millimeter
(Datta et al., 2019).
14

Tabel 1. Kategori Daya Hambat Bakteri (Davis & Stout, 1971).

DAYA HAMBAT BAKTERI KATEGORI


≥ 20mm Sangat Kuat
10-20mm Kuat
5-10mm Sedang
≤ 5mm Lemah

II.7 Kegunaan dan khasiat


Pohon matoa memiliki banyak manfaat, kulit buah memiliki
aktivitas antioksidan, Ekstrak daun bisa menjadi antibakteri yang
efektif terhadap bakteri Streptococcus mutans dan memiliki aktivitas
sebagai anti HIV dan limbah serutan kayu matoa dapat dimanfaatkan
menjadi pewarna alami untuk batik katun (Rizqa, 2015).

II.8 Simplisia
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali di nyatakan lain,
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat dibedakan
menjadi yaitu :

1. Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian


tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi yang
spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang telah dikeluarkan dari
sel nya dengan cara tertentu zat yang dipisahkan dari tanamannya
dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian


15

hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa
zat kimia murni.

3. Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah


diolah atau belum, tidak berupa zat kimia.

II.9 Kulit
Kulit adalah organ eksternal yang membatasi kontaknya
dengan manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 dan beratnya sekitar
15% dari berat badan. Kulit adalah organ vital yang merupakan
cermin Kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks,
elastis, sensitive, dan bervariasi menurut iklim, usia, jenis kelamin,
ras dan posisi tubuh. Berbagai warna kulit seperti warna terang (fair
skin), pirang, kuning, sawo matang dan hitam, telapak kaki dan
tangan merah mudah dan alat kelamin luar berwarna coklat.

II.9.1 Struktur kulit


1. Epidermis

Epidermis merupakan lapisan terluar, dan terdiri dari :

 Stratum komeum (lapisan tanduk) merupakan lapisan kulit


yang paling luar.
 Stratum lusidum adalah lapisan sel yang pipih tanpa nukleus
yang protoplasmanya diubah menjadi protein yang disebut
eledin.

 Stratum granulosum (lapisan keratohyalin) adalah 2 atau 3


lapis sel pipih dengan sitoplasma kasar dan nukleus di
antaranya.
 Stratum balase terdiri dari sel-sel yang berbentuk kubus
(kolumnar) yang tersusun secara vertical pada penghalang
dermo-epidermal berbaris sama dengan pagar kayu palisade
(palisade). Lapisan ini adalah lapisan paling bawah dari
epidermis.
16

2. Dermis

Dermis adalah lapisan bawah epidermis dan lebih tebal dari


epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastis dan berserat
padat dengan komponen seluler serta folikel rambut. Singkatnya
ini dibagi menjadi dua bagian :

 Pars papilare adalah bagian yang menonjol ke dalam kulit, dan


berisi serabut saraf serta pembuluh darah.
 Pars retikulare adalah bagian subkutan yang menonjol, yang
terdiri dari serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin
dan retikulin.
3. Subkutis

Subkutis adalah lapisan kelanjutan dermis, yang terdiri dari


jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel lemak adalah sel
bulat, besar dengan inti terdesak kepinggir sitoplasma lemak yang
bertambah.

II.10 Hand Sanitizer


Hand sanitizer adalah cairan dengan berbagai produk yang sangat
cepat membunuh mikroorganisme yang ada di kulit tangan. Hand
sanitizer banyak digunakan karena alasan kepraktisan, mudah dibawa
dan cepat digunakan tanpa perlu menggunakan air. Hand sanitizer
digunakan Ketika dalam keadaan darurat dimana kita tidak bisa
menemukan air. Dapat membunuh kuman dalam waktu kurang lebih
30 detik.

II.11 GEL
Menurut “ Farmakope Indonesia edisi IV “ gel kadang-kadang
disebut sebagai jeli, merupakan sistem semi padat terdiri dari
suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul
organic yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel
terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan
17

sebagai sistem dua fase. Dalam dua fase, jika ukuran partikel dari
fase terdirfersi relative besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan
sebagai magma. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik,
membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada
pengocokan. Sediaan harus dikocok dulu sebelum digunakan untuk
menjamin homogenitas.

II.11.1 Formulasi standar gel

Menurut Maswadeh, formulasi standar basis gel CMC-Na


dapat dilihat pada tabel (Lengkoan, Yamlean, & Yudistira, 2017).

Tabel 2.Formula standar Basis Gel CMC-Na.

