Makalah Telaah Jurnal Katarak
Makalah Telaah Jurnal Katarak
Makalah Telaah Jurnal Katarak
Disusun Oleh :
Kelompok 7 Kelas III. C
FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERWATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat
dan izin-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
III, dengan judul “Telaah Jurnal Penatalaksanaan Katarak”. Dalam makalah ini kami
menjabarkan mengenai penatalaksanaan, serta trend dan issue dari katarak.
Dalam penulisan makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih, kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini yaitu teman-
teman kelompok 7 yang sudah bekerjasama selama pembuatan makalah ini.
Kami mengakui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki masih kurang. Oleh karena itu kami harapkan kepada
para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaannya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Cover
Kata Pengantari
Daftar Isiii
BAB I PENDAHULUAN1
1.3 Tujuan2
1.4 Manfaat2
BAB II PEMBAHASAN3
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1) Bagaimana penatalaksanaan penyakit katarak yang dibahas dalam jurnal ?
2) Apa trend dan issue terkait penyakit katarak yang dibahas didalam jurnal ?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui penatalaksanaan penyakit katarak yang dibahas dalam jurnal.
2) Untuk mengetahui trend dan issue terkait penyakit katarak yang dibahas didalam
jurnal.
1.4 Manfaat
1. Manfaat Bagi Penulis
Makalaha ini bermanfaat bagi penulis karena dapet menambah pengetahuan atau
wawasan tentang bagaimana penatalaksanaan serta trend dan isu yang ada pada
penyakit katarak.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca dan
masyarakat, tentang bagaimana trend dan isue yang berkaitan dengan katarak
serta cara penatalaksanaannya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
anak usia dibawah 2 tahun atau anak yang kurang kooperatif pemeriksaan tajam
penglihatan dinilai dengan blink reflex, follow the object, serta fix and follow
the object. Kondisi sistemik penyerta dan diagnosis ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan fisik oleh dokter spesialis anak dan hasil pemeriksaan laboratorium.
Kebanyakan studi tidak secara rutin melakukan implantasi LIO pada pasien di
bawah usia 6 bulan, tetapi hampir selalu dilakukan pada pasien dengan usia lebih dari 2
tahun. Pertimbangan tidak dilakukannya pemasangan LIO pada usia yang lebih muda
disebabkan oleh risiko terjadinya inflamasi dan komplikasi yang lebih tinggi serta risiko
kemungkinan dilakukannya risiko operasi ulang juga lebih tinggi. Ketersediaan LIO
yang ada pada umumnya hanya untuk pasien dewasa, tingginya kesalahan koreksi
refraksi akibat perkembangan bola mata, dan rendahnya akurasi formula untuk
menghitung kekuatan LIO pada anak menjadi alasan lainnya untuk menunda
pemasangan LIO. Penggunaan kacamata ataupun lensa kontak dapat menjadi opsi yang
dapat dipilih pada pasien yang lebih tidak memungkinkan untuk dipasang LIO
Selanjutnya tindakan ekstraksi lensa dengan aspirasi irigasi, primary posterior
capsulotomy (PPC), serta vitrektomi anterior. Perbedaan jenis tindakan operasi katarak
pada anak dapat disebabkan oleh perbedaan usia penderita saat operasi, dan jenis
katarak. Penelitian Gogate dkk mengatakan hasil visus akan lebih buruk pada ekstraksi
katarak dengan PPC dan VA jika dilakukan pada usia > 6 tahun dibandingkan dengan
fako atau small incision cataract surgery (SICS) tanpa PPC dan VA, hal ini dikarenakan
PPC dan VA lebih sering dilakukan pada katarak kongenital usia yang lebih muda.
Tajam penglihatan setelah satu bulan postoperasi dinilai kembali pada penelitian ini.
Setelah dilakukan tindakan operasi dan prosedur postoperatif lainnya, terdapat
perubahan nilai tajam penglihatan antara mata saat preoperasi dan postoperasi. Tajam
penglihatan yang paling banyak pada preoperasi adalah blink reflex
Jadi dalam jurnal ini dapat disimpulkan Tindakan ekstraksi lensa dengan aspirasi
irigasi, primary posterior capsulotomy (PPC), serta vitrektomi anterior merupakan
tindakan jenis tindakan operasi yang paling banyak dilakukan pada penelitian ini. Tajam
penglihatan yang paling banyak didapatkan pada preoperasi adalah blink reflex,
4
sedangkan Tajam penglihatan yang paling banyak didapatkan pada postoperasi adalah
follow the object.
