Rangkuman (Ribosom Dan Siintesa Protein)

Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Unduh sebagai rtf, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Nama : Sri Wirdayanti Andup

Nim : 431418076
Kelas : B Pendidikan Biologi
Mata kuliah: Biologi sel

Ribosom dan Sintesa Protein

1. Pengertian Ribosom

Ribosom merupakan salah satu organel yang juga memiliki berukuran kecil dan
padat dalam sel yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. Ribosom berdiameter
sekitar 20 nm serta terdiri atas 65% RNA ribosom (rRNA) dan 35% protein ribosom
(disebut Ribonukleoprotein atau RNP). Ribosom ini diteliti pertama kali oleh George
Emil Palade, ilmuan asal Romania pada pertengahan tahun 1950 dengan
menggunakan mikroskop elektron. Kata “Ribosom” sendiri pertama kali digunakan
pada tahun 1958 oleh Richard B. Robert. Ribosom berasal dari bahasa Yunani yakni
“badan” dan asam ribonukleat (ribonucleic acid).

2. Struktur Ribosom
Gambar 1. Struktur ribosom
Ribosom terbentuk globular dengan dimeter sekitar 250 sampai 350
nm. Ribosom mampu menyebarkan maupun menyerap electron dengan sangat
kuat sehingga mikroskop electron dapat digunakan secara intensif
untuk meneliti ribosom lebih dalam, sebenarnya selain dengan
mikroskop electron, ribosom dapat diteliti dengan berbagai cara antara lain
dengan defraksi sinar X, sentrifugasi atau pemusingan, maupun dengan
imunositokimia. Analisis biokimia juga bisa dilakukan untuk mengetahui
jumlah dan mengidentifikasi protein-protein dalam sub unit ribosom (Geneser,
2009).
Ribosom sub unit  kecil, tampilannya mirip embrio yaitu seperti
memiliki kepala dan badan yang dihubungkan dengan leher yang pendek.
Leher tersebut dibentuk dengan takikan (sedikit lekukan) pada  satu sisi dan
lekukan yang dalam paa sisi yang lain. Badannya berbentuk batang yang
membengkak. Pada subunit kecil terdapat daerah datar pada satu sisi bagian
ini menempel pada sub unit (Geneser, 2009).
Ribosom terdiri dari 2 sub unit yaitu sub unit besar dan kecil. Masing-
masing disusun oleh rRNA dan protein ribosom. Stuktur ribosom
merefleksikan fungsinya untuk mengumpulkan mRNA dengan tRNA
pembawa asam amino. Suatu ribosom memiliki satu tempat pengikatan
mRNA (subunit kecil) dan tiga tempat pengikatan tRNA dikenal dengan
tempat E (exit), P (peptidil), dan A (aminosil) yang terdapat pada sub unit
besar (Johnson, 1994).
Tempat E merupakan tempat keluar tRNA yang tidak bermuatan.
Tempat P merupakan tempat pengikatan tRNA-peptidil biasanya pengikat
tRNA yang melekat pada rantai polipeptida yang sedang tumbuh. Tempat A
merupakan tempat pengikatan tRNA- aminoasil biasanya mengikat tRNA
yang membawa asam amino berikutnya yang akan ditambah pada rantai
polipeptida. Perbedaan pada eukariot dan prokariot terdapat pada ukuran dan
jumlah RNA penyusunnya (Johnson, 1994).

Strukur dari ribosom memilki sifat sebagai berikut (Geneser, 2009):