Komponen % b/b
CMC-Na 5
Gliserin 10
Propilenglikol 5
Aquadest ad 100

II.11.2 Bahan-bahan pembuatan gel


1.Carbopol
Carbopol adalah gelling agent yang dapat
memodifikasi sifat air dan viskositas serta dapat menjadi
agent penstabil suatu sediaan topikal. Pemakaian carbopol
dibandingkan dengan bahan lain adalah sifatnya yang
mudah didispersikan oleh air dengan konsentrasi kecil yaitu
0,050%- 2,00%.

2. Gliserin (glycerolum)
Gliserin sebagai humektan dengan fungsi mengikat
air (hidrasi) sehingga formula tetap lembab dan tidak kering.
Konsentrasi gliserin yaitu ≤30%.
18

3. Propilenglikol (Propylenglycolum)
Propilenglikol adalah cairan kental, jernih dan tidak
berwarna, propilenglikol larut dalam air, etanol 95% dan
kloroform.

4. Trietanolamin (TEA)
Trietanolamin berfungsi sebagai agen penetral PH
dengan mengurangi tegangan permukaan dan
meningkatkan kejernihan, Konsentrasi yang biasa digunakan
yaitu 2-4%.

5. Metil Paraben (Nipagin)


Nipagin digunakan sebagai bahan pengawet atau
preservative, mencegah kontaminasi, perusakan dan
pembusukan oleh bakteri atau fungi dalam formulasi sediaan
farmasetika, konsentrasi nipagin yang digunakan yaitu 0,02-
0,3%.

6. Na-CMC

Na-CMC digunakan secara oral dan topikal untuk formulasi


farmasi, terutama untuk meningkatkan viskositasnya.
Konsentrasi yang digunakan yaitu 3-16%.
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Jenis Penelitian
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
eksperimen laboratorium. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
apakah sediaan Gel Hand Sanitizer ekstrak Daun Matoa (Pometia
pinnata) memiliki aktifitas antibakteri terhadap Staphylococcus
aureus menggunakan metode difusi sumuran pada medium agar
dengan masa inkubasi 1x24 jam.

III.2 Alat dan Bahan


III.2.1 Alat yang digunakan
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain,
Aluminium foil, Autoklaf, Batang pengaduk, Cawan petri, Gelas ukur
10 ml, Inkubator, Jangka sorong, Jarum ose, Lampu spiritus,
Laminar air flow, Oven, Rotary evaporator, Timbangan analitik,
Pencadang.

III.2.2 Bahan yang digunakan


Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini antara lain,
Aquadest, Etanol 96%, Handscoon, Larutan fisiologis NaCl 0,9%,
Masker, Nutrien agar (NA), Sediaan ekstrak Daun Matoa (Pometia
pinnata), Spoit, Staphylococcus aureus (bakteri uji).

III.3 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2024
bertempat di Laboratorium Mikrobiologi Akademi Farmasi Yamasi
Makassar.

III.4 Tempat Pengambilan Bahan Uji


Sampel diperoleh di Desa Pakkato Kecamatan Bontomarannu
Kabupaten gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.

19
20

III.5 Prosedur Penelitian


III.5.1 Prosedur Pengolahan Sampel
Daun Matoa yang diambil adalah daun muda, segar dan
tidak berjamur, lalu disortasi basah kemudian diangin-anginkan
atau dijemur dibawah sinar matahari langsung hingga kering.
Setelah kering selanjutnya dilakukan perajangan dan sampel
siap di ekstraksi.

III.5.2 Pembuatan Ekstrak


Dilakukan proses pembuatan ekstrak Daun matoa dengan
metode maserasi. Ditimbang 500 gram simplisia kering daun
matoa, kemudian dimasukkan kedalam toples kaca.
Ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 5000 ml setelah itu
rendam selama 6 jam sambil sekali-sekali diaduk, kemudian
diamkan selama 1 × 24 jam. Setelah 1 hari, disaring
menggunakan kain flannel kedalam wadah kemudian
ampasnya di peras dan ditambahkan lagi cairan penyari
secukupnya, diaduk kemudian disaring lagi. Selanjutnya
diuapkan menggunakan rotary rotavapor dengan suhu 60° C
selama 40-80 menit. Ekstrak pekat kemudian dipindahkan ke
cawan porselin untuk diuapkan diatas penangas air hingga
kental.

