Analisis Berita Bertema Kemiskinan
Analisis Berita Bertema Kemiskinan
Analisis Berita Bertema Kemiskinan
Disusun oleh:
Nama : Faula Ainun Nafisah
Nim : 1950210230
Kelas : Mbs-F
"Maka saya berharap imbauan yang kami keluarkan pada bulan Februari-Maret
kemarin untuk menerbitkan atau menempelkan data kemiskinan di kantor desa masing-
masing. Ini upaya kami untuk tidak ada lagi yang bertanya langsung kepada kami,"
kata dia.
Menurut dia, data yang salah akan mengakibatkan dana yang dikucurkan oleh
pemerintah pusat menjadi tidak tepat sasaran. Berdasarkan data tahun 2018, di Jawa
Tengah masih ada sekitar 40 persen yang tidak tepat sasaran.
Oleh karena itu, simpul dia, data yang semula salah perlu diubah sehingga bisa masuk
ke basis data terpadu. Jika hal itu bisa diubah, dia optimistis apa yang disosialisasikan
selama ini dapat menanggulangi kemiskinan secara signifikan.
Kendati demikian, dia mengakui jika masih banyak kabupaten yang belum
mengalokasikan anggaran bagi para pendamping yang melakukan pemuktakhiran basis
data terpadu di desa-desa. Padahal, data itu yang akan diusulkan ke Kementerian
Sosial.
"Dari bawah, data itu diusulkan ke Kementerian Sosial. Nah, permasalahannya, mereka
enggak ada anggarannya. banyak kabupaten yang belum menganggarkan dan
menfasilitasi, sehingga teman-teman pendamping dari Kementerian Sosial tidak bisa
bekerja dengan baik," katanya.
Akan tetapi, dengan adanya Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal,
dan Transmigrasi No. 11/2019, dana desa boleh digunakan untuk kegiatan pendataan
data kemiskinan di desa masing-masing. Oleh karena itu, tidak ada lagi alasan kegiatan
verifikasi dan validasi data kemiskinan tidak dapat dilaksanakan karena tidak adanya
anggaran.
Sementara saat memberi sambutan dalam rapat koordinasi, Bupati Banyumas Achmad
Husein mengatakan pada periode pertama kepemimpinannya, yakni tahun 2013-2018,
angka kemiskinan di Kabupaten Banyumas turun dari 18 persen menjadi 13,5.
Sumber: www.solopos.com
II. Teori Kemiskinan
A. Pengertian kemiskinan
B. Teori Kemiskinan
Teori-teori kemiskinan pada umumnya bermuara pada dua paradigma besar yang juga
berpengaruh pada pemahaman mengenai kemiskinan dan penanggulangan kemiskinan.
Dua paradigma ini memiliki perbedaan yang sangat jelas terutama dalam melihat
kemiskinan maupun dalam memberikan solusi penyelesaian masalah kemiskinan.
Paradigma yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Paradigma Neo-Liberal Pada paradigma ini individu dan mekanisme pasar bebas
menjadi fokus utama dalam melihat kemiskinan (Syahyuti, 2006: 95). Pendekatan ini
menempatkan kebebasan individu sebagai komponen penting dalam suatu masyarakat.
Oleh karena itu dalam melihat kemiskinan, pendekatan ini memberikan penjelasan
bahwa kemiskinan merupakan persoalan individu yang merupakan akibat dari pilihan-
pilihan individu. Bagi pendekatan ini kekuatan pasar merupakan kunci utama untuk
menyelesaikan masalah kemiskinan. Hal ini dikarenakan kekuatan pasar yang diperluas
dan pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan menghapuskan kemiskinan. (Syahyuti,
2006: 95). Bagi pendekatan ini strategi penanggulangan kemiskinan bersifat sementara
dan peran negara sangat minimum. Peran negara baru dilakukan bila institusi-institusi di
masyarakat, seperti keluarga, kelompok-kelompok swadaya, maupun lembaga-lembaga
lainnya tidak mempu lagi menangani kemiskinan. Paradima neo-liberal ini digerakan
oleh Bank Dunia dan telah menjadi pendekatan yang digunakan oleh hampir semua
kajian mengenai kemiskinan. Teori-teori modernisasi yang menekankan pada
pertumbuhan ekonomi dan produksi merupakan dasar teori-teori dari paradigm ini
(Suharto, 2002). Salah satu indikatornya adalah pendapatan nasional (GNP), yang sejak
tahun 1950-an mulai dijadikan indikator pembangunan. Kelemahan paradigma ini
adalah terlalu memandang kemiskinan hanya melalui pendapatan dan kurang
melibatkan orang miskin sebagai subyek dalam permasalahan kemiskinan (Satterthwaite
(1997). Hal ini mengakibatkan bentukbentuk kemiskinan yang muncul dalam
masyarakat kurang mendapatkan perhatian. Bentuk-bentuk kemiskinan yang tidak dapat
ditangkap oleh paradigma ini terutama bentuk kemiskinan yang disebabkan oleh
dimensi sosial dalam masyarakat atau kelompok masyarakat. Akibatnya akar
permasalahan yang menjadi penyebab kemiskinan juga tidak dapat ditemukan. Namun
memang pendekatan income poverty ini lebih mudah dilihat dan dikaji karena langsung
dapat terukur, serta sasaran pada perbaikan ditingkat individu langsung dirasakan oleh
masyarakat miskin.