1.     Bentuknya universal, pada potongan longitudinal berbentuk elips.
2.     Pada teknik pewarnaan negatif, tampak adanya satu alur transversal,
tegak lurus pada sumbu, terbagi dalam dua sub unit yang memiliki
dimensi berbeda.
3.     Setiap sub unit dicirikan oleh koefisiensi sedimentasi yang dinyatakan
dalam unit Svedberg (S). Sehingga koefisien sedimentasi dari
prokariot adalah 70S untuk keseluruhan ribosom (50S untuk sub unit
yang besar dan 30S untuk yang kecil). Untuk eukariot adalah 80S
untuk keseluruhan ribosom (60S untuk sub unit besar dan 40S untuk
yang kecil).
4.     Dimensi ribosom serta bentuk menjadi bervariasi. Pada prokariot,
panjang ribosom adalah 29 nm dengan besar 21 nm. Dan eukariot,
ukurannya 32 nm dengan besar 22 nm.
5.     Pada prokariot sub unitnya kecil, memanjang, bentuk melengkung
dengan 2 ekstremitas, memiliki 3 digitasi, menyerupai kursi. Pada
eukariot, bentuk sub unit besar menyerupai ribosom E. Coli (Comarck,
1994).
3. Macam –macam Ribosom
a.    Ribosom terikat
Ribosom ini tergabung dengan membrane intra seluler, terutama dengan
reticulum endosplasma (RE)
b.    Ribosom bebas
Ribosom ini teresebar menembus Hyaoplasma atau sitosol.
Ribosom bebas maupun terikat secara struktural identik dan dapat saling
bertukar tempat. Sel dapat menyesuaikan jumlah relatif dari masing-
masing jenis ribosom bengitu metabolismenya berubah.
4. Fungsi ribosom
Ribosom mempunyai fungsi sebagai berikut (Comarck, 1994) :
1.    Sebagai tempat sintesis protein.
2.    Protein yang dihasilkan oleh ribosom pada jalinan endoplasma
kasar dirembeskan dalam bentuk enzim atau hormon.
3.     Protein yang dihasilkan oleh ribosom bebas digunakan oleh sel itu untuk
pembesaran dan memungkinkan tindak balas yang dijalankan di dalam sel
itu.
5. Bentuk dan Ukuran Ribosom
1. Prokariota
Ribosom prokariotik memiliki ukuran 70S dengan kandungan 6% RNA dan
40% protein. Organel sel ini terletak bebas di bagian sitoplasma dimana
dengan ukuran subunit 50S dan 30S. Mempunyai ukuran panjang 29 x 21nm
dengan massa 2.520.000 Dalton.
2. Eukariota
Sedangkan pada ribosom eukariotik berukuran 80S dengan 40% kandungan
RNA dan 60% kandungan proteinnya. Memiliki sebuah lokasi bebas pada
sitoplasma serta terikat pada retikulum endoplasma. Ukuran panjang sekitar
32 x 22nm dan massa kurang lebih 4.220.000 Dalton.
Sintesis protein merupakan proses pembentukan atau pencetakan protein dalam
sel. Secara garis besar, proses sintesis protein dibagi menjadi 2 tahapan taitu
transkripsi dan translasi.
1.      Transkripsi
Transkripsi adalah proses pembuatan (penyalinan) mRNA dari  DNA yang terjadi
di dalam nukleus. Tahapan ini merupakan proses awal sebelum translasi kode genetik
menjadi polipeptida atau protein. Proses transkripsi ini dibantu oleh enzim RNA
polymerase. Pada DNA memiliki 2 rantai (double helix) dimana dalam proses ini
hanya 1 rantai saja yang berfungsi sebagai template (cetakan). Tahap transkripsi dapat
dijabarkan menjadi 3 tahapan yakni inisiasi, elongasi dan terminasi.
 Inisiasi
Tahap transkripsi diawali dengan cara enzim RNA polymerase melekat pada
rantai DNA sehingga rantai bisa membuka. Setelah rantai membuka, salah satu rantai
DNA yang akan disalin (DNA template) mulai mendapatkan basa nitrogen
pasangannya. Proses ini diawali pada promotor DNA. Promoter DNA merupakan
daerah DNA sebagai tempat melekatnya RNA polymerase untuk memulai transkripsi.
Sehingga nantinya akan dihasilkan rantai komplemen. Rantai komplemen inilah yang
merupakan rantai mRNA. Pada transkripsi ini rantai DNA yang bukan template tidak
akan disalin menjadi mRNA karena hanya rantai DNA template yang akan disalin
menjadi mRNA.
Pada penyalinan rantai DNA menjadi rantai mRNA, basa adenin (A) akan
berkomplemen dengan urasil (U), basa timin (T) akan berkomplemen dengan adenin
(A), basa guanin (G) akan berkomplemen dengan sitosin (C), dan basa sitosin (C)
akan berkomplemen dengan guanin (G). Dalam hal ini bisa dilihat bahwa adenin
tidak berkomplemen dengan timin tetapi dengan urasil. Hal ini dikarenakan basa
timin hanya dimiliki oleh DNA saja. Pada mRNA tidak memiliki timin akan tetapi
memiliki basa nitrogen urasil (U).
 Elongasi
Elongasi merupakan proses kelanjutan dari inisiasi. Proses akan dilanjutkan
yakni RNA polymerase akan bergerak sepanjang rantai DNA sehingga semua basa
nitrogen pada DNA (kode-kode pada DNA) selesei disalin menjadi rantai mRNA.
Dengan demikian akan terbentuk rantai mRNA yang panjang.
 Terminasi
Terminasi adalah akhir dari proses transkripsi. Proses penyalinan DNA menjadi
mRNA akan diakhiri pada terminator DNA (stop). Setelah selesai, mRNA yang
terbentuk akan dilepaskan dan akan melalui beberapa proses selanjutnya (ini hanya
untuk sel eukariotik saja). mRNA yang telah terbentuk ini tidak langsung ditransfer
ke sitoplasma tetapi terdapat proses RNA splicing yakni pemotongan dan
penyambungan RNA. Pada awalnya gen terdiri atas 2 macam kode yakni ekson dan
intron ditranskripsi menghasilkan pre-mRNA karena masih mengandung sekuens
intron. Ekson merupakan kode yang dipakai sedangkan intron merupakan kode yang
tidak pakai dan akan dibuang. Selanjutnya terjadi proses pemotongan intron dan
penyambungan ekson. Sehingga akan terbentuklah mRNA yang matang dan
selanjutnya akan ditransfer ke sitoplasma untuk melalui tahap selanjutnya yakni
translasi di ribosom.
Untuk sel prokariotik, mRNA yang telah terbentuk tidak melalui proses
selanjutnya untuk menghasilkan mRNA yang matang akan tetapi langsung ke tahap
translasi. Hal ini disebabkan sel prokariotik tidak memiliki nukleus. Sehingga proses
transkripsi dan translasi terjadi di sitoplasma. Ini juga memungkinkan proses translasi
akan berlangsung ketika proses transkripsi masih berlangsung.
2.      Translasi
Translasi merupakan proses pembuatan protein. Dalam hal ini, mRNA yang telah
ditansfer ke sitoplasma (tepatnya di ribosom) akan segera diterjemahkan menjadi
asam amino – asam amino yang akhirnya membentuk protein. Di ribosom tersusun
atas 40% rRNA dan 60% protein. Proses translasi dapat dijabarkan menjadi 3 tahapan
yaitu inisiasi, elongasi dan terminasi.
 Inisiasi
Proses inisiasi merupakan proses pertama kali yang terjadi ketika mRNA sampai
di ribosom. Ribosom terdapat 2 jenis yakni ribosom sub unit kecil dan ribosom sub
unit besar. Ribosom sub unit kecil akan mengikatkan diri pada mRNA sedangkan
ribosom sub unit besar akan mengikat tRNA. Dalam hal ini, mRNA sebagai kodon
sedangkan tRNA sebagai antikodon. Kodon merupakan gabungan dari 3 basa
nitrogen. Antikodon merupakan komplemen dari kodon. Pada bagian salah satu ujung
tRNA membawa antikodon sedangkan ujung yang lainnya membawa satu jenis asam
amino tertentu dari sitoplasma. Asam amino yang telah dibawa akan diaktifkan
apabila antikodon yang dibawa tRNA menempel (berikatan) dengan kodon pada
mRNA. Proses inisiasi ini, akan diawali dengan kodon start (kodon AUG), yang akan
mengkode pembentukan asam amino metionin. Oleh sebab itu, antikodon tRNA yang
akan berpasangan dengan kodon start adalah UAC. Setelah antikodon UAC
menempel (berikatan) dengan kodon AUG maka asam amino pertama yakni metionin
akan terbaca. Asam amino metionin ini akan berada di ribosom dan selanjutnya akan
digabungkan dengan asam amino yang lainnya.
 Terminasi
Terminasi merupakan proses akhir dari translasi. Proses ini mulai terjadi ketika
kodon yang terbaca adalah kodon-kodon yang mengkode berhentinya sintesis protein.
Kodon ini dinamakan kodon stop yang terdiri dari kodon UAA, UAG, dan UGA.
Ketika salah satu kodon-kodon tersebut terbaca maka faktor pelepas akan
memberhentikan proses sintesis protein. Proses ini akan menghasilkan rantai asam
amino yang sangat panjang (polipeptida). Polipeptida dari hasil sintesis protein ini
merupakan rantai protein primer. Untuk dapat digunakan dalam tubuh, protein ini
harus mengalami modifikasi (pengolahan) terlebih dahulu. Proses modifikasi ini akan
dilakukan di badan golgi setelah polipeptida yang terbentuk ditransfer dari Retikulum
endoplasma.