III.5.3 Pembuatan Sediaan Gel


Disiapkan alat dan bahan, bahan ditimbang sesuai
dengan formula yang ada, Carbopol dimasukkan kedalam
lumpang kemudian ditambahkan 10ml aquadest. TEA dilarutkan
dengan sedikit aquadest lalu dituangkan kedalam campuran
Carbopol, campuran tersebut kemudian diaduk perlahan
hingga terbentuk massa gel yang homogen. Eksrak daun
matoa dengan konsentrasi 2%, 3% dan 4% dilebur dengan
gliserin dan propilenglikol diatas water bath, kemudian
21

dimasukkan kedalam massa gel, dilakukan pengadukan secara


terus menerus terdispersi sempurna dan terbentuk basis gel.

III.5.4 Rancangan Formulasi


Tabel 3. Master Formula

Bahan Konsentrasi % Manfaat


(S i
Ekatrak Etanol Daun
m 20 Zat aktif at
Jambu Air
u p
a Carbopol 2 Gelling agent n
g, TEA 2 Alkalizing agent
Gliserin 10 Humektan
Propilenglikol 5 Humektan
Metil paraben 0,2 Pengawet
Aquadest ad 50 Pelarut
2018)

Tabel 4. Pengembangan Formula gel hand sanitizer Daun


matoa
Konsentrasi % b/b
Bahan F1 F2 F3 F4 Manfaat
Ekstrak daun - 2% 3% 4% Zat aktif
matoa
Carbopol 2 2 2 2 Gelling agent

TEA 2 2 2 2 Alkalizing agent

Gliserin 10 10 10 10 Humektan

Propilenglikol 5 5 5 5 Humektan
Metil paraben 0,2 0,2 0,2 0,2 Pengawet
Aquadest ad 50 50 50 50 Pelarut
22

III.6 Uji Aktivitas Bakteri


III.6.1 Sterilisasi Alat
Alat yang digunakan dalam uji ekstrak ini, disterilkan terlebih
dahulu sebelum dipakai. Alat-alat gelas yang tahan terhadap
pemanasan tinggi dan tidak berskala disterilkan di oven pada
suhu 170o C selama 1 jam, sedangkan alat alat yang tidak
tahan panas dan mempunyai skala serta media NA disterilkan
di autoclave pada suhu 121o C selama 15 menit, serta ose dan
pingset distrerilkan dengan cara dipijarkan menggunakan
lampu spiritus selama 30 detik.

III.6.2 Pembuatan Media Nutrient Agar


Untuk membuat 100 ml NA, ditimbang NA sebanyak 2,8 gr
dimasukkan kedalam erlenmayer dan dilarutkan dengan air
suling sebanyak 100 ml, dipanaskan sampai semua bahan larut
dan homogen, ditutup dengan kapas dan aluminium foil,
kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 o C selama
15 menit.

III.6.3 Peremajaan Staphylococcus aureus


Disiapkan media agar pada tabung reaksi, lalu diambil 1 ose
biakan murni Staphylococcus aureus, selanjutnya digoreskan
pada agar miring secara zig-zag. Kemudian dilakukan inkubasi
selama 1 x 24 jam pada suhu 37°C.
III.6.4 Pembuatan Suspensi Staphylococcus aureus
Diambil satu ose biakan bakteri dari hasil peremajaan
disuspensikan dengan 10 ml larutan NaCl 0,9%.

III.6.5 Uji Aktivitas Gel


Disiapkan medium Nutrient Agar (NA), kemudian dituang
secara aseptis kedalam cawan petri sebanyak 20 ml dan
biarkan memadat. Setelah campuran medium NA memadat
kemudian dibuat lubang sumuran menggunakan pencadang
23

sebanyak 3 lubang. Jarak tiap pencadang 3 cm dan jarak


pencadang dengan tepi media 2 cm. Lubang 1 diisi dengan
krim tanpa ekstrak etanol daun matoa sebagai basis, lubang 2
diisi dengan krim ekstrak etanol daun matoa 2% dan lubang 3%
diisi dengan krim ekstrak etanol daun matoa 4%. Diberi label
pada dasar cawan petri secara benar. Media diinkubasi pada
suhu 37℃ selama 1x 24 jam .

III.6.6 Pengamatan dan Pengukuran Diameter Daya Hambat


Pengamatan dan pengukuran zona daya hambat dilakukan
dengan menggunakan jangka sorong setelah diinokulasikan
selama 24 jam.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Hasil pembuatan ekstrak kental daun matoa yang diperoleh
dari jumlah total simplisia kering 250 gram yaitu 21,57 g, sehingga
rendemen hasil yang diperoleh sebesar 8,628%. Dengan
perhitungan sebagai berikut :

97𝒈
Rendemen = x 100% = 19,4%
500𝒈

Hasil pengamatan zona hambat sediaan krim ekstrak etanol


Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap Staphylococcus aureus.

Tabel 5. Hasil Diameter Zona Hambat

Replikasi Diameter Zona Hambat (mm)

Kontrol (-) 2% 3% 4%

I 0 5,76 6,52 9,47

II 0 7,33 7,74 11,4

III 0 6,61 8,12 10,29

TOTAL 0 19,71 22,38 31,17

RATA - RATA 0 6,57 7,46 10,39

Sumber : (Data Pengamatan 2024)

24
25

ZONA HAMBAT
12

10 10.39

8
7.46
6.57
6

0 0
Kontrol (-) Konsentrasi 2% Konsentrasi 3% Konsentrasi 4%

Milimeter (mm)

Gambar 3. Grafik Luas Daya Hambat Bakteri


IV.2 Pembahasan
Pada penelitian, sediaan yang terlebih dahulu melalui proses
maserasi dan remaserasi. Maserasi dilakukan selama 1 x 24 jam dan
maserasi dilanjutkan keesokan harinya selama 1 x 24 jam. Maserasi
yang dihasilkan kemudian diuapkan menggunakan rotary evaporator
dan distilasi dididihkan dilanjutkan hingga diperoleh ekstrak kental,
rendamen ekstrak yang didapat dari hasil ekstraksi sebanyak 19,4 %.
Hasil rendamen dari suatu sampel sangat diperlukan karena untuk
mengetahui banyakanya ekstrak yang diperoleh selama proses
ekstraksi.

Gel Handsanitizer darinya dengan konsentrasi 2%,3%,4% dan


kontrol negatif (-) atau basis gel. Aktivitas antibakteri Staphylococcus
aureus kemudian diuji dengannya.

Pada penelitian ini, tiga cawan petri yang berisi media NA dan
suspensi bakteri yang telah dihomogenkan lalu dibiarkan memadat,
kemudian dibuat empat lubang sumuran menggunakan pencadang
26

kemudian diisi dengan sediaan gel ekstrak Daun Matoa (Pometia


pinnata) menggunakan spoit pada masing-masing lubang sumuran
yang telah ditandai sediaan konsentrasi 2%, 3%,4% dan basis gel
atau kontrol (-) negatif, kemudian diinkubasi dengan temperatur 37oC
selama 1 x 24 jam dalam inkubator, lalu diamati daya hambat bakteri
yang dihasilkan.

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan satu


lubang sumuran yaitu kontrol (-) tidak mempunyai zona hambat dan
dua lubang sumuran yang berisi gel konsentrasi 2%, konsentrasi 3%
dan konsentrasi 4% memiliki kemampuan dalam menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Kontrol negatif (-) digunakan
adalah basis gel tanpa ekstrak yang dimana tidak menghasilkan zona
hambat.

Konsentrasi sediaan ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)


sebesar 2% menunjukkan adanya zona hambat terhadap
pertumbuhan Staphyloccocus aureus dari ketiga replikasi yaitu 5,76
mm, 7,33 mm dan 6,615 mm dengan rata-rata 6,57 mm dikategorikan
sedang.

Konsentrasi sediaan ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata)


sebesar 3% menunjukkan adanya zona hambat terhadap
pertumbuhan Staphyloccocus aureus dari ketiga replikasi yaitu 6,52
mm, 7,74 mm dan 8,12 mm dengan rata-rata 7,46 mm dikategorikan
sedang.

Konsentrasi sediaan gel Hand santizer Daun Matoa (Pometia


pinnata) sebesar 4% menunjukkan adanya zona hambat dari ketiga
replikasi yaitu 9,47 mm, 11,4 mm dan 10,29 mm dengan rata-rata
10,39 mm dikategorikan kuat. Menurut (Davis and Stout 1971)
aktivitas zona penghambatan antimikroba dibagi menjadi empat
27

kategori : aktivitas zona hambat lemah (<5 mm), sedang (5-10 mm),
kuat (>10-20 mm) dan sangat kuat (>20 mm).

Hasil uji daya hambat menunjukkan bahwa gel Hand santizer


Daun Matoa (Pometia pinnata) dapat mencegah pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Hal ini itunjukkan dengan terbentuknya zona
bening atau zona hambat. Zona hambat merupakan zona bening di
sekitar sumuran media pertumbuhan bakteri yang belum ditumbuhkan
bakteri.

