Initial Asessment Dan Konsep Triage
Initial Asessment Dan Konsep Triage
Initial Asessment Dan Konsep Triage
P1337420920129
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
KATA PENGANTAR
evaluasi bridging Keperawatan Gadar. Selain itu penyusunan modul ini juga bertujuan untuk
Pada kesempatan ini penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena
itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada koordinator mata kuliah keperawatan
gadar Bapak M. Syamsul Arif. SN, S.Kep. M.Kes, bapak dosen yang telah mengampu
matakuliah keperawatan gadar serta teman-teman yang selalu mendukung saya untuk
menyelesaikan modul gadar ini.
Saya menyadari akan keterbatasan kemampuan saya, maka dari itu penulis
mengharapakan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak, sehingga penulis dapat
menghasilkan karya yang lebih baik di masa yang akan datang. Penulis berharap modul ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis pada khususnya dan semua pembaca pada umumnya.
September, 2020
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
MATERI
Penanganan Kegawatan pada Sistem Kardiovaskuler/ Cardiac Arest dan Aritmia Lethal
LATIHAN SOAL
KUNCI JAWABAN
DAFTAR PUSTAKA
INITIAL ASSESMENT DAN TRIAGE
A. PENGERTIAN
Initial assessment merupakan suatu bentuk penilaian awal kondisi
korban/pasien yang dilakukan secara cepat dan tepat, sehingga tim medis baik dokter
atau perawat yang melakukan initial assessment harus mempunyai kecakapan dan
ketrampilan khusus dalam menilai kondisi awal pasien tersebut.
Triage adalah suatu konsep pengkajian yang cepat dan terfokus dengan suatu
cara yang memungkinkan pemanfaatan sumber daya manusia, peralatan serta fasilitas
yang paling efisien dengan tujuan untuk memilih atau menggolongkan semua pasien
yang memerlukan pertolongan dan menetapkan prioritas penanganannya.
B. MANFAAT
Dengan melakukan intial assesment dan triage perawat akan mampu :
1. Menginisiasi atau melakukan intervensi yang cepat dan tepat kepada pasien
2. Menetapkan area yang paling tepat untuk dapat melaksanakan pengobatan
lanjutan
3. Memfasilitasi alur pasien melalui unit gawat darurat dalam proses
penanggulangan/pengobatan gawat darurat.
C. PRINSIP
1. Dilakukan segera dan tepat waktu
2. Pengkajian adekuat dan akurat
3. Keputusan dibuat berdasarkan pengkajian
4. Melakukan intervensi berdasarkan keakutan dari kondisi
5. Tercapainya kepuasan pasien
D. Klasifikasi Triage
1. Gawat, adalah suatu keadaan yang mengancam nyawa dan kecacatan yang
memerlukan penanganan dengan cepat dan tepat
2. Darurat, adalah suatu keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi memerlukan
penanganan cepat dan tepat seperti kegawatan
3. Gawat darurat, adalah suatu keadaan yang mengancam jiwa disebabkan oleh
gangguan ABC (Airway / jalan nafas, Breathing / pernafasan, Circulation /
sirkulasi), jika tidak ditolong segera maka dapat meninggal / cacat (Wijaya, 2010)
E. Alur Triage
1. Pasien datang diterima petugas / paramedis UGD.
2. Diruang triase dilakukan anamnese dan pemeriksaan singkat dan cepat untuk
menentukan derajat kegawatannya oleh perawat.
3. Bila jumlah penderita/korban yang ada lebih dari 50 orang, maka triase dapat
dilakukan di luar ruang triase (di depan gedung IGD).