2. Paradigma Demokrasi-Sosial Paradigma ini tidak melihat kemiskinan sebagai
persoalan individu, melainkan lebih melihatnya sebagai persoalan structural (cheyne,
O’Brien dan Belgrave (1998:79). Ketidakadilan dan ketimpangan dalam masyarakatlah
yang mengakibatkan kemiskinan ada dalam masyarakat. Bagi pendekatan ini
tertutupnya akses-akses bagi kelompok tertentu menjadi penyebab terjadinya
kemiskinan. Pendekatan ini sangat mengkritik sistem pasar bebas, namun tidak
memandang sistem kapitalis sebagai sistem yang harus dihapuskan, karena masih
dipandang sebagai bentuk pengorganisasian ekonomi yang paling efektif. (cheyne,
O’Brien dan Belgrave (1998:79). Pendekatan ini juga menekankan pada kesetaraan
sebagai prasyarat penting dalam memperoleh kemandirian dan kebebasan (Syahyuti,
2006 : 95). Kemandirian dan kebebasan ini akan tercapai jika setiap orang memiliki atau
mampu menjangkau sumber-sumber bagi potensi dirinya, seperti pendidikan, kesehatan
yang baik dan pendapatan yang cukup. Kebebasan disini bukan sekedar bebas dari
pengaruh luar namun bebas pula dalam menentukan pilihan-pilihan. Disini lah peran
negara diperlukan untuk bisa memberikan jaminan bagi setiap individu untuk dapat
berpartisipasi dalam transaksi-transaksi kemasyarakatan, dimana mereka dimungkinkan
untuk menentukan pilihan-pilihannya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Peran
negara dalam pendekatan ini cukup penting terutama dalam merumuskan strategi untuk
menanggulangi kemiskinan. Bagi pendekatan ini kemiskinan harus ditangani secara
institusional (melembaga), misalnya melalui program jaminan sosial. Salah satu
contohnya adalah pemberian tunjangan pendapatan atau dana pensiun, akan dapat
meningkatkan kebebasan, hal ini dikarenakan tersedianya penghasilan dasar sehingga
orang akan memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dan menentukan pilihan-
pilihannya, dan sebaliknya ketiadaan penghasilan dasar tersebut dapat menyebabkan
ketergantungan. Kelemahan teori ini adalah adanya ketergantungan yang tinggi pada
negara dalam membentuk struktur dan institusi untuk menanggulangi kemiskinan.
Padahal pencapaian pembentukan struktur dan institusi yang tepat dalam menangani
kemiskinan itu sendiri tergantung pada kapabilitas kelompok miskin. Penggunaan
kemiskinan relatif dalam pendekatan ini juga lebih menyulitkan dalam membentuk
kebutuhan standar yang diperlukan oleh kelompok miskin. Hal ini dikarenakan
kemiskinan tidak dilihat dari kebutuhan minimal yang harus dicapai tapi lebih pada rata-
rata kemampuan penduduk dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun demikian
pendekatan ini membuka dimensi lain dari penyebab kemiskinan yaitu pada struktur dan
institusi, yang telah menyebabkan tertutupnya akses bagi kelompok tertentu dalam
masyarakat. Sehingga melalui pendekatan ini dapat dilihat bahwa akar permasalahan
kemiskinan bukan hanya sekedar pada kemampuan individu tetapi bagaimana struktur
dan institusi dalam masyarakat memberikan jaminan bagi semua kelompok untuk
mendapatkan kesetaraan dalam mencapai kemandirian dan kebebasan.
C. ANALISIS
Sedangkan upaya yang dilakukn oleh bupati Banyumas Ia mengharapkan adanya kerja
sama semua pihak dalam menangani masalah kemiskinan di Kabupaten Banyumas
sehingga target tersebut dapat tercapai. Dengan hal tersebut dapat ketahui bahwa teori
yang dipakai berbeda dengan teori bapak wakil gubernur Jawa Tengah , yang
menggunakan teori Neo-liberal yang mana kerjasama semua pihak diajak untuk
menyelesaikan persoalan dan negara akan ikut berpartisipasi. Cara penanggulangan ini
lebih baik dari penanggulangan sebelumnya, yang mana akan membuat masyarakat
lebih peduli dengan sesama. Namun memiliki kelemahan terlalu memandang kemiskinan
hanya melalui pendapatan dan kurang melibatkan orang miskin sebagai subyek dalam
permasalahan kemiskinan
febriani, eny. strategi untuk peningkatan pendapatan rumah tangga petani miskin
di sperdesaan: studi kasus pada rumah tangga petani miskin di desa cisaat
kecamatan cicurug kabupaten sukabumi. Jakarta: Universitas indonesia,
2010.
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131538-T%2027584-Strategi%20untuk-
Tinjauan%20literatur.pdf
https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-kemiskinan-pengertian-definisi.html
https://jateng.suara.com/read/2019/10/14/074944/1080-persen-penduduk-jateng-
masih-miskin-ini-langkah-pemprov