Efek antibakteri tersebut disebabkan oleh senyawa kimia yang


terkandung dalam daun cengkeh yaitu flavonoid, triterpenoid, fenol
dan tanin yang terbukti dapat menurunkan aktivitas bakteri (Lambiju,
Wowor, & Leman, 2017). Flavonoid merupakan kelompok senyawa
fenolik yang cenderung berikatan dengan protein sehingga
menghambat proses metabolisme bakteri. Selain itu, flavonoid juga
memiliki efek antibakteri dengan membentuk kompleks terhadap
protein ekstraseluler yang merusak integritas membran sel bakteri.
Flavonoid memiliki struktur kimia berupa cincin beta dan gugus -OH
yang diduga berperan dalam aktivitas antibakteri (Nugraha, Prasetya,
& Mursiti, 2017). Tanin bekerja sebagai zat antibakteri yang
mekanisme kerjanya adalah mengurangi permeabilitas sel. Akibatnya,
sel tidak dapat lagi melakukan fungsi esensial, pertumbuhannya
melambat dan mati. Senyawa tanin dapat menyebabkan terbentuknya
kompleks pengikat tanin dengan ion logam, yang dapat meningkatkan
toksisitas tannin (Arlofa, 2015). Triterpenoid memiliki efek antibakteri
melalui mekanisme yang timbul dengan bereaksi dengan purin pada
membran luar sel bakteri dan membentuk ikatan polimer yang kuat,
sehingga terjadi pemecahan purin. Pemecahan purin mengurangi
permeabilitas membran sel bakteri, menyebabkan sel kekurangan
nutrisi dan memperlambat pertumbuhan atau kematian (Suhendar &
Sogandi, 2019).
28

Hasil zona menunjukkan bahwa sediaan krim ekstrak Daun


Matoa (Pometia pinnata) memiliki daya hambat yang paling baik pada
konsentrasi 4% dibandingkan dengan 2% dan 3%. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Sari & Ferdinan (2017) bahwa zona hambat yang
terbentuk bertambah dengan bertambahnya konsentrasi, sehingga
dapat diasumsikan bahwa terdapat hubungan berbanding lurus antara
konsentrasi dengan zona hambat yang dihasilkan.
29
BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan pada hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa krim
ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) dengan konsentrasi 2%,
3% dan 4% dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Konsentrasi 2% gel ekstrak Daun Matoa
(Pometia pinnata) menunjukkan diameter zona 6,57 mm,
konsentrasi 3% menunjukkan diameter zona 7,46 mm yang
menandakan daya hambat pertumbuhan bakteri sedang (5-10 mm).
Sedangkan konsentrasi 4% menunjukkan diameter zona 10,39%
menandakan daya hambat pertumbuhan bakteri kuat (10-20mm).
2. Aktivitas daya penghambatan yang pertumbuhan optimal dari
Staphylococcus aureus pada konsentrasi 4%.

V.2 Saran
Diharapkan untuk kedepannya dilakukan penelitian lanjutan
terhadap ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) dalam bentuk
sediaan lain dan diujikan terhadap bakteri lain. Serta disarankan untuk
melakukan penelitian lebih lanjut tentang struktur senyawa antibakteri
pada daun matoa.

30
DAFTAR PUSTAKA

Anggari, W. (2016). Pemanfaatan Daun Matoa (Pometia pinnata) sebagai


Adsorben Ion Logam Tembaga (Cu) dalam Air Menggunakan Aktivator
Asam Sitrat. Universitas Islam Indonesia.
Annisa, S. F. (2020). Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Etil Asetat Daun Matoa
(Pometia pinnata) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli. Universitas Sriwijaya.
Arlofa, N. (2015). Uji Kandungan Senyawa Fitokimia Kulit Durian sebagai Bahan
Aktif Pembuatan Sabun. Jurnal Chemtech, 1(1), 18–22.
Datta, F. U., Daki, A. N., Benu, I., Detha, A. I. R., Foeh, N. D. F. K., & Ndaong,
N. A. (2019). Uji Aktivitas Antimikroba Bakteri Asam Laktat Cairan Rumen
terhadap Pertumbuhan Salmonella Enteritidis, Bacillus Cereus, Escherichia
Coli, dan Staphylococcus Aureus menggunakan Metode Difusi Sumur Agar.
Prosiding Seminar Nasional VII Fakultas Kedokteran Hewan Universitas
Nusa Cendana Swiss-Belinn Kristal Kupang, 66–85.
Davis, W. W., & Stout, T. R. (1971). Disc Plate Method of Microbiological
Antibiotic Assay: I. Factors Influencing Variability and Error. Applied
microbiology, 22(4), 659–665.
Dirjen POM. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Depkes RI.
Getas, I. W., Wiadnya, I. B. R., & Waguriani, L. A. (2014). Pengaruh Penambahan
Glukosa dan Waktu Inkubasi pada Media SDA (Sabaroud Dextrose Agar)
terhadap Pertumbuhan Jamur Candida Albicans. Media Bina Ilmiah, 8(1).
Harahap, R. T., Sabrina, T., & Marbun, P. (2015). Penggunaan Beberapa Sumber
dan Dosis Aktivator Organik untuk Meningkatkan Laju Dekomposisi
Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit. Jurnal Agroekoteknologi Universitas
Sumatera Utara, 3(2), 581–589.
Isnaeni, D., Kurniati, A., & Lestari, T. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak Daging
Buah Rumbia (Metroxylon sagu Rottb) Asal Jayapura terhadap
Staphylococcus aureus. Majalah Farmasi Nasional, 14(2), 8–13.
Joharman. (2021). Aktivitas Senyawa Aktif dari Kulit Buah Mundar (Garcinia
forbesii King) terhadap Sel Kanker Payudara MCF-7 dan Sel Kanker Hati
HepG2 dan Pengaruhnya terhadap Protein p53 dan Bcl2. Universitas
Airlangga.
Julandri, S. (2021). Karakterisasi Morfologi dan Kualitas Buah Matoa (Pometia
pinnata) Kulit Kuning di Kota Pekanbaru. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau.
Kirana, D. S. (2023). Perbedaan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dan
Batang Suruhan (Peperomia Pellucida L.) Terhadap Bakteri Escherichia coli
dengan Metode Difusi Cakram. Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Nusaputera.

31
32

Kristiani, F. S., Soleha, T. U., & Wulan, A. J. (2018). Perbedaan Daya Hambat
Ekstrak Bawang Daun (Allium fistulosum L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri
Methiciilin Resistant Staphylococcus aureus Secara In Vitro Difference Of
Inhibitory Power Of The Leek Extract (Allium Fistulosum L.) On Growth Of
Methicilli. Majority, 7(2), 42–49.
Lambiju, E. M., Wowor, P. M., & Leman, M. A. (2017). Uji Daya Hambat Ekstrak
Daun Cengkih (Syzygium aromaticum (L.)) Terhadap Bakteri Enterococcus
faecalis. e-GiGi, 5(1), 79–83.
Lengkoan, B. F., Yamlean, P. V. Y., & Yudistira, A. (2017). Formulasi dan Uji
Efektivitas Sediaan Gel Ekstrak Bunga Pacar Air (Impatiens balsamina L.)
Sebagai Antiseptik Tangan. Pharmacon, 6(4), 218–227.
Mahesi, P. (2019). Pengaruh Ekstrak Biji Matoa (Pometia pinnata) terhadap
Kadar Glukosa Darah Mencit (Mus musculus) Diabetes Melitus Tipe 2
(DM2). Universitas Islam Negeri Mataram.
Murwani, S. (2015). Dasar-dasar Mikrobiologi Veteriner. Malang: Universitas
Brawijaya Press.
Ngajow, M., Abidjulu, J., & Kamu, V. S. (2013). Pengaruh Antibakteri Ekstrak
Kulit Batang Matoa (Pometia pinnata) terhadap Bakteri Staphylococcus
aureus secara In Vitro. Jurnal Mipa, 2(2), 128–132.
Nugraha, A. C., Prasetya, A. T., & Mursiti, S. (2017). Isolasi, Identifikasi, Uji
Aktivitas Senyawa Flavonoid sebagai Antibakteri dari Daun Mangga.
Indonesian Journal of Chemical Science, 6(2), 91–96.
Nurhafidah, N., Rahmat, A., Karre, A., & Juraeje, H. H. (2021). Uji Viabilitas
Beberapa Jenis Varietas Jagung (Zea mays) dengan Menggunakan Metode
yang Berbeda. Agroplantae: Jurnal Ilmiah Terapan Budidaya dan
Pengelolaan Tanaman Pertanian dan Perkebunan, 10(1), 30–39.
https://doi.org/10.51978/agro.v10i1.254
Nurhamidin, A. P. R., Fatimawali, F., & Antasionasti, I. (2021). Uji Aktivitas
Antibakteri Ekstrak n-Heksan Biji Buah Langsat (Lansium domesticum
Corr) terhadap Bakteri Staphylococus aureus dan Klebsiella pneumoniae.
PHARMACON, 10(1), 748–755. https://doi.org/10.35799/pha.10.2021.32772
Putri, M. H., Yodong, & Sukini. (2017). Bahan Ajar Keperawatan Gigi.
Semarang: Kementerian Kesehatan RI.
Rizqa. (2015). Standardisasi Simplisia Daun Justicia Gendarussa Burm. f. dari
Berbagai Tempat Tumbuh. Universitas Airlangga.
Saputra, A., Arfi, F., & Yulian, M. (2020). Literature Review: Analisis Fitokimia
dan Manfaat Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera). AMINA, 2(3), 114–119.
Sari, R., & Ferdinan, A. (2017). Pengujian Aktivitas Antibakteri Sabun Cair dari
Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya. Pharmaceutical sciences and research,
4(3), 111–120.
33