4. Penderita dibedakan menurut kegawatnnya dengan memberi kode warna
a. Hijau (Minor) >> tidak gawat, tidak darurat, cedera ringan
b. Kuning (Delayed) >> gawat, tidak darurat, tidak mengancam jiwa
c. Merah (Immediate) >> gawat, darurat, dan mengancam jiwa
d. Hitam (Morgue) >> meninggal, atau sangat parah atau tidak ada harapan
hidup
5. Melokalisasi korban
6. Memindahkan korban dari daerah berbahaya ketempat yang aman
7. Memeriksa status kesehatan korban
8. Memberi pertolongan pertama, jika diperlukan
9. Memindahkan klien ke pos medis selanjutnya, jika diperlukan
F. MANJEMEN TRAUMA
1. Persiapan APD
a. Kacamata google
b. Masker
c. Apron
d. Handscoon
e. Sepatu boot
2. Melakukan pemeriksaan kesadaran
a. Lihat respon klien
b. Meminta bantuan
3. Melakukan pemeriksaan pada area cervikal
a. Pegang area kepala, leher, dan bahu
b. Jika terdapat trauma, melakukan fiksasi cervikal
4. Melakukan survei primer
a. Airway (Jalan Napas)
b. Breathing (Pernapasan)
c. Circulation (Sirkulasi)
d. Disability
e. Eksposure
5. Melakukan survei sekunder
G. Primary Survey
1. Airway
Pemeriksaan airway :
a. Pemeriksaan Look, Listen dan Feel
b. Jika ada snoring/ ngorok (lidah jatuh ke belakang, pasien tidak sadar)
lakukan jaw thrust/ chin lift dan pasang OPA (Oro Pharingeal Airway)
c. Jika ada gurgling/ kumur-kumur (ada cairan/ darah, pasien sadar atau
tidak sadar) lakukan finger swap/suction, pasang NPA (Nasal Pharingeal
Airway, log roll) >> lihat kondisi pasien
d. Jika ada stidor (penyempitan laring karena odem) lakukan neddle kriko
tiroidotomi
e. Jika tidak ada suara napas karena obstruksi total lakukan neddle kriko
tiroidotomi
f. Jika semua tindakan tidak berhasil maka lakukan Airway Definitif ALS
2. Breathing
Pemeriksaan breathing :
Melakukan Pemeriksaan fisik pada rongga dada (inspeksi, aulkutasi, perkusi,
palpasi) :
a. Inspeksi >> Frek napas, jejas ,luka robek, memar, ada sesak atau tidak,
retraksi dada
b. Aulkutasi >> Suara napas normal /vesikuler atau suara napas tambahan
seperti whezzing, atau ronchi
c. Perkusi >> Sonor, atau hipersonor, atau dulness
d. Palpasi >> Krepitasi, pergeseran tulang, ada tulang rusuk yang melayang
Tindakan yang dilakukan :
a. Oksigenasi :
- Nasal kanule 1-6 liter / mnt, untuk nyeri,kesakitan,lelah,pingsan
- NRM (Non Rebreathing Mask) 5-8 liter / mnt, untuk hiperventilasi,
napas cepat dangkal tracipneu
- RM (Rebreathing Mask) 8-12 liter / mnt, untuk hiperventilasi / RR >
30x/mnt
b. Ventilasi :
- Ventilasi bantuan/ rescue breath
- -Ventilator mekanik/ ventilator
Gangguan yang mengancam pada breathing dan menyebabkan kematian cepat:
a. Tension Pneumothorak, tindakan yang dilakukan neddle thorako sintesis
dekompresi dengan menggunakan IV cath no 14
b. Flail chest disertai contusio paru, bila ventilasi tidak adekuat dilakukan
assisted pemasangan ETT, kemudian pasang ventilator
c. Open pneumothorak, tindakan yang dilakukan dengan cara menutup luka
dengan khasa oklusif / plastik plester tiga sisi, kemudian dilakukan WSD
d. Massiv Hematothorak, tindakan yang dilakukan dengan WSD, kalau
masif lakukan thorakotomi
3. Circulation
Assesment : Gangguan perfusi
a. Akral dingin
b. Pucat(anemia)
c. Tachycardi
d. Gangguan kesadaran
e. Tachypneu
f. Hipotensi
g. Oliguria/anuria
Tindakan yang dilakukan :
a. Perbaikan volume, berikan cairan RL yang dihangatkan lewat infus
dengan tetesan cepat, kemudian ambil sampel darah
b. Kontrol perdarahan, hentikan perdarahan dengan balut tekan
c. Periksan tanda gejala adanya syok nonhemorragic
Jika sesak (+), dimungkinkan tension pneumothorak
Jika sesak (-), dimungkinkan tamponade jantung
Jika syok dengan bradikardi, kemungkinan cedera spinal (neurogenic
syok)
4. Disability
Pemeriksaan minineurologis dengan melakukan pemeriksaan pupil, GCS dan
tanda lateralisasi lainnya
5. Eksposure
Tindakan yang dilakukan adalah membuka pakaian yang basah dan
menutupinya dengan kain yang hangat untuk menghindari hipotermi,
kemudian melakukan pemeriksaan cedera lain yang mengancam nyawa. Bisa
dilakukan log roll bisa ada indikasi.
6. Foley Catheter (tambahan)
Lakukan pemeriksaan jika ada ruptur uretra yang ditandai keluar darah
diujung uretra bagian luar, skrotum hematom, pada RT prostat melayang.
7. Gastric tube (tambahan)
Periksa jika terjadi kontraindikasi >> fraktur basis cranial
8. Heart monitoring (tambahan)
Tindakan yang dilakukan dengan memasang monitor EKG dan pulse
oxymeter
H. Secondary Survey
Dikerjakan bila kondisi klien sudah stabil. Tindakan yang dilakukan adalah :
1. Anamnesis lengkap
2. From Head To Toe ( BTLS )
3. Finger and Tube in every orifice
4. Pemeriksaan tambahan lainnya
Jika secondary survey sudah dilakukan dan kondisi klien sudah stabil, tindakan yang
dilakukan adalah :
1. Terapi definitif
2. Jahit luka,pasang bidai
3. Rawat ruangan
4. ICU
5. OK
6. Rujuk ke RS yang mampu dan cocok
KUMPULAN SOAL
1. Dari kasus dibawah ini mana pasien yang harus ditangani segera/emergent
2. Dari kasus dibawah ini pasien yang membutuhkan penanganan, tetapi tidak mengancam
hidup/ urgent ialah
3. Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien tidak bernafas setelah dilakukan tindakan
dengan membuka airway pasien bisa kembali bernafas, tetapi tidak bernapas spontan.