2.2 Trend dan Issue Terkait Penyakit Katarak yang Dibahas Dalam Jurnal
Peranan Ekstrak Kulit Pisang Untuk Mengatasi Katarak Dengan Hewan Coba
Tikus (Rattus norvegicus)
Tanaman pisang (Musaceaea sp) merupakan tanaman penghasil buah yang
banyak terdapat di Indonesia. Buahnya banyak disukai untuk dikonsumsi secara
langsung sebagai buah atau diolah menjadi produk konsumsi lain seperti sale pisang,
kripik pisang, selai pisang. Pengolahan pisang akan menghasilkan limbah kulit pisang
yang cukup banyak jumlahnya yaitu kira-kira sepertiga dari buah pisang yang belum
dikupas. Hal ini tidak diimbangi dengan pengolahan limbah dari kulit pisang yang
banyak jumlahnya. Limbah ini masih sedikit sekali dimanfaatkan oleh penduduk.
Mata merupakan jendela untuk melihat segala keindahan yang Tuhan ciptakan.
Dengan mata, makhluk hidup dapat melihat dan memandang indahnya alam semesta,
namun demikian kita cenderung kurang mempehatikan kesehatannya. Gangguan-
gangguan yang terjadi pada mata dapat disebabkan oleh berbahgai hal, antara lain
radikal bebas, penggunaan suatu jenis obat-obatan terlalu lama, efek samping dari
diabetes, darah tinggi dan usia tua. Kondisi ini mengakibatkan pengelihatan kabur dan
lama-kelamaan akan menjadi buta.
Hampir separuh kebutaan di dunia diakibatkan oleh katarak. Diperkirakan
jumlah penderita kebutaan katarak di dunia akan meningkat 40 juta pada tahun 2020.
Akhir-akhir ini perkembangan pengetahuan mengenai penyembuhan berbagai penyakit
telah berkembang dengan pesat, demikian juga perkembangan dan penemuan obat mata
baik tradisional maupun modern telah membantu banyak orang. Dalam perkembangan
kesehatan, terdapat begitu banyak produk yang dipasarkan, terutama dalam bentuk
suplemen, misalnya senyawa antioksidan dan senyawa lain seperti lutein. Lutein dapat
dipertimbangkan khususnya pada orang-orang beresiko terjadinya katarak. Menurut
Bond (2011) kulit pisang mengandung lutein, antioksidan kuat yang melindungi mata
dari radikal bebas dan frekuensi berbahaya radiasi UV dari matahari.
Dalam penelitian ini menggunakan hewan coba tikus putih. Tikus diinduksikan
katarak secara sc dengan sodium salenit 15µmol/kg BB, katarak muncul setelah 8-9 hari
5
kemudian tikus yang sudah mengalami katarak di tetesi ekstrak kulit pisang. Ekstrak
kulit pisang ini dibuat dalam bentuk cair seperti tetes mata. Ekstrak kulit pisang yang
digunakan dalam terapi katarak dibuat dalam tiga sediaan obat tetes dengan konsentrasi
10%, 25% dan 50%. Dari hasil penelitian diketahui bahwa ekstrak kulit pisang mampu
mencegah terjadinya katarak pada konsentrasi 25% dan mampu mengobati katarak
dengan baik pada konsentrasi 50%. Kemampuan ekstrak kulit pisang dalam mencegah
dan mengobati katarak kemungkinan karena kandungan lutein yang mempunyai efek
sebagai antioksidan kuat yang melindungi mata dari radikal bebas yang berkonsentrasi
pada macular, pusat pengelihatan di retina yang bertanggung jawab untuk ketajaman
pengelihatan.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
7
DAFTAR PUSTAKA
Eriskan, Arnov Lahira. 2019. “ Karakteristik dan Penatalaksanaan Karak Anak di Pusat
Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo”.Dalam
http://perpustakaanrsmcicendo.com/wp-content/uploads/2020/05/Karakteristik-
dan-Penatalaksanaan-Katarak-Anak-di-Pusat-Mata-Nasional-Rumah-Sakit-
Mata-Cicendo-Januari-2017-Desember-2019.Arnov-Lahira-Eriskan.pdf.
Diunduh pada 30 September 2020.
Mahmudah, Gustin., at all.2013. “ Peranan Ekstrak Kulit Pisang Untuk Mengatasi
Katarak Dengan Hewan Coba Tikus (Rattus norvegicus)”. Dalam
https://www.neliti.com/publications/169706/peranan-ekstrak-kulit-pisang-untuk-
mengatasi-katarak-dengan-hewan-coba-tikus-rat. Diunduh pada 30 September
2020.