Sidoretno, W. M., Devitria, R., & Sepriyani, H. (2021). Uji Aktivitas Antioksidan
Sediaan Gel yang Mengandung Ekstrak Etanol Daun Matoa (Pometia pinnata
J. R & G. Forst) dengan Menggunakan Metode DPPH (1, 1-Diphenyl-2-
Picrylhydrazyl). Jurnal Farmanersia, 8(2), 126–131.
Sidoretno, W. M., & Fauzana, A. (2018). Aktivitas Antioksidan Daun Matoa
(Pometia pinnata) dengan Variasi Suhu Pengeringan. Indonesia Natural
Research Pharmaceutical Journal, 3(1), 16–25.
Simatupang, E. J. (2018). Formulasi Sediaan Gel Hand Sanitizer dari Ekstrak
Etanol Daun Jambu Air (Syzygium Aqueum (Burm. f.) Alston). Institut
Kesehatan Helvetia Medan.
Soedarto. (2015). Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: CV. Agung Seto.
Suhendar, U., & Sogandi, S. (2019). Identifikasi Senyawa Aktif Ekstrak Daun
Cengkeh (Syzygium aromaticum) Sebagai Inhibitor Streptococcus Mutans.
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi, 12(2), 229–239.
Tahalele, E., & Sutriningsih, S. (2018). Formulasi Sediaan Kosmetik Krim dari
Ekstrak Daun Matoa (Pometia Pinnata) dan Uji Aktivitas Antioksidan.
Indonesia Natural Research Pharmaceutical Journal, 3(2), 44–55.
Turnip, N. U. M. B., & Panjaitan, Y. L. (2022). Activity Test Ethanol Extract
Matoa (Pometia pinnata) Antinflammation Against Male Rats Induced
Caragenan. Jurnal Farmasimed (JFM), 5(1), 57–61.
Utama, V. K., Hendrika, Y., & Astuti, F. (2022). Gel Preparation using Matoa Leaf
(Pometia pinnata) Ethanol Extract: Formulation and Physical Evaluation.
JPK: Jurnal Proteksi Kesehatan, 11(1), 46–51.
Variany, G. (1999). Isolasi dan Identifikasi Flavonoid dari Daun Pometia Pinnata
J. R. & G. Forst. Universitas Gadjah Mada.
Wantini, S., & Octavia, A. (2018). Perbandingan Pertumbuhan Jamur Aspergillus
Flavus pada Media PDA (Potato Dextrose Agar) dan Media Alternatif dari
Singkong (Manihot Esculenta Crantz). Jurnal Analis Kesehatan, 6(2), 625–
631.
Yusmaniar, Wardiyah, & Nida, K. (2017). Bahan Ajar Mikrobiologi dan
Parasitologi Farmasi. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
34
35

Lampiran 1
SKEMA PENELITIAN

Kultur Murni Bakteri Peremajaan


Staphylococcus aureus Staphylococcus aureus
Diinkubasi pada
suhu 37 oC selama
Media NA 1 x 24 jam Disuspensikan
dengan NaCl 0,9%
5ml

Konsentrasi
Konsentrasi
F3 3% Suspensi
F2 2%
Staphylococcus aureus
Konsentrasi
F4 4%

Dihomogenkan
dalam botol coklat

Kontrol Negatif (Basis Gel)

Pengukuran Zona Hambatan

Pengolahan Data

Kesimpulan

Gambar 4. Uji aktivitas Sediaan Gel Hand Sanitizer Ekstrak Daun Matoa
(Pometia pinnata)
36

Gambar. 9 hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Gel Hand sanitizer


ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap
Staphylococcus aureus, pada cawan 1

Diketahui :

Horizontal = 11,43

Konsentrasi 2 % Vertikal = 12,09


Horizontal = 12,84

Konsentrasi 3% Vertikal = 12,20

Horizontal = 15,63
Konsentrasi 4% Vertikal = 15,32
37

Gambar. 10 hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Gel Hand sanitizer


ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap
Staphylococcus aureus, pada cawan 2

Diketahui :

Horizontal = 13,42

Konsentrasi 2 % Vertikal = 13,25


Horizontal = 14,48

Konsentrasi 3% Vertikal = 13,00

Horizontal = 16,94
Konsentrasi 4% Vertikal = 17,86
38

Gambar. 11 hasil uji aktivitas antibakteri sediaan Gel Hand sanitizer


ekstrak Daun Matoa (Pometia pinnata) terhadap
Staphylococcus aureus, pada cawan 3

Diketahui :

Horizontal = 9,25

Konsentrasi 2 % Vertikal = 9,98


Horizontal = 15,48

Konsentrasi 3% Vertikal = 12,77

Horizontal = 16,16
Konsentrasi 4% Vertikal = 15,99
39

LAMPIRAN
1. Perhitungan nilai zona hambat bakteri Staphylococcus aureus

DH −DC + DV −DC
Rumus =
2
Diameter Horizontal = DH
Diameter Vertikal = DV
Nilai Diameter Cakram = 6mm

A. Cawan 1
11, 43−6+12 , 09−6
2% =
2
11,52
= 2

= 5,76mm
12, 84−6+ 12, 20−6
3% =
2
13 ,04
= 2

= 6,52mm
15 ,63−6+15 , 32−6
4% =
2
18 , 95
= 2

= 9,47mm

B. Cawan 2
13 , 42−6+13 ,25−6
2% =
2
40

14 , 67
= 2

= 7,33mm
14 , 48−6+13 , 00−6
3% =
2
15 , 48
= 2

= 7,74mm
16 , 94−6+17 , 86−6
4% =
2
22 ,8
= 2

= 11,4mm

C. Cawan 3
9 , 25−6+ 9 , 98−6
2% =
2
13 ,23
= 2

= 6,61mm
15 , 48−6 +12 ,77−6
3% =
2
16 ,25
= 2

= 8,12mm
16 ,16−6+ 15 ,99−6
4% =
2
20 ,59
= 2

= 10,29mm
41

2. Perhitungan nilai zona hambat rata-rata bakteri Staphylococcus


aureus
Diameter cawan1+ Diameter cawan 2+ Diameter cawan 3
Rumus =
3
5 ,76+ 7 ,33+ 6 , 61
A. Konsentrasi 2% =
3
19 ,71
=
3
= 6,57mm
6 ,52+7 ,74 +8 , 12
B. Konsentrasi 3% =
3
22 ,38
=
3
= 7,46mm
9 , 47+11 , 4+10 , 29
C. Konsentrasi 4% =
3
31, 17
=
3
= 10,39mm
42

3. Perhitungan Bahan
1. Kontrol Negatif :
2
 Carbopol : × 50 = 1 gram
100
2
 TEA : × 50 = 1 gram
100
10
 Gliserin : × 50 = 5 gram
100
5
 Propilenglikol : × 50 = 2,5 gram
100
0,2
 Metil paraben : × 50 = 0,1 gram
100
 Aquadest ad : 50 – 9,6
: 40,4 ml
2. Konsentrasi 2%
2
 Ekstrak daun matoa 2% : × 50 = 1 gram
100
2
 Carbopol : × 50 = 1 gram
100
2
 TEA : × 50 = 1 gram
100
10
 Gliserin : × 50 = 5 gram
100
5
 Propilenglikol : × 50 = 2,5 gram
100
0,2
 Metil paraben : × 50 = 0,1 gram
100
 Aquadest : 50 – 10,6
: 39,4 ml
3. Konsentrasi 3%
3
 Ekstrak daun matoa 3% : × 50 = 1,5 gram
100
43

2
 Carbopol : × 50 = 1 gram
100
2
 TEA : × 50 = 1 gram
100
10
 Gliserin : × 50 = 5 gram
100
5
 Propilenglikol : × 50 = 2,5 gram
100
0,2
 Metil paraben : × 50 = 0,1 gram
100
 Aquadest : 50 – 11,1
: 38,9 ml
4. Konsentrasi 4%
4
 Ekstrak daun matoa 4% : × 50 = 2 gram
100

2
 Carbopol : × 50 = 1 gram
100
2
 TEA : × 50 = 1 gram
100
10
 Gliserin : × 50 = 5 gram
100
5
 Propilenglikol : × 50 = 2,5 gram
100
0,2
 Metil paraben : × 50 = 0,1 gram
100
 Aquadest : 50 – 11,6
: 38,4 ml

4. Perhitungan medium NA
Perhitungan pembuatan medium Nutrien Agar (NA) dalam 100
ml Keterangan pada kemasan media Nutrien agar 28 gram dalam
1000 ml.
44

100 ml
Untuk menyiapkan 100ml Medium NA = x 28gram =
1000 ml
2,8gram

Anda mungkin juga menyukai