The Effect of Echinacea Purpurea On Macrophag Tnf-Production and Cell Tumour Apoptotic Index of Adenocarsinoma Mammae C3H Mice With Stress
The Effect of Echinacea Purpurea On Macrophag Tnf-Production and Cell Tumour Apoptotic Index of Adenocarsinoma Mammae C3H Mice With Stress
The Effect of Echinacea Purpurea On Macrophag Tnf-Production and Cell Tumour Apoptotic Index of Adenocarsinoma Mammae C3H Mice With Stress
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-2 dan
memperoleh keahlian dalam bidang Ilmu Bedah
ABRAAR HS KUDDAH
ABRAAR HS KUDDAH
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk diterima
Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
dr. Djoko Handojo, SpB, SpB(K)Onk Prof.dr. Edi Dharmana, MSc, PhD, Sp.ParK
NIP. 130 675 341 NIP. 130 529 451
Mengetahui :
Ketua Ketua
Program Studi PPDS I Bedah Program Studi Magister Ilmu Biomedik
Universitas Diponegoro Program Pasca Sarjana
Universitas Diponegoro
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini adalah hasil pekerjaan saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
Penulis
iii
RIWAYAT HIDUP SINGKAT
A. IDENTITAS
Agama : Islam
Qouthrunada khoirunissa
B. Riwayat Pendidikan
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
derajat sarjana S2 Ilmu Biomedik Program Pasca Sarjana dan Program Pendidikan
Penulis menyadari tugas ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa
dukungan dari berbagai pihak. Kepada dr. Djoko Handojo, SpB, SpB(K)Onk dan
Prof. Dr. Edi Dharmana, MSc, PhD, SpParK sebagai dosen pembimbing, penulis
Semarang.
Diponegoro Semarang.
Semarang
v
.
5. Prof. Dr. dr. Tjahjono, SpPA(K) FIAC, Ketua Komisi Etik Penelitian
7. dr. Sidharta Darsojono, SpB, SpU (K), Ketua Program Studi PPDS I Bedah
UGM Yogyakarta.
UNDIP Semarang
10. Tim penguji dan nara sumber yang telah dengan sabar berkenan memberi
11. Para Konsulan Bag Bedah RS. Dr Kariadi/FK UNDIP yang telah dengan sabar
12. Semua rekan sejawat Residen Bedah FK UNDIP yang tak dapat disebutkan
vi
13. Ucapan terima kasih khusus kepada Ayahanda tercinta Alm Dr H HS Kuddah
dan ibunda tercinta Luluk Afrida ,ayah angkat tercinta H Usman Said B,dan
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Kritik
dan saran demi kesempurnaan penelitian ini akan diterima dengan senang hati.
Penulis berharap penelitian ini dapat berguna bagi masyarakat serta memberi
Penulis
vii
DAFTAR ISI
ABSTRACT ................................................................................................. xv
viii
BAB 2. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 7
2.4.4. Dosis............................................................................. 35
ix
BAB 4 . Metode Penelitian ......................................................................... 38
x
BAB 5. Hasil ............................................................................................ 53
Lampiran .................................................................................................... 69
xi
xii
DAFTAR TABEL
kelompok percobaan....................................................................... 54
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 5. Mekanisme yang terjadi pada stres dan sistem imun ................. 23
Gambar 9. Hasil Post Hoc test kadar TNF- dengan uji Bonferroni............ 56
Gambar 10. Hasil Post Hoc test indeks apoptosis dengan uji Bonferroni ..... 57
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
TNF- .......................................................................................... 71
xv
ABSTRAK
xvi
ABSTRACT
xvii
BAB 1
PENDAHULUAN
payudara. Di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 1,2 juta jiwa menderita kanker
(16% dan 12% dari seluruh kematian pada wanita yang disebabkan oleh kanker),
dengan insidensi relatif tinggi yaitu sebesar 23,1 per 100.000 wanita1. Di Asia
tenggara pada tahun 2000 didapatkan 55.907 kasus baru dan 24.967 kasus
meninggal 2. Kanker payudara banyak diderita oleh wanita dan sangat jarang
ditemukan pada laki-laki. Sekitar 600.000 kasus kanker payudara baru didiagnosa
setiap tahun dan 350.000 kasus diantaranya ditemukan dinegara maju, sedangkan
setelah kanker rahim (17,70%) dari semua kasus tumor di seluruh senter Patologi
pada wanita setelah kanker leher rahim (24,14%) 4. Di Semarang pada tahun 2001,
ditemukan kasus kanker payudara sebanyak 769 kasus dan insiden ini berada pada
urutan tertinggi kedua setelah kanker mulut rahim. Insiden puncak pada kelompok
1
umur 45-54 tahun 5. Di Amerika pada tahun 1993 angka kejadian kanker
yang tidak dapat disembuhkan dan berakhir dengan kematian disertai dengan
imunitas tubuh melalui stimulasi sekresi kortisol dan adrenalin dari korteks dan
postganglion simpatik terminal saraf di pembuluh darah dan organ lymfoid. Efek
sitokin tipe 1 dan tipe 2. Stress akan menurunkan produksi sitokin tipe 1 yang
dibutuhkan dalam respon imunitas seluler terhadap tumor. 7 Oleh karena itu perlu
terhadap sel tumor , baik terhadap sel-sel efektornya sendiri maupun sitokin yang
dan makrofag berperan dalam immuno survailance terhadap sel kanker. Setelah
pengenalan sel kanker sebagai sel asing, sel-sel imun tersebut akan
menghancurkan sel kanker 8,9,10. Sel makrofag menghancurkan sel kanker dengan
berbeda untuk membunuh sel target yaitu dengan cara mensekresikan perforin dan
granzyme serta menggunakan reseptor famili TNF seperti Fas, TNF serta TNF-
2
Echinacea sp merupakan immunostimulator yang banyak dan mudah dicari di
pasaran, baik dalam bentuk obat maupun minuman suplemen yang dapat
menghasilkan sitokin yang akan membantu regulasi sistem imun. Pada hasil
sitotoksik (CTL) yang aktif ini akan mempunyai peran penting dalam perondaan
tubuh terhadap sel-sel tumor. CTL akan menginduksi apoptosis dari sel-sel tumor.
imun seluler melalui mekanisme non spesifik. Selain itu dilaporkan juga bahwa
Echinacea dapat meningkatkan sekresi sitokin yaitu TNF-, IL-1, IL-5 dan IL-
10.41,42.
neuroendokrion. Pada kondisi stress akan terjadi penurunan respon sistem imun43.
3
memerlukan penelitian lebih lanjut. Menimbang manfaat maupun efek samping
Maka penelitian ini dilakukan pada hewan coba mencit C3H. Penelitian ini
manusia.
1. Apakah ada perbedaan kadar TNF serum antara mencit C3H adenokarsinoma
3. Apakah ada korelasi antara produksi TNF dengan Indeks apoptosis jaringan
tumor?
4
1.3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
mengalami stress
5
lanjut dengan menurunnya sistem kekebalan seluler akibat stress.
bidang onkologi.
1.4. Orisinalitas
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
terpisah oleh jaringan ikat padat dan banyak jaringan lemak yang
ekskretorius 10.
a. Faktor genetik
Ada faktor turunan pada suatu keluarga yang terkena kanker payudara.
b. Hormon
dan growth inhibitor disekresi oleh sel kanker payudara manusia. Banyak
7
autokrin dari tumor. Produksi GF tergantung pada hormon estrogen,
progresif.10,12,15
c. Faktor lingkungan
diet tinggi lemak, kecanduan minum kopi, dan infeksi virus. Hal tersebut
payudara.15,16
2.1.3. Klasifikasi
3. Karsinoma musinosum
4. Karsinoma meduler
6. Karsinoma tubuler
7. Karsinoma adenokistik
8
8. Karsinoma apokrin
menjadi seri lainnya, juga karena berperan dalam mengenal sekaligus bereaksi
imun, tetapi dapat pula bertindak sebagai regulator respon imun karena
melalui limfokin yang dilepaskannya. Limfosit T-helper (Th) dan T-supresor (Ts)
9
Induksi limfosit T dalam respon imun hampir selalu bersifat makrofag
cells). Pada penelitian in vitro dapat terjadi ikatan limfosit T dengan makrofag.
Ikatan limfosit T dengan makrofag sangat dipengaruhi oleh imunogen. 10, 14 ,20, 21,24
mengekspresikan molekul yang akan dikenali oleh limfosit B dan T sebagai benda
asing. Protein asing pada permukaan sel tumor juga menjadi target sel NK.
Adalah tumor antigen yang diekspresikan oleh sel tumor tetapi tidak
diekspresikan oleh sel-sel normal. Dan bila antigen ini karakteristik untuk satu
Bila tumor antigen juga diekspresikan oleh jaringan normal di dalam tubuh,
antigen ini juga dapat menginduksi respon imun tubuh, tetapi biasanya tidak.
Histocompatibility Complex kelas I (MHC kelas I) yang akan dikenali oleh sel
limphosit T CD8. Jadi sel tumor sendiri dapat menjadi Antigen Presenting Cells
(APCs) dari antigennya sendiri. Dan apabila protein antigen ini terlepas ke
medium ekstraseluler bersama sel tumor yang mati atau sel tumor yang utuh akan
10
diendositosis oleh APCs dan diekspresikan sebagai MHC tipe II yang akan
protein maupun anomali dari sintesa protein tumor supressor pada sel maligna.
Beberapa tumor antigen yang menstimulasi respon sel-T antara lain : (tabel 1)
Kategori Contoh
a. Fase Kognitif
mengenal peptida yang berikatan dengan MHC pada permukaan sel penyaji.
11
b. Fase Aktivasi
c. Fase Efektor
Fase Efektor dari respons imun adalah tahap pada waktu limfosit telah
membunuhnya kalau tumor itu sudah tumbuh. Peran sistem imun ini disebut
immune surverillance, oleh karena itu maka sel-sel Efektor seperti limfosit B,
12
T-sitotoksik dan sel NK harus mampu mengenal antigen tumor dan
Beberapa bukti yang mendukung bahwa ada peran sistem imun dalam
mononuklear yang terdiri atas sel T, Sel NK dan Makrofag; 2) tumor dapat
individu dengan imunodefisiensi atau bila fungsi sistem imun tidak efektif; bahkan
limfosit berproliferasi dalam kelenjar getah bening yang merupakan draining sites
prognostik yang baik karena kecepatan pertumbuhan sel kanker akan menurun.
Secara invitro, beberapa sel imun disekitar sel kanker terbukti dapat membunuh
16,23,25
sel kanker disekelilingnya Hubungan antara banyaknya limfosit yang
Sel imun yang berada disekitar sel kanker yang berperan dalam perondaan
terhadap kanker adalah limfosit T sitotoksik (CTL), Sel NK (Natural Killer) dan
13
makrofag . Setelah mengenal sel kanker sebagai sel asing, ketiga sel imun tersebut
Sel CTL dan sel NK melakukan cara sitotoksisitas yang sama yaitu
baik respon imun humoral maupun seluler. Sampai saat ini belum ada bukti
tumor. Dengan demikian respon imun humoral dalam bentuk antibodi terhadap
yaitu makrofag yang telah diaktifasi oleh Macrofag Activating Factors (MAF),
suatu sitokin yang dihasilkan limfosit T yang distimulasi antigen. Makrofag yang
tidak aktif telah dibuktikan tidak memiliki kemampuan melisis sel tumor.
Seperti juga pada sel-NK, mekanisme pengenalan sel tumor sasaran oleh
makrofag juga belum jelas. Sedangkan kemampuan untuk berikatan dengan sel
14
tumor terjadi karena sel makrofag juga memiliki reseptor Fc dari IgG, sehingga
dapat bekerja sama dengan IgG dalam melisiskan sel tumor. Penyebab terjadinya
lisis sel tumor disebabkan oleh pengaruh enzim lisosomal, metabolit yang reaktif
terhadap oksigen dan NO. Makrofag aktif juga mensekresi sitokin antara lain IL-
12 dan Tumor Necrosis Factor (TNF). IL-12 berperan memacu proliferasi dan
aktivasi sel T CD4+, sel T CD8+ serta sel-NK. TNF- , sesuai namanya mampu
membunuh sel tumor melalui cara : 1) TNF- berikatan dengan reseptor FAS
permukaan dari sel tumor dan memicu apoptosis, 2) TNF- dapat menyebabkan
nekrosis dari sel tumor dengan cara memobilisasi berbagai respon imun tubuh
15,16,22,23,25
.
molekul 25 kD, dalam sirkulasi dalam bentuk homotrimer stabil dengan berat
apoptosis sel tumor melalui reseptor TNF- pada permukaan sel tumor TNF-
pembuluh darah akibat TNF yang mekanismenya belum diketahui, yang akan
15
kemudian membentuk komplek melalui TCR (T-cell Receptor) dari sel T-
tersebut. Sebagian kecil dari sel tumor juga mengekspresikan antigen tumor
bersama molekul MHC kelas II, sehingga dapat dikenali dan membentuk komplek
dengan limfosit T-helper (CD4) dan mengaktifasi sel T-helper terutama subset
Th1 untuk mensekresi limfokin IFN- dan TNF- di mana keduanya akan
merangsang sel tumor untuk lebih banyak lagi mengekspresikan molekul MHC
(CD8)22-28.
Pada banyak penelitian terbukti bahwa sebagian besar sel efektor yang
berperan dalam mekanisme anti tumor adalah sel T CD8, yang secara fenotip dan
fungsional identik dengan CTL yang berperan dalam pembunuhan sel yang
terinfeksi virus atau sel alogenik. CTL dapat melakukan fungsi survaillance
peptida yang berasal dari protein seluler mutant atau protein virus onkogenik yang
jaringan tumor (Tumor Infiltrating Lymphocyte = TIL) juga mengandung sel CTL
yang memiliki kemampuan melisiskan sel tumor. Walaupun respon CTL mungkin
CD4+ pada umumnya tidak bersifat sitotoksik bagi tumor, tetapi sel-sel itu dapat
diperlukan untuk perkembangan sel-sel CTL menjadi sel efektor. Di samping itu
16
sel T CD4+ yang diaktifasi oleh antigen tumor dapat mensekresi TNF dan IFN
yang mampu meningkatkan ekspresi molekul MHC kelas I dan sensitivitas tumor
terhadap lisis oleh sel CTL (Gambar 1). Beberapa tumor yang antigennya
spesifik tumor secara langsung, yang lebih sering terjadi adalah bahwa APC
memproses dan menampilkan protein yang berasal dari se-sel tumor yang mati
kepada sel T CD4+, sehingga terjadi aktifasi sel-sel tersebut. Proses sitolitik CTLs
Granzym, ada beberapa langkah proses sitolitik CTLs terhadap sel target (Gambar
2) 22-28.
17
Gambar 2. Tahapan sitolitik sel target oleh CTLs 16.
(Dimodifikasi dari : Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology.
Philadelphia: WB Saunders Co. 1997 : 279)
2.2.5. Apoptosis
cell death. Sekali terjadi aktivasi akan menyebabkan reaksi enzymatik intraseluler.
Enzym, protein, dan DNA akan terurai, dan tidak ada komponen intraseluler yang
Oxide. Menurut jenis triger dan tipe selnya, ada banyak jalur signal untuk
mengaktifasi apoptosis (Gambar 3). Yang akan kami sebutkan disini adalah
apoptosis yang diinduksi oleh CTL dan sel-NK yang diinduksi baik oleh
18
nonsecretory induced, ligand-induced, dan secretory induced dengan granzyme
Fas
Transcription
Perforin Target
Permeabilization FADD
Nuclear Damage
DNA fragmentation
Control of Chromatin condensation
FLICE Caspase PARP cleavage
Aktivation Lamin cleavage
Granzymes
Membran
Recycling Apoptotic death
ACTIVE Membrane PS flip
CASPASES Cytoplasmic Mitochondrial drop
Membrane blebbing
Apoptotic
LYSIS
Death Pathway
Kerusakan DNA dipicu oleh enzym caspase aktif, di mana caspase ini merupakan
suatu molekul protein 10 dan 20 kD berupa protease cystein. Saat ini sudah
dikenal ± 12 jenis caspase. Protein target dari caspase ini adalah protein DNA
19
Enzyme) yang berikatan oleh FADD (Fas-Associated Death Domain), pada
melalui reseptor CD95/Fas terjadi bila kontak dengan Fas ligand. Fas ligand ini
bisa berasal dari ekspresi protein antigen dari CTL, sitokin TNF, ataupun
metabolit ligand pada Fas reseptor seperti polyphenol yang terkandung dalam
Aktifasi secretory induce caspase dilakukan oleh CTL dan sel-NK oleh
enzym famili dari serine protease yang bernama granzyme sebagai senjata dari
dan M. 16
dengan melihat apoptotic body yang ada. Apoptotic body secara mikroskopik
dengan pengecatan HE akan tampak sebagai sel tunggal bulat dengan gambaran
body terpisah dari sel-sel sekitarnya yang intak dengan gambaran halo yang jelas.
27
20
(CD 95)
Gambar-4. Jalur Apoptosis Sel Target yang dipengaruhi oleh reseptor CD95/Fas 16
membantu individu untuk melawan stress tersebut. Respon terhadap stress yang
sitokin sel-sel imun. Reseptor adrenergik mengikat epinefrin dan norepinefrin dan
21
hormon-hormon glukokortikoid sedangkan katekolamin dapat mengacaukan
pengaturan fungsi imun. Sekarang terdapat banyak bukti baik dari penelitian
hewan maupun manusia bahwa kekacauan sistem imun yang diakibatkan stress
Bidang ini memfokuskan interaksi sistem saraf pusat (SSP), sistem endokrin dan
sistem imun dan pengaruhnya terhadap kesehatan. Modulasi respon imun di SSP
komunikasi dua arah antara saraf, endokrin dan sistem imun. Dua jalur utama
sekresi kortisol dan adrenalin dari korteks dan medula adrenal. Juga berpengaruh
pembuluh darah dan organ lymfoid. Efek sistemik dari glukokortikoid dan
katekolamin ini mempengaruhi pengaturan sitokin tipe 1 dan tipe 2. Stresss akan
22
Gambar 5. Mekanisme yang terjadi pada stress dan sistem imun 7
(Diambil dari : Elemkov IJ and Chrousos GP. Stress hormones, Th1/th2 patterns, Pro/Anti-
mengkoordinasikan respon melalui saraf dan hormon. Bagian emosi di otak juga
mengendalikan sekresi hormon dari glandula hypofise dan jaringan lain seperti
hipofise anterior. ACTH akan masuk dalam sirkulasi untuk mencapai glandula
23
Glucocrticoid). Glukokortikoid akan mempengaruhi fungsi kardiovaskuler dan
ginjal, metabolisme dan bersama-sama dengan sistem saraf mengatur respon kita
terhadap lingkungan. Sebagai salah satu “core stress response”, produksi hormon
tantangan yang terjadi tiba-tiba. Akan tetapi bila aktivasi ini berjalan kronis justru
akan menyebabkan efek yang buruk pada kesehatan dan memperberat penyakit
yang sudah ada. Sejak tahun 1940 dan 1950an, hormon glukokortikoid banyak
digunakan secara klinis karena efek yang sangat kuat dan tak terpisahkan sebagai
sel imunitas secara luas. Hormon ini dapat mengatur ekspresi sitokin, ekspresi
korteks adrenal, aktivasi HPA axis juga akan meningkatkan produksi katekolamin
nordrenalin dan adrenalin. Pada manusia, 80% katekolamin yang dikeluarkan dari
simpatis secara langsung di dekat jaringan target. Apabila diaktivasi secara akut,
24
sistem katekolaminergik akan memperkuat tubuh dalam menghadapi tantangan
untuk lari atau menghadapi tantangan dengan meningkatkan denyut jantung dan
meningkatkan aliran darah ke otot-otot skelet. Bila aktivasi SAM ini berlangsung
kronis maka akan terjadi disregulasi sistem imun. Hubungan dari sistem saraf
saraf simpatis berjalan dari SSP menuju organ-organ limfoid baik primer maupun
sekunder.34
Echinacea berasal dari kata Yunani yaitu echinos, yang memiliki arti
hedgehog atau landak (bulu landak) karena bentuk bunganya yang tajam-tajam.
Nama umum lain yang sering dipakai adalah Black Samson, Cock Up Hat, Comb
Sonnenhutkraut (Jerman)39,40,65.
Asteraceae atau Composita. Tinggi tanaman mencapai ukuran 10-60 cm, tahan
digunakan suku Indian untuk mengobati demam dan infeksi pernafasan, bahkan
25
oleh beberapa kelompok suku digunakan untuk mengobati penyakit kelamin.
Pasta yang dibuat dari seluruh tumbuhan Echinacea digunakan juga secara topikal
untuk mengobati luka gigitan ular, sengatan serangga, luka bakar dan
spesies yang paling sering digunakan di bidang pengobatan, namun ada enam
manusia dan hewan, sediaan diberikan secara oral atau parenteral untuk
26
antiinflamasi, antibakterial yang secara terus-menerus dilaporkan pada percobaan-
Echinacea dapat meningkatkan julmlah sel darah putih dan meningkatkan daya
tahan tubuh, merangsang sel-sel killer dan menunjukkan aktivitas antiviral 52,53.
Pada percobaan manusia dan hewan, sediaan diberikan secara oral atau
yang lain, jumlah sel-sel darah putih meningkat, fagositosis granulosit manusia
aktivitas antiviral.39
inulin
4. Alkilamid : echinacein
27
6. Poliasetilen : germacrene sesquiterpene
phytosterol
Sampai saat ini belum ada konsensus yang secara meyakinkan bahan mana yang
polisakarida dengan berat 75.000 dalton dimana bahan tersebut dapat memacu
produksi sitokin tertentu (TNF- , IL-1, Interferon- ), makrofag dan memiliki sifat
dan Candida albicans. Terdapat sedikt efek peningkatan pada Limfosit B, namun
merupakan supresor terhadap sel NK. Sel NK sendiri merupakan pertahanan lini
reaksi inflamasi49,50.
28
Gambar 6. Pengaruh Echinacea terhadap makrofag.66
(Diambil dari : Echinacea : Macrophage activation by the polysaccharide
arabinogalactan isolated from plant cell cultures of Echinacea purpurea. J Natl
Cancer Inst. 1989; 81: 669-75)
meningkatkan produksi antibodi, jumlah dan aktivitas sel-sel darah putih sehingga
mencegah sakit51,54,55,56,57,58.
memacu proliferasi dari sumsum tulang, fagositosis dan motilitas dari makrofag,
untuk memproduksi TNF- , IL-1, IL-6 dan IL-10, peningkatan motilitas lekosit
29
serta aktivasi limfosit T secara non-spesifik. Bila ekstrak E. Purpurea
ditambahkan pada darah normal, AIDS dan CFS (Chronic Fatique Stress),
(ADCC) dan sel NK (Natural killer cell).Pada buku yang berjudul “The AIDS
paling tinggi di capai oleh spesies E. purpurea (tiga kali lipat), sedangkan E.
dapat menurunkan infeksi oleh Candida albicans sampai 80% dibanding kontrol.
Juga pada dosis letal dari infeksi Listeria monocytogenes, pemberian Echinacea
akan menurunkan jumlah bakteri baik pada hati maupun limpa sebesar 95%. Yang
selanjutnya pada hari ke 4 dan 6 setelah infeksi, semua tikus kontrol mati,
adesi dan kemotaksis dari sel PMN maupun monosit serta meningkatkan level
serum CRP49.
30
penelitian double blind terhadap 120 orang yang mendapat Echinacea dibanding
plasebo didapatkan bahwa hanya 40% yang menjadi common cold pada kelompok
mengalami sakit. Yang menarik dalam penelitian ini bahwa mereka yang benar-
benar menjadi sakit, perbaikan klinisnya lebih cepat pada kelompok yang
mendapatkan Echinacea 51 54 55
dan sumsum tulang pada mencit tua normal yang mendapatkan diet Echinacea
sel-sel NK ini paralel dengan peningkatan kapasitas antitumor dan fungsi litik53.
Para peneliti Jerman (suatu RCT double blind) meneliti 238 kasus
common cold. Pasien –pasien diberi Echinacea atau plasebo selama 7 sampai 9
hari dan ditanya beratnya gejala common cold menggunakan skala yang
berjumlah 10. Dokter juga memeriksa pasien di hari ke-4 dan ke-8. Pasien-pasien
yang menderita sakit dalam skala sedang pada awalnya menunjukkan perbaikan
sebesar 55% pada kelompok yang mendapat Echinacea dibandingkan 27% pada
kelompok plasebo. Pasien yang mendapat terapi lebih awal akan menunjukkan
perbaikan yang lebih cepat, pada umumnya pada hari ke-2, dilanjutkan sampai
31
akhir pengobatan. Semua perbaikan terlihat pada 3 hari pertama pada kelompok
yang mendapat Echinacea dan tidak ada efek serius yang dilaporkan 51 54 55
bahwa kandungan aktif echinacea yang meliputi cichroid acid, polisakarida dan
alkylamid yang diberikan dalam dosis bertingkat sebanyak 2 kali sehari selama 4
juga didapatkan peningkatan TNF- dan pelepasan Nitric Oxide (NO) makrofag
liennya.50
subyek yang di teliti dengan tes tempel (Patch test) didapatkan 2 subyek yang
efek toksik terhadap manusia. Dari 2,5 juta peresepan Echinacea di Jerman dan
Amerika tidak ditemukan efek samping yang berarti, kecuali reaksi alergi yang
Pada reaksi toksik yang akut pernah dilaporkan hanya pada pemberian
parenteral, sedangkan pemberian secara oral tidak pernah terjadi. Beberapa gejala
yang terjadi pada pemberian parenteral antara lain : menggigil, demam dan
32
kelemahan otot. Rasa tidak enak dan gangguan pengecap pada lidah juga pernah
dilaporkan49.
tikus, pemberian secara terus menerus selama 4 minggu tidak memberikan efek
toksik, bahkan bila dosis yang diberikan melebihi dosis yang dianjurkan. Namun
Interaksi dengan obat atau obat herbal lainnya hanya sedikit diketahui.
selama masa hamil dan 112 diantaranya mengkonsumsi pada trimester pertama
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap bayi-bayi yang
bahwa Echinacea aman digunakan pada ibu hamil dan penggunaan Echinacea
malformasi mayor48,60.
33
Meskipun sekolah farmasi di Richmond, Virginia sudah menyatakan
bahwa echinacea aman, namun para peneliti dalam edisi Pharmacotherapy pada
bulan Juni 2000 menegaskan lagi bahwa echinacea aman untuk digunakan.
dan keamanan echinacea. Para peneliti Jerman meneliti 238 kasus common cold.
Pasien-pasien diberi echinacea atau plasebo selama 7 sampai 9 hari dan ditanya
beratnya gejala common cold menggunakan skala yang berjumlah 10. Dokter juga
memeriksa pasien di hari ke-4 dan ke-8. Pasien-pasien yang menderita sakit dalam
skala sedang pada awalnya menunjukkan perbaikan sebesar 55% pada kelompok
yang mendapat terapi lebih awal akan menunjukkan perbaikan yang lebih cepat,
pada umumnya pada hari ke-2, dilanjutkan sampai akhir pengobatan. Semua
perbaikan terlihat pada 3 hari pertama pada kelompok yang mendapat echinacea
dan tidak ada efek serius yang dilaporkan. Para peneliti menyimpulkan bahwa
selama masa hamil dan 112 diantaranya mengkonsumsi pada trimester pertama
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap bayi-bayi yang
34
dilahirkan dalam hal kelainan kongenital. Penelitian prospektif ini menyimpulkan
bahwa echinacea aman digunakan pada ibu hamil dan penggunaan echinacea pada
mayor.48,60
2.4.4. Dosis
Tidak ada dosis yang telah distandarisasi karena preparat echinacea terdiri
kandungan tidak larut dalam air. Dosis untuk berbagai jenis sediaan tersebut
adalah :
35
BAB 3
IL-4
IL-5
Echinacea sp IL-6
Sel T-helper CD4 IL-10
IL-13
Makrofag
IFN-
TNF-
IL-2
FAS
Receptor
Degradasi enzymatic nukleoprotein
Sel adenokarsinoma mamma
FADD
Caspase 3
FLICE
Aktivasi caspase
8 dan 10 Apoptosis
36
3.3. Hipotesis
1. Kadar TNF- makrofag mencit C3H kanker payudara yang diberi stres
2. Indeks Apoptosis mencit C3H kanker payudara yang diberi stres dan
echinacea sp
tumor.
37
BAB 4
METODE PENELITIAN
pendekatan The Post Test – Only Control Group Design yang menggunakan
berikut:
- Dikeluarkan
Inokulasi
Sel tumor
K †
Tikus
+
P1 †
3-4 hari
P2 †
Random
Alokasi
38
Keterangan:
X = Aklimatisasi Tikus
R = Randomisasi
K = Kelompok kontrol
P = Kelompok perlakuan (P1, P2)
OK = Pengamatan pada kelompok kontrol
OP = Pengamatan pada kelompok perlakuan (OP1, OP2)
RL = Renjatan listrik
E = Echinace
† = Mencit dibunuh
dengan berat badan 20-30 gram setelah aklimatisasi dan tidak ada
semua inokulasi tumor berhasil, dan tidak terdapat mencit yang sakit.
Kelompok K : 6 mencit
Kelompok P1 : 6 mencit
Kelompok P2 : 6 mencit.
4.2.2. Sampel
Hewan coba adalah mencit strain C3H yang diperoleh dari Laboratorium
39
Kriteria Inklusi:
a. Mencit betina
b. Strain C3H
Kriteria Eksklusi:
aktif)
makan dan minum secara ad libitum. Untuk menghindari bias terhadap berat
40
4.3.2. Variabel tergantung:
41
Pemilihan stressor berupa renjatan listrik pada alas kaki dengan
berjalan cepat dan pemulihan setelah renjatan tidak ada efek ikutan.
ke-4, mencapai puncak pada hari ke-7 dan mulai menurun pada hari
dari tiap preparat, dalam satu blok parafin. Kemudian diambil rata-rata
bawah dimulai dari kiri lagi. Bila ada daerah nekrosis atau epitel
42
kelenjar dihindari. Pengukuran dilakukan oleh 2 orang yaitu peneliti
Mencit betina strain C3H dengan umur 3 bulan, dan berat 20 - 30 gram.
Universitas Indonesia .
Sebelum ditransplantasikan, tumor dari mencit donor akan diincisi biopsi dan
o Alkohol 70 %
o Es batu
o Mencit resipien
o Peritoneal Exudate Cells (PEC) dan hepar dari mencit betina strain C3H
(hewan percobaan).
o RPMI 1640.
43
o Tripan Blue.
o Antibiotika Penicillin-Streptomicyn.
o Aquadest steril.
o Xylol.
44
4.6. Prosedur pengumpulan data
18 ekor mencit betina strain C3H dengan umur 3 bulan, dan berat 20 - 30
18 ekor mencit yang telah terpapar kanker tersebut kemudian dibagi menjadi 3
dilakukan injeksi Foetal Bovine Serum (FBS) 0,3cc secara i.p. 3 hari
stressor renjatan listrik menggunakan electric foot shock, pada hari ke-8
dilakukan injeksi Foetal Bovine Serum (FBS) 0,3cc secara i.p. 3 hari
electric foot shock juga mendapatkan ekstrak Echinacea sp, pada hari
dilakukan injeksi Foetal Bovine Serum (FBS) 0,3cc secara i.p. 3 hari
45
4.7. Alur kerja
3–4
hari
Randomisas
i
46
3. Tumor diletakkan di cawan petri kecil yang telah terlebih dahulu dicuci
yang masih baik yaitu bagian yang tanpa nekrosis (biasanya di daerah tepi
tumor paling sedikit 1 ml dan taruh dicawan petri kecil lainnya. Bersihkan
tumor.
5. Bubur tumor disuntikkan subkutan aksila kanan mencit dengan dosis 0,2
ml.
6. Sisa tumor yang padat dimasukkan ke dalam botol formalin untuk dibuat
sediaan mikroskopik.
47
2. Suntikkan 10 ml medium RPMI dingin yang mengandung 2% FBS ke
perlahan.
organ dalam dengan 2 jari, cairan diaspirasi dengan spuit injeksi, dipilih
bagian yang tidak berlemak dan jauh dari usus. Aspirat yang didapat
a. Aspirat yang didapat kemudian disentrifus pada 400g, 4oC selama 10’.
FBS.
48
4.8.3. Prosedur pemeriksaan TNF- makrofag
15 menit.
kedua dan seterusnya. Pada sumuran yang terakhir larutan dibuang. Semua
secara duplo.
sumuran blangko.
7. Tutup dengan plate cover dan diinkubasikan dalam suhu ruangan (180C –
250C) selama 2 jam diatas microplate shaker dengan kecepatan 200 rpm.
49
9. Tambahkan 50 l larutan Streptavidin-HRP ke semua sumuran termasuk
sumuran blangko.
10. Tutup dengan plate cover dan diinkubasikan dalam suhu ruangan (180C –
250C) selama 1 jam diatas microplate shaker dengan kecepatan 200 rpm.
13. Tutup dengan plate cover dan diinkubasikan dalam suhu ruangan (180C –
14. Stop reaksi enzym dengan menambahkan 100l stop solution dalam tiap
sumuran.
a. Fiksasi
50
b. Dehidrasi
c. Impregnasi
d. Embedding .
Jaringan ditanam dalam paraffin padat yang mempunyai titik lebur 56-
7. Air 1 menit
51
8. Mayer HE 7,5 menit
Setelah data terkumpul,data hasil penelitian diolah dan disajikan dalam bentuk
tabel dan boxplot. Untuk mengetahui normalitas data dilakukan uji normalitas
dilakukan uji One Way Anova untuk melihat adanya perbedaan pada ketiga
dianalisis lebih lanjut dengan Post Hoc Test Bonferoni. Untuk melihat adanya
10.05 for windows. Nilai signifikansi pada penelitian ini adalah apabila
Implikasi etik pada hewan, pengelolaan binatang coba pada penelitian ini
mengikuti animal ethics. Hal yang perlu dilaksanakan sesuai dengan etik antara
lain perawatan dalam kandang, pemberian makan minum (ad libitum), aliran
udara dalam ruang kandang, perlakuan saat penelitian, menghilangkan rasa sakit,
52
BAB 5
HASIL
(12,034 ± 0,27) pn/ml dan perlakuan 1 (P1) (11,384 ± 0,18) pn/ml, dan
53
Boxplot kadar TNF- dapat dilihat pada gambar berikut :
12.6
12.4
12.2
12.0
11.8
11.6
11.4
Kadar TNF
11.2
11.0
N= 6 6 6
kontrol P1 P2
Klpk perlakuan
54
± 0,65) % dan perlakuan 2 (P2) (9,38 ± 0,25) %. Sedangkan antara
11
10
8
Indeks apoptosis
5
N= 6 6 6
kontrol P1 P2
Klpk perlakuan
dengan uji One way ANOVA . Pada eksplorasi data, untuk uji normalitas
data digunakan uji Shapiro Wilk, didapatkan hasil data berdistribusi normal
( p > 0,005 ).
Pada penelitian ini uji homogenitas varian dapat dilihat dari output
Levene’s test . Nilai p pada Levene’s test didapatkan hasil lebih besar dari
55
0,05. Ini menunjukkan nilai varian data TNF- dan indeks apoptosis pada
untuk uji beda semua kelompoknya menggunakan One way ANOVA. Uji
Dari tabel uji homogenitas diketahui bahwa data pada variabel kadar
P=0,001 P=0,020
P=0,375
Gambar-9. Hasil Post Hoc test kadar TNF- dengan uji Bonferroni.
56
P<0,001 P<0,001
P=0,077
12,000 10,033
9,383
10,000
8,000 6,923
6,000
4,000
2,000
0
Kontrol P1 P2
Bonferroni .
Indeks
apoptosis Kadar TNF
Indeks apoptosis Pearson Correlation 1,000 ,695
Sig. (2-tailed) , ,001
N 18 18
Kadar TNF Pearson Correlation ,695 1,000
Sig. (2-tailed) ,001 ,
N 18 18
57
BAB 6
PEMBAHASAN
Dari 18 ekor tikus dalam penelitian, ternyata tidak ada satu pun dari ketiga
kelompok perlakuan yang mengalami drop out. Pada kelompok mencit dengan
kanker payudara yang mengalami stress (P1), terdapat penurunan kadar TNF-
Penurunan kadar TNF- pada kelompok P1 ini disebabkan karena stres yang
diberikan pada kelompok ini. Adanya stres ini akan berpengaruh terhadap
imunitas tubuh melalui stimulasi sekresi kortisol dan adrenalin dari korteks dan
postganglion simpatik terminal saraf di pembuluh darah dan organ limfoid. Efek
sitokin. Stres akan menurunkan produksi sitokin yang dibutuhkan dalam respon
imunitas seluler7. Pada saat disekresikan kortisol dan adrenalin akan terjadi
hambatan ekspresi IL-2, IFN- , di mana IFN- sangat penting untuk stimulasi sel-
sel efektor sistem imun seluler seperti Makrofag. Pada saat mendapatkan stres,
maupun APC menurun. Bila makrofag mengalami anergi, maka ekspresi TNF-
58
Hambatan
.
Pergeseran
diberikan akan mengaktifasi makrofag dan meningkatkan TNF- , IFN- , dan IL-
12 yang penting untuk aktifitas imunitas seluler. hal ini membuktikan bahwa
59
karena imunostimulator Echinacea sp yang diberikan akan mengaktifasi makrofag
sehingga makrofag yang ada, baik sebagai APC maupun sebagai efektor akan aktif
stimulasi
pergeseran
stimulasi
pada mencit C3H dengan kanker payudara, didapat bahwa indeks apoptosis
TNF, di mana TNF dapat menginduksi apoptosis sel tumor melalui reseptor FAS.
Pada kelompok perlakuan 2 (P2) di mana pada kelompok ini selain diberi stres
60
apoptosis namun tidak bermakna bila dibandingkan kelompok kontrol.
indeks apoptosis.
Apoptosis yang terjadi pada sel tumor disebabkan oleh aktivasi caspase
kontak dengan Fas ligand. Fas ligand ini bisa berasal dari ekspresi protein
dengan koefisien korelasi sebesar 0,695, hal ini disebabkan inisiasi apoptosis
akan mengaktifasi makrofag dan meningkatkan TNF- , IFN- , dan IL-12 yang
Pada salah satu penelitian pada tikus, pemberian ekstrak Echinacea akan
limfosit. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, bahwa terjadi peningkatan sebukan
limfosit di sekitar sel kanker. Sedangkan efek pada sel kanker sendiri, pada
61
penelitian yang sama didapat juga peningkatan dari kemampuan CTL, dimana
bahwa kandungan aktif echinacea yang meliputi cichroid acid, polisakarida dan
alkylamid yang diberikan dalam dosis bertingkat sebanyak 2 kali sehari selama 4
itu juga didapatkan peningkatan TNF- dan pelepasan Nitric Oxide (NO)
liennya.50
62
BAB 7
Simpulan
3. Ada korelasi positif kuat antara ekspressi TNF- dengan indeks apoptosis
Saran
indeks apoptosis pada mencit C3H dengan adenokarsinoma dan stres, maka perlu
63
DAFTAR PUSTAKA
6. Nambiar. Breast cancer in Singapore. The 10th Asia Pasific cancer conference.
1st ed. IAP. Beijing.1991.
10. Virginia KL, Colin AP, Raman Q, Edwin DS. Breast cancer. In: Philip R,
Sandra M, Raman Q, editors. Clinical oncology. 7th ed. Philadelphia: WB
Saunders Company, 1993: 187-94
11. Tomita M, Irwin KI, Xie ZJ, Santoro TJ. Tea Pigments Inhibit the Production
of type 1 (T(H1)) and Type 2 (T(H2)) helper T cell cytokines in CD4(+) T
Cells. Medical College of Ohio ,Glendale avenue.Toledo;2002 ; 16(1) : 36–42.
13. Contran RS, Kumar V, Robbins SL. Robin Pathologic basis of Disease. 5th ed.
Philadelpia : WB Saunders, 1994
64
14. Dickson R B., Lippman M E. Cancer Of The Breast. Cancer: Principles &
Practice of Oncology, Vincent T. DeVita, Jr. M.D., Samuel Hellman,
M.D., Steven A. Rosenberg, M.D. Ph.D. Eds; 5th Ed. Lippincott-Raven
Publishers, Philadelphia 1997, 36 : 1541-1616
15. Stites DP, Terr Abba I, Parslow TP, .Medical Immunology, 9th ed, Stamford
Connecticut, USA: Appleton & Lange, 1997
16. Abbas A, Lichtman Ah, Pober JS. Cellular and Molecular Immunology. 3rd
ed. Philadelphia : WB Saunders, 1997 : 90-2,161,165-8,220-1,258-9,266-
7,269,279-80,290-5,383-405.
19. Junqueira LC, Arneiro j, Kelley RO. Basic Histology. 8th ed. Prentice Hall
International inc London.1995 : 423-46.
20. Hayes Malcolm, MD. Reporting Pathology Specimen for Breast Cancer.
British Columbia Cancer Agency; Vancouver Canada. Available from : URL :
http://www.bccancer.bc.ca/NR/rdonlyres/enyptzz527vtdpy2qov5ngwe5wdre7vp
r6nss5lmr2ohyqmpbyg32zgi25y4kqcyysnukvreieo7pk/PathologychecklistBREA
STREPORTING4.doc
21. Cardiff Robert G, MD., Jensen Roy A, MD. Histological Grading of Breast
Cancer. Available from : URL :
http://ccm.ucdavis.edu/bcancercd/311/grading_diagram.html
22. Roitt IM, 1988. Essentiale Immunology, 6th ed. Blackwell sci. publ. London
23. Goodman JW. The Immune Response, in Basic and Clinical Immunologi. 8th
ed. Stites DP, Terr A I eds.,Prentice-Hall Int.Inc.,USA..
24. Ladish H, Baltimore D, Berk A, Zipursky S.Lawrence, Matsudaira P, Darnell
J. Molecular Cell Biology. 3rd ed. New York: Scientific American Books;
1996. p. 886–98,1247–70.
65
27. Soini Y, Paakko P, Lehto V. Histopathological evaluation of apoptosis in
cancer. Am J Pathol 1998;153:1041-53. Available from:
URL: http://www.ajp.amjpathol.org/cgi/content/full/153/4/1041?
29. Padgett DA, Glaser R. How Stress influences the immune response. TRENDS
in immunology August 2003; 24(8): 444-8
31. Sanders VM and Kohm AP. Sympathetic nervous system interaction with the
immune system. Int Rev Neurobiol 2002; 52: 17–41
66
42. Block KI, Mead MN .Immune system effects ofechinacea, ginseng, and
astragalus :A review.Integr cancer Ther 2003;2:247-67
48. Anonim. Cancer and the immune system : The vital connection.
http://www.cancerresearch.org/immunology/oncogen. Diakses tanggal 14 Mei
2007
49. Fiebert SG, Kamper KJ. Echinacea (E. angustifolia, E. pallida, and E.
purpurea), http://www.mcp.edu/herbal/default.htm. Diakses tanggal 28 Mei
2007
51. Giles JT, Palat CT, Susan CH, Chang ZG, Kennedy DT. Evaluation of
Echinacea for Treatment of the Common Cold. Pharmacotherapy, 2000;
20(6):690-7
52. Bratman S, Kroll D. Natural Health Bible. Prima Publishing. 1999: 179-81.
53. Currier NL, Miller SC. Natural Killer cells from aging mice treated with
extracts from echinacea purpurea are quantitatively and functionally
rejuvenated. Exp Gerontil. 2000 Aug;35(5): 627-39.
67
the treatment of the common cold (acute viral respiratory tract infection):
results of a randomised, double blind, placebo controlled, multicentre study.
Curr Med Res Opin. 1999; 15(3): 214-27.
58. Collins E, Berkoff N. Everything You Need to Know About Echinacea and
Immunity. Roseville, CA:Prima Publishing;1999:85-6
60. World Health Organization. Research guidelines for evaluating the safety and
efficacy of herbal medicines. 1993: 44.
61. Aihara M, Scardinon PT, Truong LD, Wheeler TM, Goad JR, Yang G. The
frequency of apoptosis corellates with the prognosis of gleason grade 3
adenocarcinoma of the prostate. J Cancer 1995;75(2):523-9.
62. Elyana Asnar. Peran perubahan limfosit penghasil sitokin dan peptida
motilitas usus terhadap modulasi respon imun mukosal tikus yang stress akibat
stressor renjatan listrik. Suatu pendekatan psikoneuroimunologi.
(Disertasi).Program Pasca Sarjana Unair.2001
63. Chandra Budiman. Pengantar Statistik Kesehatan. Jakarta: EGC, 1995: 1-96.
64. Munro BH. Selected Non Parametric Techniques. In: Munro BH ed.
Stasistical Methods for health Care Research. Philadelphia: Lippincott-Raven
Publisher, 1997: 99-121.
65. Sara G-Fiebert, Kathi J. Kamper, Echinacea (E. angustifolia, E. pallida, and E.
purpurea), http://www.mcp.edu/herbaldefault.htm. Diakses tanggal 28 Mei
2007
66. Luettig B. Macrophage activation by the polysaccharide arabinogalactan
isolated from plant cell cultures of Echinacea purpurea. J Natl Cancer Inst.
1989; 81: 669-75
68
Lampiran
69
Tanda panah : Apoptotic Bodies (Inti basofilik dengan halo disekitarnya)
70
Tanda panah : Apopotic body dengan inti yang fragmented
71
Mouse TNF- ELISA ( BMS607/2and BMS607/2TEN) dengan nilai
absorbance 450 nm
Di produksi oleh Bender MedSystems , Inc 849 Hinckley Road Burlingame,
CA94010,USA.
72
Explore
Klpk perlakuan
Cases
Valid Missing Total
Klpk perlakuan N Percent N Percent N Percent
Indeks apoptosis kontrol 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
P1 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
P2 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
Kadar TNF kontrol 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
P1 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
P2 6 100,0% 0 ,0% 6 100,0%
Tests of Normality
a
Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Klpk perlakuan Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Indeks apoptosis kontrol ,238 6 ,200* ,902 6 ,400
P1 ,209 6 ,200* ,863 6 ,246
P2 ,153 6 ,200* ,956 6 ,746
Kadar TNF kontrol ,299 6 ,100 ,845 6 ,177
P1 ,209 6 ,200* ,893 6 ,366
P2 ,180 6 ,200* ,969 6 ,860
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
73
Descriptives
Indeks apoptosis
74
11
10
8
Indeks apoptosis
5
N= 6 6 6
kontrol P1 P2
Klpk perlakuan
Kadar TNF
12,6
12,4
12,2
12,0
11,8
11,6
11,4
Kadar TNF
11,2
11,0
N= 6 6 6
kontrol P1 P2
Klpk perlakuan
Oneway
75
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
Indeks apoptosis 2,912 2 15 ,085
Kadar TNF ,637 2 15 ,543
ANOVA
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Indeks apoptosis Between Groups 32,292 2 16,146 78,233 ,000
Within Groups 3,096 15 ,206
Total 35,388 17
Kadar TNF Between Groups 1,310 2 ,655 11,777 ,001
Within Groups ,834 15 5,560E-02
Total 2,144 17
Multiple Comparisons
Mean
Dependent (I) Klpk (J) Klpk Difference Std. 95% Confidence Interval
Variable perlakuan perlakuan (I-J) Error Sig. Lower Bound Upper Bound
Indeks Bonferroni kontrol P1 3,1100* ,2623 ,000 2,4035 3,8165
apoptosis P2 ,6500 ,2623 ,077 -5,6538E-02 1,3565
P1 kontrol -3,1100* ,2623 ,000 -3,8165 -2,4035
P2 -2,4600* ,2623 ,000 -3,1665 -1,7535
P2 kontrol -,6500 ,2623 ,077 -1,3565 5,654E-02
P1 2,4600* ,2623 ,000 1,7535 3,1665
Tamhane kontrol P1 3,1100* ,2623 ,000 2,1937 4,0263
P2 ,6500* ,2623 ,019 ,1120 1,1880
P1 kontrol -3,1100* ,2623 ,000 -4,0263 -2,1937
P2 -2,4600* ,2623 ,000 -3,3645 -1,5555
P2 kontrol -,6500* ,2623 ,019 -1,1880 -,1120
P1 2,4600* ,2623 ,000 1,5555 3,3645
Kadar TNF Bonferroni kontrol P1 ,6498* ,1361 ,001 ,2830 1,0165
P2 ,2211 ,1361 ,375 -,1456 ,5879
P1 kontrol -,6498* ,1361 ,001 -1,0165 -,2830
P2 -,4286* ,1361 ,020 -,7953 -6,1895E-02
P2 kontrol -,2211 ,1361 ,375 -,5879 ,1456
P1 ,4286* ,1361 ,020 6,190E-02 ,7953
Tamhane kontrol P1 ,6498* ,1361 ,003 ,2591 1,0405
P2 ,2211 ,1361 ,441 -,2138 ,6561
P1 kontrol -,6498* ,1361 ,003 -1,0405 -,2591
P2 -,4286* ,1361 ,022 -,7927 -6,4569E-02
P2 kontrol -,2211 ,1361 ,441 -,6561 ,2138
P1 ,4286* ,1361 ,022 6,457E-02 ,7927
*. The mean difference is significant at the .05 level.
Correlations
76
Correlations
Indeks
apoptosis Kadar TNF
Indeks apoptosis Pearson Correlation 1,000 ,695
Sig. (2-tailed) , ,001
N 18 18
Kadar TNF Pearson Correlation ,695 1,000
Sig. (2-tailed) ,001 ,
N 18 18
77