Dikategorikan apakah pasien ini
4. Dalam tragedi musibah massal ditemukan pasien bernapas spontan, RR<30 x /menit,
CRT< 2 detik, Nadi <100 x/menit dan setelah perawat memberi perintah mengangkat
kedua tangan pasien dapat mengangkat kedua tangan tetapi dengan gerakan lambat
dikategorikan apakah pasien ini
5. Ditemukan korban tenggelam dengan tidak sadarkan diri mengalami henti nafas. tindakan
pertama yang dilakukan adalah
6. Pasien datang ke IGD dalam keadaan tidak sadar dari tanda dan gejala, pasien terlihat
seperti keracunan, apa tindakan yang pertama harus dikalukan perawat
a. Memasang gudel dan NGT, bilas dengan air atau cairan norit dan pasien
ditelungkupkan
b. Berikan pencahar dan klisma
c. Beri napas buatan ttp bukan mulut ke mulut
d. Beri injeksi epineprin dosis 0,3-0,4 mg per IM
7. Tn. Munir dengan umur 42 tahun dan Ny. Sakdiah umur 40 tahun mengalami tabrakan
dengan mobil lainnya saat mengendarai mobilnya di jalan tol. Pada saat kejadian Tn.
Munir dalam keadaan sadar, saat dikeluarkan dari mobil Tn. Munir menjerit kesakitan
ternyata ditemukan tungkai sinistra tibia fibula tampak bengkok, bengkak, dan terdapat
luka robek yang mengeluarkan darah. Sedangkan Ny. Sakdiah saat kejadian dalam
keadaan tidak sadar dan ditemukan adanya jejas pada dada dekstra dan diduga mengalami
hentinafas.
Pada kasus diatas, pernyataan manakah yang benar menurut kondisi gawat dan darurat?
a. Ny. Sakdiah termasuk dalam kategori gawat dan Tn. Munir termasuk dalam kategori
darurat
b. Ny. Sakdiah termasuk dalam kategori darurat dan Tn. Munir termasuk dalam
kategori gawat
c. Ny. Sakdiah dan Tn. Munir termasuk dalam kategori gawat dan darurat
d. Ny. Sakdiah dan Tn. Munir tidak termasuk dalam kategori gawat dan darurat
8. Pasien datang ke IGD dengan keadaan sadar, tampak kesulitan bernafas dan kedua tangan
memegangi leher, orang yang mengantar pasien menyebutkan pasien tersedak, apa
tindakan yang tepat kita lakukan
a. Head tilt
b. Chin lift
c. Hemlich manuver
d. Jaw thrust
9. Salah satu kriteria penting untuk mendapatkan kompresi yang berkualitas pada resusitasi
jantung paru adalah frekuensi kompresi yang dilakukan setidaknya sebanyak...
10. Seorang laki-laki umur 30 tahun, dirawat di UGD dengan riwayat jatuh dari sepeda motor
tanpa mengenakan helm. Keluar darah dari hidung dan telinga, lebam-lebam disekitar
kelopak mata, kebiruan dibelakang telinga, suhu tubuh 38,8 ° C, pola pernafasan cheyne-
stokes, terjadi penurunan kesadaran. Manakah tanda-tanda yang mengindikasikan
terjadinya fraktur basis cranial?
a. Keluar darah dari hidung dan telinga, pola pernafasan cheyne-stoke, penurunan
kesadaran
b. Lebam-lebam disekitar kelopak mata, kebiruan dibelakang telinga, peningkatan suhu
tubuh
c. Kenaikan suhu tubuh, pola pernafasan cheyne-stokes, penurunan kesadaran
d. Keluar darah dari hidung dan telinga, lebam-lebam disekitar kelopak mata,
kebiruan dibelakang telinga
DAFTAR PUSTAKA
Lumbantoruan, P. and Nazmudin, T. (2015) BTCLS & DISASTER. 1st edn. Bogor: YPIKI
(Yayasan Pelatihan Ilmu Keperawatan Indonesia).
Norfitri, I. M. H. Z. R. L. P. R. (2019) Caring dan Confort Perawat dalam
Kegawatdaruratan. Yogyakarta: DEEPUBLISH(Grup Penerbitan CV Budi Utama).
Sheehy (2018) Keperawatan Gawat Darurat dan Bencana. 1st edn. Edited by A. Kurniati, Y.
Trisyani, and M. Theresia, Siwi, Ikaristi. Singapore: ELSEVIER.
Wijaya, A. saferi (2019) Kegawatdaruratan Dasar. 1st edn. Jakarta: CV Trans Invo Media.