 Elongasi
Elongasi merupakan proses kelanjutan dari inisiasi. Setelah asam amino yang
pertama tadi terbentuk maka akan dilanjutkan dengan tahap pengaktifan asam amino
melalui kodon demi kodon sehingga akan dihasilkan asam amino satu semi satu.
Beberapa asam amino yang telah aktif ini akan dihubungkan dengan ikatan peptida
sehingga membentuk polipeptida. Misalnya asam amino kedua yang dibawa oleh
tRNA adalah fenialanin dengan antikodonnya berupa AAA. Dengan demikian maka
antikodon AAA akan berikatan dengan kodon UUU pada mRNA. Ini menyebabkan
asam amino fenialanin menjadi aktif. Fenialanin ini akan dihubungkan dengan
metionin dengan ikatan peptida. Proses elongasi ini akan terus berlanjut sehingga
rantai polipeptida akan semakin panjang karena banyaknya asam amino yang
terbentuk.

REFERENSI
Comarck, David .H. 1994. Histologi Jilid 1 Edisi ke-9. Jakarta : Binarupa
Aksara.
Geneser, Finn. 2009. Buku Teks Histologi. Jakarta : Binarupa Aksara.
Johnson. E, Kurt. 1994. Histologi dan Biologi Sel. Jakarta : Nuha Post.
Campbell, Reece, & Mitchell. (2004). Biologi edisi kelima-jilid 1. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai